Memoar yang Terputus

NICE GUY FF - After The Ending

 

"Ma Roo, kita harus bicara. Aku menunggumu besok pagi di Villa no. 1221, daerah Cheongnam," – Jang Mi.

Eun Gi terdiam di atas ranjang, ia tak dapat tidur karena benaknya terus mengeja kejadian semalam. Ia mencoba menahan emosinya yang siap untuk meledak. Napasnya mendesah agak berat, perutnya kembali didera rasa sakit. Segalanya terasa sesak dan memuakkan. Pintu kamarnya terbuka pelan, Eun Gi mendongak. Ia mengubah ekspresinya secepat kilat bak seorang psikopat. Wanita hamil itu tersenyum manis, menyembunyikan kegusarannya.

"Good Morning...." sapanya ramah pada Ma Roo yang melangkah masuk bersama segelas susu hangat.

"Good Morning...." balas Ma Roo dengan tatapan lembut, penuh kasih sayang.

"Karena kau tidak keluar, jadi kubawakan susunya kemari," ucapnya seraya mendekat ke sisi Eun Gi dan menyodorkan susu ke tangannya.

"Ah, terima kasih,"

"Hanya terima kasih?" goda Ma Roo dengan tatapan datar.

"Ya?" Eun Gi menatap bingung. Jujur saja, ia sedang tidak fokus, pikirannya dipenuhi oleh pesan singkat Jang Mi. Ia harus menemui wanita itu.

"Beri aku ciuman! Yang penuh cinta, mendebarkan dan...." Belum tuntas Ma Roo bicara, Eun Gi telah mencondongkan wajahnya maju. Ia menghidu hangat napas Ma Roo dan melumat basah bibirnya lewat sebuah kecupan panjang nan mesra.

Ma Roo tersenyum puas saat Eun Gi melepaskan pagutan mereka.

"Sama-sama," ucap Ma Roo seolah Eun Gi baru mengatakan terima kasih.

Keduanya tersenyum.

Eun Gi mengatur posisinya kembali agar lebih nyaman, dan mulai meneguk susu buatan Ma Roo.

"Kau mau sarapan roti atau nasi?" tanya Ma Roo.

"Apapun," jawab Eun Gi lantas meneguk susunya kembali.

Ma Roo tersenyum, ia merasa senang melihat Eun Gi nyaris menandaskan susu buatannya.

"Oh ya, setelah sarapan, kita ke Rumah Sakit, setelah kupikir-pikir, sebaiknya kita bersiap-siap di sana saja. Dokter juga menyarankan operasi jadi, aku mau mengatur jadwalnya,"

"Tidak! Aku tidak bisa!" tukas Eun Gi tiba-tiba. Ia berhenti meminum susunya.

Ini membuat Ma Roo mendongak kaget. Ia melirik aneh pada ekspresi Eun Gi yang terasa ganjil.

"Kenapa?" tanyanya heran.

Eun Gi berpikir cepat.

"Aku tidak mau operasi, aku ingin menikmati rasanya melahirkan. Aku ingin jadi seorang ibu seutuhnya dan merasakan saat bayi-bayi kita merangkak meninggalkan rahimku dengan cara mereka sendiri," jawab Eun Gi.

Ma Roo menatap curiga dan ini membuat Eun Gi tak nyaman.

"Kenapa memandangiku seperti itu?" tanyanya.

"Kenapa aku merasa kau sedang merencanakan hal gila ya?"

"Apa maksudmu?" Eun Gi merengut menutupi kegugupannya.

1 detik... 2 detik dan Ma Roo tak dapat menahan senyumnya lagi. Ia gemas melihat ekspresi Eun Gi.

"Kenapa malah tersenyum? Kau sedang menggejekku? Kau merasa aku konyol?" tuduh Eun Gi sewot.

"Lihat! Kau benar-benar suka berspekulasi sendiri! Aku bukan mengejek tapi aku sedang gemas padamu!" Ma Roo mendekatkan wajahnya dan menggulirkan senyuman keren. Wajah Eun Gi seketika memerah dan ini memancing perhatian Ma Roo. Pria itu mencondongan tubuhnya semakin dekat.

Dengan suaranya yang berat dan seksi, ia mulai menggoda, "Tidak demam, tapi kenapa wajahmu berubah merah ya? Apa berada di dekat Kang Ma Roo masih membuat dadamu berdebar-debar, Nyonya Kang?"

Eun Gi mendengus gemas, ia melirik sok sinis.

"Masih pagi dan kau sudah mencoba merayu?"

Ma Roo mengangguk ringan, "Ya, kau keberatan?"

"Jika iya, apa kau akan menghentikan tingkah sok casanovamu ini, Pak Dokter?"

"Hmm... jika kau mau menuruti kata-kataku, Nyonya,"

Eun Gi tergelak sinis, "Ah... cerdas! Mau menggiringku ke Rumah Sakit huh? Sudah kubilang aku tidak mau ke Rumah Sakit dulu. Aku ingin menikmati prosesnya,"

"Kau benar-benar gila dan aku tidak perduli! Hari ini Kang Ma Roo akan tetap menggeret Seo Eun Gi ke Rumah Sakit. Kau kabur begitu saja dari Rumah Sakit saat itu dan kita belum memeriksakan kedua bayi kita lagi, jadi...."

"Baiklah! Tapi tidak hari ini, Ma Roo!"

"Mencoba tawar-menawar? Kenapa tidak bisa? Pagi ini aku ke Rumah Sakit untuk menemui Seniorku jadi aku akan mengantarmu sekalian, sayang!" bujuk Ma Roo.

"Aku ada janji!"

"Janji? Dengan siapa?" kening Ma Roo mengernyit tipis.

"Sekretaris Hyun, kau tahukan dia juga sedang hamil dan dia berjanji untuk menunjukkan tempat senam bagi Ibu hamil yang bagus," jawab Eun Gi asal.

"Tempat senam? Bukankah kau dulu bilang tidak mau ikut hal-hal semacam itu? Katamu kau tidak nyaman berbaur dan memperlihatkan perutmu di depan banyak orang. Lagipula, rasanya ini sudah terlambat, usia kandunganmu sudah nyaris 9 bulan, sayang!"

"Aku berubah pikiran!"

"Eun Gi, Dokter tidak menganjurkanmu melahirkan secara normal. Terlalu beresiko! Jadi kau tidak perlu melakukan senam apapun itu,"

"Ma Roo...."

"Masih mencoba membantah suamimu, huh?"

"Ya! Aku tidak ingin merasa dipaksa dan kenapa kau seolah mencari-cari alasan agar aku tetap ke Rumah Sakit pagi ini denganmu? Kenapa harus hari ini? Perutku juga baik-baik saja sejauh ini, hanya...."

"Hanya terasa tak nyaman dengan kontraksi nyaris setiap jam serta tak membiarkanmu tidur dengan nyenyak? Itu kau sebut hanya? Hyaaa Seo Eun Gi!"

"Ma Roo, masih pagi, kenapa kau mengajakku bertengkar?"

"Bukan bertengkar, aku sedang mencoba memberitahumu jika kau akan melahirkan dalam waktu dekat dan kita perlu untuk melakukan persiapan, SEGERA!"

Hening. Eun Gi tak membantahnya lagi, tapi ini justru membuat Ma Roo tak senang.

Wanita itu pasti marah, dia pemarah, seenaknya, kasar, skepstis, susah diatur dan ya tak perlu dijelaskan karena Ma Roo sudah paham semua itu.

Pria berwajah tampan itu menghela napas, ia menatap Eun Gi dalam-dalam. Kedua tangannya menangkupnya yang besar.

Janin-janin mereka bergerak lincah.

Ma Roo dapat merasakannya dan hatinya berdesir bahagia.

"Kau ingin aku jujur?" Ma Roo bertanya pelan, mendongak menatap Eun Gi yang masih acuh.

"Aku merasa tidak tenang. Aku ingin terus melihatmu hari ini, ada perasaan aneh. Jenis firasat dimana dulu kau tiba-tiba kabur ke Tae San lantas terjebak bersama para pengunjuk rasa, kabur untuk menemuiku di Tong Yeong dan kabur dari Rumah Sakit beberapa hari lalu,"

"Kalimatmu membuatku merasa seperti anak sekolahan yang suka membangkang," protes Eun Gi.

"Kau yang mengatakannya sendiri, Nyonya Kang!"

Eun Gi melotot tajam, ia termakan ucapannya sendiri sementara Ma Roo hanya menatap santai.

"Kumohon, turuti aku! Kita ke Rumah Sakit pagi ini! Aku akan membawakanmu sarapan, kau akan mandi dan setelah itu kita berangkat, tepat pukul delapan pagi!"

"Dasar pemaksa!" maki Eun Gi.

"Kuanggap itu sebagai pujian," Ma Roo tersenyum tipis, tanpa dosa dan mengecup lembut kening Eun Gi sebelum pergi.

~oOo~

"Ah, kenapa seperti pergi ke medan perang ya? Haruskah kita menyanyikan lagu agar suasananya lebih menyenangkan!" celetuk Ma Roo santai sembari melirik Eun Gi di sisinya.

"Bernyanyi? Di saat seperti ini? Orang gila!" desis Eun Gi disambut senyum kecil Ma Roo.

"Baiklah, kalau begitu aku saja yang menyanyi," sahut Ma Roo cuek.

"Ah, aku harus menyanyi lagu apa? Kau suka lagu apa?" tanya Ma Roo tenang.

Eun Gi memalingkan wajahnya keluar jendela dan Ma Roo mengangguk, "Baiklah, biar aku sendiri yang memilih lagunya,"

Ia diam sejenak sebelum akhirnya mulai mendendangkan sebuah lagu anak-anak, "Kisera-sera... whatever will be will be...." Suara Ma Roo mengalun lembut mengisi keheningan di dalam mobil.

Eun Gi mengelus perutnya, ia merasakan bayi-bayinya menendang menikmati nyanyian ayah mereka.

Tanpa diduga, Eun Gi akhirnya buka suara.

"Kisera-seranya cukup dua kali!" ucapnya membuat Ma Roo melirik. Pria itu tersenyum.

"Baiklah, kau saja yang menyanyi!"

"Aku hanya ingin membenarkannya," cetus Eun Gi.

Hening sejenak dan suara Eun Gi ganti mengambil alih suasana. Keduanya bernyanyi bersama. Ma Roo menggengam lembut tangan Eun Gi.

Tak lama, mobil mereka berhenti di halaman parkir Rumah Sakit. Ma Roo keluar lebih dulu untuk membantu Eun Gi keluar mobil. Ia menuntun Eun Gi yang cukup kewalahan berjalan sendiri.

Ma Roo dengan sabar berjalan di sisi Eun Gi yang setiap beberapa langkah memintanya untuk berhenti guna mengatur napas.

Jika saja Ma Roo tahu, apa yang ada di dalam otak istrinya, ia pasti sudah mengomel atau bahkan menyindir tak karuan. Bagaimana bisa wanita hamil yang berjalan saja susah, ingin meladeni seorang Jang Mi sendirian.

Eun Gi memang keras kepala, tak masuk akal, dan Ma Roo tergila-gila padanya.

~oOo~

Pagi ini setelah menjalani pemeriksaan, Dokter menyarankan agar Eun Gi beristirahat saja yang cukup sambil menunggu jadwal operasi yang akan dilaksanakan minggu depan.

Ma Roo sebenarnya ingin Eun Gi dirawat di Rumah Sakit karena kontraksinya semakin sering datang dan ia cemas jika bayi mereka lahir sebelum jadwal, tapi nampaknya Ma Roo harus mengalah sebab Eun Gi menolak mentah-mentah. Alasannya masih sama, ia benci terkurung dalam Rumah Sakit, jadi jika bisa, ia ingin dirawat sehari sebelum operasi atau kalau perlu di hari operasi itu.

"Aku akan mengantarmu ke Sekretaris Hyun, jadi berikan suamimu ini senyuman!" ujar Ma Roo begitu mereka keluar dari ruang pemeriksaan.

"Kenapa?"

"Meski kau akan melahirkan dengan cara operasi tapi kata Dokter, senam hamil bagus untuk menghadapi kontraksi jadi aku akan mengantarmu ke tempat senam manapun itu," jawab Ma Roo santai.

Eun Gi terdiam.

"Kenapa lagi?" tanya Ma Roo heran.

Ma Roo tidak boleh mengantarkanku, pikir Eun Gi. Kebohonganku bisa terbongkar.

Saat itu Dokter Seok melintas dan ia menyapa Eun Gi serta Ma Roo. Sepasang suami istri yang sama-sama pernah menjadi pasiennya.

Mereka lantas berbincang sebentar di kantin Rumah Sakit dan Dokter Seok memuji keteguhan Eun Gi yang terus bertahan serta menunggu Ma Roo meski sekian tahun berlalu.

Tak lama, seorang Dokter lainnya bergabung dengan mereka, namanya Profesor Song – Kepala Bedah Syaraf di Rumah Sakit ini.

Perbincangan yang mulanya ringan berubah menjadi seminar kedokteran terselubung. Eun Gi mulai tak nyaman.

Ia melirik handphonenya, melihat jam berapa sekarang.

Pukul 9 lewat 10 menit.

Ia teringat pada pesan Jang Mi.

Tak kekurangan akal, Eun Gi berpura-pura menerima panggilan dari Sekretaris Hyun. Ia menjauh sejenak lantas kembali dan mengatakan pada Ma Roo jika Sekretaris Hyun dan suaminya – Jae Shik sedang dalam perjalanan ke tempat senam itu dan mereka bersedia untuk menjemput Eun Gi di lobi Rumah Sakit.

"Kau di sini saja, pasti banyak yang harus dibicarakankan? Aku tahu lusa adalah hari pertamamu bekerja di sini. Aku akan turun dengan lift dan menunggu mereka di lobi," bisik Eun Gi. Ma Roo terpaksa setuju meski ia merasa tak tenang.

"Hubungi aku kau selesai jam berapa, aku akan menjemputmu!" pesan Ma Roo disambut anggukan Eun Gi.

~oOo~

Eun Gi merayakan kebebasannya. Wanita hamil itu berjalan keluar lobi dan masuk ke sebuah Taksi yang berjejer menunggu penumpang.

Taksi yang ditumpanginya meluncur mulus di jalanan, setelah nyaris 40 menit perjalanan, Eun Gi turun dan menghirup udara Cheongnam yang sejuk karena berada di wilayah pegunungan.

Ia menatap serius pada sebuah Villa bergerbang hitam.

Gerbangnya tidak terkunci, Eun Gi melangkah masuk setelah memastikan alamatnya benar.

Ia menekan bel di depan pintu, lama tak ada jawaban, terdengar suara gaduh di dalam. Eun Gi menggedor pintunya dengan panik. Ia mendengar teriakan. Merasa tak sabar, ia segera memutar kenopnya dan kleeekk... pintu terbuka!

Tak terkunci!

Eun Gi membuka pintu itu lebar-lebar, ia menjejakkan sepatunya di atas karpet ruang tamu.

Hening. Eun Gi sebenarnya takut tapi ia sudah kepalang basah dan tak ada alasan untuk mundur.

Wanita itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Kenapa kegaduhan itu menghilang? Pikirnya.

Dan saat Eun Gi semakin dalam masuk ke dalam Villa itu, seseorang akhirnya muncul dari balik pintu. Jang Mi.

Ia berjalan ke arahnya dengan langkah terseret.

"Eun Gi...." Desah Jang Mi setelah sampai di hadapan Eun Gi. Napasnya memburu dan keringat berjatuhan di atas parasnya.

Jang Mi memegang pundak Eun Gi dengan sempoyongan. Eun Gi berusaha mempertahankan keseimbangannya, ia berpegangan juga pada Jang Mi. Tapi... tunggu... sesuatu menggores ibu jari Eun Gi. Tepat di saat itu, Jang Mi tak dapat lagi menahan rasa sakitnya. Ia jatuh terkulai, roboh ke arah Eun Gi yang ikut jatuh terduduk.

Pisau. Sebuah pisau menancap di balik punggung Jang Mi. Eun Gi terkesiap. Ia tak sanggup bergerak saking syoknya.

Seseorang nampak mengintip di balik kursi, di belakangnya. Eun Gi tahu itu. Ia dapat melihatnya melalui pantulan keramik penghias ruangan.

"JANGAN BERTERIAK DAN TUTUP MATAMU!!!" teriak sosok itu serak. Eun Gi mengangguk kaku, seluruh ototnya menegang dan perutnya kembali diserang nyeri tak karuan.

"TUTUP MATAMU!!!" perintah sosok itu sekali lagi. Eun Gi yang tersentak pun menutup matanya cepat.

Ia bisa merasakan derap suara sepatu milik si pembunuh berderap di sekitarnya. Ia juga bisa merasakan sosok itu menunduk di dekatnya untuk mencabut pisau yang menancap di punggung Jang Mi.

"Aaaarrrgghh...." Suara teriakan Jang Mi membuat Eun Gi merinding.

"Tetap diam, tutup matamu atau pisau ini akan menancap menembus bayi-bayimu!" bisik sosok misterius itu di dekat tengkuk Eun Gi.

Ia kemudian merampas tasnya dan mengaduk isinya guna mengambil dompet serta handphone Eun Gi.

Tak butuh waktu lama, pria itu pun pergi dengan pisau terkutuknya serta segala barang-barang yang berhasil ia rampas.

10 menit berlalu, Eun Gi masih terduduk kaku di atas lantai, ia gemetar menatap Jang Mi yang tak lagi bergerak.

"Aaaarrghhh...." Eun Gi ingin bergerak tapi sakit di perutnya mendadak menjadi-jadi. ia tahu pasti bayi-bayinya ikut terguncang.

Penyesalan memang selalu datang terlambat, Eun Gi mengatur napasnya tapi rasa sakit itu belum hilang sepenuhnya dan sekujur tubuhnya masih gemetar tak berdaya.

Ma Roo... nama itu ia sebut berkali-kali. Ia harusnya menurut saja dan tak mengikuti kemarahannya pada Jang Mi.

Toh wanita itu mungkin sudah mati.

Sebuah mobil berhenti, pintu gerbang dibuka kasar dan malaikat pelindungnya akhirnya tiba. Bak keajaiban, Ma Roo muncul di hadapannya.

Pria itu menemukannya, Eun Gi tak mau menanyakan itu sekarang, ia hanya ingin keluar dari tempat ini secepat mungkin, karena darah dari tubuh Jang Mi telah menggenang dan nyaris menyentuh tangannya.

Sebuah déjà vu melayang, membekap ingatan Ma Roo. Ia bingung harus menolong siapa terlebih dulu. Ma Roo menatap Jang Mi yang sepucat mayat.

Ia juga menoleh pada Eun Gi yang mencoba mengulurkan tangannya seraya menahan sakit.

Ma Roo melemparkan dirinya ke sisi Eun Gi, menangkup raganya yang terkulai lemah.

~oOo~

3 hari kemudian,

"Makanlah! Selagi masih hangat. Mau kusuapi?" Ma Roo membawa semangkuk bubur kacang merah di atas meja kecil. Ia meletakkannya di atas ranjang, di hadapan Eun Gi.

Ia mulai menyedok bubur dan meniupnya pelan.

"Ayo buka mulutmu!" ucapnya pada Eun Gi yang mematung tak bergairah.

"Kau tidak pergi bekerja?"

"Ayo buka mulutmu, rasanya sangat enak!" Ma Roo seolah tak mendengar pertanyaan Eun Gi, ia terus menyorongkan sendoknya menuju mulut kering istrinya.

"Ma Roo!" Eun Gi menahan suapan Ma Roo, ia menatap tajam.

"Ayolah Eun Gi! Kau boleh menyalahkan dirimu tapi kumohon jangan menyiksa dirimu sendiri, kematian Jang Mi bukan salahmu!"

"Aku tahu... tapi melihat Jong Hyun kehilangan ibunya membuatku merasa tak enak, harusnya aku memberitahumu saat itu, jadi kita bisa kesana lebih awal dan kejadian buruk itu tak pernah terjadi," desah Eun Gi.

Ma Roo menghela napas berat, ia meletakkan mangkuk buburnya ke meja. Ini bukan kali pertama Eun Gi seperti ini setelah kejadian itu.

"Eun Gi, dengarkan aku! Jong Hyun sekarang tinggal dengan ayahnya, bukankah ini lebih baik? Ayahnya orang yang baik dan ia terlihat sangat menyayangi Jong Hyun. Kita sudah bertemu dengannya di pemakaman Jang Mi dan ia berjanji untuk merawat Jong Hyun. Ia ayah kandungnya, kita harus melihat ke masa depan,"

Eun Gi menggeleng, "Ada yang aneh! Ada yang menurutku tidak benar, Ma Roo!"

"Kau masih trauma? Masih bermimpi buruk? Apa Jang Mi muncul lagi dalam mimpimu? Tidak ada hantu, Eun Gi...."

"Bukan soal hantu, Ma Roo! Tapi aku merasa ini salah! Ada yang salah!"

"Sudahlah! Aku paham kau masih terbayang kejadian itu. Normal. Justru akan aneh jika kau baik-baik saja setelah melihat kematian seseorang, tapi bukan berarti kau terus terpuruk seperti ini. Anak kita akan segera lahir, kau harus melupakan segala hal buruk dan kita mulai hidup yang baru, kau masih ingat bukan harapan kita saat meninggalkan Tong Yeong dulu? Hidup dengan lebih bahagia bersama anak-anak kita,"

Eun Gi tercenung, meresapi nasehat Ma Roo. Ia kemudian mengangguk dan memeluk suaminya dengan penuh perasaan.

Ma Roo membelai punggungnya pelan, lantas mencium kening dan perutnya yang besar.

Keduanya tersenyum.

~oOo~

William Kim membuka pintu kamar Jong Hyun, ia tersenyum melihat jagoan kecilnya telah terlelap tidur. Ia kemudian duduk di dapur, membuka pintu lemari es dan mengambil sebuah apel merah.

Sejenak William menikmati keheningan malam, ia duduk di kursi tinggi di dapur, tangannya membuka laci dan mengeluarkan sebuah pisau untuk mengupas apel tersebut.

Di keremangan dapur yang temaram, senyumnya terbit setelah menggigit apel nan manis itu. Ia meletakkan pisaunya, pisau yang sama dengan pisau yang ditancapkannya di punggung Jang Mi.

~oOo~

"Kau yakin akan ikut, Ma Roo?" tanya Jae Gil heran pada Ma Roo yang ikut menggotong koper dan memasukkannya ke dalam bagasi mobil.

"Ya, Eun Gi butuh liburan dan kurasa kita harus liburan bersama kalian," jawab Ma Roo santai.

"Tidakkah ini beresiko? Bagaimana jika bayimu tiba-tiba...." belum selesai Jae Gil nyerocos, Ma Roo sudah menggetok kepalanya.

"Jangan bicara sembarangan! Ucapan bisa jadi doa!"

"Heeeiii... aku mengatakannya karena aku khawatir! Sebagai paman aku tidak mau terjadi sesuatu pada keponakan-keponakanku!"

"Aku terpaksa menuruti Eun Gi, dia butuh udara segar, lagipula hanya menginap seharikan? Semua akan baik-baik saja. Jangan pikirkan hal-hal buruk!" Ma Roo meninggalkan Jae Gil yang masih ingin menasehatinya panjang lebar.

"Kau sudah siap?" tanya Ma Roo pada Eun Gi yang sedari tadi duduk menunggu di ruang tamu.

"Ya!" jawab Eun Gi mantap.

Hari ini mereka akan pergi bertamasya ke pulau kecil di luar Seoul. Sebuah pulau wisata yang jaraknya tak terlalu jauh dari Ibu Kota. Hanya perlu 40 menit perjalanan melewati tol dan 30 menit menaiki kapal.

Sebuah wisata keluarga dan mereka akan menginap semalam di sana.

"Istriku, Kang Choco?"

"Siap!"

"Kesayangan Ayah, Seul Gi?"

"Siap Ayah!"

"Lalu bagaimana dengan Kang Ma Roo dan Seo Eun Gi?" Jae Gil melirik ke belakang.

"Kami siap!" jawab Eun Gi seraya tertawa, sementara Ma Roo hanya melirik aneh sembari mengejek, "Sudah! Simpan energimu untuk menyetir saja! Teriakanmu membuat telingaku berdenging!"

"BAIKLAH!!! KITA BERANGKAT!!!" teriak Jae Gil riang, tak mengubris ejekan Ma Roo.

~oOo~

Dan faktanya,

Aku memutuskan untuk membunuh Jang Mi biar dia gak jadi parasit lagi.

LOL

Aaaaahh... akhirnya kelahiran si kembar yang kuimpikan akan segera terwujud.

Oh ya, menurut kalian gimana caranya Ma Roo bisa menemukan Eun Gi saat di vllla itu?

Aku sengaja pengen ninggalin ini sebagai misteri, pengen baca imajinasi kalian juga tentang cara Ma Roo menemukan Eun Gi xD

Kisah tentang Jong Hyun masih ada lanjutannya, aku masih mikir-mikir rantai keterkaitannya nanti sama si Eun Gi. Ya, aku mau alur yang gak terlalu ringan meski beberapa chapter ke depan aku mau main sama yang ringan-ringan.

Kangen sama gaya chapter-chapter awal yang manis.

Anw, gara-gara teaser DESCENDANTS OF THE SUN song hye gyo-song joongki keluar, aku jadi pengen masukin si mbak manis juga.

Jajaja....

Mungkin dia akan jadi anak dari Profesor Song dan yeah, let's see aja what will happen between Ma Roo and si mbak manis.

LOL

Kalau kebetulan baca, jangan lupa bubuhkan jejak ya^^

Terima kasih Chaeki Shipper, semoga keshipperan kita tetap terjaga meski serangan chemistry CHAE WON – LEE JIN WOOK ^ SONG JOONG KI – SONG HYE GYO bersiap menerjang di tahun 2016 ini.

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Methaalana
Si Maroo berasa sialan banget ah! Cekaka~ Sok kagak butuh, sok jaim, sok dingin tapi ngarep! Marooo... aku padamu! *Nulis sendiri, ngomel-ngomel sendiri*^^

Comments

You must be logged in to comment
Alexasky
#1
Chapter 6: Hii i would really love to read the story. Do you happen to know how to translate the story to English please?
kyuhaeni #2
Chapter 42: annyeong.. reader baru di sini..
Kang Maroo di sini ga jauh beda sma Yoo Shi Jin ya yg palyful..
makasi ff nya.. aku yg blm puas nonton Nice Guy baca ini jadi suka bgt! comedy romance lagi.. waah harapan aku tuh kelak Joongki main com-rom drama..
oladilia1310 #3
Chapter 41: Kalo aku berani ngomelin eungi, pasti udah kuomelin! Udah masa" mau melahirkan kok ekstrimnya gk ilang sih *gemesssss* hahahhh
Trus ini gimana eungi lahirannya masa di pulau tanpa RS??!!! Semoga Maroo bisa nanganin kalo emg gk bisa balik ke Seoul :')
And.... i miss ChaeKi Couple so much ㅠㅠ
Semangat kak author!! Kutunggu update selanjutnya! 파이팅! ♡♡
Chaeki_Novit #4
Chapter 38: aku udh baca chapter 39 nya d wattpad
dan waaah cerita'y makin menarik dan seru,, apa yg mencelakai jang mi itu eungi??
d tnggu chap selanjut'y ya :)

*maaf ya aku komen disini. wattpad aku lg gk bsa buat komen

oya aku mulai setuju dngan author-nim kaya'y klu cerita eunma datar2 aja gk kn trasa eunma'y n pasti'y krang menarik hihi jdi aku prcayakan alur'y kpada sang pakar'y aja
semangatt ya thor :D
emoonsong #5
Chapter 38: Hmmm joahhh... ditunggu next chapnya....hehehe
Chaeki_Novit #6
Chapter 38: ayoo ayoo cepat tes DNA biar semua tau (trutama eunma) kalau itu bukan anak'y maroo n jang mi juga harus jujur n selesain msalah dia sendiri sama ex husband'y

aduuhh ini nyonya song kalau lg ngmbek sifat asli'y kluar hahaha lupa ya kalau lg ngandung dede kembar hehehe

semangat thor, next chapter'y jgn lama2 ya
give me sweet happy ending. really happy ending. jeballl
Chaeki_Novit #7
Chapter 38: ayoo ayoo cepat tes DNA biar semua tau (trutama eunma) kalau itu bukan anak'y maroo n jang mi juga harus jujur n selesain msalah dia sendiri sama ex husband'y

aduuhh ini nyonya song kalau lg ngmbek sifat asli'y kluar hahaha lupa ya kalau lg ngandung dede kembar hehehe

semangat thor, next chapter'y jgn lama2 ya
give me sweet happy ending. really happy ending. jeballl
eonnifan
#8
Chapter 38: kan.. udh ketebak jonghyun bukan anak maroo hahhahahaha

sabarlah eungi
tp entah knp aku pengen eungi ky ngelakuin sesuatu yg ekstrim gitu lol
jgn2.. yg jd pembunuhnya.. eungi :O
emoonsong #9
Chapter 37: Komen selanjutnya dariku....

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°©©©°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Jong Hyun tinggal bersama Eng Gi? Kurasa ini baru namanya saingan yang seimbang...
Eng gi tdk mungkin kalah dr wanita manapun dihati Maroo... tp dgn Jong Hyun?....
Aku rasa Maroo akan sedikit bingung bukan?
Meski hatix untuk Eng Gi tapi Maroo tak mampu mengabaikan Jong Hyun...
Dan ini yang akan menyakiti Eun Gi... bukan begitu?
Ah sial bagimu Kang Maroo...

Eun Gi akan mendapat dukungan penuh dr semuanya bahkan dr si Twin...
Dan krn Jong Hyun tdk memiliki siapa siapa disisinya? Kau mungkin akan mengambil tanggung jawab itu...

Dan itu yg tidak diinginkan Eun Gi...
Kau berada bersebrangan dengannya...
Karena itu Eun Gi menginginkan mesin waktu... untuk bisa menemukanmu lebih dulu...
Tapi tentu sj hal yg mustahil... krn ini bukan fanfic doraemon tapi ini ff chaeki...
Hak paten mesin waktu hanya untuk doraemon, nobita dan kawan kawan Readers dan Eun Gi tau itu..
*plakkk abaikan*

Krn itu... kita akan berharap seperti biasa untuk Eun Gi sekali lagi berlari ke pihak Kang Maroo tanpa memedulikan apapun...
Meski itu artinya dia berada dipihak yang sama dengan Jong Hyun... si anak kecil yg menjadi saingannya...

Hey tunggu dulu...
Kurasa Eun Gi tdk sebodoh itu untk mempercayainya...tanpa mengkonfirmasinya dan ayolah Maroo bahkan seorg dokter ... apa mereka bahkan tdk terpikir untk melakukan tes DNA...?
Mengapa perkataan seorg wanita dari masa lalu menjadi begitu terpercaya? Hingga diterima tanpa pembuktian...
#mungki Eun Ma Lelah... butuh piknik...

Hemm meski tes DNA tdk murah tp biaya bukan hal yg perlu dirisaukan oleh seorg Eun Gi kan?
Yah cukup mnngirim sampel rambut Kang Maroo dan Jong Hyun kurasa... hal Ini bisa dipecahkan...





©¶©¶©¶

Eun Gi bisa saja menyerah untuk apapun dan siapapun tp Eun Gi tdk akan menyerah untuk Kang Maroo ...

©¶©¶©¶