Chapter 41

The 13th Fates
Please Subscribe to read the full chapter

Lagi-lagi, Amber tak bisa tidur nyenyak. Sama sepert hari-hari sebelumnya. Ia takut membayangkan waktu yang ia lewatkan saat tidur. Di keadaan setengah sadar ia tak peduli apakah ia sedang sadar atau tidur...ia mendengar suara Chanyeol dalam mimpinya, dan suaranya_suaranya sangat nyata untuknya seperti dari ruangan lain. Suara itu_suara yang membuatnya rela mengarungi sengatan hawa panas yang datang setiap hari dari suhu tubuhnya.

Walaupun ia senang bertemu dengannya dan di mimpi itu ia baik-baik saja-tapi ia yakin, baik sadar maupun tidak-dan walaupun ia hampir yakin ia sedang bermimpi. Ia melihat ada sesuatu di balik tatapannya di mimpi itu dan Amber tak yakin apa itu, seperti kalut-dan itu membuatnya takut. Suasana di reservasi juga tetap penuh kebisuan yang menegangkan dan semakin membuat frustrasi.

Kai ragu-ragu di depan puntu kamar Chanyeol, tidak yakin apakah harus mengetuk. Ia memutuskan mengintip dulu, siapa tau Amber sedang tidur. Kai membuka pintu secelah dan ragu-ragu ia longokkan kepalanya ke dalam. Amber sedang meringkuk di ranjang menghadap ke jendela, mungkin masih tidur. Tapi samar-samar terlihat guncangan tubuhnya yang terisak-isak.

Kai melangkah masuk dan menutup pintu pelan di belakangnya. Baru mengambil dua langkah, Amber menoleh padanya. Kai tidak tahan melihat wajah Amber yang kuyuh, letih dan ekspresinya kosong, ada bekas jejak air mata di sudut matanya. Sulit rasanya melihat wajahnya walau sekilas.

"Maaf, aku mengganggumu ya?" bisiknya.

Mulanya Amber tidak menyahut, ia menghapus air matanya sembunyi-sembunyi. Ia menatap wajah Kai lama sekali, Kai menilai itu sepertinya Amber sedang tidak ingin diganggu. Namun serta-merta Amber seperti berusaha mengubah ekspresinya menjadi senyuman. Ia berusaha duduk dan merangkul kakinya.

"Tidak, kok" desahnya.

"Bagaimana keadaanmu?" gumam Kai. Pertanyaanya benar-benar bodoh.

"Agak kacau."

"Kau terlihat lebih dari kacau, Amber."

"Yeah, semuanya benar-benar buruk" Amber menghapus air mata disudut matanya lagi.

Kai melintasi kamar besar itu, duduk disampingnya.

"Aku sampai gila karena mengkhawatirkanmu sejak mendengar berita itu. Aku tidak akan membiarkannmu menghadapi ini sendirian. Ingat, aku akan selalu berada disisimu" Amber berusaha mengangkat wajahnya untuk melihat wajah Kai. Sorot matanya menghangat, keningnya berkerut sangat khawatir.

"Kedatanganku kesini juga bukan untuk menghiburmu, setidaknya menyadarimu bahwa kau tidak harus terus-menerus menderita memikirkannya"

Beberapa saat kemudian Amber baru mengerti. Ia meringis saat kenyataan itu menohok hatinya dalam-dalam.

"Kau mau aku merelakannya pergi, kan? Aku tau kau tidak peduli padanya, dan aku akan berusaha agar tidak tersinggung."

"Kenapa kau berpikir begitu? Aku memang membencinya, tapi lebih menyakitkan lagi bagiku melihatmu terus-terusan menderita. Walau aku tau, kedatanganku tidak akan membantumu"

Amber menarik tangan Kai ketika hendak berdiri.

"Jangan pergi, kumohon" rintihnya.

Kai menyambar pinggang Amber, menariknya ke dadanya, mendekapnya, mengusap-usap punggungnya. Amber berusaha melawan air matanya yang mulai menggenang, tapi ia gagal. Ia menangis tersedu-sedu dan semakin bergelung dipelukan Kai. Pelukannya menenangkan-hangat, aman, nyaman, dan familier. Kai seperti pelabuhan lainnya.

Amber mengangkat wajahnya sekilas. Melihat wajah Amber begitu, Kai merasa nyeri. Kali ini Kai berusaha keras agar tidak melukai perasaanya.

"Jangan khawatir, Amber, Sayang. Semua pasti beres" Kai mengusap-usap punggungnya dengan lembut, menunggunya menguasai diri kembali.

Ambet tidak akan protes Kai memanggilnya begitu saat ini, lagipula ia sedang tidak ingin berdebat.

"Aku tidak melihat bagaimana caranya semua bisa beres" isaknya

Kai mengusap-usap puncak kepala Amber "Sudahlah, Amber. Semua akan baik-baik saja. Kris, Chen dan Forces yang lain akan bekerja keras untuk menyelamatkan Chanyeol, dan aku akan mengerahkan kemampuanku untuk membantu"

Amber mendongak dan memandangnya dari sela-sela air matanya "Benarkah?" Amber mempertanyakan niat Kai ditengah isakkannya. "Kau sengaja melakukan ini untuk membuktian cintamu lagi?

"Bukankah ini yang kau mau; aku berdamai dengannya?" Kai menyeka air matanya dan menatapnya lekat-lekat.

"Amber, aku tidak sanggup melihatmu terluka, lihat dirimu..." Kai seperti tak sanggup lagi menggambarkan keadaan Amber.

Kai membelai lembut pipinya sebelum bicara "dan bila satu-satunya hal yang membuatmu bahagia hanya dia, aku akan membawa kebahagianmu kembali, Amber"

"Oh, Kai" kepedihan kembali merayapi hatinya.

"Kau tidak perlu kawatir. Tapi aku ingin mengetahui sesuatu darimu"

Amber mengejang, antisipasi dengan pertanyaan Kai yang tak terduga "Apa?"

"Tidakkah menurutmu sebaiknya aku tahu bagaimana perasaanmu padaku, sebelum semuanya jelas; ketika kami berhasil menyelamatkannya dan dia menikahimu"

Sempat-sempatnya Kai menanyakan hal itu saat keadaan seperti ini. Tega betul. Dan Apa? Menikah? Itu bukalah prioritas utamanya saat ini tapi Kai sudah menyinggunya. Amber mempertanyakan motivasi Kai menyanyai itu.

"Tidak, aku tidak akan menikah secepat itu"

"Katakan saja bagaimana perasaanmu padaku"

"Kai, Kalau aku memberitahu perasaanku padamu itu tidak akan membuat perbedaan apa pun. Bukankah akan lebih baik dan lebih mudah bagimu kalau kau tidak pernah tahu, agar kau bisa membuka hatimu untuk perempuan lain"

Kai memikirkan ucapan Amber dengan serius, berpikir dengan hati-hati sebelum menjawab.

"Lebih baik kalau aku tahu, agar aku tau bahwa cintaku pernah menyentuh hatimu walau sedikit"

Amber menarik nafas panjang, memejamkan mata dan mulai goyah. Mempertanyakan dirinya. Adakah sedikit perasaan sayang melebihi menginginkannya lebih dari seorang sahabat. Hingga harus mendeklarasikan cintanya.

Amber menggeleng. "Tidak, bagaimanapun perasaanku padamu, itu tidak akan merubah pilihanku Kai. Aku takut akan menjadi lebih buruk dan akan meninggalkan luka untukmu"

"Aku sudah sering kali terluka, Amber"

"Kau begini karena belum menemukan perempuan yang tepat, Kai. Kalau begitu, jangan terlalu sering bergaul denganku, aku tidak mau membuatmu sakit hati" napasnya tersengal karena menyesalinya begitu kata-kata itu terlontar dari mulutnya; 'Jangan terlalu sering bergaul dengannya-Itu artinya Kai akan jarang menemuinya karena ucapannya-itu bukanlah hal yang menenangkan untuknya pada saat-saat suram seperti ini.

Mungkin sudah saatnya ia harus tegas dengan perasaanya, memutuskan tindakan tepat apa yang harus ia lakukan? Karena Kai sudah seperti bagian hidupnya yang tak pernah bisa lepas, terkadang ia ketergantungan padanya, namun kadang ia merasa jahat, karena memanfaatkan kehadirannya.

Jahat? Benarkah aku begitu?. Amber mulai mempertanyakan dirinya terhadap Kai.

"Kai, aku tidak bisa membayangkan bila aku bersamamu. Aku tidak mau melukaimu, berpura-pura belajar mencintamu. Sampai suatu saat akhirnya aku akan menikah denganmu bukan dengannya, hanya karena merasa berhutang banyak dan tidak enak padamu. Pada kenyataanya setiap kali memejamkan mata, wajah Chanyeol-lah yang akan selalu terbayang. Dan setiap kali aku membuka mataku, hanya wajah Chanyeol-lah yang aku lihat,"

"Apa kau akan menerim

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
DrunkenWolf
Maafin ya guys yg udh komen dari tahun 2014 karena gue baru bisa aksesnya di tahun 2020 setelah berupaya meretes email sendiri yang terhubung ke akun AFF ini. Basi banget gak tuh yang komen dari tahun 2014 baru dibaca tahun 2020. Berasa kayak lagi berkelana waktu gitu 6 tahun kemudian baru di bales.

Comments

You must be logged in to comment
denihilda
#1
Chapter 25: 'yang bertahan yang menang' ini yg gue ambil setelah baca this fiction
ahh sampe paragraf terakhir masih gue pantau kali aja chanyeol muncul ehhh taunyaaa padahal suka chanberrr but at least ending nya happy lahh meskipun bukan sama chanyeol hahaha
liuliuyifan #2
Chapter 25: SAD ENDING AKU NANGIS BACANYA, seperti takdir ga menyatukan mereka, tp kasian amber sama chanyeol, paling kasian si chanyeol, ga rela baca endingnya. Thor knp kau biat sadending seperti ini, ada rasa ga rela amber sama kai harusnya sama chanyeol , aku jd ikutan galau, mending mereka mati,drpd saling tersiksa seperti ini/? Emg sih amber ga kesiksa dia ada kai, lah chanyeol bagaimana???T.T.
liuliuyifan #3
Chapter 20: Gregetan liat amber, dia tamak, aku paling ksian sama chanyeol
hernandaastri
#4
Chapter 25: maaf baru komen
ini sungguh end yg sangat 'menyedihkan' entah gak tau knapa rassnya sedih banget baca end nya
serasa seperti paksaan tpi sbenarnya bukan hanya saja tidak rela
sakit rasanya pas baca end nya agak sdikit tidak adil tpi itu memang yg terbaik untuknya
tpi tetap terlalu memaksa "bahagia bertepuk sebelah tangan"
haah y sudahlah ini memang yg terbaik untuknya dan kebahagiaannya
CHANBER selalu bersama dan selalu mencintai walau hanya dalam bayangan ....
diaheee11 #5
Chapter 9: wah keren banget ceritanya >< lanjut thor
abby_liu #6
jadi bingung mau baca dimana,
baca di blog yg udah lengkap chapter nya aja kali yah xD
okeyberliu #7
KAK INTAAAAAAN.....
TERNYATA LU D SINDANG JUGAAAA....
/sujud syukur/
KissontheW1nD
#8
Awww! This is cute! Thank God for translate XD
I hope more people read this!