Chapter 53

The 13th Fates
Please Subscribe to read the full chapter

Bersamaan dengan itu, Luhan langsung menyatukan pikiran Irene yang teracak tadi. Walaupun samar- samar, terputus dan berupa kelebatan memori yang terputar kembali. Namun Luhan bisa melihat ke memori ketika Irene menatap kejam ke seseorang bermata biru keruh berkepala pelontos dan membelah tubuh mungil itu dari kepalanya, beserta rencana Irene mengenai maksud dari tujuannya memberikan hadiah itu

Luhan dengan cepat menahan benda itu, namun telepatisnya meleset sampai benda dari dalam kantong itu terlempar keluar jatuh ke tanah dan memantul sekali sebelum berguling ke arah Chanyeol. Dan Chanyeol bahkan semua menyadari benda apa itu, itu kepala, kepala Asher.

Beberapa Force memalingkan wajah, beberapa melihat benda itu dengan perasaan mual dan beberapa melotot melihat itu dengan rasa tidak percaya dengan apa yang dilihat. Sedangkan Luhan dengan tangan yang masih diudara tercengang dan kepalanya pening karena permainan pikiran yang Irene tunjukan.

Perlahan-lahan potongan kepala itu berubah menjadi abu secara misterius. Tentu saja itu ulah mantra Irene. Mereka terlalu syok untuk mengeluarkan sepatah kata. Mereka, kecuali Chanyeol; reaksi dari Chanyeol lebih keras dari pada yang lain.

Tiba-tiba ia marah sekali. Lebih dari marah, ia murka. Perasaan kecewa dan benci menyatu dalam benaknya saat ini. Saat ini yang ingin ia lakukan adalah membakar tubuh Irene. Dan menikmati setiap kepuasan yang di raih dari kematiannya itu.

Chanyeol menggeram. Panas tubuhnya mengunci semuat otot-ototnya. Hawa disekitarnya langsung panas, hawa yang ditimbulkan dari panas tubuh Chanyeol seolah-olah tidak ada kompromi kali ini. Sebelum Chanyeol membara Xiumin menghambur menerjang tubuh Chanyeol.

Semua menyingkir. Jungkook mulai kehilangan orientasinya untuk mempertahankan Sheildnya, namun sebelum itu terjadi ia berkonsetrasi kembali dengan Shieldnya dan mendorong Shield itu kembali.

Xiumin memegang kepala Chanyeol erat-erat, dengan cara ini efek kemampuan memanipulasi energi panasnya dapat bekerja lebih cepat dan lebih efektif untuk Chanyeol. Luhan ditengah - tengah pemulihan disfungsi telepati sesaat, ia ikut membantu untuk menahan Chanyeol dengan telekenesisnya, tangan Chanyeol begetar dan mulai mendingin.

Chanyeol memaki pada Irene dengan kata-kata kotor dan kasar yang tidak pantas di dengar. Bahkan mereka tidak menyangka reaksi Chanyeol akan sebesar itu.

"Chanyeol!" pekik Kris menenangkan.

"Tenang Chanyeol! Kendalikan dirimu!" perintah Xiumin dikuping Chanyeol.

"Menyingkir dariku!" geramnya.

"Chanyeol!" Kris terus memanggil namanya dengan tujuan agar ia tenang, tapi Chanyeol jelas tidak mendengarnya karena kupingnya berdenging. Tubuhnya terus meronta-ronta berusaha melawan pertahanan telekenesis Luhan.

Chen beranjak dari tempatnya menghampiri Chanyeol untuk melumpuhkannya dengan kemampuan voltage.

"Jangan coba-coba Chen!" geramnya ganas hingga membuat Chen mengentikan langkahnya dan terpaku ditempat.

"Jangan menyerang, tindakan ini pasti akan berakhir dengan kematian semua orang" Jungkook buru-buru membujuknya. Chanyeol masih meronta-ronta walau suhu tubuhnya turun drastis tapi jiwa monster dalam dirinya masih bergejolak.

Bisa Luhan rasakan kepedihan hati Chanyeol yang tidak terima dengan kematian Asher di tangan Irene, rasa itu bercampur dengan gejolak amarah dan suara-suara indah yang terekam dikepalanya. Luhan baru mengerti, ternyata Chanyeol berakasi sekeras ini karena ia menganggap hal ini lebih sebagai harga yang harus dibayar untuk Irene. Dengan menyerangnya sendirian.

Chanyeol, kau tidak bisa melakukan ini. Aku tau ia berarti untukmu. Tapi kau bisa mati, kita semua bisa mati bila kau gegabah. Ini yang ia inginkan, ia sengaja melakukan ini agar kau menghampirinya, jangan beri apa yang ia inginkan! Kumohon Chanyeol, tenanglah! Luhan memerintahkan langsung ke dalam pikirannya.

Chanyeol menggelengkan kepala dengan cepat, bukan membantah, tapi seolah-olah seperti berusaha berkonsentrasi melawan monster buas yang sudah terpanggil agar mau tenang.

Akhirnya Chanyeol berhenti meronta, kini ia bisa menguasai diri lagi karena ucapan Luhan. Kekuatan dari ucapan Luhan lewat telepati biasanya lebih dapat menyentuh hati ketimbang diucapkan bagi yang merasakannya.

Xiumin dan Luhan melepaskan kemampuan mereka dari Chanyeol ketika memastikannya tidak akan beraksi lagi.

Irene tertawa puas menatap kekacauan dari kubu Force, mata Irene semakin membara. Bibirnya tertarik ke belakang membentuk senyuman licik.

Kau benar Jungkook, semua kata-katamu benar, bila ia gagal mendapatkan Chanyeol secara halus, ia akan membunuh kami semua. Ia sudah menyiapkan banyak sekali strategi. Bahkan menyerang kini telah menjadi prirotas utamanya setelah ia gagal meruntuhkan pertahanan dan rencana tipuannya pada Chanyeol. Ujar Luhan lirih sambil membuka jalur telepatinya ke Forces lain.

Tidak selama kita bersama-sama melawannya. Jungkook menyemangati.

Apa Kau melihat strategi apa saja yang ia rencanakan? tanya Kris.

Aku tidak bisa melihatnya, semua samar, ia menahan seluruh pikiranya dan terus berubah-ubah, ia tau kelemahanku.Tapi Rencananya sangat matang, jelas dan rumit, aku peringatkan jangan sampai mata kita luput dari benda apapun di lapangan ini.

Bagaimana dengan rencananya mencari Amber? Tanya Chanyeol kali ini.

Aku tidak melihatnya, sepertinya aman, atau mungkin tidak. Maaf aku tidak begitu membantu kalian, pikirannya benar-benar kuat menahan apa yang ia maksudkan.

Tidak apa-apa Luhan, kau sudah berbuat hal yang benar. Kris membujuknya.

Chen, lebih baik kau lakukan sekarang.Ini waktu yang tepat untuk memprovokasinya. Perintah Luhan.

Chen menegakkan bahu dan maju beberapa langkah ke depan garis pertahanan mereka.

Beritahu aku kalau dia ingin menyakitiku. Ujar Chen sambil berlalu ke tengah lapangan.

Diantara semua Force, Jungkook lah yang paling gelisah melihat Chen berjalan sendirian.

Chen membentangkan kedua lengannya seperti hendak menyambut pelukan hangat dari kawan lama. "Irene, musuh lamaku," sapanya skeptis.

"Bisakah kita bicara dengan lebih beradab tanpa harus menyakiti" ujarnya sambil berjalan ke tengah lapangan.

Lapangan itu sunyi senyap beberapa saat. Ketegangan bergulung-gulung keluar dari tubuh mereka, sementara Luhan mendengarkan penilaian Irene terhadap kata-kata Chen. Ketegangan semakin memuncak sementara detik demi detik terus berjalan.

Kemudian Irene ikut melangkah maju ke tengah-tengah lapang, seperti menerima tantangannya. Mereka hanya terpisah sepuluh meter saja, dengan jarak segitu Irene dapat dengan mudah menerjang tubuh Chen dalam sepersekian detik saja

"Bolehkah aku mengungkapkan pendapatku tentang tindakanmu?" Chen meminta dengan nada datar.

Irene menyipitkan mata, memandangnya curiga.

"Silahkan Patriot," desahnya. Dagunya terangkat, matanya terfokus padanya dan massa yang berkelompok di dibelakang Chen.

"Irene, kau tidak perlu melakukan ini, mungkin kata-kataku hanya pepesan kosong untukmu dan tidak mampu merusak rencana awalmu. Tapi bila kau menginginkannya, kau tidak perlu menghimpun satu batalion untuk membunuh orang-orangku dan membahayakan kehidupan manusia diluar sana" Chen menudingkan jarinya ke gerombolan beringas di pinggir hutan, namun mereka tidak merespons hanya Irene yang mendengus kasar.

"Kalau begitu katakan pada orang-orangmu agar menyingkir dari hadiahku," ujarnya arogan "lagi pula kalian juga akan menyerangku, kan? Rela mati hanya untuk melindungi bocah pembawa petaka itu. Bocah yang akan membahayakan seluruh Klan dan umat manusia dengan membuka portal neraka"

Apa maksudnya? Chanyeol bertanya - tanya dalam benakanya, dan berharap ada yang menjelaskan perihal ucapan Irene tentang nasibnya di masa depan.

Chen mengeleng-geleng kepala dengan maksud tidak setuju dengan ucapan Irene

"Kau tidak bisa mengindikasikan sesuatu tanpa alasan yang kuat. Lebih berbahaya lagi bila ia jatuh ke tangan orang yang salah, sepertimu. Kami akan melindungi dan melatih anak ini" jelas Chen dengan menyentakan kepala kebelakang, ke arah Chanyeol.

Chanyeol masih mengkeret, berkutat dengan pikirannya. Luhan melirik sekilas ke arah Chanyeol yang tertunduk memandangi kedua tangannya. Luhan mendengar dengan jelas, pergulatan pikiran Chanyeol bahwa dia mulai sedikit kehilangan kepercayaan pada kelompok ini.

"Apapun niatmu, kami tidak akan tinggal diam, kedatanganmu jelas sangat meresahkan. Lagi pula ini keputusanmu, kan? Yang menganggap lebih mudah bagimu bila kau berhadapan dengan kami, dari pada kau diserang habis-habisan oleh seluruh Klan?"

Sementara itu, dari seberang lapangan Chanyeol menautakan alisnya, ia masih tidak mengerti deng

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
DrunkenWolf
Maafin ya guys yg udh komen dari tahun 2014 karena gue baru bisa aksesnya di tahun 2020 setelah berupaya meretes email sendiri yang terhubung ke akun AFF ini. Basi banget gak tuh yang komen dari tahun 2014 baru dibaca tahun 2020. Berasa kayak lagi berkelana waktu gitu 6 tahun kemudian baru di bales.

Comments

You must be logged in to comment
denihilda
#1
Chapter 25: 'yang bertahan yang menang' ini yg gue ambil setelah baca this fiction
ahh sampe paragraf terakhir masih gue pantau kali aja chanyeol muncul ehhh taunyaaa padahal suka chanberrr but at least ending nya happy lahh meskipun bukan sama chanyeol hahaha
liuliuyifan #2
Chapter 25: SAD ENDING AKU NANGIS BACANYA, seperti takdir ga menyatukan mereka, tp kasian amber sama chanyeol, paling kasian si chanyeol, ga rela baca endingnya. Thor knp kau biat sadending seperti ini, ada rasa ga rela amber sama kai harusnya sama chanyeol , aku jd ikutan galau, mending mereka mati,drpd saling tersiksa seperti ini/? Emg sih amber ga kesiksa dia ada kai, lah chanyeol bagaimana???T.T.
liuliuyifan #3
Chapter 20: Gregetan liat amber, dia tamak, aku paling ksian sama chanyeol
hernandaastri
#4
Chapter 25: maaf baru komen
ini sungguh end yg sangat 'menyedihkan' entah gak tau knapa rassnya sedih banget baca end nya
serasa seperti paksaan tpi sbenarnya bukan hanya saja tidak rela
sakit rasanya pas baca end nya agak sdikit tidak adil tpi itu memang yg terbaik untuknya
tpi tetap terlalu memaksa "bahagia bertepuk sebelah tangan"
haah y sudahlah ini memang yg terbaik untuknya dan kebahagiaannya
CHANBER selalu bersama dan selalu mencintai walau hanya dalam bayangan ....
diaheee11 #5
Chapter 9: wah keren banget ceritanya >< lanjut thor
abby_liu #6
jadi bingung mau baca dimana,
baca di blog yg udah lengkap chapter nya aja kali yah xD
okeyberliu #7
KAK INTAAAAAAN.....
TERNYATA LU D SINDANG JUGAAAA....
/sujud syukur/
KissontheW1nD
#8
Awww! This is cute! Thank God for translate XD
I hope more people read this!