Chapter 48

The 13th Fates
Please Subscribe to read the full chapter

Sekarang Amber lah satu-satunya yang butuh ditenangkan. Perasaan Chanyeol sendiri baik-baik saja sekarang, begitu juga dengan Kai, seluruh Forces baik-baik saja dan merasa percaya diri akan memenangkan pertempuran nanti.

Mereka semua sudah berusaha keras meyakinkan Amber; Kris mengelus-elus kepalanya waktu ia pergi untuk survey tempat yang kemungkinan akan dilalui Irene, ditemani Kai, Jungkook, Kyungsoo dan Baekhyun. Luhan pun selalu memandangnya dengan sikap penuh makna sampai gelombang damai dari tatapannya menenangkannya. Chanyeol berkali-kali mengecupnya dan berjanji semua pasti beres.

Solusi dan strategi jitu yang digambarkan membuat semua rileks, malah nyaris seperti euforia setelah berhari-hari terimpit stres. Keraguan itu telah digantikan dengan perasaan percaya diri.

Amber menguatkan diri untuk melontarkan tuntutan."So what should i do, then?"

"Aku ingin kau aman, kita merencanakan sesuatu untuk keamananmu, aku hanya ingin kau jauh-jauh dari sini, dari pertarungan ini,"

"Chanyeol, aku tidak bisa berdiam diri, sedangkan kau mengambil resiko untuk bertarung." sambarnya, menjelaskan reaksi kekhawatirannya.

"Amber. Percayalah padaku untuk yang satu ini-tak satu pun yang perlu kau kawatirkan selain dirimu sendiri. Kau hanya terlalu tegang, itu saja. Jangan ditambah lagi dengan kekhawatiran yang tidak penting ini. Dengarkan aku!" perintahnya, karena Amber telah memalingkan wajah. "Kami kuat. Ketakutanku satu-satunya adalah dirimu sendiri."

"Chanyeol__jangan membuang waktumu untuk mengkhawatirkan aku. Satu-satunya yang harus kau pikirkan adalah menjaga dirimu sendiri tetap aman dan_kumohon, kumohon usahakanlah jangan sampai kau terluka, aku tidak mau kau terluka. Kau sudah merasakannya sendiri, bagaiman dia membuatmu babak belur dan tega menelantarkanmu"

"Aku akan berusaha," ujarnya dengan secercah nada percaya diri dalam suaranya. Tatapannya dengan cepat menyentuh hati Amber.

"Hei, bolehkah aku ikut melihat proses latihan kalian?"

"Amber, kau pasti lelah, kau harus tidur." Bisiknya sambil membelai lembut pipi Amber.

"Aku tidak bisa tidur, memangnya kalian akan berlatih seperti apa?"

Kening Chanyeol berkerut khawatir "Kami hanya akan bereksperimen dengan kemampuan kami, mengkoordinasikan kemampuan ku dengan yang lain agar kami semua bisa bekerja sama. Aku tidak mau kau syok melihat sesuatu yang tidak seharusnya kau lihat"

Mendengar alasan itu Amber malah semakin ingin ikut melihat sesi latihan.

"Sudahlah Amber, aku mau kau tidur, aku akan menemanimu sampai tertidur?" Chanyeol menyelimuti Amber lebih rapat, kemudian mendekapnya lebih erat, Amber bergelung rapat-rapat ke dadanya yang hangat dibalik sweater tebalnya.

"Kau yakin semua akan berjalan lancar?" untuk ke lima kalinya Amber lontarkan pertanyaan itu.

"Aku sudah katakan padamu. Itu pasti. Kami pasti berhasil mengalahkannya, aku bahkan bisa merasakannya,"

Amber mengangguk, seperti diyakinkan kembali, sementara Chanyeol melanjutkan analisisnya.

"Aku malah memprediksi jangan-jangan malah ada beberapa diantara kami yang duduk santai" ujarnya berusaha memancarkan perasaan lega sambil menyunggingkan senyum favorit Amber, tapi kesannya lain. Matanya tidak memancarkan senyum itu.

"Benar-benar mudah menurut kalian?" gumam Amber datar di dada Chanyeol.

"Ssst," Chanyeol membelai pipi Amber "Kita lihat saja nanti. Sekarang tidurlah"

Chanyeol mulai berpikir bahwa hidupnya dipenuhi kesialan.

Orang-orang, well Forces dan Amber maksudku orang-orang yang kusayang terancam terluka karena aku. Kalau saja kesialan tidak menimpaku. Saat ini rasanya aku kepingin berteriak sekeras-kerasnya hingga terdengan ke telinga Irene : Akulah yang kau inginkan, disini, hanya aku, aku akan melawanmu sendiri.

Pikiran itu membuat suhu tubuhnya naik beberapa derajat, tapi panasnya masih bisa di tolelir untuk Amber yang masih dapat bergelung dengan nyaman dipelukannya.

Amber tidak kunjung tidur padahal nyaris lewat tengah malam. Menit demi menit berganti jam dan mengejutkan Chanyeol. Ia mengira Amber sudah tertidur karena nafasnya yang teratur tapi ia masih tetap terjaga, tatapannya tegang seperti fokus terhadap pikiran sendiri.

"Kau ini,"

"Kan sudah aku bilang aku tidak mengantuk,"

"Ya sudah."

Semua sudah menunggu di sebuah ruangan yang luasnya sebesar lapangan bola, ruang simulasi. Bagi Amber, ini pertama kalinya dia memasukki ruangan itu. Rumah ini benar-benar tidak bisa diperkirakan luasnya, atau jangan-jangan ada jalan tersembunyi menuju kota di bawah tanah rumah ini.

Semua yang ditugaskan menyurvei kawasan eksekusi sudah kembali. Meraka tampak tenang, hanya sedikit ketegangan.

Atmosfer terasa lebih positif sekarang daripada sebelumnya; mereka dengan senang hati melakukan sesuatu. Mereka juga menggantungkan harapan pada instruksi yang diberikan Jungkook, Chen dan Kris.

Mereka mengobrol dengan santai bertanya dan berkonsultasi tentang teknik-teknik tertentu. Sesekali terdengar suara tawa Baekhyun yang bergema di ruangan itu. Beberapa sedang meregangkan lengan-lengan mereka seperti melakukan pemanasan sebelum berolahraga. Chen, Kris dan Jungkook masih berdiskusi dengan serius.

Kris yang menjadi tuan rumah, sangat murah hati kepada Jungkook dengan mengizinkannya mengutak atik atau mengambil kendali pada sistem simulasi walau tetap dalam awasan Kris. Namun sepertinya, Jungkook tidak merasa demikian, bahasa tubuhnya mengatakan segala sesuatu yang membuatnya merasa sangat tidak nyaman berada disekitar Kris.

Chanyeol menyuruh Amber untuk menunggu disebuah ruangan luas, menyerupai ruang monitoring di pinggir lapangan, serba putih yang dibatasi dengan dinding elektromagnetik.

"Kau tunggu disini, dan jangan terlalu dekat dengan dinding itu" Chanyeol menunjuk sesuatu yang tidak Amber mengerti-sesuatu yang tampak tidak bersekat- membuat Amber bingung. Amber mengangguk pura-pura mengerti, mematuhinya.

Chanyeol menekan beberapa kombinasi angka di mesin lock, pintu besi tebal terbuka tanpa suara dan ia masuk ke dalam.

Kai melambaikan tangan ke arah Amber dengan senyum mengembang di wajahnya, bahkan Kai tidak tegang sama sekali. Seperti ia habis diberikan strategi jitu yang akan sangat menguntungkannya

"Hai, Amber," Sapa Baekhyun ketika memasuki ruang monitoring dan duduk disamping Amber "Kau mau ikut latihan juga?" tanyanya sambil menenggak air meneral dari botol yang tersedia di meja marmer putih di sebelah pintu masuk.

Amber mengerang. "Yang benar saja. Aku hanya ingin melihat sesi latihan kalian, aku tidak bisa tidur."

"Tapi kau lebih terlihat seperti pemain cadangan," ledek Baekhyun hingga membuat Amber terkekeh.

"Menurutmu, kalian akan berhasil?" lagi-lagi Amber melontarkan pertanyaan itu, ia masih tidak percaya dengan ketenangan para Force yang seperti topeng untuknya.

"Tentu, aku yakin sekali. Pihak kita memiliki kelebihan dalam hal keahlian, pengalaman, latihan dan unsur kejutan. Jungkook benar-benar genius sampai membuat Kris terpana sekaligus iri,"

"Iri? Menurutmu begitu?"

"Ya, kadang Kris seperti buku baru yang masih terbungkus, baru melihat potongan ceritanya kita sudah bisa memperkirakannya," bisik Baekhyun dan Amber mengangguk menyetujui.

"Lalu kau diposisikan sebagai apa?" tanyanya penasaran seperti mengharapakan jawaban dari kawan pada soal ulangan.

"Peranku akan sangat penting untuk melihat kedatangan Irene dari jarak sangat jauh. Aku dan Luhan ditugaskan sebagai pengawas. Luhan mengawasi pikirannya dan aku mengawasi setiap jengkal gerakannya" jelas Baekhyun.

"Kau dapat melihat jarak jauh?"

"Ya, Aku memiliki supersense tau"

"Aku pikir kau hanya bisa mengeluarkan kemampuan sinarmu, seperti Iron Man"

"Kemampuan ke dua harus disembunyikan, bukan?" bisik Baekhyun sambil mengedipakan sebelah matanya penuh canda.

"Wow, bagaimana cara kerjanya?" tanya Amber semangat. Ia berantisipasi melihat cara kerja Second Generate teman SMA-nya itu.

"Aku bisa melihat dan mendengar tujuh kali dari telinga manusia. Segala yang aku lihat lebih terang dan jelas," Baekhyun menunjuk lampu putih terang dirangka atap kubah. "aku bisa melihat dengan jelas partikel-partikel berkilauan pada lampu itu"

"Benarkah?" tanya Amber takjub.

"Aku bisa melihat setiap warna pelangi di cahaya pada lampu itu, di bagian spektrum paling ujung, warna kedelapan yang__aku kurang tahu warna apa itu, sepertinya maroon, tapi lebih gelap."

Amber ikut memperhatikan lampu-lampu itu dengan memicingkan mata karena silau. Bahkan ia sendiri tidak pernah menangkap cahaya putih pada bohlam, yang ternyata memiliki delapan cahaya spektrum elektromagnetik seperti spektrum pada Televisi. Bukan tujuh. Bukti pengelihatan Baekhyun jelas mengalahkan teori para ilmuan terkenal.

"Kau melihatnya?"

"Kau, bercanda ya" Amber menyikut tangan Baekhyun karena terus meledeknya.

"Coba lihat itu?" Baek menunjuk

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
DrunkenWolf
Maafin ya guys yg udh komen dari tahun 2014 karena gue baru bisa aksesnya di tahun 2020 setelah berupaya meretes email sendiri yang terhubung ke akun AFF ini. Basi banget gak tuh yang komen dari tahun 2014 baru dibaca tahun 2020. Berasa kayak lagi berkelana waktu gitu 6 tahun kemudian baru di bales.

Comments

You must be logged in to comment
denihilda
#1
Chapter 25: 'yang bertahan yang menang' ini yg gue ambil setelah baca this fiction
ahh sampe paragraf terakhir masih gue pantau kali aja chanyeol muncul ehhh taunyaaa padahal suka chanberrr but at least ending nya happy lahh meskipun bukan sama chanyeol hahaha
liuliuyifan #2
Chapter 25: SAD ENDING AKU NANGIS BACANYA, seperti takdir ga menyatukan mereka, tp kasian amber sama chanyeol, paling kasian si chanyeol, ga rela baca endingnya. Thor knp kau biat sadending seperti ini, ada rasa ga rela amber sama kai harusnya sama chanyeol , aku jd ikutan galau, mending mereka mati,drpd saling tersiksa seperti ini/? Emg sih amber ga kesiksa dia ada kai, lah chanyeol bagaimana???T.T.
liuliuyifan #3
Chapter 20: Gregetan liat amber, dia tamak, aku paling ksian sama chanyeol
hernandaastri
#4
Chapter 25: maaf baru komen
ini sungguh end yg sangat 'menyedihkan' entah gak tau knapa rassnya sedih banget baca end nya
serasa seperti paksaan tpi sbenarnya bukan hanya saja tidak rela
sakit rasanya pas baca end nya agak sdikit tidak adil tpi itu memang yg terbaik untuknya
tpi tetap terlalu memaksa "bahagia bertepuk sebelah tangan"
haah y sudahlah ini memang yg terbaik untuknya dan kebahagiaannya
CHANBER selalu bersama dan selalu mencintai walau hanya dalam bayangan ....
diaheee11 #5
Chapter 9: wah keren banget ceritanya >< lanjut thor
abby_liu #6
jadi bingung mau baca dimana,
baca di blog yg udah lengkap chapter nya aja kali yah xD
okeyberliu #7
KAK INTAAAAAAN.....
TERNYATA LU D SINDANG JUGAAAA....
/sujud syukur/
KissontheW1nD
#8
Awww! This is cute! Thank God for translate XD
I hope more people read this!