Where Are You, Eungi

NICE GUY FF - After The Ending

MAROO POV

“Maroo, siapa dia?”

Kalimat itu menyingkap ketenanganku pergi. Eungi menatapku dalam binar kepolosan yang berbalut rasa penasaran. Aku bingung harus mengatakan apa. Menjawab pertanyaannya dengan jujur yang berarti mengupas bilik masa lalu nan kelam milikku atau berbohong, berbohong pada wanita yang tengah mengandung anakku itu.

Se Ra, ya nama si masa lalu itu adalah Se Ra. Yoo Se Ra. Entah itu nama asli atau nama palsu, aku tak terlalu perduli. Aku hanya ingat menghabiskan beberapa malam dengannya lantas mencampakkannya begitu saja. Kami berpisah dengan kejam. Melukai hati wanita adalah keahlianku beberapa tahun lalu.

Seperti membuang kulit kacang, aku mengenyahkan mereka dengan sangat mudah.

Se Ra memandangiku, ia tidak berubah. Sorot matanya seolah masih sangat menginginkanku, meski sesungguhnya, aku melihat luka juga di sana. Luka yang kutorehkan beberapa tahun lalu. Aku menyingkirkannya dengan begitu dingin, mengambil semua uang yang ia punya kemudian kabur meninggalkan Jepang.

Lebih dari sekedar pencuri, aku adalah keparat tengik, penjahat kelamin. Lucunya, daripada merasa bersalah, hatiku justru gentar oleh kenangan hitam milik kami.

Se Ra sama busuknya sepertiku.

“Namaku Yoo Se Ra,” Se Ra menjawab pertanyaan Eungi saat bibirku masih terkunci.

Mereka saling menatap dengan sorot mata yang secara tersirat saling menyelidiki posisi masing-masing di dalam hidupku.

“Apa hubunganmu dengan suamiku?” Eungi menunjukkan posisinya dengan lugas melalui kata ‘suamiku’. Aku diam-diam tersenyum mengaguminya. Eungi memang tak bisa diremehkan, ia frontal, tak suka berbasa-basi busuk.

Se Ra terlihat kaget, ia melirikku yang masih menatapnya tanpa minat.

“Suami? Apa aku salah orang? Kau benar Kang Maroo kan?” tanyanya terkejut.

Aku terkungkung ketidaknyamanan, merasa begitu buruk karena tak sanggup melontarkan sepatah katapun.

Di luar perkiraan, Eungi malah tersenyum. Ia melangkah maju, netranya memaku kehadiran Se Ra tanpa setitikpun keraguan.

“Kalau kau mencari Kang Maroo yang dulu, kau salah orang karena Kang Maroo yang sekarang adalah suamiku, milikku,” jawab Eungi tegas.

Tepat pada saat itu, apoteker keluar dan memberikan pesananku. Tanpa perlu menunggu lama, Eungi menggandengku pergi, meninggalkan Se Ra yang kutahu tak akan menepi begitu mudah.

Dan benar saja, Se Ra mendadak menahan lenganku. Ia menatapku tajam, masih penuh oleh pertanyaan. “Tunggu! Kang Maroo! Suami, huh?” ia masih tidak percaya pada kata-kata Eungi.

Ini mematik kesabaran Eungi pergi, istriku tersulut oleh rasa ingin tahu Se Ra yang sangat menganggunya. Ia mengibaskan tangan Se Ra dari lenganku dengan kasar, bahkan mendorongnya ke belakang hingga hampir jatuh.

Ditatapnya wanita berambut sebahu itu tajam,

“Apa kau tuli? Pria ini suamiku! Beraninya kau menyentuhnya seperti itu! Apa hakmu?”

Se Ra tercekat oleh sarkasme Eungi, ia melotot dan bersiap untuk membalas perlakuan kasar Eungi tapi aku mencegahnya. Kutahan tangannya yang ingin menyakiti istriku.

“Hentikan Se Ra! Bukankah kau sama kotornya denganku?! Kau sama sekali tidak punya hak untuk bersikap seperti ini. Aku hanya mencuri apa yang kau curi dengan cara yang menyenangkan, jadi seharusnya kau berterimakasih dan hiduplah dengan baik,” kutinggalkan Se Ra yang tertohok oleh pernyataanku.

Kugandeng Eungi pergi, pandanganku lurus ke depan. Meski demikian, aku tahu, aku sangat tahu jika Eungi menatapku tak berkedip. Ada gejolak di matanya, ia kini tahu jika ingatanku telah kembali.

~oOo~

Eungi tidak mengatakan apapun sepanjang perjalanan pulang kami ke rumah. Ia seperti lupa pada kejadian di Rumah Sakit tadi. Fokusnya tertumpu pada foto USG di tangannya. Belum nampak apapun, hanya noda kecil berwarna hitam yang Dokter sebut sebagai calon bayi kami.

Aku yang penasaran mencoba memulai percakapan di dalam bus,

“Apa kau tidak ingin bertanya sesuatu padaku, Eungi?” tanyaku was-was.

Ia menaruh foto di tangannya, kemudian menolehku dengan senyuman bahagia.

“Apa yang harus aku tanyakan? Wanita itu? Hubunganmu dengannya? Bukankah itu masa lalu saat kita belum bertemu, lalu kenapa aku harus mempermasalahkannya?” Eungi tersenyum.

Lengannya mengait lenganku dan ia menyadarkan kepalanya di bahuku.

“Kau mencintaiku, aku mencintaimu dan kita akan memiliki bayi. Itu jauh lebih penting untuk dibahas. Aku hanya penasaran pada satu hal,” ia mendekat, memicingkan matanya.

“Sejak kapan ingatanmu kembali? Ckckck… pasti kau sudah mengingat semuanya. Sikap kasarku, kelakuan-kelakuanku yang minus dan hal-hal buruk tentangku,” bibir Eungi mengerucut manyun.

Tak ada yang ingin kukatakan, aku hanya ingin menciumnya dan memeluknya. Kutarik raganya lebih dekat dan kucumbu ia lembut. Lebih lembut dari siapapun yang pernah jatuh cinta.

Eungi memejamkan matanya, ia tersenyum di atas bibirku.

Setelah puas bercumbu, tangan kanannya mencari-cari tangan kiriku, kemudian menaruhnya di atas perutnya yang mengerami janin kecil kami. Aku mengusapnya pelan. Kami saling pandang sesaat, penuh cinta.

Kucium puncak kepalanya. Bus melaju tenang membawa kami pulang ke desa.

Begitu sampai rumah, aku mendudukkannya di kamar. Kusingkap sedikit kemejanya dan kuintip memar itu.

“Ckckck… lihat hasil kerja kerasmu mencampuri hidup orang lain!” kusindir Eungi yang meringis kesakitan.

Aku pergi ke dapur untuk mengambil es batu dan kain kompres. Saat kembali ke kamar, kulihat Eungi tengah berdiri memandangi foto pernikahan kami di dinding sambil mengusap perutnya. Kutaruh baskom berisi es dan kain itu di atas ranjang, kudekap Eungi dari belakang dan kududukkan ia di pangkuanku.

Kubelai perutnya dengan lembut, kukecup bahunya yang memar.

“Kuharap kau tidak menemui Min Woo lagi setelah ini. Tugas kita cukup sampai di sini, aku tidak mau kau bersikap sok pahlawan dengan mencampuri hidup orang lain!” pintaku.

Eungi tersenyum, ia melirikku, “Kang Maroo tidak sedang cemburu pada pasien Rumah Sakit Jiwa kan?” ledeknya.

Aku tertawa kecil dan mencubit hidungnya gemas.

“Entahlah, kurasa aku sedikit cemburu,” godaku.

Eungi terkekeh, ia mencium pipiku tiba-tiba.

“Aku akan menurutimu, suamiku!” bisiknya.

Aku mengangguk dengan senyum penuh arti, “Kalau begitu apapun yang terjadi jangan berteriak!”

Eungi memandang heran pada mulanya, tapi kemudian ia mengerti saat dingin es batu menyentuh bahunya. Eungi mengingkari janjinya, ia berteriak seperti dulu saat aku memijit kakinya.

“MAROO!!! HENTIKAN!!! AKU… AAAWWWHH… SAKIT!!!”

“DIAMLAH! SEBENTAR LAGI!!!”

“SUDAH!!! AAAAWWH… MAROO!!!”

“BELUM!!! BIARKAH AKU MENYENTUHNYA LAGI!!!”

“TIDAK!!!”

“HYAA… SEO EUNGI!!!”

~oOo~

2 Minggu kemudian,

Eungi hamil, harusnya ini berita gembirakan?

Harusnya aku gembira setengah mati sampai tak bisa tidurkan? Iya, aku memang gembira dan TAK BISA TIDUR. Bukan, bukan tak bisa tidur saking gembiranya tapi karena Eungi mengusirku dari atas ranjang. Moodnya berubah tidak jelas. Kadang ia jadi sangat cerewet, kadang ia jadi sangat pendiam dan kadang ia jadi… entahlah, bahkan perubahan warna pada bunglon lebih bisa ditebak.

Malam ini Eungi menyuruhku tidur di luar, katanya ia tidak suka bauku. Ia mual-mual hebat, katanya aku berbau aneh. Jenis bau yang hanya muncul dalam imajinasinya. Aku mengalah dan menggelar kasur lipat di samping ranjang.

Eungi tidur dengan nyenyak, mengabaikanku yang ingin memeluknya.

Aku belum menyentuhnya sama sekali sejak Dokter memberitahuku tentang kehamilan Eungi. Aku hanya bisa mencuri kecupan saat ia tidur, karena Eungi akan jadi sangat sensitif jika aku menyentuhnya. Itu membuatku membaca banyak artikel tentang kehamilan dan aku baru tahu jika beberapa kasus seperti Eungi ada di dunia ini. Kupandangi ia yang tidur memunggungiku.

Aku cuma bisa mendesah dan menjambaki rambutku sendiri dengan kesal kalau sudah begini.

Pagi ini, seperti biasa, Eungi turun dari ranjangnya dan melesat menuju kamar mandi. Ia mual-mual. Aku ingin memijat tengkuknya dari belakang, tapi kakiku terhenti di depan pintu kamar mandi. Kemarin lusa, Eungi mengomel saat aku mencoba memijat tengkuknya. Ia menyuruhku jangan dekat-dekat atau mualnya bertambah hebat.

Aku mendesah dan menurut, tapi saat ini herannya Eungi malah menyuruhku mendekat. Ia memintaku memijat tengkuknya.

Wajahnya pucat, ia lemas.

Kupapah ia ke tepi ranjang, kupijat bahunya telaten.

“Apa Choco dulu juga seperti ini?” tanyanya putus asa.

Aku tidak tahu, karena saat Choco hamil, aku sedang kuliah di Amerika.

“Apa perlu kutelepon Choco sekarang?”

“Tidak usah,”

“Obat mualnya, kau tidak meminumnya?” tanyaku.

Eungi menggeleng lemah, kepalanya bersandar di dadaku.

“Aku takut,” jawabnya pelan.

“Takut?”

“Hmm… aku membaca artikel, ada seorang ibu yang mengonsumsi obat mual terus menerus dan saat lahir bayinya cacat. Aaah, aku tidak mau!” Eungi bergidik ngeri membayangkannya.

“Biasanya obat mual yang alami adalah makan sesuatu yang asam, kau mau kubelikan jeruk?”

Eungi menggeleng, ia belum mengalami ngidam sampai saat ini.

Kami sudah cukup dewasa untuk tahu bahwa menikah dan memiliki anak bukanlah jenis happy ever after seperti di film-film tapi, aku tak pernah membayangkan jika kehamilan Eungi akan membuatnya jadi serewel ini.

“Kemarin kau hanya makan sedikit karena mual, aku cemas. Katakan mau makan apa! Akan kubelikan,” kuselipkan rambutnya ke balik telinga.

“Aku ingin…”

“Katakan saja!”

Eungi menggigit bawah bibirnya agak ragu.

“Ayam goreng Jae Shik,” ucapnya membuatku nyaris memekik karena kaget.

“Kau mau ayam gorengnya dipaketkan ke Tong Yeong?”

“Aku ingin makan di sana,” jawab Eungi, ia mengeluarkan jurus puppy eyesnya yang sebelumnya tak pernah sekalipun kulihat.

Aku mendesah, menggeleng karena kehabisan kata. Bayi kami benar-benar istimewa!

~oOo~

Eungi POV

Aroma Seoul, aku menciumnya dari balik jendela taksi yang terbuka sedikit. Maroo merapatkan mantel yang kukenakan sebelum menggandengku turun dari taksi yang kini telah sampai di depan rumah Choco dan Jae Gil.

“Aku mau makan ayam goreng, Maroo!” rengekku keras kepala.

“Sekarang jam 11 malam, restaurantnya pasti sudah tutup. Besok pagi-pagi sekali, aku janji untuk mengantarmu kesana. Kalau perlu kita menjadi pelanggan pertamanya,” Maroo mencoba membujukku. Aku merengut dan meninggalkannya yang kewalahan menenteng 3 koper sekaligus.

Aku tahu ini gila, tapi aku sungguh menginginkannya. Sejak dua hari lalu, aku ingin makan ayam goreng dan hanya ayam goreng buatan kakak Jae Hee.

Choco tak dapat menyembunyikan kegembiraannya melihat kedatanganku dan Maroo yang sangat mendadak.

Ia memelukku antusias, ini pertemuan pertama kami sejak berita kehamilanku tersebar.

Jae Gil terkekeh girang, ia membantu Maroo membawa koper-koper kami ke dalam.

“Kalian datang seperti bintang jatuh saja, tiba-tiba dan tanpa pemberitahuan,” protes Choco. Kami berempat berbincang di ruang tamu, Seul Gi keponakanku sudah tidur.

“Iya, apa di desa tidak ada sinyal? Kau sombong sekali Maroo! Sejak menikah jadi jarang menghubungiku!” timpal Jae Gil.

Aku hanya tersenyum bersama Maroo.

“Lalu, apa yang membawamu pulang sobat? Kau merindukan kamikan?” Jae Gil nyengir penuh percaya diri.

“Kau tidak berubah! Tetap suka kegeeran!” ledek Maroo disambut muka masam Jae Gil.

“Eungi yang membuat kami terbang jauh kemari,”

“Eungi? Kau merindukan kami?” Jae Gil menatapku, senyum penuh percaya dirinya kembali, malah semakin lebar.

“Eungi ingin makan ayam goreng buatan Jae Shik!” jawab Maroo membuat semua orang di ruangan itu memekik kaget.

Aku tersenyum sok polos seraya mengusap perutku.

“Kalian datang kemari hanya untuk… ayam goreng???” Jae Gil melotot tak percaya.

Maroo mengangguk, “Saudara iparmu sudah gila!” sindirnya padaku.

“BAYIMU YANG MINTA, BUKAN AKU!” kucubit lengannya dengan kesal.

Choco dan Jae Gil mengikik melihat itu, sedangkan Maroo mengaduh kesakitan tapi tak berani membalasku.

~oOo~

“Maroo… bangun!” aku menggoncang lengannya yang terpengkur di sisiku dengan sangat pulas. Maroo terlihat sangat lelah.

Kulirik jam weker di atas meja, pukul 6 pagi.

Kusibak selimutku pergi, kubuka pintu kamar dan kuturuni tangga. Seluruh penghuni rumah ini masih tidur.

Aku celingukan sendiri, kuamati seluruh sudut rumah ini. Foto-foto Jae Gil dan Choco serta anak mereka bertebaran dimanapun. Di atas dinding, di sisi foto pernikahan mereka, ada foto pernikahanku dan Maroo. Aku tersenyum dan mengusap perutku dalam bahagia.

“Kau sudah tidak sabar ya nak?” aku berbisik pada janin di dalam rahimku.

~oOo~

Pagi itu, seisi rumah Jae Gil gaduh. Ia, Choco, Maroo bahkan Seul Gi kelabakan mencari Eungi. Maroo mengomel penuh kecemasan. Ia berkali-kali menghubungi Eungi tapi jangankan menyahut, nomornya tidak aktif.

“Jangan-jangan dia pergi sendiri ke restaurant Jae Shik?” cetus Jae Gil.

Maroo terdiam sejenak dan mengangguk,

“Aku tidak kepikiran sampai sana! Pinjam mobilmu!” Maroo menyambar kunci mobil di dekat tumpukan buku di atas meja, ia berlari keluar dan membawa mobil Jae Gil pergi bahkan sebelum pemiliknya mengatakan iya.

“Hyaaa… Maroo… Kakakmu itu! Bagaimana aku akan ke kantor sekarang?!?” pekik Jae Gil bingung.

Choco hanya mengendikkan kedua bahunya, polos.

Maroo mengegas mobil Jae Gil menuju restaurant Jae Shik, ia tahu letaknya karena dulu Jae Gil pernah mengajaknya kesana meski hanya lewat. Saat itu Maroo baru pulang dari Amerika dan masih belum mengingat semuanya.

Jae Gil sengaja mengajaknya lewat restaurant Jae Shik untuk memicu ingatan Maroo.

Maroo menepikan mobilnya di sisi trotoar, agak jauh dari restaurant Jae Shik karena ada rambu dilarang parkir.

Pria tampan berjaket biru itu berjalan menyusuri trotoar yang mulai padat oleh para pekerja kantoran dan anak-anak sekolah.

Ia sudah dekat dengan restaurant Jae Shik yang berada di seberang jalan. Dari pintu kacanya, Maroo dapat melihat sosok Eungi tengah melahap sepiring ayam goreng yang mengepul panas.

“Ckckck… dia tidak berubah sama sekali! Tetap keras kepala, sudah diatur dan tak sabaran!” omel Maroo.

Kakinya hendak menyebrangi jalanan yang sepi dan tangannya sudah tak tahan untuk menjitak Eungi dari belakang. Maroo melangkah maju, namun baru satu langkah, ia berhenti.

Seorang wanita menatapnya dan ia balik menatap wanita itu.

“Nuuna…” Jae Hee berdiri tak jauh darinya. Mereka saling pandang.

~oOo~

What do you think, sis?

Jae Hee meets Maroo, do you have any idea what kind of conversation that will occur between them?

Hehehe…

Share with me, your feeling, your love and your loyalty to our CHAEKI COUPLE!

I really wish to see them together in real life and reading your comments really makes me happy. NOW, I KNOW THAT I AM NOT ALONE. WE SHARE THE SAME DREAM, WE LOVE THE SAME COUPLE AND WE PROUDLY TELL THE WORLD ABOUT THAT^^

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Methaalana
Si Maroo berasa sialan banget ah! Cekaka~ Sok kagak butuh, sok jaim, sok dingin tapi ngarep! Marooo... aku padamu! *Nulis sendiri, ngomel-ngomel sendiri*^^

Comments

You must be logged in to comment
Alexasky
#1
Chapter 6: Hii i would really love to read the story. Do you happen to know how to translate the story to English please?
kyuhaeni #2
Chapter 42: annyeong.. reader baru di sini..
Kang Maroo di sini ga jauh beda sma Yoo Shi Jin ya yg palyful..
makasi ff nya.. aku yg blm puas nonton Nice Guy baca ini jadi suka bgt! comedy romance lagi.. waah harapan aku tuh kelak Joongki main com-rom drama..
oladilia1310 #3
Chapter 41: Kalo aku berani ngomelin eungi, pasti udah kuomelin! Udah masa" mau melahirkan kok ekstrimnya gk ilang sih *gemesssss* hahahhh
Trus ini gimana eungi lahirannya masa di pulau tanpa RS??!!! Semoga Maroo bisa nanganin kalo emg gk bisa balik ke Seoul :')
And.... i miss ChaeKi Couple so much ㅠㅠ
Semangat kak author!! Kutunggu update selanjutnya! 파이팅! ♡♡
Chaeki_Novit #4
Chapter 38: aku udh baca chapter 39 nya d wattpad
dan waaah cerita'y makin menarik dan seru,, apa yg mencelakai jang mi itu eungi??
d tnggu chap selanjut'y ya :)

*maaf ya aku komen disini. wattpad aku lg gk bsa buat komen

oya aku mulai setuju dngan author-nim kaya'y klu cerita eunma datar2 aja gk kn trasa eunma'y n pasti'y krang menarik hihi jdi aku prcayakan alur'y kpada sang pakar'y aja
semangatt ya thor :D
emoonsong #5
Chapter 38: Hmmm joahhh... ditunggu next chapnya....hehehe
Chaeki_Novit #6
Chapter 38: ayoo ayoo cepat tes DNA biar semua tau (trutama eunma) kalau itu bukan anak'y maroo n jang mi juga harus jujur n selesain msalah dia sendiri sama ex husband'y

aduuhh ini nyonya song kalau lg ngmbek sifat asli'y kluar hahaha lupa ya kalau lg ngandung dede kembar hehehe

semangat thor, next chapter'y jgn lama2 ya
give me sweet happy ending. really happy ending. jeballl
Chaeki_Novit #7
Chapter 38: ayoo ayoo cepat tes DNA biar semua tau (trutama eunma) kalau itu bukan anak'y maroo n jang mi juga harus jujur n selesain msalah dia sendiri sama ex husband'y

aduuhh ini nyonya song kalau lg ngmbek sifat asli'y kluar hahaha lupa ya kalau lg ngandung dede kembar hehehe

semangat thor, next chapter'y jgn lama2 ya
give me sweet happy ending. really happy ending. jeballl
eonnifan
#8
Chapter 38: kan.. udh ketebak jonghyun bukan anak maroo hahhahahaha

sabarlah eungi
tp entah knp aku pengen eungi ky ngelakuin sesuatu yg ekstrim gitu lol
jgn2.. yg jd pembunuhnya.. eungi :O
emoonsong #9
Chapter 37: Komen selanjutnya dariku....

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°©©©°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Jong Hyun tinggal bersama Eng Gi? Kurasa ini baru namanya saingan yang seimbang...
Eng gi tdk mungkin kalah dr wanita manapun dihati Maroo... tp dgn Jong Hyun?....
Aku rasa Maroo akan sedikit bingung bukan?
Meski hatix untuk Eng Gi tapi Maroo tak mampu mengabaikan Jong Hyun...
Dan ini yang akan menyakiti Eun Gi... bukan begitu?
Ah sial bagimu Kang Maroo...

Eun Gi akan mendapat dukungan penuh dr semuanya bahkan dr si Twin...
Dan krn Jong Hyun tdk memiliki siapa siapa disisinya? Kau mungkin akan mengambil tanggung jawab itu...

Dan itu yg tidak diinginkan Eun Gi...
Kau berada bersebrangan dengannya...
Karena itu Eun Gi menginginkan mesin waktu... untuk bisa menemukanmu lebih dulu...
Tapi tentu sj hal yg mustahil... krn ini bukan fanfic doraemon tapi ini ff chaeki...
Hak paten mesin waktu hanya untuk doraemon, nobita dan kawan kawan Readers dan Eun Gi tau itu..
*plakkk abaikan*

Krn itu... kita akan berharap seperti biasa untuk Eun Gi sekali lagi berlari ke pihak Kang Maroo tanpa memedulikan apapun...
Meski itu artinya dia berada dipihak yang sama dengan Jong Hyun... si anak kecil yg menjadi saingannya...

Hey tunggu dulu...
Kurasa Eun Gi tdk sebodoh itu untk mempercayainya...tanpa mengkonfirmasinya dan ayolah Maroo bahkan seorg dokter ... apa mereka bahkan tdk terpikir untk melakukan tes DNA...?
Mengapa perkataan seorg wanita dari masa lalu menjadi begitu terpercaya? Hingga diterima tanpa pembuktian...
#mungki Eun Ma Lelah... butuh piknik...

Hemm meski tes DNA tdk murah tp biaya bukan hal yg perlu dirisaukan oleh seorg Eun Gi kan?
Yah cukup mnngirim sampel rambut Kang Maroo dan Jong Hyun kurasa... hal Ini bisa dipecahkan...





©¶©¶©¶

Eun Gi bisa saja menyerah untuk apapun dan siapapun tp Eun Gi tdk akan menyerah untuk Kang Maroo ...

©¶©¶©¶