birthlay

PHONE

Iya ini telat. Maaf banget. Laptop kena virus, jadi aku ngetik ulang di hape T.T maaf lagi kalo typo makin banyak T.T

Jadi mohon doanya buat keselamatan isi laptop. Wahai video, konser, film, dan photo, bertahanlah. Aku tau kalian kuat T.T 

WARNING : Cheesy overload! Loooonggg fiction!

 


 

 

 Orang pertama yang masuk dorm adalah menager hyung, dia membawa berbagai perlengkapan grup yang dimasukan dalam satu koper. Disusul Minseok hyung dengan koper coklatnya yang diseret malas, lalu Tao, Jongdae, dan terakhir adalah aku dengan Luhan yang kutuntun jalannya. Karena aku masih ragu si princess manly EXO ini sudah bangun dari tidurnya atau belum, jika dilihat cara jalannya yang tidak seimbang dan kedua mata masih nyaris tertutup.

"Kalian harus langsung istirahat, terutama kamu Luhan. Minum obatmu dan segera tidur. Yang lain juga karena besok aku akan jemput jam tujuh pagi dan semuanya harus sudah siap."

"Kami mengerti, hyung." hanya Jongdae yang menjawab semua ocehan manager, dia memang yang paling peka jika kami semua terlalu lelah bahkan hanya untuk sekedar memberi jawaban singkat.

.

  Sepeninggal manager, orang-orang diruangan masih belum ada yang beranjak barang satu senti pun. Mereka tetap berdiri di posisi yang sama, Aku mengernyit heran melihatnya.

"Ada apa? Kenapa tidak ke kamar?"

  Tak ada yang menjawab, hanya ada tarikan pelan dilenganku. Itu Luhan yang berdiri disampingku. Aku memutar tubuh untuk berhadapan dengan sahabat dekatku ini, lalu dibuat bengong saat Luhan mulai memasangkan sebuah beanie berwarna hitam polos ke kepalaku menyisakan poni yang dibiarkan tetap terlihat.

"Kado dariku. Jangan iri dengan Chanyeol lagi ya! Selamat ulang tahun, Yixingie~"

  Aku kembali tersenyum kali ini lebih lebar, mungkin lebih tepatnya nyengir. Apalagi saat tangan Luhan mengusap-usap lembut sisa rambutku yang tidak tertutup beanie. Rasanya nyaman, selalu seperti itu jika aku bersama Luhan.

"Thanks Lu-ge." hanya itu, bahkan terlalu banyak kata yang ingin kuucapkan padanya saat ini. Tapi hanya itu yang mampu aku keluarkan, aku sedang menahan haruku saat ini.

"Kalo ini dariku. Selamat ulangtahun, semoga hyung jadi lebih baik lagi untuk diri sendiri maupun orang lain." aku tersenyum sambil dengan tulus mengamini doa itu dalam hati. Jongdae maju selangkah kedepanku dengan kotak beludru berukuran kecil yang langsung ia taruh ditelapak tanganku. Iya, kotak beludru, berkuran kecil dan berwarna merah tua. Hmm..

"Cincin?"

"Bukaaannn~ memang aku mau melamar hyung? Itu jadi tugas orang yang disana saja." aku tersedak ludahku sendiri menyadari kemana arah tatapan Jongdae saat menyebut kata 'disana'. Ke smartphone digenggamanku tentu saja, uh.

  Guna menyelamatkan situasi yang mulai memanas, di wajahku maksudnya. Aku putuskan membuka kotak beludru dari Jongdae. Anak ini, bagaimana aku tidak mengira ia memberiku cincin jika kadonya ia letakkan ditempat yang seharusnya berisi cincin untuk lamaran?

"Pik gitar?" aku setengah memekik senang. Kim Jongdae memang jagonya memperhatikan hal detail, tahu saja apa yang sedang aku butuhkan.

"Aku sendiri yang memesan desainnya loh hyung, jadi hanya ada satu pik yang seperti itu." lengkap dengan nada bangga dan senyuman.

  Mataku terbuka lebar, memperhatikan tiap detail garis biru rumit yang memenuhi setiap sisi pik berwarna dasar putih itu. Abstrak tapi unik dan yang terpenting satu-satunya didunia kan?

"Woah, terimakasih Jongdae-ya!"

  Tanganku hampir saja menggapai bahu Jongdae untuk kupeluk, sebelum tertahan oleh sebuah deheman disengaja yang terdengar di pendengaranku. Sumbernya tentu saja earphone yang masih terpasang ditelinga kananku. Ck, orang itu masih hidup rupanya. Kenapa juga dia bisa tau aku mau memeluk Jongdae? Instingnya itu tajam sekali.

"Bodoh.."

"Apa hyung?"

Aku salah tingkah sendiri dapet tatapan kepo dari Jongdae karena gumamanku tadi. Sementara disebrang sana malah terdengar suara kekehan. Makhluk yang satu itu, minta sekali kugigit!

"Bukan apa-apa, Jongdae. Sekali lagi terimakasih! Aku akan menjaganya baik-baik."

"Harus! Aku akan nangis kalo sampai hilang loh, hyung."

Tersenyum kaku, jangan salahkan aku jika terlahir jadi orang yang ceroboh.

"Ini, Xing. Maaf terlalu mainstream ya, aku tidak pandai memilih hadiah yang berkesan soalnya."

  Giliran Minseok hyung yang maju mendekat, ia memberikanku kotak berbentuk persegi panjang. Dari sini aku sudah bisa menebak apa isi kotaknya.

"Kudengar kacamata bacamu hilang kemarin, jadi kubelikan saja untukmu." aku kembali nyengir canggung mendapat tatapan hopeless dari yang lain.

"Jadi sudah nambah lagi daftar barangmu yang hilang?" Luhan disampingku berkata sinis. Dia lagi sakit saja masih bisa sinis begitu, "bukan hilang, hanya belum ketemu."

  Kali ini suara tawa terdengar tapi bukan dari orang-orang diruangan yang sama denganku. Iya, dari sumber yang sama dengan deheman mengganggu tadi. Orang itu benar-benar cari mati denganku rupanya.

"Terimakasih, Minseok hyung. Aku memang sangat butuh ini."

  Kembali aku tersenyum. Ini semua sungguh diluar dugaanku, kupikir mereka tak akan melakukan semua hal ini karena yah rasa lelah yang benar-benar mengganggu. Tapi ternyata mereka jauh lebih peduli dari apa yang aku bayangkan, meski tak ada kue, lilin, dan member K. Lalu orang bodoh itu.. Hanya mampu mendengarkan dari seberang sana. Ini tetap akan jadi salah satu ulangtahun terbaikku.

"Kurasa hadiahku paling payah diantara yang lain."

  Ah, aku lupa masih ada sang maknae. Tao terlihat mengambil sesuatu dari saku jaketnya, lalu mulai berjalan mendekat kearahku.

"Mama bilang ini bisa mendatangkan keberuntungan dan kebahagiaan. Aku selalu ingin Yixing ge bahagia, jadi pakai terus gelang ini ya." aku masih diam, memperhatikan adik termuda kami memasangkan gelang yang dimaksud ke pergelangan tangan kiriku. Gelangnya hanya terdiri dari satu tali coklat yang terlihat dianyam sedemikan rupa serta dilengkapi batu kecil berwarna biru langit ditengahnya. Tapi mendengar penjelasan Tao membuatku tidak tahan untuk langsung memeluknya. Ya, aku memang harus bahagia ditengah banyaknya orang yang berdoa akan hal itu untukku.

"Terimakasih, Taozi. Aku janji akan bahagia."

  Bisa kurasakan usapan lembut dipunggungku yang dilakukan Tao, seperti ini aku jadi merasa posisiku yang sebagai member termuda.

  Suara deheman itu kembali terdengar. Masa bodo, siapa suru tidak ada disini sekarang. Kan jadi tidak bisa kupeluk.

"Ge, aku ngantuk." mendengar gumaman Tao aku menarik tubuhku, benar juga, mereka butuh tidur sekarang.

"Yasudah. Mandi dulu baru tidur, mengerti? Sekali lagi terimakasih buat hadiahnya, Tao." dia mengangguk dengan senyum lebar yang terukir. Aku mengusak rambut hitamnya sebelum membiarkannya berlalu bersama Jongdae menuju kamar.

  Tersisa dua orang lainnya yang malah saling pandang untuk memberikan kode yang tentu saja aku tidak mengerti artinya, "Ayo, Lu. Dan hyung juga segera tidur sana."

"Malam ini aku tidur dengan Minseokie saja, Xing. Kamu yang tidur sendiri."

  Aku mengernyit, "Kenapa?"

"Agar seseorang yang sejak tadi menguping disana bisa menjelaskan sesuatu padamu."

  Sial, aku sempat lupa jika masih terhubung dengannya lewat earphone ini. Dan apa itu berarti semua orang juga sudah tau?

  "Sudah, Lu. Biarkan mereka bicara. Em Yixing, minta kado yang mahal darinya! Selamat malam."

  Dengan begitu, Luhan mengikuti Minseok hyung kekamar tapi sebelumnya dia sempat memberiku kedipan mata kanannya yang entah apa artinya. Kelilipan mungkin.

 

***

 

"Luhan beneran jadi tidur sama Minseok?"

  Aku sampai tak sengaja membanting pintu yang akan kututup saat Kris bicara tiba-tiba. Rasa kesal itu tentu saja masih ada mengingat betapa tersiksanya aku dua minggu ini tanpa satupun kabar darinya. Jadi aku putuskan untuk mendiamkannya, berjalan kearah ranjang dan melemparkan tas biruku sembarangan. Setelah membuka jaket, aku segera terjun bebas ke tempat paling perfect sedunia. Ranjangku. Sudah lama sekali rasanya tidak berada dikamarku yang ini.

"Aahhh~"

"Xing, kamu ga lagi ngelakuin hal jorok kan?"

  Satu kerutan mendadak muncul didahiku. The ert Kris, of course..

"Mukamu yang jorok!"

"Akhirnya dijawab juga hehe"

"Kamu ga punya rasa bersalah sama sekali ya? Hebat."

"Aku bahkan sudah minta maaf dua kali tadi, Yixing. Aku harus apa lagi supaya kamu berhenti marah?"

  Memang iya? Lupa ah. Aku diam sebentar sambil melepas beanie hitam pemberian Luhan di kepalaku.

"Tidak tahu."

"Zhang~"

"Berhenti merengek, Kris. Lebih baik beri aku alasan yang tepat kenapa kamu ga bisa dihubungin kemarin?"

  Dia pikir imut apa, jika merengek begitu. Amit iya. Ah bagaimana ini, rasa kesalku padanya masih belum hilang.

"Aku hanya.."

  Jeda ucapannya cukup lama, seperti memikirkan ulang untuk berkata jujur atau tidak. Dia akan mati jika sampai memberikanku sebuah kebohongan sekarang.

"Apa?"

"Ingin memberi jeda diriku untuk sendiri."

  Sekarang aku yang membeku. Kata 'sendiri' disana terdengar memiliki arti yang buruk bagiku. Sepertinya mulai dari sini aku berharap dia bohong saja.

"Xing?"

"Ini bukan tentang kamu yang ingin mengakhiri sesuatu kan, Kris?"

  Suaraku bergetar, aku tahu. Tanpa sadar kuremas gelang pemberian Tao yang melingkar di tangan kiriku.

"Apa maksudmu?"

"Kamu berpikir untuk sendiri dan.. hubungan kita berakhir?"

"Demi Tuhan, bukan itu maksudku Yixing! Aku hanya ingin menyendiri untuk memikirkan semuanya tanpa pengaruh siapapun. Hanya aku dan diriku sendiri, bahkan mama saja tidak kulibatkan. Jangan berpikir hal yang mustahil deh."

  Aku kembali mengingat cara bernapas dengan normal. Kadang aku benci Kris yang selalu bikin aku merasa bertingkah abnormal yang bukan diriku sendiri. Setidaknya ketakutanku dua minggu ini tak terbukti. Wu Yifan yang tampan itu masih milikku.

"Tapi tetep aja kamu salah! Hal seperti itu kenapa tidak dibicarakan denganku? Kalo kamu bilang butuh waktu sendiri buat berpikir, apa aku tidak akan mengijinkankannya? Aku memang sangat mencintaimu, tapi aku ga se-posesif itu, Kris!"

"Iya, karena itu aku minta maaf. Dan Yixing, aku juga mencintaimu."

  Uh, aku baru sadar mengucapkan kata cinta dengaun frontal begitu. Pasti Kris senang sekali sekarang.

"Lalu bagaimana bisa dengan pedenya kamu berpikir aku sedang di Seoul? Bodoh sekali."

"Yah aku kan bukan sasaeng fans. Aku hanya seorang pria tampan yang punya pacar bernama Zhang Yixing."

"Masa bodo.."

"Hey dihari ulangtahun itu jangan galak-galak, nyonya."

  Aku menekan wajahku pada bantal dengan frustasi. Iya, ulang tahun. Dan Kris ga ada disini.

"Ini bahkan belum jam 12, jadi ini masih bukan ulang tahunku."

"Hanya dua jam lagi."

"Dan mustahil kamu datang kesini dalam dua jam."

  Sungguh kepergiannya baru terasa menyesakkan disaat-saat seperti ini. Ketika dia yang biasanya hadiri disisiku, kini terasa amat jauh. Aku jadi teringat pernyataan cintanya di pesta ulang tahunku waktu itu.

"Kamu tetap akan kembali ke Korea kan? Aku akan menunggu."

"Mau datang ke pesta ulang tahunku? Aku bisa memberikanmu undangannya."

  Dia tertawa, terdengar menyebalkan sekaligus manis disaat yang sama.

"Tidak terimakasih. Aku ini fans ekslusifmu, kita akan bikin 'pesta' sendiri di hotel tempatku menginap."

  Hanya perasaanku saja atau memang kata pesta disana terdengar ambigu ya?

"Kalimatmu terdengar cabul ditelingaku."

  Dan tawanya kembali menggelegar, kali ini tidak ada manis-manisnya sama sekali!

"Kamu peka sekali dengan hal-hal seperti ini."

"Sudah jangan diteruskan!"

"Oke."

"Wu?"

"Hmm.."

"Kenapa diam?"

"Sedang memikirkan sesuatu."

"Mikir jorok kan?"

"Enak saja! Aku sedang memikirkan hadiah yang tepat untuk kuberikan padamu tahun ini."

"Jadi hadiahku belum disiapkan? Payah sekali yang lain saja sudah memberikan padaku!"

  Aku memang bukan tipe yang selalu meminta sesuatu pada pacar, bahkan barang-barang pemberian Kris saja masih bisa dihitung dengan jari. Tapi untuk kali ini kelewatan sekali jika sampai ia tak memberikanku apapun. Bahkan untuk hal sederhana seperti ada disisiku saat jam duabelas nanti.

"Sudah kusiapkan, Zhang. Tenang saja. Aku hanya berpikir hadiahku tidak lebih baik dari yang lain."

"Sudah pernah kubilangkan jangan terlalu banyak berpikir, otakmu bisa meledak. Gunakan perasaan saja. Lagipula aku selalu menyukai semua hal yang kamu berikan."

"Itu manis sekali."

"Terimakasih. Aku tau, aku manis."

"Mulai tertular virus narsis Chanyeol dan Tao ya?"

"Ga sadar apa siapa yang paling sering menyebut dirinya sendiri tampan?"

"Aku?"

  Duh gemas sekali berbicara dengannya malam ini.

"Iya, Kris sayang. Kamu!"

"Yah aku memang tampan sih."

"Terserah. Jadi apa hadiahku?"

  Terdengar suara krasak krasuk disana, mungkin dia sedang mengambil sesuatu. Ini kenapa jantungku jadi berdebar tidak jelas begini.

"Aku bisa memberikannya padamu sekarang. Tapi sudah kubilangkan ini tidak lebih baik dari yang lain."

"Yasudah, apa? Mau bernyanyi untukku?"

  Hanya hal seperti itu saja kan yang mungkin untuk langsung diberikan padaku sekarang. Lagipula aku sangat menyukai suaranya yang bernyanyi lembut sejak pertama kali aku diperdengarkan lagu solonya.

"Bukan. Membalas suratmu waktu itu."

  Ah, surat yang kuberikan sebagai hadiah ulang tahunnya? Aku tersenyum kecil, tak menjawab apapun lagi selain menunggu Kris mempersiapkan 'hadiah'nya untukku.

"To, my beloved Ms. Wu.."

  Oke. Pembukaannya bikin jengkel sekali.

"Ingat saat dimana pertama kali kita bertemu?"

  Tentu.

"Hampir tujuh tahun yang lalu, meski tangga itu bukan tempat yang romantis untuk jadi awal sebuah cerita. Tapi aku selalu mengingatnya, ketika aku merasa beruntung akan adanya teman seperjuangan yang satu negara denganku. Zhang Yixing, teman China pertamaku di Korea. Lalu terimakasih untuk pujianmu yang bilang bahwa aku ini tampan."

  Sial! Dia selalu saja mengungkit hal itu. Meski kesal, tapi senyuman tak mau hilang dari bibirku. Pikiranku terisi penuh dengan bayangan awal pertemuan kami.

"Yixing, saat itu aku sama sekali tak pernah berpikir bahwa pemuda kurus dengan rambut poni yang berantakan, akan jadi salah satu orang paling berharga dihidupku. Tapi kenyataannya sekarang seperti itu. Perlahan, kamu mulai mengambil alih seluruh aspek perasaanku dengan hanya kehadiranmu yang hampir setiap saat disisiku. Terimakasih untuk hal itu."

  Sekarang aku malah menangis. Kris dalam mode romantis itu sungguh hal yang berbahaya.

"Jangan pernah berpikir aku akan bisa melupakan semua hal yang tujuh tahun ini kita lalui. Zhang Yixing si pekerja keras, Zhang Yixing si ambisius, Zhang Yixing si ceroboh, Zhang Yixing si keras kepala, terkadang kepribadianmu yang seperti itu membuatku jengkel sampai aku mulai mengenal sisi lain dirimu yang membuatku semakin jatuh lebih dalam, Zhang Yixing yang lembut, penyabar, peduli, penyayang. Aku sadar bahwa aku mulai menyukai setiap hal kecil yang ada didirimu. Lagi, aku berterimakasih."

"Dan saat ini, saat aku mulai ragu akan mana hal yang benar dan salah. Lagi-lagi aku berterimakasih untuk kehadiranmu. Zhang Yixing yang berkata bahwa ia akan selalu memihakku dimanapun posisiku berada, itu sudah cukup. Zhang Yixing yang tidak ikut pergi saat justru aku yang memilih pergi dari sisinya, itu sudah cukup. Keberuntungan terbesar dalam hidupku adalah memilikimu."

  Tangisanku makin parah, seluruh tubuhku rasanya bergetar hebat. Sungguh, aku butuh pelukannya saat ini.

"Happy birthday! Aku tau ini menyedihkan karena menjadi tahun pertama aku tak disisimu untuk mendengarkan semua harapanmu di tahun ini. Tetap hidup bahagia, Yixing, bagaimanpun caranya, kamu harus bahagia. Karena dengan kebahagiaan hidup akan lebih berarti. Tak apa jika aku tak lagi menjadi bagian dari 'bahagia' itu. Melihatmu bahagia adalah kebahagiaan juga untukku. Uh, tolong jangan bilang aku gombal ya!"

  Kamu memang penggombal sialan!

"Juga bisa tolong kurangi sikap cerobohmu itu? Kamu selalu membuat semua orang yang mengenalmu khawatir. Coba untuk lebih mengerti keadaan tubuhmu sendiri, jadi kamu ga lagi memerlukan orang lain untuk mengingatkan keadaan tubuhmu yang sudah butuh istirahat. Ingat umurmu yang sekarang sudah menjadi dua puluh tiga tahun, sikapmu harus lebih dewasa lagi, sayang. Tetap jadi Zhang Yixing yang kukenal tujuh tahun ini. Zhang Yixing yang jadi panutan Baekhyun, Jongdae, Chanyeol, Kyungsoo, Tao, Jongin, dan bocah albino kesayanganmu Sehun. Zhang Yixing yang peduli dan perhatian untuk Minseok, Luhan, dan Joonmyeon. Zhang Yixing yang jadi role model sempurna untuk para fans yang menyayangimu. Zhang Yixing yang menomorsatukan ibu dan neneknya. Lalu yang terakhir.."

"Tetaplah disisiku dan selalu percaya bahwa aku mencintaimu."

  Tanpa sadar aku mengangguk, entah untuk kalimatnya yang mana. Tapi yang terus berputar dikepalaku adalah kalimat terakhirnya. Aku masih diam. Perasaanku saat ini sungguh kacau dalam artian yang positif. Rasa haru dan senang melebur jadi satu dalam airmataku. Kris yang seperti ini tak pernah ada dalam bayanganku, menurutku dia terlalu cuek untuk bisa menulis-atau sekarang membacakan hal-hal menyentuh. Karena itu, aku selalu membuang jauh adegan-adegan romantis yang pernah kutonton didrama atau kulihat secara langsung dari temanku. Dan aku sungguh tidak bohong saat bilang bahwa ini berbahaya untuk kesehatan jantungku yang kecepatan detaknya bertambah tiap detik.

"Zhang? Kamu ga ketiduran kan? Aku bukan sedang mendongeng loh tadi."

"Tidak, meski aku berharap untuk tidur saja tadi."

  Menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan. Aku harus segera mengembalikan diriku ke keadaan semula.

"Suratku membosankan ya.."

"Kris, tau tidak? Saat ini aku sangat ingin mencium bibirmu yang tidak bisa berhenti bicara itu!"

  Frontal lagi kan, salahkan perasaanku yang belum stabil dan dia malah terus-terusan merendahkan diri. Sudah tau aku benci itu.

"Wow, sabar nyonya. Aku akan dengan senang hati membalas ciumanmu nanti."

"Sekali mesum tetap saja mesum!"

"Jadi bagaimana?"

"Apa?"

"Suratku lah, kamu suka ga? Aku buatnya seharian loh, itu artinya satu hari penuh aku terus memikirkanmu."

  Aku menghembuskan nafas kasar, sebelum akhirnya segaris senyum berhasil kumunculkan diwajahku. Bayangan sosok Kris saat ini juga memenuhi seluruh rongga diotakku, menghasilkan desiran nyaman diseluruh tubuh.

"Aku ga suka suratnya!"

  Kris diam. Mengerjainya itu hal paling menghibur diseluruh dunia.

"Tapi aku cinta mati sama penulisnya.."

  Sengaja kuucapkan dengan nada berbisik yang pelan, karena aku sungguh berharap Kris tidak mendengarnya. Menggombal itu hal yang memalukan tau!

"Mau bilang 'Kris, aku sangat mencintaimu' saja pakai malu. Biasanya juga malu-maluin."

"Jangan merusak suasana, please~"

  Kekehan menyebalkannya terdengar lagi. Tapi aku bisa tersenyum mendengarnya. Ulang tahunku tetap jadi hari terbaik sepanjang tahun ini.

"Selamat ulang tahun, sayang. Jadi yang terbaik dan selalu diberkati."

  Suara beratnya yang lembut berbaur dengan denting jam antik dikamarku yang menunjukan pukul dua belas tepat. Meski tak disampingku, ia tetap orang yang sama yang mengucapkan selamat serta doanya di detik pertama umur baruku. Aku semakin mencintainya. Lebih dalam.

"Terimakasih. Aku sungguh mencintaimu."

"Aku selalu tau itu, nyonya. Sekarang mandi lalu tidur, kudengar jadwal kalian mulai jam tujuh pagi."

  Aku melenguh, merasakan tubuhku yang memang minta diistirahatkan sejak tadi. Kris bilang aku harus mulai belajar mengerti keadaanku tubuhku sendiri kan? Benar juga, aku bosan mendengar nasihat Luhan, Joonmyeon, apalagi si cerewet Kris. Tapi aku masih ingin mengobrol dengan Kris, bagaimana ini.

"Memang, tapi aku masih ingin bicara denganmu."

"Baiklah, hanya sepuluh menit lagi."

"Pelit sekali. Kamu ga punya hadiah selain surat, Kris? Aku baru sadar hadiah darimu itu selalu tidak modal."

"Lah kamu sendiri selalu menolak jika aku ingin membelikan sesuatu. Alasannya 'aku punya uang sendiri kok'. Dasar!"

"Iya sih, aku kan ga mau jadi pacar matre. Jadiiiiii.. beneran ga ada hadiah lain?"

  Ini cara terakhirku merayunya, aegyo yang aku tau bisa dia rasakan disana.

"Ada ada, tapi aku ragu kamu akan suka."

"Apa apa apa?"

"Kuberikan saat kita bertemu nanti ya. Sekarang tidur!"

"Belum sepuluh menit!"

"Di Seoul ini sudah sepuluh menit."

"Memang bisa seperti itu?"

"Bisa. Tidur!"

  Uh, dia pikir aku anaknya apa disuru-suru tidur begitu. Anaknya nanti kan anakku juga. Eh, duh! Aku mulai melantur..

"Janji selalu mengangkat semua panggilanku dan membalas semua pesanku?"

"Janji, nyonya. Kamu benar-benar boleh mengakhiri hubungan kita jika aku melakukannya lagi."

 Si bodoh sialan ini! Memang dia pikir aku sanggup apa melakukannya.

"Janji akan tetap menemuiku di Seoul besok?"

"Yap janji! Akan kukirimkan lewat pesan, alamat hotel tempatku menginap jadi kamu bisa mengecek bahwa aku tidak bohong dan benar-benar ada di Seoul."

"Tidak perlu, aku percaya padamu kok."

"Akhirnya~"

"Baiklah, aku akan tidur.."

"Yixing!"

"Apaaa?"

"Jangan terlalu banyak skinsip dengan member lain ya?"

  Sifat pencemburunya kumat mendadak begini kan.

"Tidak janji. Yang lain semakin tampan dan menggemaskan akhir-akhir ini, jadi ya aku juga suka tidak tahan."

"Ya Tuhan, Zhang Yixing.."

"Bercanda. Aku sudah percaya padamu, kenapa sekarang malah kamu yang meragukanku?"

"Aku tidak meragukanmu, hanya memastikan."

"Ck, jadi aku sudah boleh tidur?"

  Mataku sudah mengeluarkan air saat menguap tadi. Aku benar-benar mengantuk sekarang.

"Tidurlah. Aku mencintaimu, Zhang."

"Hmm.. Aku juga"

  Mataku sudah tertutup diakhir kalimatku. Terlarut dalam tidur pertamaku di usia dua puluh tiga tahun. Dan Kris masih jadi milikku ditahun ini dan semoga saja hingga sampai tahun terakhir dihidupku.

 

"Selamat ulang tahun, Yixing." 

.

.

.

.

...


 

 

Dan buat yixing, makasih udah ngajarin aku dari semua hal kecil yang udah kamu lakuin. Aku sungguh merasa jadi orang yang lebih baik lagi setelah 'mengenalmu'. Tetep sehat, sopan, dan jadi panutan yang baik buat semua orang yang kenal kamu. I Love You! *Kris batuk*

Ehem, just get married with your bule as soon as possible! Pyeong!

 

Aku mau tau dong harapan kalian buat Yixingie tercintah, kita mengamini bareng-bareng ya~

So,

Comment?

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
llalallala
sebenernya ini udah ga niat dilanjut, tp krn banyak tambahan subscribers dan viewers jd berubah pikiran.. buat yg udh Comment jg makasih byk, kalian yg terbaik!

Comments

You must be logged in to comment
KrAyFanXing #1
Chapter 35: . udah lama ga main ke sini lagi ...
. masih setia sama mereka walau berat ...
. mereka ga mau main kode2 lagi kayaknya , mau langsung aja hahaha ...



. tetap lanjut ya ,, semangat ... :D
caca_jung
#2
Chapter 35: Chapter 32: aku msh bertahan bahkan menunggu terus kode dri merka dan selalu nunggu phone terus lanjuttt.. tiap chapternya bikin buat emosi gue campur aduk sama kaya ceritanya..
Aakjendol #3
Ooooo..akhirnya..lanjuuut...juga..kange..udh gregetan lihat kode2 bertebaran...brrsa phone kyak beneran aja...hhh.btw..tetap shat n semangat..ya
CuteEvil #4
Chapter 35: Dan juga, saya lupa bilang, saking sukanya saya sama phone, cerita ini sudah saya baca berulang2 dan hebatnya saya nggk pernah merasa bosan
Sorry thor, saya komennya kebanyakan, soalnya saya bener2 semangat
CuteEvil #5
Chapter 35: Saya masih bertahan, dan berkat author semangat saya bertahan semakin besar...
Uuh, ini keliatan nyata dan selalu keliatan nyata, salah satu alasan kenapa saya selalu nunggu phone untuk update...
Maaf, saya bru menampakkan diri di episode yang bikin baper ini, tapi thor sebenernya saya penggemar berat phone dan author lallalalla...
Semoga author sehat selalu, dan fanxing semakin banyak memperlihatkan kode mereka oh atau kalau perlu go publik aja terus nikah...
Saya tunggu kelanjutannya thor...
Dan saya berterima kasih karena author tetap melanjutkan cerita ini...
KikyKikuk #6
Chapter 35: Mereka yg kena badai tapi kok ya aku yg mau nyerah..
:')
Hahhhh
Gak faham dek mau komentar apa
Nyesek aja sih intinya
MYixing10 #7
Aku disini masih setia jadi KLS..haha terima kasih untuk tetap bikin cerita tentang mereka.. Ditunggu cerita selanjutnya....
chamii704 #8
Chapter 35: Aaah...crita'a berlanjut kmbali...masih ad dikapal mereka..wlw mngkin kebanyakan istirahat didermaga(?) Karna kesibukan mrk...tp ttp nunggu agr kapal berlayar kmbli ^^
kutunggu crita berlanjut
healaynicorn #9
Chapter 35: OMGOMG!!! UR BACK!!?? YAY!!!!! thank u so so so much!! update lagi ya author-nim *wink* eheheh