Find The Memories

NICE GUY FF - After The Ending

Maroo menarik Eungi semakin dekat, ia memeluk pinggulnya yang langsing dan terasa hangat. Langkah kaki mereka melangkah seirama memasuki ruang tamu yang kosong. Maroo merasakan detak jantungnya menari seirama debar jantung Eungi. Mereka bercumbu dengan penuh gairah. Tangan Eungi mengacak liar rambut Maroo saat pria itu terus menyesap dan menumbuk lembut bibir mereka menjadi satu.

Maroo menyudutkan Eungi dan merebahkan tubuh kekasihnya itu ke atas sofa. Mulut mereka masih saling mengunci rapat. Kedua tangan Maroo ‘memborgol’ kedua tangan Eungi ke atas. Si tawanan tak melakukan perlawanan. Ia sudah menunggu saat seperti ini untuk waktu yang sangat lama. Seantero dunia tahu bahwa Eungi menggilai Maroo dan masih begitu menggilainya.

Wanita berambut sebahu itu mengalungkan kedua lengannya di atas leher sang ‘Arjuna’. Bersiap untuk menyerahkan diri seutuhnya. Maroo merangkak naik ke atasnya. Mereka melepaskan diri dari ciuman nan panjang dan menguras energi itu untuk sejenak. Maroo tersenyum, napasnya terengah, ia menatap wajah Eungi dengan penuh cinta. Eungi membalas tatapan itu dengan sebuah ciuman singkat. Mata mereka beradu pandang. Maroo tersenyum gemas. Ia mengusap lembut butiran keringat yang turun membasahi leher putih Eungi. Dikecupnya bahu Eungi dengan mata terpejam. Ah, Maroo kehilangan kontrolnya. Eungi ikut memejamkan mata, menikmati sensasi dari sentuhan Maroo.

Ia benar-benar siap. Sangat siap untuk level selanjutnya.

Maroo terus mengecup bahu dan leher Eungi. Ia bergerak turun dan melepaskan dua kancing kemeja Eungi dengan tergesa. Hidungnya lantas menggelitik tulang belikat sang kekasih yang terlihat seksi. Aroma Seo Eungi… siapa yang akan tahan? Maroo merasa sangat normal melakukan ini semua. Pria mana yang tak terpana melihat kemolekan dari seorang Seo Eungi. Kim Tae Hee? Song Hye Gyo? Miranda Kerr? Maroo tidak tertarik. Ia hanya ingin Eungi. Hanya Eungi seorang.

Ingin rasanya ia mengecap rasa manisnya detik ini juga, tapi hati Maroo mendadak bergetar. Ada ketidaknyaman dan perasaan bersalah yang menyusup masuk. Ia tersadar jika ini bukan saat dan tempat yang tepat. Ia mencintai Eungi dan ia ingin menghormati kesucian yang dimilikinya sampai hari pernikahan mereka tiba. Pria itu mengendurkan jarak di antara mereka. Jemarinya membelai tulang pipi Eungi dengan lembut.

“Eungi-ah…” desah Maroo.

Eungi membuka matanya, ia bertanya-tanya.

“Kenapa?” tanyanya.

Maroo menggeleng dan tersenyum. Ia menarik tubuhnya dari atas raga Eungi, Maroo beringsut turun dari atas sofa.

“Maroo?” Eungi mengernyit bingung.

Ia ikut bangun dan duduk di sisi Maroo.

“Kenapa?” tanya Eungi.

Maroo menoleh, memandangi ekspresi di wajah Eungi yang terasa menggemaskan baginya. Pria itu sekali lagi menggeleng, bibirnya memulas senyum bijak.

“Kau tahu bahwa kau berbeda, kau istimewa dan aku ingin memilikimu sebagai seorang suami bukan pria kurang ajar yang meniduri kekasihnya seenaknya,” ujar Maroo. Ia mengancingkan kembali kemeja Eungi yang tadi telah lancang ia buka.

Meski kecewa Eungi bisa menerimanya, ia tersenyum saat pria itu membantunya merapikan rambutnya yang berantakan.

“Dasar sok suci!” maki Eungi gemas. Ia memeluk Maroo tapi pria itu dengan cepat melepaskan pelukannya.

“Kenapa lagi sekarang?”

“Jangan menyentuhku dulu atau aku akan mengingkari ucapanku tadi!” seru Maroo, ekspresinya serius. Eungi tergelak, ia tersenyum nakal dan merentangkan tangannya seolah ingin menguji kesabaran Maroo.

“Tapi aku ingin memelukmu!!!” teriaknya genit membuat Maroo salah tingkah.

~oOo~

Eungi memandangi bahu tegap Maroo dari belakang. Pria itu sedang memasak sesuatu untuknya. Eungi tergelak pelan mengingat sesuatu.

“Apa kau baru saja tertawa sendiri?” Maroo menoleh dengan heran.

Eungi menggeleng tapi senyuman di wajahnya tak dapat berbohong.

“Katakan padaku apa yang lucu? Apa ada sesuatu di baju atau wajahku?” tanya Maroo curiga.

Eungi tak menjawab namun ia bangun dari kursinya dan melangkah menuju Maroo.

Ia memeluk pria dengan celemek itu dari belakang.

“Kau sedang menggoda imanku lagi, Seo Eungi?”

“Iya,” jawab Eungi, ia tersenyum dan memejamkan matanya. Aroma Maroo… ia menyukainya.

Maroo menggelengkan kepalanya disertai senyuman geli.

Mendadak sesuatu melintas dalam ingatannya. Eungi pernah memeluknya seperti ini dan saat itu ia mengajak Eungi untuk pergi ke tempat yang jauh, ke tempat di mana tak seorang pun mengenali mereka. Melarikan diri bersama.

Maroo terdiam, ia mematikan komya dan meletakkan spatulanya.

Ia berbalik, kedua tangannya memegang lengan Eungi.

Ditatapnya mata kekasihnya itu dengan dalam dan tajam.

“Eungi-ah…” desah Maroo.

“Kenapa? Kau tidak nyaman karena aku memelukmu?” tanya Eungi polos.

“Apa aku pernah mengajakmu pergi jauh dari Negara bahkan benua ini?” tanya Maroo.

Mata Eungi terbelalak lebar mendengar pertanyaan Maroo.

“Kau mengingatnya?” tanyanya kaget.

“Iya,” Maroo mengangguk mantap. Ia sangat penasaran.

“Kenapa aku mengajakmu pergi? Apa kita dalam bahaya?” tanyanya cemas.

Eungi menggigit bawah bibirnya, ia bingung harus menjelaskan darimana. Hubungan mereka terlampau rumit dan tak normal. Kisah cinta yang mereka punya mungkin hanya ada satu di dunia.

“Sebenarnya…” Eungi menunduk, tak nyaman.

“Ya?”

“Sebenarnya… aku bingung bagaimana harus menjelaskannya, Maroo….” jawabnya jujur.

Maroo melepaskan kedua tangannya dari lengan Eungi, ia mendesah kecewa.

“Maroo…” Eungi merasa bersalah.

~oOo~

Maroo menghidangkan masakannya ke atas meja. Mereka menikmati makan malam dalam keheningan. Maroo mendadak jadi begitu pendiam dan itu membuat Eungi resah.

“Kau marah karena aku tidak menceritakannya?” tanya Eungi.

Maroo tak menjawab, ia sibuk mengunyah.

“Maroo???”

“KANG MAROO!!!” teriak Eungi membuat Maroo nyaris tersedak.

Pria itu mendongak dengan bingung bercampur bingung.

“Kenapa?”

“Aku yang harusnya bertanya padamu! Kau marah karena aku tidak menjawab pertanyaanmu?”

“Marah? Tidak!” Maroo menggeleng dengan jujur.

Eungi memicing, mengamati ekspresi di wajah Maroo.

“Lalu? Kenapa diam saja?”

“Aku sedang mencoba mengingat-ingat apapun yang bisa kuingat,”

Eungi menghela napas panjang, ia merasa kasihan pada Maroo. Ia sungguh tahu rasanya ingin mengingat sesuatu. Jika ditilik ulang, kisah cinta mereka terkadang terlihat konyol. Bagaimana bisa sepasang kekasih bergantian mengalami amnesia.

“Maroo,” panggil Eungi pelan.

Mereka saling menatap.

“Kau sungguh ingin mengingat semuanya? Menurutku hidupmu yang sekarang lebih menenangkan dan mengingat masa lalu tidak akan membuat kita lebih baik di masa depan, beberapa hal harus kau biarkan pergi, tidak semua hal harus kau ingat, Maroo…”

Maroo menelan salivanya, ucapan Eungi memang benar meski sulit untuk ia terima.

“Eungi, kau tahu bahwa aku sama sekali tak tertarik pada masa laluku, tapi sejak kau berada di dalamnya. Aku ingin tahu, sedalam apa cinta yang kita punya, sejauh apa kau berlari untukku sampai titik ini… aku ingin mengingatnya… mengingatmu… mengingat kita….”

Mata Eungi berkaca-kaca, ia terharu. Digenggamnya tangan kanan Maroo yang berada di depannya.

“Besok, seperti janjiku. Aku akan membuatmu mengingat semuanya. Besok pagi, persiapkan dirimu karena ini akan menjadi perjalanan yang panjang,” ucap Eungi.

Maroo mengangguk dan mengecup tangan Eungi dengan penuh cinta.

~oOo~

“Bagaimana jika Choco dan Jaegil mendadak datang dan menemukan kita?” tanya Eungi. Ia berbaring di sisi Maroo yang membelai pelan punggungnya di bawah selimut.

Mereka tidur seranjang di dalam kamar lama Maroo.

“Biarkan saja, lagipula kita hanya tidur,” sahut Maroo santai. Eungi tersenyum gemas, ia memencet hidung kekasihnya yang tampan itu. Maroo tergelak pelan.

“Kau yakin malam ini kita hanya akan tidur?” Eungi memicing curiga.

“Hyaaa… jangan menggodaku! Kau kira aku akan tergoda, huh?” seru Maroo dengan nada penuh percaya diri, ia mendekatkan wajahnya, mencoba menantang Eungi yang geming.

“Jelas akan tergoda!” lanjut Maroo, ia membenturkan dahinya ke dahi Eungi pelan lantas terkekeh.

Mereka berpelukan dan berjanji untuk hanya tidur. Maroo terus mengusap pelan punggung Eungi sampai wanita itu jatuh tertidur.

Dipandanginya wajah Eungi dalam-dalam. Bulu matanya yang lentik, hidungnya yang mancung, bibirnya yang tipis dan tulang pipinya yang berkelok indah seperti sungai Seine.

Maroo tersenyum, “mimpi indah!” bisiknya mengecup pipi Eungi.

Ia lantas melemparkan pandangannya pada kamar lamanya yang lama terabaikan. Maroo turun dari atas ranjang dengan hati-hati karena tak ingin mengusik tidur Eungi.

Dibukanya laci di sisi kiri ranjang dan diambilnya sebuah kotak berwarna merah. Dua buah cincin nan indah nampak di dalamnya. Maroo mengambil salah satunya dan menatap Eungi yang tengah terlelap. Pria itu tersenyum.

~oOo~

Eungi membuka matanya, ia menguap lebar dan menggeliat. Telinganya mendengar bunyi gaduh dari lantai bawah.

“Maroo… bangun! Maroo….” Eungi mengoncang-goncang lengan Maroo dengan tatapan sayu karena masih mengantuk. Diliriknya jam di dinding, pukul 3 pagi.

Mereka baru tidur selama 4 jam.

Maroo tidak menjawab dan malah memeluk Eungi, matanya tetap terpejam.

“Maroo… ada suara orang di bawah,” bisik Eungi.

Maroo membuka matanya sedikit, tapi sedetik kemudian ia menutupnya lagi dengan cuek.

“Hyaaa… bangun!” Eungi mulai panik karena mendengar suara langkah kaki menaiki tangga.

Dan benar saja, pintu mendadak terbuka lebar.

“MAROO!” Eungi mencubit perut Maroo dengan spontan.

“AWWWW!!!” Pria itu menjerit dan terlonjak dari tidurnya. Kesadarannya dipaksa kembali sepenuhnya.

SURPRISE!!!

Jae Gil muncul dengan sebuah tongkat baseball di tangannya, ia yang semula terlihat tegang karena mengira rumahnya telah kemasukan pencuri, kini malah jadi terkejut melihat kehadiran Maroo dan Eungi.

“Kakak?” pekik Choco kaget, kepalanya menyembul di belakang Jae Gil yang tak dapat berkata apapun.

Eungi memukul lengan Maroo dengan salah tingkah.

“Kubilang apa!” desisnya.

~oOo~

Choco memandangi Eungi dengan terpukau di dalam kamarnya. Ia nyaris tak berkedip mendengar cerita calon kakak iparnya itu tentang hubungannya dengan Maroo yang berkembang begitu pesat.

“Jadi kakakku sudah melamarmu, kak?” tanya Choco antusias. Eungi mengangguk malu-malu, ia meletakkan segelas kopi hangat di tangannya ke atas meja.

Choco nyaris melonjak kegirangan jika saja ia tak ingat bahwa anaknya sedang tidur di dekat mereka.

Sementara itu di dalam kamar lama Maroo, Jae Gil bengong dan berkedip tak percaya pada apa yang baru saja didengarnya.

“Jadi ingatanmu sudah kembali?” tanyanya agak bingung.

“Belum semuanya, hanya potongan-potongan kecil,” jawab Maroo.

Jae Gil mengangguk dan menepuk bahu sahabat karibnya itu.

“Kau pasti akan mendapatkannya kembali,” Jaegi berusaha membesarkan hati Maroo.

“Hmm…lalu kalian akan kemana nanti?” tanyanya.

“Entahlah, tapi yang pasti aku membutuhkan bantuanmu dan Choco hari ini,” seru Maroo misterius.

~oOo~

Pagi itu Eungi dan Maroo pergi dengan sebuah rencana besar, yakni membuat Maroo mengingat kenangan manis yang mereka punya. Maroo melambaikan tangannya dan melajukan mobil Jae Gil keluar dari halaman. Ia dan Eungi akan meminjam mobil Jae Gil seharian ini. Di halaman, Jae Gil berbisik pada Choco begitu Maroo dan Eungi pergi.

“Kita hubungi Pengacara Park dan Sekertaris Hyun, Maroo akan menikahi Eungi hari ini,”

“APA?” Choco memekik kaget.

~oOo~

Maroo mengemudi dengan sebelah tangannya sementara tangan satunya menggenggam hangat jemari kiri Eungi.

“Jadi kita kemana Nona?” godanya.

Eungi tergelak, menatapnya dengan penuh cinta.

“Sudah, jalan saja Pak Sopir!” ledek Eungi disambut tawa gemas Maroo.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 45 menit, mereka akhirnya sampai di sekitar pegunungan dengan hutan nan lebat.

Eungi mengajaknya turun untuk menyewa motor dan segala peralatan untuk rally di sebuah tempat bernama ‘Love Rally’ dekat hutan tersebut.

“Pakai helmmu!” seru Eungi. Ia sudah bersiap di atas motornya. Maroo dengan segera memakai helmnya. Tubuhnya dibalut jaket sport seperti Eungi. Tangannya juga dilengkapi dengan sarung tangan.

“Haruskah kita berlomba? Ah… meski sudah lama aku tidak melakukan ini, jangan mengira bahwa kau dapat mengalahkanku Maroo!” tantang Eungi.

Ia kemudian menyalakan motornya dan mulai mengegas. Maroo mengikuti apa yang dilakukan Eungi. 1…2…3… mereka melesat bersama melintasi jalanan hutan yang terjal dan penuh bebatuan.

Maroo merasakan sensasi menegangkan namun juga menyenangkan, ia terus menggeber laju motornya di sisi Eungi. Sepasang calon pengantin itu saling menyusul.

Jurang menganga lebar di kiri, Eungi membelokkan motornya dengan gesit saat menyentuh tikungan. Maroo tak mau kalah, meski agak terseok dan nyaris jatuh tapi ia berhasil berbelok dan menyusul Eungi.

Kini Eungi sedikit memelankan motornya demi mengimbangi Maroo. Dan saat mereka sampai di ujung sebuah tanjakan buntu, Eungi menepikan motornya dan berhenti. Maroo melakukan hal yang sama.

Ia melepas helmnya, terlihat jelas keringat membasahi rambutnya. Pria itu mendekat dengan penasaran pada Eungi yang berjalan mendahuluinya menuju jurang di depan mereka.

“Hyaaa… Seo Eungi” Maroo menghentikan aksi berbahaya Eungi dengan menarik lengannya.

“Kau mau bunuh diri?” pekik Maroo, namun Eungi malah tersenyum geli.

“Otakmu benar-benar berisi hal-hal buruk ya?” sindir Eungi. Ia meraih tangan Maroo dan menggengamnya erat.

“Lalu untuk apa kau berjalan ke tepi jurang seperti ini? Katakan padaku apa alasan kita berada di sini sebelum aku menganggapmu gila,”

Eungi menoleh, untuk sesaat ia menatap tangannya yang menggandeng erat tangan Maroo. Wanita itu lantas mendongak dan berkata, “Ini adalah tempat dimana Seo Eungi pertama kali bertemu dengan Kang Maroo. Kau menyelamatkanku saat motorku selip dan aku nyaris jatuh ke jurang. Kau bahkan mempertaruhkan nyawamu untuk menuruti keinginan kekanak-kanakanku,”

Maroo terdiam, ia menatap ke bawah.

Meski samar, namun memorinya tentang kejadian itu berhasil diputar kembali.

Ia ingat bagaimana jemarinya menarik cepat tangan Eungi, tepat sebelum gadis itu tergelincir ke bawah jurang. Ia juga ingat boneka Barbie kesayangan Eungi yang membuat tulang rusuknya patah serta harus dirawat di Rumah Sakit selama beberapa hari. Tapi, seiring dengan kembalinya kenangan itu, kenangan lainnya juga kembali.

Maroo melihat dirinya berdiri di tepi pantai bersama Eungi yang berlinang airmata. Wanita itu berteriak dengan marah dan mengatakan jika ia tidak percaya pada Maroo yang berusaha begitu keras agar terlihat buruk di hadapannya. Eungi berteriak jika ia tahu Maroo adalah pria baik yang bahkan rela untuk mempertaruhkan nyawanya demi dirinya.

Kemudian segala memori dari masa silam memenuhi kepala Maroo hingga rasanya otaknya akan meledak. Kakinya serasa tak berpijak di tanah, Maroo nyaris jatuh ke dalam jurang, jika saja Eungi tak menangkap tubuhnya dengan cepat dan mendorongnya ke belakang.

“Maroo, ada apa?” Eungi berjongkok di sisi Maroo, kedua tangannya memegangi pipinya yang terlihat begitu pucat. Ia cemas setengah mati apalagi Maroo mendadak menjadi aneh. Tatapan matanya begitu berbeda.

Ia mencengkeram kedua lengan Eungi.

“Maroo? Kau sebenarnya kenapa?”

Maroo tak menjawab dan malah memeluk Eungi sangat erat, seperti seorang anak kecil yang takut kehilangan ibunya kembali setelah terpisah sekian lama.

Aku… kurasa… kurasa aku mengingat semuanya… mengingat kita…

Maroo ingin sekali mengatakan itu pada Eungi, namun lidahnya terlalu kelu. Ia hanya ingin memeluk Eungi seperti ini, selama mungkin.

~oOo~

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Methaalana
Si Maroo berasa sialan banget ah! Cekaka~ Sok kagak butuh, sok jaim, sok dingin tapi ngarep! Marooo... aku padamu! *Nulis sendiri, ngomel-ngomel sendiri*^^

Comments

You must be logged in to comment
Alexasky
#1
Chapter 6: Hii i would really love to read the story. Do you happen to know how to translate the story to English please?
kyuhaeni #2
Chapter 42: annyeong.. reader baru di sini..
Kang Maroo di sini ga jauh beda sma Yoo Shi Jin ya yg palyful..
makasi ff nya.. aku yg blm puas nonton Nice Guy baca ini jadi suka bgt! comedy romance lagi.. waah harapan aku tuh kelak Joongki main com-rom drama..
oladilia1310 #3
Chapter 41: Kalo aku berani ngomelin eungi, pasti udah kuomelin! Udah masa" mau melahirkan kok ekstrimnya gk ilang sih *gemesssss* hahahhh
Trus ini gimana eungi lahirannya masa di pulau tanpa RS??!!! Semoga Maroo bisa nanganin kalo emg gk bisa balik ke Seoul :')
And.... i miss ChaeKi Couple so much ㅠㅠ
Semangat kak author!! Kutunggu update selanjutnya! 파이팅! ♡♡
Chaeki_Novit #4
Chapter 38: aku udh baca chapter 39 nya d wattpad
dan waaah cerita'y makin menarik dan seru,, apa yg mencelakai jang mi itu eungi??
d tnggu chap selanjut'y ya :)

*maaf ya aku komen disini. wattpad aku lg gk bsa buat komen

oya aku mulai setuju dngan author-nim kaya'y klu cerita eunma datar2 aja gk kn trasa eunma'y n pasti'y krang menarik hihi jdi aku prcayakan alur'y kpada sang pakar'y aja
semangatt ya thor :D
emoonsong #5
Chapter 38: Hmmm joahhh... ditunggu next chapnya....hehehe
Chaeki_Novit #6
Chapter 38: ayoo ayoo cepat tes DNA biar semua tau (trutama eunma) kalau itu bukan anak'y maroo n jang mi juga harus jujur n selesain msalah dia sendiri sama ex husband'y

aduuhh ini nyonya song kalau lg ngmbek sifat asli'y kluar hahaha lupa ya kalau lg ngandung dede kembar hehehe

semangat thor, next chapter'y jgn lama2 ya
give me sweet happy ending. really happy ending. jeballl
Chaeki_Novit #7
Chapter 38: ayoo ayoo cepat tes DNA biar semua tau (trutama eunma) kalau itu bukan anak'y maroo n jang mi juga harus jujur n selesain msalah dia sendiri sama ex husband'y

aduuhh ini nyonya song kalau lg ngmbek sifat asli'y kluar hahaha lupa ya kalau lg ngandung dede kembar hehehe

semangat thor, next chapter'y jgn lama2 ya
give me sweet happy ending. really happy ending. jeballl
eonnifan
#8
Chapter 38: kan.. udh ketebak jonghyun bukan anak maroo hahhahahaha

sabarlah eungi
tp entah knp aku pengen eungi ky ngelakuin sesuatu yg ekstrim gitu lol
jgn2.. yg jd pembunuhnya.. eungi :O
emoonsong #9
Chapter 37: Komen selanjutnya dariku....

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°©©©°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Jong Hyun tinggal bersama Eng Gi? Kurasa ini baru namanya saingan yang seimbang...
Eng gi tdk mungkin kalah dr wanita manapun dihati Maroo... tp dgn Jong Hyun?....
Aku rasa Maroo akan sedikit bingung bukan?
Meski hatix untuk Eng Gi tapi Maroo tak mampu mengabaikan Jong Hyun...
Dan ini yang akan menyakiti Eun Gi... bukan begitu?
Ah sial bagimu Kang Maroo...

Eun Gi akan mendapat dukungan penuh dr semuanya bahkan dr si Twin...
Dan krn Jong Hyun tdk memiliki siapa siapa disisinya? Kau mungkin akan mengambil tanggung jawab itu...

Dan itu yg tidak diinginkan Eun Gi...
Kau berada bersebrangan dengannya...
Karena itu Eun Gi menginginkan mesin waktu... untuk bisa menemukanmu lebih dulu...
Tapi tentu sj hal yg mustahil... krn ini bukan fanfic doraemon tapi ini ff chaeki...
Hak paten mesin waktu hanya untuk doraemon, nobita dan kawan kawan Readers dan Eun Gi tau itu..
*plakkk abaikan*

Krn itu... kita akan berharap seperti biasa untuk Eun Gi sekali lagi berlari ke pihak Kang Maroo tanpa memedulikan apapun...
Meski itu artinya dia berada dipihak yang sama dengan Jong Hyun... si anak kecil yg menjadi saingannya...

Hey tunggu dulu...
Kurasa Eun Gi tdk sebodoh itu untk mempercayainya...tanpa mengkonfirmasinya dan ayolah Maroo bahkan seorg dokter ... apa mereka bahkan tdk terpikir untk melakukan tes DNA...?
Mengapa perkataan seorg wanita dari masa lalu menjadi begitu terpercaya? Hingga diterima tanpa pembuktian...
#mungki Eun Ma Lelah... butuh piknik...

Hemm meski tes DNA tdk murah tp biaya bukan hal yg perlu dirisaukan oleh seorg Eun Gi kan?
Yah cukup mnngirim sampel rambut Kang Maroo dan Jong Hyun kurasa... hal Ini bisa dipecahkan...





©¶©¶©¶

Eun Gi bisa saja menyerah untuk apapun dan siapapun tp Eun Gi tdk akan menyerah untuk Kang Maroo ...

©¶©¶©¶