chapter 18
Love, Lie and RevengeJiyeon pov
Aku digiring ke kantor polisi. wartawan telah memenuhi kantor polisi. Berita ini seakan menjadi headline news untuk para pemburu berita. Aku keluar dari mobil polisi, tanganku masih di borgol dan wajahku sengaja ditutupi dengan kain hitam mengingat hyojoon adalah eksekutif muda yang terkenal. Ini untuk menjaga nama baik Hyojoon sekaligus statusku masih sebagai tertuduh.
hiruk pikuk wartawan mulai terdengar menjauh. Udara mulai terasa dingin. Okey, aku dapat pastikan aku sudah berada di dalam kantor polisi. Penutup kepalaku dibuka. Ku melihat jessica dan krystal duduk menangis. Mata mereka sembab, sudah berapa lama mereka menangis? Sungguh aku tak tega melihat jessica seperti itu. Ingin rasanya aku berada didekat jessica dan menenangkannya sambil berkata 'aku akan selalu berada disisimu ajhumma'. Tapi bagaimana kata itu terucap setalah semua yang terjadi akhir-akhir ini memperkeruh hubungan kita. Mungkin ditambah lagi masalah sekarang. Aku diduga menjadi pembunuh ayah mereka.
Jessica dan krystal menatap kearahku penuh amarah. Jessica menghampiriku.
Jessica : menampar pipi kananku sangat keras. "Kenapa kau libatkan ayah dalam masalah kita? Mengapa kau tega membunuh ayahku?" ucapnya sedikit berteriak dengan nada penuh bentakkan.
Jiyeon : "aku tak membunuh ayahmu." jelasku namun polisi segera menggiringku.
Aku dibawa ke ruang introgasi. Ada satu buah meja dan 3 buah kursi yang dibuat saling berhadapan. Dihadapanku ada sebuah kaca yang terlihat seperti cermin. Aku dapat melihat wajah diriku yang terduduk lunglay. Kaca itu kaca dua sisi, disisi bersebrangan atau tepatnya ruang introgation control akan menampakkan langsung wajahku sehingga mereka dapat memperhatikanku, aktifitasku, bahkan mendengar suaraku. Sedangkan aku hanya bisa mendengar dan melihat diriku sendiri.
Saat seorang diri seperti ini aku menjadi berpikir. Mengapa aku bisa dijadikan tersa
Comments