Chapter 19
The 13th FatesWaktu siang ke petang berjalan sangat lamban, Amber menunggu sangat gelisah, berkali - kali matanya melirik kearah jam dinding yang jarumnya seperti enggan bergerak. Amber menunggu sambil menghabiskan waktu untuk mengerjakan tugas kuliah lalu membaca novel A Million Little Pieces.
Jam menunjukan pukul lima sore, Amber beberes rumah dan kamarnya sebelum Chanyeol datang. Semua sudah ia lakukan, jam sudah menunjukkan pukul enam, pelan-pelan langit berubah orange keungu-unguan, matahari pun tenggelam diufuk.
Amber memandangi jendela kamarnya yang mulai hitam kosong sambil menggigit bibir. Amber gelisah karena Chanyeol belum juga datang.
Akhirnya suara lengkingan bell yang biasanya mengganggunya berbunyi sangat indah bagaikan lonceng katedral, karena ia tau itu adalah orang yang ia tunggu - tunggu sedari tadi yang menekannya. Amber terlonjak buru-buru ia menuruni anak tangga, tak mau Chanyeol menunggu terlalu lama. Amber melirik dirinya di cermin ruang depan sebelum membuka pintu.
Amber berlari kearah pintu sampai lantai linoleum berdentum karena pijakannya. Dengan terengah-engah Amber segera merenggut pintu hingga terbuka lebar dan bersemangat.
Amber melihat Chanyeol berdiri disana. Amber tidak pernah bosan memandangi wajah Chanyeol. Mata Amber menyusuri garis-garis wajahnya yang berbentuk oval, rahangnya yang sempurna, garis hidungnya yang lurus, lekuk bibirnya yang lembut kemerahan, bibir bawahnya yang sensual terbelah membuat pikiran Amber melantur sesaat, bibir itu sekarang menekuk membentuk senyuman memamerkan sederet gigi putihnya yang sempurna dan menimbulkan lesung pipi dipipi kirinya, dahinya mulus, matanya yang bulat memandang Amber hangat dan penuh cinta, dibingkai bulu mata tipis dan alis hitam, sudut matanya tertarik membentuk efek senyuman. Amber tidak pernah absen menikmati setiap sudut wajah kekasihnya. Chanyeol meraih tangan Amber, membuat Amber mendesah ketika jari-jari Chanyeol yang hangat menyentuh tangan Amber, membuat Amber membalas senyuman Chanyeol.
"Hai". Sapa Chanyeol, membuat Amber tersenyum kembali mendengar sapaan Chanyeol yang anti klimaks. Tangan mereka saling bertautan, Chanyeol membelai pipi Amber dengan punggung tanganya.
"Kenapa lama buka pintunya? Sampai membuatku rindu karena menunggumu didepan pintu" Tanya Chanyeol, suaranya sarat akan keluguan yang dibuat-buat dengan suaranya yang berat.
"Aku lama?"
"Sedikit" seru Chanyeol, lagi-lagi sok lugu.
"Maaf, tadi aku mengecek penampilanku dulu sebelum menyambutmu" Aku Amber sambil menggaruk garuk tengkuknya.
"Kau tidak perlu melakukan itu Amber, kau tetap__menarik" tatapanya kali ini menggoda.
Amber tersenyum, mata Chanyeol memandangi tubuh Amber lalu naik lagi menatap matanya, tatapannya langsung menusuk Amber. Amber menarik tangan Chanyeol masuk kedalam rumah, Chanyeol menutup pintu lalu mereka berciuman, pelan - pelan dengan lembut, hembusan nafas Chanyeol yang hangat menerpa mulut Amber yang terbuka hingga Amber bisa merasakan aroma nafas Chanyeol di lidahnya, sungguh nyaman dapat berciuman dengan orang yang tepat dan mencintaimu.
"Kau sudah makan?" tanya Amber disela-sela ciuman. Ciuman mereka melambat, Chanyeol menempelkan bibirnya di pipi Amber, mencium pipinya yang bersemu.
"Belum, kita pesan McDonald's saja, gimana?" sambil Chanyeol merangkul pinggang Amber dan menariknya ke dadanya. Amber tau Chanyeol akan mengusulkan untuk delivery order saja, tapi ada bagusnya juga usulan Chanyeol, lagi pula Amber sedang tidak ingin memasak dan ingin menghabiskan waktu berdua dengan Chanyeol saja.
Setelah makan malam Amber dan Chanyeol memutuskan untuk menonton TV, namun Amber tidak berminat dengan channel yang Chanyeol tonton, berita kriminal, Amber memilih membaca majalah yang baru ia beli tadi pagi. Chanyeol dengan serius mendengarkan berita kriminal di TV sambil menyesap sebotol bir ditanganya. Sesekali Chanyeol melirik Amber yang sedang membolak balikan halaman majalah.
"Aku dengar dari Kyungsoo katanya Kai sedang mengalami masa sulit sekarang, dia seperti depresi" kata Chanyeol hati-hati sambil menangkap ekspresi Amber dan mencebik.
Amber menghembuskan napas.
"Sepertinya kau melukai perasaannya" kata Chanyeol sambil menyeringai.
Amber membulak balikan majalahnya, kehilangan fokus. Terasa sekali sekarang perhatianya terpusat pada Kai, dan kenapa tiba-tiba Chanyeol begitu memperdulikan Kai, bukankah Chanyeol tidak menyukainya.
"Tidak apa-apa, aku hanya ingin tahu seberapa parah, ternyata separah itu" kata Chanyeol lega sambil meregangkan kakiknya diatas meja dan menyesap birnya lagi.
Amber mendecak decakan lidahnya dengan sifat tak nyaman, ia berlagak tak peduli dengan membuka lipatan halaman selanjutnya, kenyataanya pikirannya kusut memikirkan Kai. Chanyeol melirik Amber sambil tersenyum.
***
Jam sudah menunjukan jam setengah sebelas malam, Chanyeol bisa saja menginap dirumah Amber kalau merasa perlu memintanya untuk menginap. Amber meringkuk dipelukan hangatnya, memiringkan tubunya saling berhadapan. Chanyeol menarik selimut yang tersampir di pinggir ranjang, menghamparkannya menutupi setengah tubuh Amber dan melingkarkan tanganya sebagai alas untuk kepala Amber sambil merangkul pundaknya. Bisa Amber rasakan bibir Chanyeol di rambutnya dan terpaan nafasnya yang panas.
"Beberapa bulan lagi kau berulang tahun, umurmu akan terus bertambah setiap tahun, namun kau tidak akan menua, kau akan abadi, mengingatkan aku pada Isabella Swan dan Edward Cullen, Bella terobsesi untuk hidup abadi agar selalu berada disamping Edward dengan sekali gigitan" Suara Amber bergetar saat mengucapkan kalimat terakhir, membuatnya bergidik dan mulas membayangkan bila Chanyeol menggigitnya.
Tapi bila itu satu satunya cara yang bisa ditempuh, mungkin Amber akan memohon mohon agar digigit Chanyeol, sama seperti yang dilakukan si karakter manusia biasa Bella Swan.
"That's creepy story, manusia yang jatuh cinta dengan hantu, jelas tidak bisa disamakan dengan cinta kita, walau sebenarnya aku iri dalam satu hal" Chanyeol menarik tubuh Amber lebih dekat lagi ke dadanya yang hangat. Amber memutar bola matanya, tapi Chanyeol tidak melihatnya.
"Aku tau Yeol, Kristen Stewart memang lebih cantik dari aku, kalau kau memang mendambakan perempuan seperti itu"
"Bukan itu, aku sama sekali tidak memikirkan hal tersebut" Chanyeol mengecup kening Amber dan mendesah.
"Lalu?" tanya Amber pelan.
"Aku iri, setidaknya Edward masih bisa merubah keadaan dengan gigitanya yang beracun itu, dan membuat pasangannya menjadi abadi"
Amber mengadah, mulut Amber terbuka lebar dan napasnya terkesiap dengan suara keras. Sementara itu Chanyeol mendadak ngeri ketika ia harus membayangkan dirinya melukai Amber dengan cara menggigitnya. Jelas Chanyeol tidak bisa melakukan itu, ia tidak sanggup melukai Amber sedikitpun. Seketika Chanyeol meringis.
"Kau tau aku sama sekali tidak menyukai cerita itu" protes Chanyeol, terdengar nada benci dalam suaranya.
"Kau tidak suka tapi kau sempat meniru gaya rambut Edward yang jabrik acak - acakan ketika sekolah dulu" ujar Amber sambil mengerucutkan bibir.
"Aku tidak meniru, tapi gaya rambut seperti itu sedang trend di kalangan siswa, jadi aku mencobanya. Kau saja sampai memujiku kalau aku lebih tampan dari Edward, ingat tidak?" katanya sambil mengangkat sebelah alisnya.
Amber tidak bisa menahan senyumanya mengingat masa itu, geli mengingat betapa ia dulu dan Chanyeol seperti pasangan sesama jenis ketika jalan di tempat umum. Rambutnya yang dipotong super pendek di gel sampai terkesan macho, kemudian Chanyeol dengan potongan rambut ala Edward mereka saling menautkan lengan. Masa-masa ketika dirinya yang super tomboy dan orang - orang tidak henti - hentinya menatap mereka berdua, yang terlihat seperti pasangan sesama jenis. Walau begitu Chanyeol tidak pernah protes dengan penampilan Amber, jelas Chanyeol mencintai Amber apa adanya.
"Kali ini serius, Aku akan menua dengan cepat Yeol, aku akan keriput, rambutku akan beruban, gerakku melambat" kata Amber lirih. Chanyeol terdiam sesaat, kemudian jari Chanyeol yang hangat menyentuh lembut ujung dagu Amber, menahan wajah Amber agar tetap mengadah, ekspresi Chanyeol jauh lebih lembut dari sebelumnya.
"Aku tidak peduli dengan rupa-rupamu, walau kau gendut seperti gloria pun aku tetap mencintaimu, bahkan kalau kau keriput seperti..."
"Nenek lampir kau tetap mencintaiku" sambar Amber.
Chanyeol terkekeh, menghembuskan napasnya yang panas tepat di wajah Amber, sambil ia menyunggingkan senyum miring yang ia tahu itu akan meluluhkan hati Amber. Karena setiap kali Amber mel
Comments