Chapter 31

The 13th Fates
Please Subscribe to read the full chapter

Sudah tiga hari berlalu semenjak kejadian itu dan Amber memutuskan untuk mogok bicara dan menolak menemui Chanyeol dengan alasan ia masih marah. Hal itu membuat Chanyeol semakin merasa tidak enak dengan Amber, terutama dengan Kai.

Tapi Amber berjanji tidak akan membuat kemarahannya terlalu berlarut-larut, toh dia masih sangat mencintai Chanyeol. Kenyataanya, akibat kejadian tiga hari lalu, tak sedikitpun perasaan cinta Amber berkurang untuk Chanyeol. Walau hal tersebut masih membuat Chanyeol kalang kabut. Tapi ia sadar, itu memang kesalahannya dan dia pantas mendapatkan ganjaran atas semua perbuatannya.

Sudah tiga hari juga Kai tinggal di tempat reservasi untuk sementara waktu, ia menggunakan alasan untuk berlibur pada Taemin, dan Taemin mempercayainya. Beruntung, Taemin bukan tipikal orang yang detail terhadap sesuatu.

Chanyeol melihat Kai duduk di atas batu tepi sungai dekat halaman, sambil melempar ranting kecil dan kerikil ketengah sungai. Chanyeol menghampirinya, Kai sempat melirik ketika sosok tinggi itu sampai disampinya tanpa menggubris kedatangannya. Chanyeol duduk di batu ceper yang terbenam kuat di tepi sungai sebelah Kai.

Pemandangan diseberang sungai mengajikan pepohonan yang tumbuh rapat-rapat. Diantara pohon - pohon itu terdapat pohon kesukaan Kris yang paling tinggi disana yang ia tanam bersama istrinya dulu.

"Hei, Kai" Sapa Chanyeol dengan nada mengajak obrol.

Kai hanya menoleh tanpa membalas sepatah katapun.

"Kai, aku benar - benar minta maaf atas kejadian waktu itu, aku pikir tidak ada kata- kata yang sanggup aku ucapkan selain kata maaf" lanjutnya dengan perasaan menyesal yang mendalam.

Kejadian itu sungguh malapetaka, dan Chanyeol sudah merasakan konsekuansinya. Jelas itu bukanlah peristiwa yang ingin mereka berdua ingat-ingat lagi.

Mata Kai hanya berkelebat tidak suka kearah Chanyeol.

"Aku harus menghadapimu dan meminta maaf, karena aku sudah cukup kacau karena dia masih marah denganku, entah sampai kapan ia tidak mau menemuiku" lanjut Chanyeol kalem.

Kai menyeringai "Kau pantas mendapatkan itu, tau" Kai mengatakannya dengan nada seperti sedang menghujat seseorang. Chanyeol tidak menanggapi.

Hampir semenit mereka tida bicara. Suasana sunyi, yang terdengar hanya suara hewan hutan, suara tarikan nafas Chanyeol yang terukur, suara angin yang menyentuh dahan pohon tertinggi dan gemericik air yang mengisi keheningan mereka.

"Aku mau bertanya padamu," tanya Kai memecah kehingan "bagaimana kalau Amber mencintaiku juga?" ujar Kai yang terdengar seperti menantang. Namun ekspresi yang Kai tunjukan tampak tenang dan positif, tak ada secercah pun jejak emosi dalam suaranya.

"Aku sudah tau semuanya dan aku akan melepaskannya"

"Begitu saja? Kau cepat sekali menyerah."

"Kalau itu memang keinginanya aku harus apa? Menyingkirkanmu dari kehidupannya? Aku tidak akan melakukan kesalahan yang sama seperti yang kuperbuat sebelumnya. Kerena itu akan melukai perasaan Amber, aku tidak bisa melukai perasannya dengan membunuhmu. Walau itu ide yang bagus, sangat menarik," Chanyeol menyeringai.

"Aku akan berusaha menerima keputusannya kalau itu memang pilihan terbaiknya. Walau betapa beratnya itu untukku" lanjut Chanyeol berat dan tampak jengah "tapi aku tidak pernah ragu dengan perasaanya, Kai," Chanyeol menarik nafas lega.

"Tapi aku yakin dia juga mencintaiku, walau tidak sebesar cintanya padamu, dia cuma malu untuk mengungkapkannya"

Chanyeol menarik napas dalam-dalam lalu menerawang menatap tanah yang ia pijak, ada sekelumit rasa khawatir dalam dirinya tentang rivalnya.

"Tapi aku harus bisa menerima kenyataanya bahwa Amber sangat mencintaimu__bukan aku..dan aku hanya teman pelipur laranya...tidak papa.. aku cukup senang kok..aku rela mengorbankan perasaanku untuk kebahagiannya,"

"Tapi kau beruntung dalam satu hal, Chanyeol" lanjut Kai pelan "setidaknya kau sudah tau betapa besar cintanya padamu, yang mungkin aku tidak akan pernah mendapatkan itu darinya" 

Chanyeol hanya terdiam menanggapi ucapan Kai, kecanggungan sangat terasa diantara mereka, seolah - olah mereka bicara dari balik tembok baja yang memisahkan mereka.

"Sebenarnya apa sih yang kau pikirin waktu itu, ketika kau meninggalkan Amber? Selain aku membencimu, aku ingin sekali menghabisimu, kau tau berapa kali kau melukai perasaanya?" kini Kai menatap Chanyeol dengan tatapan penuh kebencian.

Chanyeol tertunduk "Aku tidak meninggalkannya, tapi aku ingin melindunginya, karena aku tidak mau dia terluka. Kau sudah lihat sendiri bahaya apa yang bisa mengintai dirinya bila bersamaku. Empat bulan pertama adalah fase tersulit untukku, untuk mengendalikan kemampuan sialan ini. Tapi ternyata aku terlalu lama pergi sampai dia bilang kalau dia cukup bahagia waktu itu, ketika kau berada disisinya, dan hal itu membuatku labil lagi. Aku tau mungkin ini terdengar melebih-lebihkan, tapi memang semenjak itu aku mulai tidak terkendali lagi. Aku cemburu setengah mati dan aku terpaksa mengulang fase tersulit itu dari awal lagi." Curhat Chanyeol sambil meremas - remas tangannya.

"Tapi kau tega telah membuatnya menderita seperti tu? Kau tidak tau kan betapa kacaunya dia ketika kau meninggalkannya"

"Kau pikir aku tidak sama menderitanya?" geram Chanyeol "enam bulan aku tidak berkomunikasi dengannya, itu adalah hal yang paling tidak mau aku ulangi lagi dalam hidupku, selamanya. Tapi, kalau aku boleh jujur, aku senang kau ada disisinya waktu itu dan membuatnya bahagia, setidaknya kau menjaganya dengan baik. Tapi aku tetap tidak dapat menyembunyikan rasa cemburuku. Yang aku pikirkan waktu itu hanya kebahagiannya, aku harus membuang rasa keegoisanku, karena kebahagiannya adalah segala-galanya untukku"

Kai menatap Chanyeol dengan raut tak percaya, Kai tak menyangka Chanyeol sebaik itu, Chanyeol benar - benar sosok yang positif, selama ini ia selalu salah menilai Chanyeol.

"Kau tidak tau betapa bencinya aku menerima ini, dan kenapa harus aku? Aku lebih baik tidak di lahirkan ke dunia bila takdirku menjadi semacam ini, bagiku ini rasanya seperti semacam roh jahat yang di kirim langsung dari neraka untuk menghancurkanku. Apa salahku hingga aku dikutuk seperti ini? Aku sudah cukup merasakan neraka di dunia dan aku akan merasannya juga diakhirat nanti, karena aku telah membunuh orang - orang yang tidak bersalah. Hidupku hancur berantakan karena ini, ini mengubah total hidupku, ini seperti mimpi terburuk dari yang terburuk,"

Kai memperhatikan wajah Chanyeol yang muram dan lemah, Kai yang mendengarkan keluh kesahnya, jadi turut merasakan penderitaan yang Chanyeol alami.

"Tidak ada hal yang menyenangkan yang aku alami setelah aku bertransformasi, selain ketika aku memberitahu jati diriku, dan dia menerima keadaanku," sudut mata Chanyeol membentuk garis senyuman mengingat - ingat masa itu "walau awalnya aku pikir dia sudah sinting atau mengalami gangguan psikis lainnya,"

"Sebenarnya, aku juga tidak mau membuatnya takut, tapi aku juga tidak mau kehilangannya. Aku sering memikirkan ini, untuk merelakannya pergi karena dia takut denganku, kemudian aku mungkin bisa bunuh diri karena aku tidak bisa menerima semua ini, menerima takdir atau hidupku yang seperti ini"

Kai menarik nafas, tidak tahan dengan penderitaan Chanyeol yang memang sangat nyata bila diliat dari sorot matanya.

"Percaya atau tidak, aku sangat iri padamu" Chanyeol menatap Kai dengan tatapan lemah.

Kai mencerna ucapan Chanyeol. "Kenapa kau iri padaku?"

"Aku iri dengan kedekataanmu dengannya. Dia memang pacarku, tapi dia juga berusaha menyempatkan waktunya untukmu. Dari awal aku sudah bisa melihat kalau Kau berharga untuknya, dan aku rasa kau jauh lebih mengenalnya ketimbang aku. Bahkan aku tidak bisa menilai kau berhubungan dengannya dalam taraf yang...aku sendiri bahkan tidak mengerti. Kau seperti bagian darinya."

Kai mendengus dan berpikir dalam benaknya.

Kai dan Amber memang sering bersama. Bahkan selama Chanyeol tidak berada disisinya banyak orang yang bertanya apakah ia berpacaran dengan Amber? Kalau boleh jujur, ketika setiap orang yang bertanya padanya soal itu, Kai ingin sekali menjawab 'Ya, kami berpacaran'. Namun bila ia menjawab demikian, sama saja dia membohongi kenyataan.

Memang benar, Amber satu - satunya yang berada disisi Kai, dan Kai berharap seterusnya akan begitu. Tapi sayangnya, seperti yang pernah Amber ucapkan saat itu 'Yang berada disisimu belum tentu milikmu' seperti itulah Amber menggambarkannya. Sangat dekat, tapi tak tergapai. Dalam hati Kai menambahkan 'mungkin saja hanya belum tergapai'

Begitulah kata-kata Amber yang masih lekat dalam ingatannya. Bahkan Kai berani bertaruh, bertahun-tahun kemudian, ia akan tetap mengingat kata-kata itu bahkan nada suaranya saat mengucapkan kalimat itu. Kata-kata itu akan bercokol dikepalanya seperti kata-kata umum yang sering di gunakan orang-orang seperti 'Gantungkan cita - citamu setinggi langit' atau 'Banyak jalan menuju roma'.

'Oh Amber kau memang kekasih yang tak pernah kumiliki. Kau memori yang harusnya kusimpan dalam botol dan kubuang ke laut....Tapi aku tidak bisa kerena aku mencintaimu.'

"Aku serius dengan ucapanku, Kai. Dan betapa bencinya aku menyadari hal itu?," Chanyeol mulai bicara lagi dan menghamburkan benak Kai.

"Menyadari bahwa kau benar-benar mencintainya, dengan caramu sendiri. Menyadari bahwa kini banyak hal yang bisa kau lakukan yang aku tidak bisa lakukan, setidaknya tanpa harus melukainya. Sungguh aku tidak bisa memperdebatkan hal yang satu itu, dan bisa saja Amber mempertimbangkan perasaannya dan membuatnya berpikir kau lebih baik baginya ketimbang diriku,

"Lagipula kalau boleh jujur," Chanyeol menambahkan sambil tersenyum, seperti menikmati kata - kata yang akan ia ungkapkan "kau lebih cocok dengannya ketimbang cowok lain. Kalau, aku memang harus melepaskannya. Aku punya alasan untuk itu, karena kau dapat menjaganya dengan baik, aku sudah melihatnya sendiri, dan aku sungguh berhutang budi padamu"

Kai buka suara, ketika memastikan Chanyeol berhenti bicara "Kalau kau pergi

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
DrunkenWolf
Maafin ya guys yg udh komen dari tahun 2014 karena gue baru bisa aksesnya di tahun 2020 setelah berupaya meretes email sendiri yang terhubung ke akun AFF ini. Basi banget gak tuh yang komen dari tahun 2014 baru dibaca tahun 2020. Berasa kayak lagi berkelana waktu gitu 6 tahun kemudian baru di bales.

Comments

You must be logged in to comment
denihilda
#1
Chapter 25: 'yang bertahan yang menang' ini yg gue ambil setelah baca this fiction
ahh sampe paragraf terakhir masih gue pantau kali aja chanyeol muncul ehhh taunyaaa padahal suka chanberrr but at least ending nya happy lahh meskipun bukan sama chanyeol hahaha
liuliuyifan #2
Chapter 25: SAD ENDING AKU NANGIS BACANYA, seperti takdir ga menyatukan mereka, tp kasian amber sama chanyeol, paling kasian si chanyeol, ga rela baca endingnya. Thor knp kau biat sadending seperti ini, ada rasa ga rela amber sama kai harusnya sama chanyeol , aku jd ikutan galau, mending mereka mati,drpd saling tersiksa seperti ini/? Emg sih amber ga kesiksa dia ada kai, lah chanyeol bagaimana???T.T.
liuliuyifan #3
Chapter 20: Gregetan liat amber, dia tamak, aku paling ksian sama chanyeol
hernandaastri
#4
Chapter 25: maaf baru komen
ini sungguh end yg sangat 'menyedihkan' entah gak tau knapa rassnya sedih banget baca end nya
serasa seperti paksaan tpi sbenarnya bukan hanya saja tidak rela
sakit rasanya pas baca end nya agak sdikit tidak adil tpi itu memang yg terbaik untuknya
tpi tetap terlalu memaksa "bahagia bertepuk sebelah tangan"
haah y sudahlah ini memang yg terbaik untuknya dan kebahagiaannya
CHANBER selalu bersama dan selalu mencintai walau hanya dalam bayangan ....
diaheee11 #5
Chapter 9: wah keren banget ceritanya >< lanjut thor
abby_liu #6
jadi bingung mau baca dimana,
baca di blog yg udah lengkap chapter nya aja kali yah xD
okeyberliu #7
KAK INTAAAAAAN.....
TERNYATA LU D SINDANG JUGAAAA....
/sujud syukur/
KissontheW1nD
#8
Awww! This is cute! Thank God for translate XD
I hope more people read this!