Chapter 40
The 13th FatesChanyeol berjalan-jalan menyusuri lorong batu panjang antara aula dan kapel. Ia mendengar suara kasak-kusuk beberapa orang yang sedang berbincang dari arah aula. Chanyeol mengendap-endap mendekati pintu aula yang tebal terbuka terbentang lebar. Cahaya terang berpendar menerangi sisi yang gelap di luar lorong.
Chanyeol mengintip sedikit ke dalam aula. Ruangan itu luas. Terlihat seperti ruang pertemuan dewan pada abad ke-18. Aula itu bentuknya bulat sempurna terang benderang namun tidak mencolok. Dindingnya berupa tumpukan bebatuan tinggi berwarna cokelat kayu manis ditutupi tirau-tirai biru gelap dan merah keemasan. Lantai dingin marmernya hitam dan putih kusam, dilapisi karpet tebal empuk berwarna biru di beberapa sisi. Perapian menyala ditengah-tengah ruang, apinya keluar dari bawah lantai, menari-nari, berkobar hingga mengirimkan hawa hangat kepenjuru ruangan. Sepetak cahaya matahari menerobos melaluinya jatuh dalam bentuk bulat di lantai batu di bawahnya yang seolah-olat seperti spotlight dari atap kaca diatasnya.
Jendela-jendela berlapis panel kayu diukir rumit tertutup rapat. Lampu-lampu dinding berbentuk hexagonal terpasang berjejer. Tangga lebar meliuk di kanan dan kiri aula menuju balkon yang yang disulap menjadi perpustakaan terbuka yang luas. Walau tidak seluas perpustakaan milik Kris. Di dalam aula terdapat ruangan lain yang lebih terang dan besar, tepatnya dibawah balkon perustakaan. Ruangan itu menyerupai ruang pertemuan sekaligus raung baca pribadi. Meja-meja mengilap dan sofa-sofa kulit yang lagi-lagi berwarna merah dan bantal kecil berwana biru ditata menyerupai ruang pertemuan yang sangat nyaman. Lampu kristal besar, menjuntai dengan ujung runcing menggantung diantara balkon perpustakaan dan tangga, kristal pada lampu itu berpendar membiaskan cahaya pelangi ke dinding-dinding batu. Tiap sudut ruangan di istana selalu ada karangan bunga Fressia segar yang diletakkan di vas-vas kristal berbagai ukuran termasuk di aula itu.
Disana, terlihat Irene sedang bicara serius dengan empat pengawal berjubah hitam bertubuh besar. Ekspresi Irene sarat akan kegelisahan yang keji. Chanyeol menguping pembicaraannya dari luar tembok.
"Kalian harus menghabisi seluruh Force di tempat reservasi dan bunuh Tracker Klan Dragon, Li Jiaheng sebelum gerhana tiba, bunuh mereka jangan sampai ada yang lolos, kejar kemanapun mereka pergi, lakukan dengan rapi dan bersih. Aku tidak mau sampai meninggalkan jejak dan diketahui Supreme Leader"
Apa? Chanyeol memasang pendengarannya lebih baik lagi, ia tidak percaya dengan apa yang direncanakan Irene.
Chanyeol bersembunyi dibalik pintu ketika pengawal-pengawal itu berlalu, pergi meninggalkan aula.
Ini tidak bisa dibiarkan. Ternyata apa yang ia takuti selama ini benar. Irene tidak akan puas dan menang hanya dengan mendapatkan jantungnya. Chanyeol nyaris pusing. Bagian analitis dalam benaknya mengingatkan bahwa ia nyaris meledak akibat tekanan yang ia rasakan. Bila kekuatan berfungsi saat ini sudah pasti api pada dirinya sudah berkobar-kobar hebat sekarang.
Diam-diam Chanyeol mengambil sebuah pedang yang terpajang di dinding luar. Ia mengendap-endap, melangkah tanpa suara melintasi ruangan itu. Pelan-pelan mendekati Irene yang memunggunginya, menatap ke perapian.
Chanyeol mengangkat dan melayangkan pedang itu yang seharusnya mengenai tubuhnya, namun Irene menghindar dengan cepat. Irene membalikan tubuhnya cepat-cepat, bahkan Chanyeol tidak sempat berkedip tiba-tiba tangan Irene mencekik lehernya. Lalu tanganya yang satu lagi mencengkram tangannya y
Comments