Chapter 50

The 13th Fates
Please Subscribe to read the full chapter

Semua pergi meninggalkan ruang simulasi yang porak poranda.

Ketika semua sibuk mempersiapkan diri mereka. Sementara Luhan teringat sesuatu.

"Tunggu dulu Kris! Bagaimana jika Irene memerintahkan sebagian prajuritnya untuk mencari Amber? Aku yakin hasratnya untuk mendapatkan jantung Chanyeol masih ia kait-kaitkan dengan sebuah jaminan. Tiba-tiba Luhan menginterupsi lewat telepatinya pada Chanyeol, Kris dan Kai. Tapi kata-kata Luhan seperti pukulan untuk Chanyeol, seperti membangunkannya dari mimpi buruk.

Sejenak suasana sunyi senyap. Luhan melontarkan pandangan was-was pada Kris sambil melirik ke Kai sesekali, kemudian Kris mengangguk. Luhan memberikan pandangannnya pada Kai dan Chanyeol secara bergilir. Seketika Chanyeol mengerutkan keningnya seperti tidak setuju terhadap sesuatu. Ia mendesah, kentara sekali merasa segan, ekspresinya kecewa dan posturnya memancarkan kegelisahan. Kai mengangguk sambil berpikir keras. Amber paling merasa frustasi bila para Forces berkomunikasi via telepati Luhan dan Amber masih belum mendengar alasan apa pun yang terlontar dari mereka dan menjelaskan mengapa mereka masih berdiri di sini.

Bicara apa sih mereka?

Belum sempat Amber menyuarakan pertanyaannya, Luhan sudah mengarahkan pandangannya menatap Amber dan menjawab-

"Hanya mendiskusikan strategi," Luhan menjawab pertanyaan di pikiran Amber.

"Kita harus mempertimbangkan setiap kemungkinan," sergah Kris tenang, melanjutkan pembicaraan yang tidak bisa Amber simak tadi.

"Aku tidak suka ini," Chanyeol berbicara hanya kepada Luhan dan Kris.

Luhan mendengus mendengarnya. Kau tidak bisa menyuarakan pendapat untuk saat ini Chanyeol.

Chanyeol merengut mendengar ucapan Luhan di pikirannya.

Ini ide Kai. Luhan melanjutkan, seketika Chanyeol berkilat ke arah Kai.

"Dia tidak bisa tetap berada si Seoul. Irene tau ke mana harus mencarinya" Kris menjelaskan.

"Apakah kau tidak mengerti kalimat 'Tidak - ada - pilihan - lain!'" sergah Kai menekankan tiap-tiap suku kata pada Chanyeol yang kini menatapnya penuh spekulasi negatif.

Chanyeol menggeleng cepat. "Tapi tidak harus bersamanya juga" Chanyeol menjawab dengan nada datar yang aneh dan tak acuh. Jelas itu sebagai penghinaan.

Kai meringis, mencoba mengabaikannya. "Aku tidak sebejat itu," Kai menjawab dengan enggan. "Simpan saja opinimu untuk dirimu sendiri"

"Lalu apa namanya laki-laki yang mencium pacar orang" Chanyeol menatap Kai rendah dengan ekspresi penuh celaan. Ternyata hal itu masih membakar memorinya dan menjadi alasan kenapa ia sulit memaafkan Kai begitu saja. Seharusnya Itu tidak perlu diungkit lagi, apa lagi didepan Amber.

Chanyeol dan Kai sama-sama meringis, alis meraka sama-sama bertaut. Sekujur kulit Chanyeol langsung panas.

HEY KIDS, TENANGLAH!. Bentak Luhan kedalam pikiran mereka berdua.

Chanyeol menarik napas dan mengembuskannya pelan-pelan, berkonsentrasi untuk menenangkan diri.

"Kita tak punya banyak waktu untuk terus mendiskusikan hal ini," sergah Kris tak sabar. "Apa pendapatmu, Chanyeol?"

Chanyeol mengangguk ragu-ragu seperti tidak punya pilihan lain. Disisi lain Chanyeol merasa bersalah, karena sebentar lagi bahaya, bahkan mungkin kematian mengintai mereka. Gara-gara eksistensinya sebagai Forces yang bukan pilihan jalan hidupnya.

Sudah cukup buruk, mengerikan, untuk menerima kenyataan bahwa seluruh Forces akan bertempur untuknya. Itu saja rasanya lebih dari pada yang bisa ia tanggung, ditambah lagi hal ini akan melibatkan orang yang ia cintai.

Pikiran Amber mulai bekerja mencerna kata-kata mereka yang terlewatkan olehnya.

Amber langsung terkesiap, ia sadar siapa yang sedang dibicarakan.

"Tunggu... Tunggu! Kalian membicarakan aku ya?" Amber memandangi mereka dengan sikap curiga dan tegang

"Ya!" seru Luhan.

"Membicarakan apa?"

"Kai mendapat ide yang mungkin bisa membuatmu aman" kata Luhan.

Dalam hati sebenarnya Kai tak ingin Luhan membawa-bawa namanya. Karena Kai tidak merasa mengusulkan rencana itu, hanya saja hal itu tercetus olehnya; mungkin aku bisa membawanya ke suatu tempat' dalam hatinya. Tapi Luhan yang mendengar itu langsung menyetujui bahwa itu ide bagus dan memberitahu hal yang tidak terkoordinasi itu ke Kris lalu minta persetujuan Chanyeol melalui telepati Luhan.

Tatapannya tertuju pada Kai sekilas. "Jadi kalian berencana agar aku menjauh dari negara ini?" tanyanya, Amber mendesah saat tubuhnya mulai rileks kembali.

"Hanya untuk berhati-hati, Amber. Hanya sementara waktu. Agar kau tetap aman dari jangkauan Irene" Kris menjelaskan dengan menekankan tiap-tiap kata. Seolah-olah tak ada harapan sama sekali. Tidak ada sedikit atau secercah harapan pun yang bisa meyakinkan Amber bahwa ia tidak memiliki peluang untuk selamat bila ia tetap berada di negara ini.

Amber mencoba menelan ludah karena tegang kembali begitu nama itu disebut. Nama itu bagaikan mimpi buruk untuk saat ini.

Kai melirik Amber sekilas sebelum mengemukakan pendapatnya.

"Bagaimana kalau Aku membawanya ke Amerika Selatan, bukankah itu teritori Klan Scorpion yang tertua" Kai memberi usul.

Wajahnya menyiratkan campuran berbagai emosi. Kentara sekali ia bersemangat dengan rencana yang di usulkan, tapi juga gelisah karena sahabat yang ia cintai ikut di intai bahaya.

"Ide bagus" sembur Kris.

"Amerika Selatan?" seru Amber terkejut.

"Kita ke Argentina, setidaknya kau bisa berbahasa Spanyol kan?"

Kening Amber berkerut. "Tidak. Aku tidak mau pergi. Maksudku Amerika Selatan itu terlalu jauh. Kau bisa membawaku ke suatu tempat, yang masih di negara ini, aku bisa menjaga diri kok," Bantahnya.

"Lagipula kalau memang itu yang Irene inginkan dengan cara menjadikanku jaminan aku rela, yang penting Chanyeol aman"

Serta merta ekspresi Chanyeol berubah. Amber cukup mengenali ekspresi itu, ekspresi untuk menunjukkan ada sesuatu yang mulai bergolak di balik ketenangan sikapnya. Ia ingat bagaimana Irene tidak segan-segan melukainya dihadapannya sendiri beberapa hari yang lalu. Gambaran itu sangat tajam, sangat menyakitkan, seolah-olah gambaran itu telah terpatri kuat dalam sel-sel otaknya.

Mendengar kata-kata kekasihnya itu seperti menghancurkan tekad Chanyeol. Sedangkan Kai yang mendengar itu ia langsung membusungkan dadanya sebagai sikap sangat tidak setuju dan tidak akan menolelir Amber bila harus menyerahkan diri begitu.

"Kau piki dia tidak memiliki cara lain bila dia gagal mendapatkan Chanyeol setelah membunuhmu." Sergah Luhan tanpa kompromi, baru kali ini Luhan terlihat segalak itu dan langsung membuat Amber ciut.

"Aku tidak akan membiarkannya menyentuhmu apa lagi menyakitimu. Aku akan membunuhnya!" Geram Chanyeol garang.

Amber lemas mendengar Chanyeol menggunakan kata 'membunuh', -tidak menggunakan kata kiasan untuk mengganti kata kerja tersebut. Chanyeol membunuh. Walaupun itu seseorang yang jahat dan brutal-kasarnya memang harus dimusnahkan-, tapi tetap saja kata membunuh terdengar menakutkan di kupingnya. Bukankah dulu ia bahkan takut menonton film pembunuhan.

Jelas menjadi Force telah merubah hidupnya, bukan hanya dia tapi juga Kai. Mungkin semua memang mengalami fase tersebut. Amber mendadak ngeri membayangkan Chanyeol melakukan hal sekeji itu.

Chanyeol mengehela nafas. "Kau harus pergi, kau harus menjauh dari negara ini, Amber" Chanyeol memerintahakn. Suaranya masih pekat karena bimbang, tapi Amber bisa merasakan perasaan tidak suka dibaliknya tentang rencana ini.

"Lagi pula Irene bukan Tracker kan jadi tidak ada gunanya aku pergi jauh-jauh ia tidak akan menemukanku, mungkin mereka akan tetap datang kesini tapi setelah mereka tidak menemukanku aku yakin mereka akan menjauh..." Amber mengoceh tidak karuan dengan sekali tarikan nafas, yang lain menunggu orasinya dengan ketegangan yang sama.

Hingga ruangan itu mendadak sepertinya semakin dingin dan sesak. Akhirnya, suaranya semakin lama semakin mengecil dan lenyap dengan sendirinya karena kehabisan nafas. Seketika mereka membisu menunggu Amber yang mungkin ingin melanjutkan pemikirannya lagi.

"Amber tidak ada salahnya kita mempersiapkan berbagai kemungkinan, aku yakin ia akan mengirim prajurit khusus untuk mencarimu, karena ia masih membutuhkanmu sebagai jaminannya" ujar Luhan lembut dan menenangkan. Setelah memastikan tidak ada lagi yang ingin Amber katakan walau bibir Amber membuka dan menutup ingin melanjutkan kata-katanya namun tidak bisa, karena pikirannya kusut kembali.

"Dia benar. Setidaknya kau aman disana, Amber. Ada aku, kau akan aman bila..." ujar Kai mengingatkan sambil menggengam tangannya.

Chanyeol langsung menginterupsi sebelum Kai selesai bicara, seakan-akan ia tak ada di sana-setelah mengutarakan idenya dengan cara menyerobot, menarik tangan Amber digenggamannya.

Kai tak punya alasan untuk memprotes, ia tau apa yang Chanyeol maksud. Kai terpaksa menyingkir, menyisakan jarak yang lebar di antara mereka.

"Dengar, Aku hanya ingin kau menjauh dari sini, kalau bisa pergi dari negara ini untuk sementara waktu, keselamatanmu adalah segala-galanya untukku. Aku mau kau menururti kata-kataku, ku mohon". Chanyeol meremas jemari Amber kuat-kuat.

Kemudian dalam sekejap ekspresi Chanyeol berganti menjadi ekspresi yang sangat aneh melintas diwajahnya. Bibirnya tertarik kebelakang dan matanya berkilat-kilat, memancarkan binar aneh, semacam harapan liar dan kegarangang.

"Bila ia berniat menyakitimu. Aku harap punya kesempatan mengakhiri hidupnya. Menuntaskannya dengan tanganku sendiri. Aku tidak akan membirakannya

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
DrunkenWolf
Maafin ya guys yg udh komen dari tahun 2014 karena gue baru bisa aksesnya di tahun 2020 setelah berupaya meretes email sendiri yang terhubung ke akun AFF ini. Basi banget gak tuh yang komen dari tahun 2014 baru dibaca tahun 2020. Berasa kayak lagi berkelana waktu gitu 6 tahun kemudian baru di bales.

Comments

You must be logged in to comment
denihilda
#1
Chapter 25: 'yang bertahan yang menang' ini yg gue ambil setelah baca this fiction
ahh sampe paragraf terakhir masih gue pantau kali aja chanyeol muncul ehhh taunyaaa padahal suka chanberrr but at least ending nya happy lahh meskipun bukan sama chanyeol hahaha
liuliuyifan #2
Chapter 25: SAD ENDING AKU NANGIS BACANYA, seperti takdir ga menyatukan mereka, tp kasian amber sama chanyeol, paling kasian si chanyeol, ga rela baca endingnya. Thor knp kau biat sadending seperti ini, ada rasa ga rela amber sama kai harusnya sama chanyeol , aku jd ikutan galau, mending mereka mati,drpd saling tersiksa seperti ini/? Emg sih amber ga kesiksa dia ada kai, lah chanyeol bagaimana???T.T.
liuliuyifan #3
Chapter 20: Gregetan liat amber, dia tamak, aku paling ksian sama chanyeol
hernandaastri
#4
Chapter 25: maaf baru komen
ini sungguh end yg sangat 'menyedihkan' entah gak tau knapa rassnya sedih banget baca end nya
serasa seperti paksaan tpi sbenarnya bukan hanya saja tidak rela
sakit rasanya pas baca end nya agak sdikit tidak adil tpi itu memang yg terbaik untuknya
tpi tetap terlalu memaksa "bahagia bertepuk sebelah tangan"
haah y sudahlah ini memang yg terbaik untuknya dan kebahagiaannya
CHANBER selalu bersama dan selalu mencintai walau hanya dalam bayangan ....
diaheee11 #5
Chapter 9: wah keren banget ceritanya >< lanjut thor
abby_liu #6
jadi bingung mau baca dimana,
baca di blog yg udah lengkap chapter nya aja kali yah xD
okeyberliu #7
KAK INTAAAAAAN.....
TERNYATA LU D SINDANG JUGAAAA....
/sujud syukur/
KissontheW1nD
#8
Awww! This is cute! Thank God for translate XD
I hope more people read this!