Jiyeon POV

Hyojoon : “Drama yang menarik bukan?” menatapku dengan rendah. “Jika kau ingin Kunci ruangan Ibu dan membebaskan mereka berdua, kau hanya perlu melakukan satu hal. Pertama kau hanya perlu mengakui kau lah yang membunuh Jung Kyu Min. itu mudah bukan? Dan yang kedua kau hanya perlu menekan pelatuk pistol itu yang diarahkan ke kepalamu.”

Aku terdiam tak memberi jawaban.

Hyojoon : “Atau aku akan memintamu secara kasar?”

Tak lama kemudian Yoona mendekat padaku. Mengeluarkan Pisau saku yang kira-kira berukuran panjang sekitar 7 senti meter.Tangan kanannya mengunci tangan kiriku. Sedangkan Pisau tersebut diarahkan ke pinggang belakangku sebelah kiri. Sekarang aku yakin Yoona benar-benar berpihak pada Hyojoon.

Yoona : “Ji, suruh Hyojoon mengaku yang sebearnya. Aku telah menyiapkan alat rekam dalam saku jaketku. Setelah itu kau rebut puisauku dan gunakan aku untuk mengancamnya.” Ucapnya berbisik dan membuatku bingung.

Yoona : “Kita tak memiliki banyak waktu Ji.” Yoona mempertegas perkataannya.

Dan membuatku tersadar bahwa Yoona tak mengkhianatiku. Keberadaannya disini untuk membantuku. Bukan memojokkanku.

Jiyeon : “Baik Hyung aku akan melakukan permintaanmu. Tapi sebelumnya izinkan aku menDengar apa yang sesungguhnya terjadi dalam pembunuhan Jung Kyu Min. Setelah itu aku akan mengakui bahwa aku adalah pembunuhnya.”

Hyojoon : “Kau membuang-buang waktu saja. Tapi baiklah akan aku jelaskan.” Menarik nafas panjang. “Ya aku Park Hyojoon yang membunuh Jung Kyu MiN dengan obat pacu jantung, tapi aku memiliki alibi. Disaat pembunuhan itu, keadaanku kritis karena obat pacu jantung yang sama dan sengaja aku Masukkan dalam minumanku sendiri. Saat itulah aku memiliki waktu untuk keluar dari rumah sakit dan membunuh jung kyu Min.”

Yoona memberiku kode bahwa dia telah merekam segala yang diucapkan Hyojoon.

Hyojoon : “okey sekarang waktumu membuat pengakuan. “ ucapnya seraya menyalaan alat perekam yang dipegangnya.

Jiyeon  : “Aku Park Jiyeon. Aku mengakui bersalah...” ucapku terehenti.

Dengan segera aku membalikkan keadaanku. Aku merebut senjata tajam itu dari Yoona. Ku kunci leher Yoona dengan siku tangan kiriku. Pisau itu sengaja ku arahkan ke lehernya. Ku lihat Hyojoon cukup terkejut dnegan tindakkanku. Seketika ku lihat mimiknya berubah menjadi panik.

Yoona : “Hyojoon-ah Tolong aku.” Ucapnya melemas disertai air mata.

Hyojoon : “YA, PARK JIYEON LEPASKAN DIA!” ucapnya berteriak sembari mengarahkan sebuah pistol kerahku.

Jiyeon : “JANGAN ADA YANG MENDEKAT atau KUHABISI DIA!” ancamku ketika anak buah hyojoon mendekatiku. “Aku inginkan kunci ruangan Ibu, aku akan membebaskan yoona jika kau memberikan kunci tersebut padaku.” Aku mencoba bernegosiasi.

Yoona : “lukai lenganku Ji!” ucapnya sangat berbisik nyaris tak ku dengar. Namun tetap membuatku terkejut.

Aku ragu untuk melukainya. Aku menggunakannya sebagai alat ancam saja. Bukan untuk melukainya. Namun tiba-tiba saja lengan Yoona bergeser dengan sendirinya mendekati pisau tajam ini. Aku cukup terkejut ketika darah mengali