Makhluk di Tengah Malam

NICE GUY FF - After The Ending

Sangat tidak masuk akal! Ya, bagi Maroo dan Eun Gi, apa yang tengah menimpa keluarga kecil mereka saat ini sungguh tidak masuk akal. Kehadiran Joo Won yang mulanya hanya seperti angin lalu, kini seolah berubah menjadi tornado dahsyat, terlebih setelah seorang gadis bernama Hyeri ikut muncul di tengah-tengah mereka. Maroo harus bilang apa? Eun Gi juga harus protes dengan cara bagaimana?

Mereka terjebak dalam situasi yang rumit dan sukar untuk dijelaskan, baik secara harfiah maupun lahiriah. Ah, sudahlah… yang penting kalian tidak ikut pusingkan?

Maroo hanya bisa menahan emosinya saat Joo Won memberikan bantal dan selimut kepadanya serta memohonnya untuk tidur di luar.

“Maafkan aku Hyung… nanti, kalau Hyeri sudah tidur, kita tukar posisi,” bisik pemuda berwajah manis itu. Maroo ingin protes tapi Hyeri berada di dekat mereka, gadis itu sedang membantu Eun Gi mencuci mangkuk dan gelas di dapur yang berada di seberang ruang TV.

Eun Gi berdehem saat Hyeri memandang ke ruang TV dengan senyum di bibirnya. Gadis itu pasti sedang memandangi Maroo, suaminya.

“Eheem… fokuslah! Jangan letakkan mangkuknya di sana! Letakkan di sini!” Eun Gi mengomel, jemarinya menyerobot mangkuk di tangan Hyeri dengan geram dan meletakkannya di tempat yang ia tunjuk.

“Keluarga kalian terasa menyenangkan dan hangat. Hmm... oh ya, aku penasaran, dimana kalian bertemu?” ujar Hyeri seraya tersenyum penasaran.

“Siapa?” tanya Eun Gi kaget.

“Kau dan Joo Won, hmm… tidak masalahkan aku memanggilmu ‘kau’? Kita seumurankan kata Joo Won?” Hyeri menyenggol bahu Eun Gi dengan sok akrab.

Kelakuan Joo Won dan Hyeri benar-benar 11 12. Apa semua wartawan majalah travelling dituntut untuk terlalu cepat akrab seperti ini? batin Eun Gi.

Saat Eun Gi masih belum menemukan jawaban yang tepat, Joo Won yang mendengar itu langsung hinggap dan merangkul pundaknya.

“Kami bertemu saat aku sedang meliput festival tahunan di tempat ini, sekitar dua tahun lalu,” jawab Joo Won dengan tawanya yang terdengar memaksa. Eun Gi tak memberikan ekspresi apapun. Ia melirik Maroo yang sama frustasinya.

“Sudah malam, orang-orang di sini tidur sebelum jam delapan malam dan tuan rumah dianggap tidak sopan jika tidur duluan. Cepatlah tidur, Hyeri! Sayang, kita juga harus tidur!” Joo Won menatap Eun Gi.

“Angin malam tidak baik untuk wanita hamil,” ia membelai lembut pipi Eun Gi sebelum akhirnya menggandengnya masuk kamar.

Hyeri tersenyum melihatnya, ia menggeleng tak percaya jika Joo Won kini sudah memiliki seorang wanita dan akan menjadi seorang ayah.

Maroo yang kesal membanting gulingnya dan memukul-mukul bantalnya keras seolah sedang membersihkan debu yang menempel di atasnya.

Hyeri sekilas memandangnya dengan senyuman sebelum akhirnya ia berlalu masuk ke dalam kamar.

Detik berlalu dengan sangat lama, menit hijrah dengan pola lambat, selambat gerakan siput. Joo Won bolak-balik melirik jam, sementara di depannya Eun Gi duduk sembari melipat tangannya. Tatapan matanya seram dan tak bisa dijelaskan.

Joo Won menggaruk kepalanya dengan senyum yang dipaksakan.

Ia tahu, Eun Gi sangat terganggu.

“Nuuna tidur saja, aku akan duduk di sini dan keluar tengah malam nanti untuk bertukar posisi,” ujar Joo Won tak enak, ia menunduk menghindari tatapan mata Eun Gi yang seolah ingin merajamnya.

“Kau tahu kebodohanmu?” umpat Eun Gi tak sabar.

Joo Won mendongak, netranya melenjit dalam bingung. Ternyata wanita yang menumpang mobilnya dulu bisa semenakutkan ini.

“Membiarkan gadis itu menganggapmu sudah melupakannya padahal ketara sekali kau masih sangat menyukainya. Itu bodoh!” Eun Gi melanjutkan ceramah malamnya.

Joo Won terdiam, meneguk salivanya dengan berat. Ia terpojok oleh kalimat Eun Gi yang menohok.

“Aissh… kau bilang gadis itu menolakmu kan? Apa kau sudah mencari tahu alasannya? Kau tidak berusaha memperbaiki sikapmu dan membuatnya menyukaimu?” tanya Eun Gi ketus.

“Hyeri tidak memberitahuku apa alasannya, ia hanya bilang kalau saat bersamaku, ia tidak merasakan getaran apapun, ia tidak menganggapku sebagai seorang pria, perasaannya sebatas teman katanya,” Joo Won mendesah.

“Kau mau dengar kisahku dan Maroo?”

“Kisah tentang kalian? Sepertinya kisah kalian adalah kisah cinta yang normal. Bertemu, jatuh cinta lantas menikah?” sahut Joo Won tak tertarik.

“Kau salah besar. Apa kau kira Maroo mencintaiku sejak awal? Tidak! Dia sama sekali tidak mencintaiku,” ucap Eun Gi ringan.

“Ha? Bagaimana bisa? Aku melihat cintanya pada Nuuna sangat besar sejak pertama kali aku menjejak di tempat ini,” Joo Won melirik tak percaya.

Eun Gi tersenyum, ia mengendikkan bahunya dengan sok misterius. Ini membuat Joo Won mendadak merasa sangat penasaran.

“Kau serius Nuuna? Tidak mengada-ada?” Joo Won bergerak mendekat, ia duduk di sisi Eun Gi.

“Kalau aku menceritakannya, kau mau jujur pada Hyeri dan memperjuangkan cintamu padanya?” Eun Gi menantang.

Joo Won berpikir sejenak, ia menghela napasnya berat dan penuh pertimbangan sebelum akhirnya mengangguk dengan mantap.

~oOo~

Maroo membolak-balikkan badannya di depan TV, ia tidak bisa tidur. Bolak-balik diliriknya pintu kamar Eun Gi sambil menerka-nerka apa yang dilakukan istrinya dan Joo Won di dalam sana. Jujur saja, Maroo percaya pada Eun Gi tapi tidak pada Joo Won, apalagi setelah melihat lelaki itu merangkul dan membelai kening istrinya. Maroo mendidih tanpa sadar. Emosinya terjerang.

Jam bergerak menuju si kembar bersaudara – pukul 11 malam.

Sudah nyaris 3 jam ia dibiarkan sendirian menepuki nyamuk di tempat sempit ini.

Maroo meraih handphonenya, mengetik sesuatu di atas layar pesan dan mengirimkannya pada si wanita yang bergentayangan dalam benaknya.

Sayangnya tak ada balasan, Eun Gi sedang sibuk mendongengkan kisahnya pada Joo Won. Keduanya lupa pada Maroo.

Sunyi… sepi… Maroo memutuskan untuk meninggalkan sarangnya, melemparkan selimutnya entah kemana dan bangkit, bergerak menuju depan kamar Eun Gi yang berhadapan langsung dengan kamar Hyeri.

Ia nyaris meraih pegangan pintunya saat pintu lain malah lebih dulu terbuka. Pintu kamar Hyeri menganga dan gadis itu keluar dengan raut keheranan. Keduanya bersitatap.

“Syukurlah kau belum tidur, aku cemas karena nyamuknya lumayan banyak jadi aku keluar dan membawakanmu lotion anti nyamuk punyaku. Bawaan wajib jurnalis petualang. Hehe…” ucap Hyeri renyah.

Maroo tak memberikan ekspresi berarti, ia hanya mengikuti kemana Hyeri mengajaknya melangkah. Mereka akhirnya duduk di dapur, melingkari meja makan bersama-sama.

Hyeri menatap penuh minat saat Maroo mengoleskan lotion ke seluruh tubuhnya yang terbuka.

“Aku tidak menyangka kita akan bertemu lagi, pak Dokter,” ucap Hyeri dengan senyum manisnya. Satu tangannya menyangga pipi, netranya memaku siluet Maroo seolah pria itu prasasti prasejarah yang sangat berharga.

“Terima kasih,” Maroo mengembalikan botol lotion milik Hyeri, ia bergegas untuk pergi tidur agar Hyeri juga cepat kembali ke kamarnya.

Maroo menutup kepalanya dengan selimut sebab Hyeri masih tak beranjak dari dapur dan terus memandanginya dengan senyuman yang entah apa maknanya.

~oOo~

Joo Won berdecak tak percaya, matanya tak beranjak dari paras manis Eun Gi dan telinganya terus menyesap kalimat demi kalimat yang wanita itu loloskan dari memoar masa lalunya.

“Apa aku harus hilang ingatan kemudian kembali pada Hyeri seolah tak terjadi apapun? Tapi… kau terdengar syco, Nuuna! Mencoba membunuh pria yang tidak mencintaimu kemudian kembali padanya dan merajuk-rajuk seperti Juliet haus cinta,” celetuk Joo Won ceplas ceplos, membuat Eun Gi melotot dan seolah sedang mengancam untuk tidak melanjutkan ceritanya.

“Hehehe… maksudku kau keren! Sangat keren! Lanjutkan ceritanya, Nuuna! Lanjutkan! Hehehe….” Joo Won salah tingkah.

“Sebentar! Aku haus!” seru Eun Gi.

“Akan kuambilkan minum!”

“Tidak! Aku mau ambil sendiri,” Eun Gi meraih pegangan pintu, perutnya yang membuncit lebih dulu keluar dari kamar sebelum akhirnya ia berdiri di ambang pintu, melongok ke sebelah kamarnya yang merupakan ruang TV. Di sana, Maroo tengah meringkuk dan sepertinya telah terlelap.

Eun Gi berjalan menuju dapur seraya memandang Maroo sekilas lewat dengan mata berbinar penuh cinta.

Ah, kasian suaminya harus tidur di luar seperti itu.

Eun Gi meletakkan gelas di tatakan dispenser, menekan kerannya dan menanti airnya keluar tapi nyatanya hanya sedikit air yang mengalir. Galon airnya kosong.

Eun Gi berdecih, tak menyangka akan kehabisan air di saat seperti ini.

Ia meminum air di gelasnya yang hanya sekali teguk. Ia bergerak menuju lemari es, menggeledah isinya namun tak menemukan setetes airpun untuk dinikmati.

Eun Gi mulai gusar, dan tepat pada saat itu, Joo Won muncul di hadapannya dengan penuh tanya.

“Kau mau mendengar kelanjutan ceritanya secepat mungkinkan?” tanya Eun Gi penuh arti.

~oOo~

Pukul 11 malam lebih 35 menit, minimarket kecil di ujung jalan masih terang benderang. Eun Gi meniti langkahnya menuju tempat itu bersama Joo Won.

Mereka akan membeli air minum, mulanya Joo Won meminta Eun Gi untuk diam di rumah saja, tapi wanita hamil itu memaksa ikut sebab ia sudah kehausan dan menunggu Joo Won rasanya akan sangat menyebalkan.

Jadi di sanalah mereka, berputar-putar dengan troli, mengitari rak sayuran hingga buah-buahan. Eun Gi meneguk sebotol jus leci seraya mengawasi Joo Won yang mengatakan akan membuat sarapan istimewa besok pagi. Mereka berbelanja kebutuhan dapur untuk seminggu ke depan. Eun Gi tahu, Maroo terlalu sibuk dan kurang perhatian pada isi dapur mereka, bahkan air galon pun dibiarkan kerontang merana seperti itu.

Sementara itu, di rumah, Maroo menggeliat dan menyibak selimutnya. Tidurnya tidak pulas sebab ia terus menanti saat untuk pindah ke dalam kamar, bertukar posisi dengan Joo Won.

Lelaki berkaos biru dengan celana olahraga itu mengucek kelopaknya dan menghampiri pintu kamar Eun Gi dengan mata sayu karena mengantuk.

Ia membuka kamarnya pelan dan ingin segera merebah di sisi Eun Gi tapi apa yang didapatinya sungguh di luar dugaan. Kamarnya kosong. Eun Gi dan Joo Won lenyap entah kemana. Maroo mencoba menelepon tapi, ponsel Eun Gi rupanya ditinggalkan di dalam kamar.

Ia mendesah, mengernyit tak nyaman dan segera memacu langkahnya keluar. Sekali lagi setelah sekian kali, bahkan berkali-kali, Eun Gi membuatnya cemas. Dan berbeda dari kecemasan sebelumnya, Eun Gi raib bersama seorang pria.

~oOo~

Maroo berjalan menyusuri jalanan desa, menanyai para penduduk di sekitar rumah mereka yang masih asyik bermain kartu di depan rumah.

Dari apa yang Maroo dengar, istrinya keluar untuk membeli sesuatu di minimarket di ujung jalan yang baru buka setahun belakangan.

Maroo menarik kedua tungkai kakinya lebih cepat. Ia melirik jam di tangan, sebagian dari dirinya memprotes sikap Eun Gi yang keluar selarut ini. Kebutuhan mendesak apa yang membuat istrinya itu tak sabar menunggu pagi.

Tak jauh dari tempatnya, Eun Gi sedang berjalan berdua bersama Joo Won yang menggeret segalon air di atas troli serta menenteng sekresek besar belanjaan.

Eun Gi melangkah di sisi kanannya, ia melanjutkan ceritanya sebab Joo Won merajuk penasaran.

Sesekali keduanya tertawa saat Eun Gi berbagi kisahnya bersama Maroo setelah pria itu menjalani operasi.

Bagi Joo Won kisah pernikahan Maroo dan Eun Gi seperti sebuah keajaiban. Kisah cinta yang tak dapat ditemukan di pelosok manapun di dunia ini.

Joo Won mendadak iri.

“Nuuna… apa Hyeri akan luluh juga seperti Maroo Hyung?” tanya Joo Won.

Eun Gi menghentikan langkahnya, menoleh dan memandang Joo Won dengan simpati.

“Siapa suruh kau menjadi bodoh dan bersandiwara sejauh ini huh?” Eun Gi menyentil dahi Joo Won dengan gemas.

“Aduh!!!” Joo Won mengaduh, ingin mengusap kepalanya namun ia bingung dengan barang bawaannya di kanan dan kiri.

Eun Gi tergelak kecil, sejak dipanggil Nuuna, ia tanpa sadar mengibaratkan Joo Won sebagai Eun Suk versi dewasa. Eun Gi merindukan Eun Suk, ia hanya belum menyadarinya.

“Cepatlah! Aku ngantuk!” seru Eun Gi.

Joo Won tersenyum, memindahkan pegangan trolinya ke tangan kiri dimana ia menggenggam kresek belanjaannya, tangan kanannya kemudian merangkul pundak Eun Gi.

“Nuuna! Kau harus membantuku!” ucapnya ceria dan agak memaksa.

Eun Gi tergelak, ingin menyentil kepalanya lagi tapi sebuah bayangan panjang menjejak di hadapannya. Pemilik bayangan itu adalah seorang pria berambut legam, berjaket abu-abu dengan celana olahraga yang sangat familiar – suaminya!

Maroo menatap dengan ekspresi nan tajam, ia melirik Joo Won dan Eun Gi bergantian.

Maroo tak mengucapkan sepatah kata pun, namun auranya terlihat garang dan tak bisa diutik. Joo Won menelan salivanya tak nyaman. Apa mereka sedang dicemburui? Pikirnya.

Maroo melepaskan jaketnya kemudian memakaikannya pada Eun Gi tanpa banyak bicara. Pria itu lantas menggiring Eun Gi pulang dengan lebih cepat, seolah-olah ia ingin meninggalkan Joo Won sejauh mungkin di belakang.

Eun Gi tahu ada yang tidak beres.

“Maroo, pelan-pelan!” pintanya tapi Maroo tak mendengar.

“Maroo!!! Kakiku sakit! Pelan-pelan! Kau lupa aku sedang hamil?!?” teriak Eun Gi.

Maroo akhirnya berhenti dan melepaskan genggaman tangannya. Mereka bersitatap di tengah jalan, di bawah temaram lampu neon yang dikerubuti 3 ekor kunang-kunang dengan pijar kehijauan.

“Ada apa denganmu?” tanya Eun Gi tajam.

“Tidak ada apa-apa,” jawab Maroo cepat, ia memalingkan wajahnya, ketara sekali memendam amarah.

“Hei! Katakan!” pinta Eun Gi memaksa.

“Sudah kubilang tidak ada apa-apa,” Maroo keukeuh berbohong. Intronasinya meninggi.

“Tapi dari nada bicaramu dan ekspresimu, kau sedang ada apa-apa,” cetus Eun Gi.

Hening selama sekian detik.

Maroo terdiam, mencoba mengatur napasnya sejenak sebelum akhirnya melontarkan kalimat itu. Kalimat yang tak pernah ia katakan pada siapapun sebelumnya, bahkan pada Jae Hee – cinta pertamanya sekalipun.

“Melihatmu sedekat itu dengan pria lain, perutku rasanya diaduk-aduk, aku seperti dipanggang di atas bara api,”

Eun Gi terdiam, tak menduga suaminya yang terkenal dingin dan tenang dapat seperti ini.

“Aku tidak suka melihatmu terlalu dekat dengan Joo Won. Melihatnya merangkulmu, mengusap wajahmu dan tertawa di sampingmu rasanya tidak menyenangkan untukku,”

“Tapi, aku tidak ada apa-apa dengannya, Maroo….” Eun Gi mencoba menjelaskan.

“Aku tahu! Tapi tetap saja, aku tidak tahan melihat kalian berdua seintim itu!”

“Aku hanya keluar membeli minum dengannya,” Eun Gi terus mencoba menetralkan suasana sebelum Joo Won muncul dari tikungan dan melihat pertengkaran mereka.

“Kenapa tidak mengajakku? Kenapa dengannya?”

“Kau sedang tidur, Maroo!”

“Kau bisa membangunkanku!”

“Aku tidak mau menganggumu. Aku tahu kau pasti lelah karena mengobati pas….” Belum selesai Eun Gi bicara, bibir Maroo telah menyela. Pria itu melumat bibirnya seperti beberapa tahun silam di depan istana Hirosaki – Aomori.

Eun Gi mulanya kaget namun sama sekali tak keberatan, ia luluh seketika, membiarkan Maroo mengecap lembut bibirnya yang mungkin masih meninggalkan aroma dan rasa leci.

Perlahan Maroo melepaskan kunciannya di bibir Eun Gi, memandangi wanita itu lekat-lekat.

“Aku lebih suka kau menganggu tidurku daripada membuatku melihatmu dengan pria lain di tengah malam, Seo Eun Gi,” bisik Maroo tegas.

Ia kembali menggandeng Eun Gi tanpa sepatah kata.

Diam-diam Eun Gi tersenyum, dan keinginan itu mendadak bangkit. Ia ingin melihat Maroo lebih cemburu. Ia tahu ini terkesan tak tahu diri tapi ia ingin melihatnya.

Sementara itu di belakang, Joo Won terengah-engah menggeret troli serta menenteng belanjaan di tangannya.

~oOo~

Maroo merebahkan punggungnya di atas ranjang nan empuk, di sisi bidadarinya tercinta. Ia menatap langit-langit kamar mereka yang kosong.

Eun Gi melirik ke arahnya dengan sebuah senyuman.

“Jadi seperti itu kalau Kang Maroo cemburu?” sindirnya santai, membuat Maroo terbatuk dan memerah.

“Aku tidak cemburu! Aku hanya tidak suka saja,”

“Dasar paman pembohong! Sok keren! Kalau cemburu bilang saja cemburu!” dengus Eun Gi seraya mendekatkan tubuhnya pada Maroo.

Maroo beringsut menempeli Eun Gi, ia memejamkan matanya, melepas lelah dan kerinduan yang bergejolak seharian tadi.

Tapi belum juga semenit mereka saling memeluk di hangatnya kamar, Joo Won menyela tiba-tiba.

“Hyung, bisa kau keluar sebentar? Hyeri keluar kamar, dia ke toilet, nanti saat ia kembali ke kamarnya, kita bertukar posisi lagi. Tadi saat keluar kamar, ia melirikku curiga, untung aku cepat-cepat menyembunyikan mukaku di bawah selimut,” Joo Won mengiba. Maroo melirik Eun Gi sementara yang dilirik terlihat serba salah, ia tahu kegusaran Maroo tapi ia juga paham kecemasan Joo Won.

Dan daripada memihak salah satunya, Eun Gi akhirnya mencetuskan ide yang ‘luar biasa’

“Sudah! Kalian tidur di luar saja! Daripada kita bertiga tidak bisa tidur dan terus terjaga seperti ini!” katanya seraya memberikan bantal ke tangan Maroo yang tak menduga akan ikut diusir seperti ini.

~oOo~

Dan faktanya,

updatenya kelamaan ya?

Hehe...

lagi hilang fokus. otak penuh. kerjaan terabaikan rasanya.

Y_Y

Gak tahu deh, seems like mau nyari kerjaan lain meski aku mencintai dunia tulis menulis tapi jiwaku bukan jiwa petualang khas wartawan.

Besok disuruh liputan di tempat antah berantah, hiks...

Semoga gak nyasar. Doakan aku!

Semoga kembali dengan keren!

Hehehe...

Awal bulan!

Job desk penuh!

Huaaaa... *curhat dadakan*

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Methaalana
Si Maroo berasa sialan banget ah! Cekaka~ Sok kagak butuh, sok jaim, sok dingin tapi ngarep! Marooo... aku padamu! *Nulis sendiri, ngomel-ngomel sendiri*^^

Comments

You must be logged in to comment
Alexasky
#1
Chapter 6: Hii i would really love to read the story. Do you happen to know how to translate the story to English please?
kyuhaeni #2
Chapter 42: annyeong.. reader baru di sini..
Kang Maroo di sini ga jauh beda sma Yoo Shi Jin ya yg palyful..
makasi ff nya.. aku yg blm puas nonton Nice Guy baca ini jadi suka bgt! comedy romance lagi.. waah harapan aku tuh kelak Joongki main com-rom drama..
oladilia1310 #3
Chapter 41: Kalo aku berani ngomelin eungi, pasti udah kuomelin! Udah masa" mau melahirkan kok ekstrimnya gk ilang sih *gemesssss* hahahhh
Trus ini gimana eungi lahirannya masa di pulau tanpa RS??!!! Semoga Maroo bisa nanganin kalo emg gk bisa balik ke Seoul :')
And.... i miss ChaeKi Couple so much ㅠㅠ
Semangat kak author!! Kutunggu update selanjutnya! 파이팅! ♡♡
Chaeki_Novit #4
Chapter 38: aku udh baca chapter 39 nya d wattpad
dan waaah cerita'y makin menarik dan seru,, apa yg mencelakai jang mi itu eungi??
d tnggu chap selanjut'y ya :)

*maaf ya aku komen disini. wattpad aku lg gk bsa buat komen

oya aku mulai setuju dngan author-nim kaya'y klu cerita eunma datar2 aja gk kn trasa eunma'y n pasti'y krang menarik hihi jdi aku prcayakan alur'y kpada sang pakar'y aja
semangatt ya thor :D
emoonsong #5
Chapter 38: Hmmm joahhh... ditunggu next chapnya....hehehe
Chaeki_Novit #6
Chapter 38: ayoo ayoo cepat tes DNA biar semua tau (trutama eunma) kalau itu bukan anak'y maroo n jang mi juga harus jujur n selesain msalah dia sendiri sama ex husband'y

aduuhh ini nyonya song kalau lg ngmbek sifat asli'y kluar hahaha lupa ya kalau lg ngandung dede kembar hehehe

semangat thor, next chapter'y jgn lama2 ya
give me sweet happy ending. really happy ending. jeballl
Chaeki_Novit #7
Chapter 38: ayoo ayoo cepat tes DNA biar semua tau (trutama eunma) kalau itu bukan anak'y maroo n jang mi juga harus jujur n selesain msalah dia sendiri sama ex husband'y

aduuhh ini nyonya song kalau lg ngmbek sifat asli'y kluar hahaha lupa ya kalau lg ngandung dede kembar hehehe

semangat thor, next chapter'y jgn lama2 ya
give me sweet happy ending. really happy ending. jeballl
eonnifan
#8
Chapter 38: kan.. udh ketebak jonghyun bukan anak maroo hahhahahaha

sabarlah eungi
tp entah knp aku pengen eungi ky ngelakuin sesuatu yg ekstrim gitu lol
jgn2.. yg jd pembunuhnya.. eungi :O
emoonsong #9
Chapter 37: Komen selanjutnya dariku....

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°©©©°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Jong Hyun tinggal bersama Eng Gi? Kurasa ini baru namanya saingan yang seimbang...
Eng gi tdk mungkin kalah dr wanita manapun dihati Maroo... tp dgn Jong Hyun?....
Aku rasa Maroo akan sedikit bingung bukan?
Meski hatix untuk Eng Gi tapi Maroo tak mampu mengabaikan Jong Hyun...
Dan ini yang akan menyakiti Eun Gi... bukan begitu?
Ah sial bagimu Kang Maroo...

Eun Gi akan mendapat dukungan penuh dr semuanya bahkan dr si Twin...
Dan krn Jong Hyun tdk memiliki siapa siapa disisinya? Kau mungkin akan mengambil tanggung jawab itu...

Dan itu yg tidak diinginkan Eun Gi...
Kau berada bersebrangan dengannya...
Karena itu Eun Gi menginginkan mesin waktu... untuk bisa menemukanmu lebih dulu...
Tapi tentu sj hal yg mustahil... krn ini bukan fanfic doraemon tapi ini ff chaeki...
Hak paten mesin waktu hanya untuk doraemon, nobita dan kawan kawan Readers dan Eun Gi tau itu..
*plakkk abaikan*

Krn itu... kita akan berharap seperti biasa untuk Eun Gi sekali lagi berlari ke pihak Kang Maroo tanpa memedulikan apapun...
Meski itu artinya dia berada dipihak yang sama dengan Jong Hyun... si anak kecil yg menjadi saingannya...

Hey tunggu dulu...
Kurasa Eun Gi tdk sebodoh itu untk mempercayainya...tanpa mengkonfirmasinya dan ayolah Maroo bahkan seorg dokter ... apa mereka bahkan tdk terpikir untk melakukan tes DNA...?
Mengapa perkataan seorg wanita dari masa lalu menjadi begitu terpercaya? Hingga diterima tanpa pembuktian...
#mungki Eun Ma Lelah... butuh piknik...

Hemm meski tes DNA tdk murah tp biaya bukan hal yg perlu dirisaukan oleh seorg Eun Gi kan?
Yah cukup mnngirim sampel rambut Kang Maroo dan Jong Hyun kurasa... hal Ini bisa dipecahkan...





©¶©¶©¶

Eun Gi bisa saja menyerah untuk apapun dan siapapun tp Eun Gi tdk akan menyerah untuk Kang Maroo ...

©¶©¶©¶