Dua Hati Satu Cinta

NICE GUY FF - After The Ending

Maroo berjalan dengan agak ogah di belakang Joo Won yang nampak merasa bersalah. Ia menaruh bantalnya di samping Joo Won lantas mencoba merebahkan punggungnya dengan seikhlas mungkin. Maroo mengambil posisi tidur miring ke kanan, ia menahan rasa sebalnya sementara Joo Won terus membisikkan permintaan maaf.

“Sudahlah, sebaiknya kita tidur. Besok harus bangun pagi lagi,” ucap Maroo seraya memejamkan matanya sok cuek. Joo Won tersenyum kecil dan manggut-manggut. Mereka terpejam berdua. Meski demikian rupanya penderitaan Maroo belum sepenuhnya berakhir. Joo Won rupanya tipikal manusia yang tidak bisa tidur dengan satu gaya saja. Pria it uterus menerus merangkul Maroo, kadang menaikkan kakinya ke atas kaki Maroo dan tak jarang menempelinya seolah sedang berfantasi yang bukan-bukan.

Kehilangan kesabaran akhirnya Maroo mendorong tubuh Joo Won jauh-jauh dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut sembari berdoa semoga besok ia tak perlu seperti ini lagi.

Pagi menyapa seperti kumparan dynamo yang menghentakkan langkah-langkah kaki nan statis menuju pusat pesta adat jilid kedua. Eun Gi keluar dari kamarnya, ia berjalan agak susah payah sebab perutnya sekarang sudah tak lagi rata. Ada 2 janin dengan bobot yang tak main-main sedang bermain sepak bola atau baseball di dalam garbanya.

Wanita berambut panjang dengan rok sepanjang lutut dan sweater rajut abu-abu itu nampak terkejut melihat Hyeri sedang tercenung di ruang TV dalam posisi berjongkok. Gadis manis berlesung pipi itu tersenyum-senyum melihat dua makhluk di hadapannya yang saling memeluk di atas kasur lipat.

Eun Gi hinggap di sampingnya dan ikutan menikmati pemandangan pagi itu dengan heran.

“Kau sudah bangun rupanya,” Hyeri menoleh dan tersenyum pada Eun Gi. Mereka berbalas senyum, meski senyum Eun Gi tak lebih dari sekedar basa-basi.

Ah, wanita hamil itu banyak berubah sejak tinggal di desa ini dan menikahi Maroo. Ia jadi sering berbasa-basi dan tersenyum. Tabiatnya sedikit banyak tak seburuk dulu yang kasar, angkuh dan sombong setengah mati.

“Mereka manis juga, haha…” kelakar Hyeri seraya menunjuk Maroo dan Joo Won yang saling mendekap dengan akrabnya.

Eun Gi mengedip-ngedip aneh melihat pose sang suami pada Joo Won.

“Haruskah kita bangunkan mereka?” tanya Hyeri.

“Sebaiknya iya, sebelum mereka saling mencium satu sama lain,” Eun Gi bergidik, ia menelan ludah.

Hyeri kembali tertawa, ia mengira Eun Gi sedang bercanda padahal wanita itu mengutarakan kecemasannya apa adanya.

“Tunggu, biar kupotret dulu!” Hyeri berlari menuju sebuah meja di dekat dapur, ia meminjam kamera Joo Won yang ditaruh di atas sana. Setelah mengutak-atiknya sebentar, Hyeri lantas mencari angle terbaik dan menjepret Maroo serta Joo Won. Terdengar suara klik yang disertai blitz nan terang benderang. Ampuh! Mujarab! Manjur! Tak hanya mengabadikan momen langka tersebut, Hyeri juga berhasil menganggu tidur mereka dengan lampu blitznya.

Maroo menggeliat lebih dulu, disusul oleh Joo Won. Keduanya mengerjap-ngerjap, mencoba menangkup kesadaran dari awang-awang.

Dan hal selanjutnya bisa diprediksi, keduanya saling melotot kaget dan melontarkan diri sejauh mungkin lantas bersikap seolah tak terjadi apa-apa.

~oOo~

“Kenapa kau tidur di luar?” tanya Hyeri sembari mengunyah nasi di dalam mulutnya.

“Eh?” Joo Won mendongak, ia hendak menjawab namun Maroo lebih dulu membuka mulutnya dan mengucapkan sesuatu.

“Ia memang harus tidur di luar,” jawabnya datar, ringan dan nyaris tanpa ekspresi.

Hyeri memandang tak paham dan Joo Won langsung mengumbar tawa aneh.

“Hehe… Eun Gi kadang ingin tidur sendiri. Bayi kami membuatnya agak rewel. Hehe…” Joo Won nampak salah tingkah.

Eun Gi mendesah, ia menggeleng seraya menunduk.

Kakinya menginjak Joo Won dengan geram. Joo Won hanya meringis menahan sakitnya, ia tahu Eun Gi sedang memberinya kode agar jujur saja hari ini namun Joo Won sungguh belum siap untuk melepaskan kebohongannya dan melukai harga dirinya.

Hyeri manggut-manggut, kini perhatiannya tertumpu pada Maroo yang tak tersenyum sedikit pun pagi ini.

“Tuan Dokter, kenapa wajahmu terlihat pucat?” tanya Hyeri.

Maroo seketika mendongak, menatap agak bingung dan tak tahu harus menjawab apa kecuali, “Pucat?” ia balik bertanya.

Hyeri tersenyum, sementara Eun Gi langsung memanjangkan lehernya dan melongok ke kiri demi menatap Maroo yang terhalang oleh kehadiran Joo Won.

“Tunggu sebentar!” Hyeri berlari masuk ke kamarnya, ia kemudian keluar secepat kilat dengan membawa sebotol suplemen.

“Aku tahu kau Dokter dan ini mungkin terdengar sok tahu, tapi kumohon terimalah! Minuman ini bisa menambah tenaga serta menjaga kesehatan,” Hyeri menyodorkan suplemen di tangannya ke hadapan Maroo.

Ia tersenyum pada Eun Gi dan Joo Won yang tak menyangka sama sekali.

Maroo mencoba menolak pada mulanya namun Hyeri memaksa dan apa daya, pria berparas tampan itu akhirnya menerimanya dan memasukkannya ke dalam tas dokternya.

Hyeri tersenyum puas sementara Eun Gi menginjak kaki Joo Won sekali lagi dengan lebih keras.

Seusai sarapan, Maroo, Joo Won dan Hyeri berpamitan meninggalkan rumah. Maroo akan pergi ke pos kesehatan sedangkan Hyeri dan Joo Won akan mencoba mencari segala peristiwa unik untuk ditulis serta dibidik.

Eun Gi menutup pintu rumahnya, ia menarik kedua tungkainya menuju kamar. Tangannya mengaduk isi laci dan mengeluarkan sebuah benda kotak yang manusia jaman sekarang namai handphone.

Ia menekan sebuah nomor dan menunggu panggilannya terjawab.

“Halo…” Maroo menyapa, ia sudah berpisah dengan Joo Won dan Hyeri yang menghilang di tengah keramaian orang.

“Apa kau sudah sampai di pos kesehatan?” tanya Eun Gi. Ia duduk menyandari tumpukan bantal seraya mengelus perutnya yang berat.

“Hampir sampai, kenapa?” Langkah Maroo terhenti dan tak jauh darinya, tepatnya di sebuah lapangan, tenda pos pelayanan kesehatan terlihat. Belum ada pasien dan hanya dijubeli oleh beberapa mahasiswa relawan jurusan Kedokteran.

“Tidak apa-apa,” Eun Gi mendesah.

Maroo tersenyum kecil, ia menangkap sesuatu dari nada bicara Eun Gi yang terdengar kecewa.

Eun Gi kemudian menutup teleponnya setelah mengingatkan Maroo untuk makan siang di rumah saja.

Wanita itu menaruh handphonenya ke atas kasur, ia terdiam sebentar. Menimbang-nimbang untuk keluar atau diam saja di rumah seperti permintaan Maroo.

Perutnya semakin berat, jalan menuju pesta adat digelar juga tidak dekat. Eun Gi diruntuk bosan.

Ia keluar kamar, memutuskan untuk menyalakan TV tapi alangkah terkejutnya ia saat tiba-tiba pintu kamarnya terbuka.

Maroo muncul dengan agak terengah.

“Apa ada yang ketinggalan?” tanya Eun Gi heran.

Maroo tak menjawab, ia malah tertawa kecil. Kedua kakinya lantas berayun menuju Eun Gi, kedua tangannya memeluk wanita itu dengan hati-hati.

Eun Gi paham sekarang, ia balas memeluk Maroo dengan tersenyum.

“Aku tidak tahu kalau Kang Maroo sangat merindukan Seo Eun Gi,” goda Eun Gi.

Maroo tak menjawab, ia melepas pelukannya, ada senyum kecil menghiasi ujung bibirnya. Tatapannya tajam namun santai.

“Apa tidak boleh?” tanyanya.

Eun Gi tersenyum dan mengecup bibir Maroo cepat.

“Sangat boleh!” bisiknya. Keduanya tergelak.

~oOo~

Hyeri menatap tubuh tegap Joo Won dari belakang. Pria itu tengah membidik-bidik peristiwa di hadapannya. Tak jarang Joo Won nyaris terjatuh atau menabrak orang karena sibuk menunduk sampai miring-miring dan berjongkok demi mendapatkan angle yang sempurna. Hyeri tersenyum di belakangnya.

Joo Won terus beraksi, Hyeri juga menghimpun informasi sebanyak mungkin dari orang-orang yang ia temui.

Di tengah semaraknya suasana, Joo Won yang sibuk mencari posisi memotret tak sengaja terdorong lautan manusia lantas tergelincir gundukan tanah dan terjatuh dengan lutut membentur batu.

Ia mengaduh, Hyeri bergegas menghampirinya dengan khawatir.

“Joo Won!!! Kau baik-baik saja?” pekik Hyeri cemas.

Joo Won meringis, menahan sakit seraya memelut kameranya.

~oOo~

Eun Gi menggandengan mesra Maroo, mereka menempel dengan sangat rapat sepanjang perjalanan menuju pos kesehatan. Hari ini Eun Gi yang bosan merengek untuk ikut suaminya bekerja.

“Kau senang aku menurutimu?” goda Maroo.

“Bukannya kau yang senang karena aku menemanimu?” Eun Gi balas menggoda.

Keduanya tersenyum.

Setelah menempuh sekitar 10 menit perjalanan, sepasang suami istri itu akhirnya sampai di lapangan tempat pos kesehatan didirikan.

Eun Gi menyapa semua yang ada serta tak lupa memberikan sekresek snack-snack ringan yang ia beli di toko dalam perjalanan tadi.

“Duduklah di sini, kalau lelah, berbaring saja di salah satu ranjang,” Maroo menunjuk ranjang-ranjang darurat khas militer yang disediakan bagi para pasien yang datang.

“Iya, sudah sana! Bekerjalah dan jangan khawatirkan aku!” Eun Gi tersenyum.

Ia membiarkan Maroo melayani pasien yang mulai berdatangan. Menit demi menit berlalu, diperhatikannya suaminya itu.

Rasanya masih aneh kalau menengok ke beberapa tahun lalu.

Ia tidak pernah mengira akan hidup di alam pedesaan, memiliki suami seorang dokter dan tinggal di sebuah rumah toko sederhana dengan jalanan menanjak berliku-liku.

Eun Gi kira ia akan menikah dengan pria pilihan ayahnya, seorang pewaris kaya yang akan memberikan kontribusi besar bagi Tae San, atau mungkin ia tidak akan menikah dan berjuang mati-matian mempertahankan posisinya di Tae San.

Eun Gi merasakan tendangan dari dalam rahimnya. Bayinya mulai menunjukkan tanda-tanda kehadirannya dengan lebih aktif, akhir-akhir ini.

Ia tersenyum, mengelus perutnya. Tak menyangka akan merasakan fase kesempurnaan seorang wanita yakni, mengandung.

Dulu sekali, sebelum bertemu Maroo. Eun Gi bahkan berpikir untuk mencari donor sperma jika ia tak kunjung mendapatkan pria yang tepat baginya dan Tae San. Pikiran skeptis itu raib seketika sejak Maroo datang ke dalam hidupnya yang gelap dan sunyi.

Sementara itu, di tengah kesibukannya, Maroo diam-diam juga melirik ke arah Eun Gi.

Ia memperhatikan bagaimana Eun Gi yang kepanasan dan mengibas-ngibaskan kipas dari lembaran koran ke lehernya. Maroo tersenyum. Hatinya berdesir melihat perut Eun Gi yang membuncit. Ada calon bayi kembar mereka di dalam sana.

Bagi Maroo, menikahi Eun Gi adalah keajaiban. Ia yang kotor dan picik, ia yang hina dan jahat. Bagaimana bisa mendapatkan cinta yang begitu besar dari seorang wanita bernama Seo Eun Gi.

Diawali dari sebuah misi pembalasan dendam, mereka berakhir menjadi keluarga kecil yang bahagia.

Maroo beranjak dari kursinya dan menghampiri Eun Gi begitu pasien yang ia periksa meninggalkan tenda.

“Kau kepanasankan? Siapa suruh mengekoriku?” celetuk Maroo.

“Apa tidak bisa dipasang pendingin ruangan portable di sini?”

“Uang darimana?”

“Aku bisa mengambil dari gajiku sebagai pemegang saham di Taesan,”

Maroo tertawa remeh mendengar jawaban Eun Gi yang kegerahan dan semakin cepat mengipas lehernya.

“Tidak cukup kau mengambil uang Tae San sebagai modal toko rotimu? Aku yakin, kau belum balik modal dengan toko itukan?” sindir Maroo santai.

Eun Gi melotot dan bibirnya mengerucut kecut.

Ia memukul lengan Maroo dengan ‘kipas’nya.

“Kau membuatku makin kepanasan!” dengus Eun Gi sebal. Maroo tertawa kecil dan mengambil Koran yang telah lecek dari tangan Eun Gi.

“Sudah jangan melotot kesal seperti itu padaku!” Maroo menarik tangan Eun Gi. Ia mengajaknya keluar.

“Mau kemana? Bagaimana kalau ada pasien?”

“Tenanglah! Kita cuma ke sana,” Maroo menunjuk arena permainan di sisi kiri lapangan.

Eun Gi duduk di ayunan sembari menunggu Maroo yang bilang akan membeli sesuatu di toko dekat lapangan.

Dan benar, suaminya kembali dengan 2 bungkus ice cream.

Maroo membuka bungkusnya dan menyodorkan ice cream berbentuk kerucut ke tangan Eun Gi yang tersenyum menerimanya.

“Terima kasih,” ucap Eun Gi disambut senyuman Maroo.

Ia duduk di ayunan di sebelah ayunan Eun Gi. Maroo menikmati ice creamnya juga.

Angin menari pelan menyisir pori-pori kulit mereka. Tempat ini teduh sebab dinaungi oleh sebuah pohon besar yang daunnya lebat dan rindang.

“Sudah lama tidak seperti ini,” ucap Eun Gi tiba-tiba dan membuat Maroo menoleh.

Eun Gi menggigit ice creamnya dan tersenyum kecil. Netranya berbinar bahagia menatap langit yang biru cerah.

“Kau ingat ayunan di depan kamarku di Aomori? Ayunan itu dibuat untukku. Ibuku yang menghadiahkannya. Ada namaku dan tanggal ulangtahunku terukir di sana. Satu-satunya kenangan paling indah di masa kecilku adalah saat Ibuku mengayunku dan kami tertawa bersama sambil menikmati sore,” Eun Gi bercerita.

Eun Gi mengelus perutnya yang besar. Ia menghela napas sebentar sebelum menghembuskannya pelan dan memandang wajah Maroo yang terpaku menatapnya dengan simpati.

“Aku mau anak-anak kita punya banyak kenangan indah untuk dikenang saat mereka dewasa. Aku tidak akan mendidik mereka sekeras ayahku mendidikku. Aku tidak mau mengekang mereka,” ucap Eun Gi.

Maroo mengangguk dan tersenyum.

“Kau akan jadi ibu yang hebat!” kata Maroo, matanya tanpa sadar berkaca-kaca. Maroo teringat ibunya yang tiada setelah membawanya ke dunia.

“Apa aku membuatmu sedih?” Eun Gi menyadari kesedihan di wajah Maroo.

“Tidak,” Maroo tersenyum berusaha menahan airmatanya yang nyaris tumpah tanpa terduga.

Eun Gi terdiam, memandangi suaminya dengan perasaan iba.

Ia tahu Maroo tak pernah mengenal ibunya sebab ibunya tiada beberapa jam setelah melahirkannya.

Eun Gi berdiri dan berjalan ke hadapan Maroo yang tertunduk.

Ia menempelkan kepala pria itu ke perutnya yang besar. Eun Gi membuang ice creamnya yang tinggal sedikit lantas mengusap-usap punggung Maroo dengan lembut.

Maroo memejamkan matanya, menikmati belaian lembut Eun Gi di punggungnya.

Eun Gi tak pernah tahu, sejak ia hamil, Maroo sebenarnya tak hanya diliputi kebahagiaan. Ia juga dihantui ketakutan. Ia takut, Eun Gi pergi seperti cara ibunya pergi. Ia tak sanggup membagi kecemasannya itu pada Eun Gi, tapi hari ini, secara tak terduga, Maroo akhirnya meletupkan kerisauannya dalam sebuah kalimat,

“Jangan mati seperti ibuku setelah melahirkan anak-anak kita. Kau harus merawat mereka bersamaku,” bisik Maroo.

“Aku akan hidup dan menua bersamamu untuk waktu yang lama….” Janji Eun Gi.

~oOo~

Hyeri membersihkan luka di lutut Joo Won yang biru lebam dan lecet dengan tisu serta air mineral miliknya. Mereka menepi berdua di bawah sebuah pohon, di sisi danau.

Hyeri meniup-niup luka Joo Won dengan telaten. Ia begitu tulus melakukannya. Di hadapannya, Joo Won memandang tanpa berkedip. Hatinya berdesir, perasaan itu masih ada. Ia masih sangat mencintai Hyeri.

“Kau tidak berubah! Tetap ceroboh!” pekik Hyeri.

“Ah… kau harusnya lebih berhati-hati! Bagaimana ada gadis yang mau denganmu kalau kau ceroboh begini? Siapa yang akan menikahimu nanti?” gerutu Hyeri tanpa sadar.

Joo Won terenyak. Matanya membulat. Hyeri tahu ia masih lajang?

“Kau tahu kalau….”

“Apa? Kau kaget aku tahu kebohonganmu? Kau lupa aku ini siapa? Aku Hyeri! Jurnalis yang sudah melalang buana kemana-mana. Kau polos sekali kalau berpikir bisa menipuku! Kau kira aku tidak tahu tentang siapa Eun Gi dan siapa Maroo? Mereka suami istri yang sedang sial karena terpaksa menuruti sandiwara konyolmu. Kapan kau akan dewasa Joo Wo-ah? Kapan kau akan membuatku berhenti mencemaskanmu?” Hyeri mendesah frustasi.

Ia bangun dengan kesal, meninggalkan Joo Won yang mengejarnya dengan susah payah sebab kakinya masih berdenyut-denyut sakit.

Joo Won akhirnya bisa menghadang langkah Hyeri, ia menahan gadis itu agar berhenti dan mau menatapnya.

“Beri aku kesempatan! Kau bilang kau mencemau. Bukankah itu berarti ada kesempatan untuk membuatmu mencintaiku? Beri aku kesempatan untuk menggerakkan hatimu!”

Hyeri terdiam. Mereka saling tatap.

Ada alasan kenapa dulu ia menolak Joo Won.

“Tidak bisa,” Hyeri menjawab cepat. Ia mencoba pergi tapi Joo Won tak melepaskannya begitu saja.

Hyeri meronta tapi Joo Won malah mendekapnya, melumat mulutnya dan membasahi setiap inci bibir mereka dengan menggebu-gebu.

Hyeri tak dapat berbohong. Ia takluk dan membalas ciuman Joo Won dengan giat. Keduanya memagut cinta bersama-sama di bawah sebuah pohon yang ranting-rantingnya menari digelitik angin.

~oOo~

Maroo sedang menggandeng Eun Gi kembali ke pos kesehatan saat seorang dokter relawan bernama Tae Hyun datang menghampirinya dengan terengah.

“Dokter… ada… ada wanita yang… akan melahirkan!!!” lapor Tae Hyun.

Maroo segera berlari masuk ke dalam tenda, meninggalkan Eun Gi yang ikut cemas. Ia berjalan lebih cepat guna menyusul Maroo, namun lengking kesakitan itu memasung keberaniannya. Eun Gi menelan ludah, ia mematung begitu sampai di dalam tenda yang gaduh. Fokusnya tertumbuk pada sesosok wanita hamil di atas ranjang. Wanita itu terus mengaduh, ia  menggelepar kepayahan. Wajahnya memerah, seluruh ototnya seperti ditarik keluar dan bergumpal-gumpal darah terus menetes dari celah kakinya. Eun Gi mendadak merasa pening.

~oOo~

Nothing to say, I just miss Eun Ma so much and I feel better after write this.

For me writing is like drugs. I feel bad without it, specially without Chaeki story.

I will do everything better.

If you miss them too, share on comments box below.

I am happy can share my imagination with you.

I hope you feel happy too, reading my fiction.

Thanks for reading.

I love you!

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Methaalana
Si Maroo berasa sialan banget ah! Cekaka~ Sok kagak butuh, sok jaim, sok dingin tapi ngarep! Marooo... aku padamu! *Nulis sendiri, ngomel-ngomel sendiri*^^

Comments

You must be logged in to comment
Alexasky
#1
Chapter 6: Hii i would really love to read the story. Do you happen to know how to translate the story to English please?
kyuhaeni #2
Chapter 42: annyeong.. reader baru di sini..
Kang Maroo di sini ga jauh beda sma Yoo Shi Jin ya yg palyful..
makasi ff nya.. aku yg blm puas nonton Nice Guy baca ini jadi suka bgt! comedy romance lagi.. waah harapan aku tuh kelak Joongki main com-rom drama..
oladilia1310 #3
Chapter 41: Kalo aku berani ngomelin eungi, pasti udah kuomelin! Udah masa" mau melahirkan kok ekstrimnya gk ilang sih *gemesssss* hahahhh
Trus ini gimana eungi lahirannya masa di pulau tanpa RS??!!! Semoga Maroo bisa nanganin kalo emg gk bisa balik ke Seoul :')
And.... i miss ChaeKi Couple so much ㅠㅠ
Semangat kak author!! Kutunggu update selanjutnya! 파이팅! ♡♡
Chaeki_Novit #4
Chapter 38: aku udh baca chapter 39 nya d wattpad
dan waaah cerita'y makin menarik dan seru,, apa yg mencelakai jang mi itu eungi??
d tnggu chap selanjut'y ya :)

*maaf ya aku komen disini. wattpad aku lg gk bsa buat komen

oya aku mulai setuju dngan author-nim kaya'y klu cerita eunma datar2 aja gk kn trasa eunma'y n pasti'y krang menarik hihi jdi aku prcayakan alur'y kpada sang pakar'y aja
semangatt ya thor :D
emoonsong #5
Chapter 38: Hmmm joahhh... ditunggu next chapnya....hehehe
Chaeki_Novit #6
Chapter 38: ayoo ayoo cepat tes DNA biar semua tau (trutama eunma) kalau itu bukan anak'y maroo n jang mi juga harus jujur n selesain msalah dia sendiri sama ex husband'y

aduuhh ini nyonya song kalau lg ngmbek sifat asli'y kluar hahaha lupa ya kalau lg ngandung dede kembar hehehe

semangat thor, next chapter'y jgn lama2 ya
give me sweet happy ending. really happy ending. jeballl
Chaeki_Novit #7
Chapter 38: ayoo ayoo cepat tes DNA biar semua tau (trutama eunma) kalau itu bukan anak'y maroo n jang mi juga harus jujur n selesain msalah dia sendiri sama ex husband'y

aduuhh ini nyonya song kalau lg ngmbek sifat asli'y kluar hahaha lupa ya kalau lg ngandung dede kembar hehehe

semangat thor, next chapter'y jgn lama2 ya
give me sweet happy ending. really happy ending. jeballl
eonnifan
#8
Chapter 38: kan.. udh ketebak jonghyun bukan anak maroo hahhahahaha

sabarlah eungi
tp entah knp aku pengen eungi ky ngelakuin sesuatu yg ekstrim gitu lol
jgn2.. yg jd pembunuhnya.. eungi :O
emoonsong #9
Chapter 37: Komen selanjutnya dariku....

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°©©©°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Jong Hyun tinggal bersama Eng Gi? Kurasa ini baru namanya saingan yang seimbang...
Eng gi tdk mungkin kalah dr wanita manapun dihati Maroo... tp dgn Jong Hyun?....
Aku rasa Maroo akan sedikit bingung bukan?
Meski hatix untuk Eng Gi tapi Maroo tak mampu mengabaikan Jong Hyun...
Dan ini yang akan menyakiti Eun Gi... bukan begitu?
Ah sial bagimu Kang Maroo...

Eun Gi akan mendapat dukungan penuh dr semuanya bahkan dr si Twin...
Dan krn Jong Hyun tdk memiliki siapa siapa disisinya? Kau mungkin akan mengambil tanggung jawab itu...

Dan itu yg tidak diinginkan Eun Gi...
Kau berada bersebrangan dengannya...
Karena itu Eun Gi menginginkan mesin waktu... untuk bisa menemukanmu lebih dulu...
Tapi tentu sj hal yg mustahil... krn ini bukan fanfic doraemon tapi ini ff chaeki...
Hak paten mesin waktu hanya untuk doraemon, nobita dan kawan kawan Readers dan Eun Gi tau itu..
*plakkk abaikan*

Krn itu... kita akan berharap seperti biasa untuk Eun Gi sekali lagi berlari ke pihak Kang Maroo tanpa memedulikan apapun...
Meski itu artinya dia berada dipihak yang sama dengan Jong Hyun... si anak kecil yg menjadi saingannya...

Hey tunggu dulu...
Kurasa Eun Gi tdk sebodoh itu untk mempercayainya...tanpa mengkonfirmasinya dan ayolah Maroo bahkan seorg dokter ... apa mereka bahkan tdk terpikir untk melakukan tes DNA...?
Mengapa perkataan seorg wanita dari masa lalu menjadi begitu terpercaya? Hingga diterima tanpa pembuktian...
#mungki Eun Ma Lelah... butuh piknik...

Hemm meski tes DNA tdk murah tp biaya bukan hal yg perlu dirisaukan oleh seorg Eun Gi kan?
Yah cukup mnngirim sampel rambut Kang Maroo dan Jong Hyun kurasa... hal Ini bisa dipecahkan...





©¶©¶©¶

Eun Gi bisa saja menyerah untuk apapun dan siapapun tp Eun Gi tdk akan menyerah untuk Kang Maroo ...

©¶©¶©¶