Sudden Marriage

NICE GUY FF - After The Ending

Maroo menerima sekotak jus yang disodorkan Eungi kepadanya. Wajahnya masih pucat dan tangannya sedikit gemetar.

“Dengan kondisi seperti ini, kau yakin tetap meneruskan perjalanan?” Eungi menatap cemas.

Ia duduk di balik kemudi, menggantikan Maroo untuk menyetir.

Maroo mengangguk serius. Eungi mendengus sebal, “Ckckck… kau keras kepala ya?” ia mengomentari sikap Maroo yang memaksanya melanjutkan perjalanan.

Maroo hanya diam, ia menutup kelopak matanya rapat.

Gadis bodoh! Kau bahkan menungguku selama ini… Seo Eungi, kau benar-benar bodoh!

Maroo membuka matanya di tengah perjalanan dan menatap Eungi dalam. Eungi melirik, merasa tak nyaman dengan cara Maroo menatapnya.

“Kau seperti ingin menelanku saja dengan tatapan itu!” desis Eungi. Maroo tersenyum tipis. Mobil mereka berhenti di tepi pantai, Eungi membuka seatbelt Maroo dan mengajaknya turun.

Mereka bergandengan tangan dengan bertelanjang kaki di atas pasir yang basah. Maroo membiarkan Eungi memimpin langkah kakinya. Pria berusia 38 tahun itu mengamati pemandangan sekitar, kebahagiaan yang terpancar dari wajah Eungi pun tak luput dari perhatiannya.

Maroo ingat betul apa yang terjadi di tempat ini meski ia tak dapat mendefinisikan kenangan apa yang sebenarnya mereka miliki.

Ada dua kenangan, kenangan pertama adalah kenangan paling pahit yang pernah Maroo tahu seumur hidupnya  sementara kenangan satunya adalah kenangan yang indah.

Di tempat ini ia pernah mengusir Eungi jauh dan di tempat ini pula, pria malang itu meraih tangannya lagi.

“Suatu malam kau menculikku yang sedang terlelap dan membawaku ke tempat ini. Ini adalah tempat yang menyimpan kenangan indah, tempat kita pertama kali berkencan,” ucap Eungi. Maroo menyimak penuh kesungguhan.

Suara deburan ombak, angin yang dawainya berkelisik menerpa wajahnya dan kicauan burung-burung pantai, semuanya terekam jelas di benak Maroo. Ia tersenyum memandangi Eungi.

Syukurlah… kau melupakan semua hal menyedihkan dan mengenangnya sebagai kenangan indah…

Apa kabarmu Seo Eungi? Aku merindukanmu…

Eungi menoleh, ia melirik Maroo yang masih terlihat aneh sejak kejadian di tebing tadi.

“Kau harusnya bercermin dan melihat caramu menatapku! Kau terlihat aneh!” protes Eungi.

Maroo menghentikan langkahnya dan menahan Eungi di sisinya, begitu dekat.

“Kenapa? Kau mengingat sesuatu?” tanya Eungi menyelidik.

Maroo tersenyum, binar matanya memancarkan kerinduan.

Eungi menatap tak paham. Maroo menyibak rambut Eungi yang jatuh menutupi wajahnya ke balik telinga. Jemarinya menangkup wajah Eungi yang tirus dan membawanya lebih dekat.

Jantung Eungi berdebar kencang.

“Aku merindukanmu,” bisik Maroo lirih, lantas menempelkan pelan bibirnya di atas bibir Eungi. Menumbuk dan melumatnya dengan penuh cinta. Airmatanya mengalir, ikut membasahi wajah Eungi yang menari di atas wajahnya..

Maroo melepaskan romansa mereka untuk sejenak, matanya masih terpejam. Ia mendesah pelan dengan dahi masih menyandari dahi Eungi.

“Hari ini menikahlah denganku!” desahnya seraya membuka mata, tatapannya tajam dan penuh ketulusan.

Eungi tercekat, ia sudah pernah diminta Maroo untuk menikah namun kalimat ‘hari ini’ bagaikan sebuah kejutan.

“Hari ini?” Eungi menatap bingung.

Maroo mengangguk dan memeluknya hangat, “iya, hari ini…” bisiknya lembut.

~oOo~

Maroo menggandeng tangan Eungi melintasi jalanan setapak dengan anak tangga dari potongan kayu yang ditata sedemikian rupa hingga menjadi begitu artistik.

Kanan dan kiri mereka adalah hamparan pepohonan pinus yang aromanya menyegarkan. Sinar matahari memancar malu-malu dari pucuk pohonnya. Senja datang dan memerahkan langit. Angin bertiup sepoi-sepoi. Eungi tak henti tersenyum, meski ketegangan nampak jelas di matanya.

Di ujung anak tangga itu, ada sebuah pondok kecil dengan sungai dan air terjun yang mengalir jernih. Di tepian sungai, Eungi melihat beberapa orang berdiri menantinya.

Dari kiri ke kanan, berbaris Jae Gil, Choco, Sekertaris Hyun, Pengacara Park, Eunsuk dan Seul Gi keponakan Maroo.

Eungi menoleh pada Maroo yang tersenyum malu-malu.

“Kau benar-benar penuh kejutan ya?” bisik Eungi. Maroo tertawa kecil. Mereka terus melangkah dan sampai di puncak tangga. 2 lembar kertas di atas meja kecil bertaplak putih dengan renda, menunggu untuk dijamah. Itu adalah surat pernikahan yang Maroo pesan pada Jae Gil pagi ini.

Sebuah pernikahan sederhana yang legal di mata hukum. Impian sederhana Maroo yang akhirnya terwujud.

Pengacara Park maju, ia akan bertindak sebagai saksi pernikahan yang sah di mata hukum.

“Kau gila Maroo! Menikah dengan pakaian seperti ini huh?” sindir Eungi. Maroo tergelak, ia memberikan kode pada Sekertaris Hyun yang langsung menarik Eungi ke belakang. Mereka lantas menghilang ke dalam pondok bersama Choco dan Seul Gi.

Sementara itu Maroo melepas mantelnya dan berganti dengan tuxedo berwarna hitam dengan bunga mawar putih tersemat di dada kirinya.

Tak butuh waktu lama, Eungi menampakkan dirinya yang kini dibalut dress simple namun elegan berwarna putih pastel. Di tangannya tergenggam sebuket bunga lili putih. Rambutnya diikat sebagian ke belakang. Wajahnya merona cerah dengan bibir yang dipulas lagi oleh lipstick warna merah.

Maroo terpukau, ia memegangi lututnya dengan tawa bahagia. Tak menyangka pengantinnya akan jadi sejelita ini. Eungi melotot gemas ke arah Maroo. Pura-pura kesal karena dipaksa menikah semendadak ini.

“Sambutlah pengantin wanita kita… Seo Eungi…” Jae Gil berteriak diiringi tepuk tangan meriah semua yang hadir.

Jantung Maroo berdebar kencang, pandangannya tak lepas dari Eungi yang berjalan didampingi oleh Choco. Dua wanita yang sangat ia cintai, berjalan ke arahnya. Maroo tak bisa lebih bahagia.

Dan di kehidupan selanjutnya, aku ingin bertemu dengan Eungi lagi. Lalu aku ingin kami berkencan seperti pasangan lainnya.

Aku ingin kami menunjukkan cinta seperti pasangan lainnya.

Eunsuk maju ke sisi Maroo dan memberikan kotak cincin berwarna merah.

Maroo meraihnya, ia membukanya.

Aku akan mengatakan ingin melihatnya ketika aku ingin melihatnya dan aku akan mengatakan jika aku merindukannya saat aku merindukannya.

Merasa gugup dan bersyukur…

Aku ingin kami berkencan seperti pasangan lain.

Eungi sampai di hadapan Maroo. Jarak mereka hanya satu langkah kaki.

Maroo menarik keluar satu cincin dari kotak di tangannya, sebelum mengembalikan kotak itu kembali pada Eunsuk.

Eungi mengulurkan tangan kanannya. Maroo meraihnya dan memasukkan cincin pilihannya ke jari manis Eungi. Mereka bertukar senyum. Eunsuk ganti menyodorkan kotak merah itu pada kakaknya. Eungi mengambil cincin di dalamnya dan ganti menyematkannya pada jari manis si pria baik pilihannya.

Semuanya bertepuk tangan dalam bahagia. Sekretaris Hyun dan Choco terharu hingga menangis. Mereka kompak berbagi tisu dan menyeka airmatanya bersama.

Pernikahan sederhana Maroo dan Eungi akhirnya sempurna setelah mereka menandatangi 2 lembar dokumen pernikahan di atas meja.

Sorak sorai kini menggema dan berlomba dengan suara deburan air terjun.

Maroo menaruh tangan kirinya melingkari pinggang Eungi sementara tangan kanannya memegang lembut pipi kirinya.

Ya, aku telah mendoakan itu pada Tuhan. Dan… terima kasih, sekarang aku… bahagia…

 

Dikecupnya manis bibir Eungi sebagai seorang suami untuk pertama kalinya.

Eungi menyesap balik tipis bibirnya dengan antusias. Semua orang menjadi riuh, tapi Eungi serta Maroo sama sekali tak perduli. Mereka sudah menanti saat ini untuk waktu yang sangat lama. Jadi, biarkan dunia menghilang untuk sejenak sementara ini.

Dan di batas senja ini, ijinkan cinta mereka berdansa.

~oOo~

Maroo menggayuh sepedanya dengan riang, di belakangnya ada Eungi yang memeluk pinggangnya dengan erat. Mereka menyusuri jalanan Tong Yeong yang sepi dengan tawa serta canda. Kemarin, setelah resmi menikah, mereka langsung terbang kembali ke Tong Yeong. Maroo tak bisa meninggalkan pengabdiannya begitu saja, dan sebagai istri yang baik. Eungi sama sekali tak keberatan. Dimanapun itu, asalkan bersama Maroo. Ia merasa bahagia.

Maroo menghentikan sepedanya tepat di mulut sebuah gang. Mereka tak dapat menaikinya lagi karena jalanan yang naik serta sempit.

Maroo menyerahkan sepedanya pada Eungi.

“Terima kasih tumpangannya,” gurau Maroo. Mereka kembali tertawa.

Eungi menyodorkan tas dokter milik Maroo.

“Aku bekerja dulu,” pamit Maroo disambut anggukan Eungi, tapi belum 2 langkah Maroo melangkah. Ia berbalik dan mengecup kening Eungi singkat. Pria dalam jas dokter itu lantas melambaikan tangannya dan berjalan naik. Maroo nyaris tersandung karena tak rela memalingkan pandangannya dari Eungi. Sekali lagi mereka tertawa.

Selepas Maroo pergi, Eungi memutar balik sepedanya dan menaikinya menuju rumah. Di sepanjang perjalanan, sesekali ia menyapa penduduk yang lewat dengan ramah. Eungi telah banyak berubah. Maroo mengubah dunianya menjadi lebih penuh warna.

Sampai di RuKo, Eungi segera membuka tokonya. Sambil menunggu pembeli, ia menyibukkan diri di dapur untuk membuatkan Maroo bekal makan siang.

Seperti biasa, dapur dan Eungi seperti fisika dan sastra. Tak berjalan di garis yang sama, namun siapa yang dapat menghentikan ambisi Eungi untuk membuatkan Maroo makan siang. Lagipula, Maroo sama sekali tak keberatan memakan masakan hambar atau bahkan keasinan buatan sang istri.

Seluruh desa telah tahu jika mereka menikah. Maroo membiarkan persepsi penduduk sekitar yang menyangka jika ia dan Eungi terlibat cinta lokasi, terlalu rumit untuk menjelaskan kisah cinta mereka yang ‘abnormal’

Selain itu, Maroo sebenarnya belum mengatakan apapun pada Eungi soal ingatannya yang telah kembali. Ia ingin mengubur kisah masa lalu mereka dalam kedamaian.

Maroo sedang memeriksa catatan pasien yang datang selama sepekan kemarin saat Eungi nyelonong masuk ke dalam ruangannya dan duduk di hadapannya.

Maroo mendongak, memasang ekpresi datar.

“Apa keluhanmu Nyonya?” tanya Maroo berakting.

Eungi meletakkan sekotak bekal yang ia bawa ke atas meja, “Aku merindukan suamiku,” jawabnya manyun. Maroo tertawa kecil dan mengambil bekal buatan Eungi. Ia kemudian menggandengnya keluar.

Mereka menikmati roti isi buatan Eungi di bangku panjang di depan klinik, bangku yang biasanya sebagai tempat pasien menunggu giliran diperiksa.

Maroo memakan roti isinya dengan lahap, Eungi tersenyum senang melihatnya.

“Kau tidak makan?” tanya Maroo. Eungi menggeleng.

“Kenapa?”

“Aku sedang diet,” jawab Eungi polos.

“Diet???”

“Hmm…” Eungi menyodorkan sebotol jus jeruk pada Maroo yang menatapnya heran.

“Siapa yang menyuruhmu diet?”

“Diriku sendiri. Kau tidak lupakan jika kita menikah saat usiaku sudah nyaris kepala empat. Aku mau tetap terlihat seksi,” ujar Eungi. Perawat Min yang berada di dalam klinik dan tak sengaja mendengarnya jadi menahan tawa.

Maroo yang mengetahui itu jadi sedikit malu dan tak nyaman. Ia berbisik, “Jangan melakukan diet! Kau harus makan yang banyak agar gizimu terpenuhi. Bukankah kau bilang ingin punya anak secepat mungkin dariku?”

Eungi terlihat kaget mendengar kalimat Maroo, ia sadar bahwa ucapan suaminya itu benar, dan berbicara soal anak, Eungi jadi ingat sesuatu.

“Baiklah, aku tidak akan sok melakukan diet tapi, bagaimana mungkin kita punya anak kalau kau belum melakukan itu padaku!” sindir Eungi.

Maroo sampai tersedak karena pernyataan Eungi yang frontal. Maroo tahu perawat Min di dalam pasti mendengarnya.

“Uhuuukkk..uhuukk….Hyaaa… pelankan suaramu!” Maroo heboh sendiri.

Eungi hanya melirik santai. Ia mengusap mulut Maroo yang sedikit belepotan.

“Kenapa aku harus memelankan suaraku? Bukankah kita sudah menikah? Hal seperti itu wajarkan?” Eungi membela diri.

Maroo menggaruk lehernya salah tingkah, ia bukannya sengaja ‘menganggurkan’ Eungi tapi mereka benar-benar belum ada waktu.

Setelah pernikahan, mereka bergegas kembali ke Tong Yeong dan baru sampai pukul 3 dini hari. Tidur sekitar 3 jam lantas pergi bekerja kembali pagi ini.

“Kau pikir aku sengaja belum menyentuhmu?”

“Sebenarnya, kita ada waktu sebentar tadi,” Eungi makin frontal. Wanita itu mengatakannya dengan ekspresi nan polos dan itu membuat Maroo gemas.

“Hyaaa… ssstttss….” Maroo buru-buru membungkam mulut Eungi karena ia melihat seorang pasien datang.

“Aku akan pulang begitu klinik tutup, terima kasih makan siangnya, istriku sayang….” Ucap Maroo buru-buru, ia menemani pasien itu masuk sebelum Eungi melontarkan kata-kata frontal lainnya.

Eungi mendengus kesal dan kembali ke rumah setelah menyapa Perawat Min sebentar.

Ia tahu perawat itu tadi menguping namun Eungi tidak perduli.

~oOo~

Eungi duduk di tokonya dengan bosan. Tidak ada pembeli sama sekali hari ini. Sepertinya semua orang sudah tahu bahwa roti lapis buatannya tidak enak.

Eungi memandangi foto pernikahannya dengan Maroo. Ia menjentik-jentik kepala Maroo di foto itu dengan cemberut.

“Baru sehari menikah tapi kenapa aku merasa dia kembali dingin padaku,” Eungi menjentik kepala Maroo sekali lagi.

Matahari menyingsing ke barat, menepi kemudian menghilang digantikan semburat senja di seantero langit.

Maroo membuka pintu RuKo Eungi, ia menenteng tas serta jas dokternya.

Hal pertama yang dilihatnya adalah sosok Eungi yang sedang duduk tertidur di atas estalase toko. Maroo menggeleng heran, “Benar-benar ceroboh! Bagaimana kalau dia jatuh?”

Setelah meletakkan jas dan tasnya ke atas meja, Maroo segera menggendong Eungi untuk dibawa ke kamar.

Eungi menggeliat pelan dalam gendongan Maroo. Ia membuka matanya tepat saat Maroo membaringkan tubuhnya ke atas ranjang yang empuk.

“Sudah bermimpi sampai mana, Nyonya? Disney Land? Neverland?” goda Maroo.

Eungi tersenyum, ia menguap lebar lantas memeluk tubuh suaminya itu. Tatapan matanya berubah nakal.

“Apa sekarang Tuan Dokter punya waktu untuk memeriksaku?” tanyanya memprovokasi.

Maroo tergelak dan ia diam sejenak, berpura-pura jual mahal.

“Hmm… apa sakitmu sangat parah?” tanyanya.

Eungi mengangguk polos dan menarik Maroo lebih dekat.

“Darimanakah aku harus memeriksamu, Nyonya?” Maroo tersenyum penuh arti.

Eungi menggeleng tak yakin, “Entahlah, mungkin di seluruh tubuh,” jawabnya disertai kedipan mata. Maroo terkekeh, ia mulai beraksi.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Methaalana
Si Maroo berasa sialan banget ah! Cekaka~ Sok kagak butuh, sok jaim, sok dingin tapi ngarep! Marooo... aku padamu! *Nulis sendiri, ngomel-ngomel sendiri*^^

Comments

You must be logged in to comment
Alexasky
#1
Chapter 6: Hii i would really love to read the story. Do you happen to know how to translate the story to English please?
kyuhaeni #2
Chapter 42: annyeong.. reader baru di sini..
Kang Maroo di sini ga jauh beda sma Yoo Shi Jin ya yg palyful..
makasi ff nya.. aku yg blm puas nonton Nice Guy baca ini jadi suka bgt! comedy romance lagi.. waah harapan aku tuh kelak Joongki main com-rom drama..
oladilia1310 #3
Chapter 41: Kalo aku berani ngomelin eungi, pasti udah kuomelin! Udah masa" mau melahirkan kok ekstrimnya gk ilang sih *gemesssss* hahahhh
Trus ini gimana eungi lahirannya masa di pulau tanpa RS??!!! Semoga Maroo bisa nanganin kalo emg gk bisa balik ke Seoul :')
And.... i miss ChaeKi Couple so much ㅠㅠ
Semangat kak author!! Kutunggu update selanjutnya! 파이팅! ♡♡
Chaeki_Novit #4
Chapter 38: aku udh baca chapter 39 nya d wattpad
dan waaah cerita'y makin menarik dan seru,, apa yg mencelakai jang mi itu eungi??
d tnggu chap selanjut'y ya :)

*maaf ya aku komen disini. wattpad aku lg gk bsa buat komen

oya aku mulai setuju dngan author-nim kaya'y klu cerita eunma datar2 aja gk kn trasa eunma'y n pasti'y krang menarik hihi jdi aku prcayakan alur'y kpada sang pakar'y aja
semangatt ya thor :D
emoonsong #5
Chapter 38: Hmmm joahhh... ditunggu next chapnya....hehehe
Chaeki_Novit #6
Chapter 38: ayoo ayoo cepat tes DNA biar semua tau (trutama eunma) kalau itu bukan anak'y maroo n jang mi juga harus jujur n selesain msalah dia sendiri sama ex husband'y

aduuhh ini nyonya song kalau lg ngmbek sifat asli'y kluar hahaha lupa ya kalau lg ngandung dede kembar hehehe

semangat thor, next chapter'y jgn lama2 ya
give me sweet happy ending. really happy ending. jeballl
Chaeki_Novit #7
Chapter 38: ayoo ayoo cepat tes DNA biar semua tau (trutama eunma) kalau itu bukan anak'y maroo n jang mi juga harus jujur n selesain msalah dia sendiri sama ex husband'y

aduuhh ini nyonya song kalau lg ngmbek sifat asli'y kluar hahaha lupa ya kalau lg ngandung dede kembar hehehe

semangat thor, next chapter'y jgn lama2 ya
give me sweet happy ending. really happy ending. jeballl
eonnifan
#8
Chapter 38: kan.. udh ketebak jonghyun bukan anak maroo hahhahahaha

sabarlah eungi
tp entah knp aku pengen eungi ky ngelakuin sesuatu yg ekstrim gitu lol
jgn2.. yg jd pembunuhnya.. eungi :O
emoonsong #9
Chapter 37: Komen selanjutnya dariku....

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°©©©°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Jong Hyun tinggal bersama Eng Gi? Kurasa ini baru namanya saingan yang seimbang...
Eng gi tdk mungkin kalah dr wanita manapun dihati Maroo... tp dgn Jong Hyun?....
Aku rasa Maroo akan sedikit bingung bukan?
Meski hatix untuk Eng Gi tapi Maroo tak mampu mengabaikan Jong Hyun...
Dan ini yang akan menyakiti Eun Gi... bukan begitu?
Ah sial bagimu Kang Maroo...

Eun Gi akan mendapat dukungan penuh dr semuanya bahkan dr si Twin...
Dan krn Jong Hyun tdk memiliki siapa siapa disisinya? Kau mungkin akan mengambil tanggung jawab itu...

Dan itu yg tidak diinginkan Eun Gi...
Kau berada bersebrangan dengannya...
Karena itu Eun Gi menginginkan mesin waktu... untuk bisa menemukanmu lebih dulu...
Tapi tentu sj hal yg mustahil... krn ini bukan fanfic doraemon tapi ini ff chaeki...
Hak paten mesin waktu hanya untuk doraemon, nobita dan kawan kawan Readers dan Eun Gi tau itu..
*plakkk abaikan*

Krn itu... kita akan berharap seperti biasa untuk Eun Gi sekali lagi berlari ke pihak Kang Maroo tanpa memedulikan apapun...
Meski itu artinya dia berada dipihak yang sama dengan Jong Hyun... si anak kecil yg menjadi saingannya...

Hey tunggu dulu...
Kurasa Eun Gi tdk sebodoh itu untk mempercayainya...tanpa mengkonfirmasinya dan ayolah Maroo bahkan seorg dokter ... apa mereka bahkan tdk terpikir untk melakukan tes DNA...?
Mengapa perkataan seorg wanita dari masa lalu menjadi begitu terpercaya? Hingga diterima tanpa pembuktian...
#mungki Eun Ma Lelah... butuh piknik...

Hemm meski tes DNA tdk murah tp biaya bukan hal yg perlu dirisaukan oleh seorg Eun Gi kan?
Yah cukup mnngirim sampel rambut Kang Maroo dan Jong Hyun kurasa... hal Ini bisa dipecahkan...





©¶©¶©¶

Eun Gi bisa saja menyerah untuk apapun dan siapapun tp Eun Gi tdk akan menyerah untuk Kang Maroo ...

©¶©¶©¶