Kris + Luhan ?

PHONE

Luhan itu posesif, Kris itu egois.. Jadi seperti ini lah aku mengartikan hubungan mereka.

Forgive me, krishan shippers! Cause actually I'm fanxing hard shippers ㅋㅋ ㅋㅋ

 

 

 

 


 

  Luhan yang membuka pintu kedai dengan sedikit tergesa, diikuti Kris sedetik kemudian sebelum pintu kembali tertutup sempurna. Mereka tersenyum untuk sapaan 'selamat datang' dari salah satu karyawan disana. Selanjutnya bergerak mencari spot ternyaman di dalam kedai yang tampak lengang, tak ada seorang pun disana kecuali mereka. Luhan bilang kedai ini milik salah satu kerabatnya jadi sebelum memutuskan kesini tadi, ia sudah meminta sang pemilik kedai untuk mengosongkan pelanggan lain demi kenyamanan ia dan Kris mengobrol. Untuk urusan biaya biar saja Kris yang bayar nanti. Atau mungkin Luhan akan ikut patungan seperempat harganya.

"Disini saja ya, Kris."

  Kris tak menjawab dan hanya menurut saja. Kalaupun Kris bilang tak setuju Luhan juga tidak akan mendengarkan. Mereka duduk di kursi dengan meja kayu bundar di tengah. Luhan bergerak melepaskan mantel tebal yang sejak tadi menutupi tubuh kecilnya hingga ke kepala. Kris yang duduk berhadapan dengannya hanya diam memperhatikan setiap gerakan sahabatnya yang menurutnya selalu hyper, apalagi ditambah senyuman aneh yang tak pernah lepas dari bibirnya.

"Sepertinya kamu senang sekali, Lu, kita bertemu. Yakin tidak ada niat mengajakku selingkuh?"

  Senyuman Luhan dengan cepat terganti oleh wajah datarnya yang menatap Kris galak, matanya yang cantik itu melotot tak suka pada si laki-laki tinggi berambut coklat. Selingkuh dengan Kris? Oh sepertinya pilihan untuk terjun payung terdengar lebih baik.

"Jangan mimpi, Wu Yifan! Aku lebih memilih menyelingkuhi Yixing darimu tau!"

  Kris terkekeh karena berhasil membuat mood Luhan buruk itu menyenangkan sekali. Meski dalam hati ia tetap ingin menggeplak kepala Luhan yang bicara seperti itu, tapi nyatanya ia masih menghormati Luhan yang beberapa bulan lebih tua darinya serta fakta bahwa Luhan adalah soulmate dari laki-laki yang paling ia cintai. Untuk kali ini Luhan mengabaikan kekehan menyebalkan Kris, ia mengangkat tangannya untuk memanggil pelayan dan segera menyebutkan apa saja pesanan mereka tanpa menanyakan pendapat dari Kris lebih dulu. Luhan memang selalu bersikap seenaknya, Kris paham itu dan pasrah saja.

  Pelayan itu sudah mencatat pesanan yang disebutkan Luhan dan mulai beranjak pergi setelah meminta mereka menunggu. Luhan kembali memfokuskan pandangannya ke depan, tangan yang terlipat di meja lengkap dengan cengiran lebarnya. Membuat Kris menatapnya dengan alis berkerut.

"Apa?"

"Menurutmu apa kita sudah berhasil membuat kehebohan di luar sana?"

  Kris melenguh kesal. Ia memajukan posisi duduknya agar bisa ikut melipat kedua tangannya di atas meja, menatap Luhan lebih dekat. "Kita? Kamu menyebut kata 'kita' untuk semua hal yang kamu rencakan sendiri?"

  Kepalanya yang kecil itu mengangguk-angguk dengan tampang imutnya yang bisa bikin siapapun meleleh. Ya siapapun, kecuali Kris yang terlalu banyak tahu tentang keaslian dari sikap imut Luhan.

"Tentu. Mereka kan taunya kamu juga terlibat, bodoh!"

  Helaan nafas pasrah Kris lakukan untuk yang kesekian kalinya malam ini. Memaksanya kembali mengingat rentetan peristiwa yang ia dan Luhan lalui tadi. Di mulai dari Luhan yang menghubunginya, dan merengek betapa ia merindukan sosok Kris serta keinginannya untuk bertemu saat di acara rehearsal nanti. Kris sudah bilang bahwa itu akan jadi hal sulit dan merepotkan jika fans atau netizen tau. Tapi memang pada dasarnya Luhan itu keras kepala dan egois, dia tidak menerima penolakan apapun. Jadilah Kris hanya mengikuti apa yang sudah sahabatnya itu pikirkan. Lagipula ia tidak mau munafik bahwa rasa rindu tetap ada untuk sahabatnya yang kadang menyebalkan itu. Kris bahkan sering heran kenapa Yixing suka sekali menempel pada Luhan yang sifatnya terkadang absurd. Well, Kris memang tidak pernah sadar sifatnya yang sama aneh dengan Luhan. Karena menurut Yixing, Kris dan Luhan memang setipe dalam hal keanehan.

"Dengar ya, Lu. Awas saja kalau Yixing sampai ngambek lagi karena hal ini! Aku akan buat Yixing juga membencimu."

"Tenang aja sih, Yixing mana bisa marah padaku. Lagipula dia yang paling tau, kamu itu masuk urutan paling bawah untuk tipeku."

"Hah? Kamu bahkan sama sekali ga pernah ada dalam daftar tipeku. Tipe laki-laki ku hanya Zhang Yixing seorang!"

"Aku yakin jika Yixing ada disini ia akan memilih untuk menendangmu daripada tersipu malu."

"Jangan bersikap seolah kamu yang paling tau soal Yixing-ku ya, Xi Luhan."

"Ck, posesifmu itu semakin menyebalkan saja ya, Kris."

  Perdebatan tidak penting mereka terhenti sejenak saat pelayan yang tadi kembali dengan nampan berisi makanan dan minuman yang tadi dipesan Luhan. Rupanya Luhan tak memesan makanan berat malam ini, hanya sekedar camilan kecil seperti udang goreng tepung beserta sausnya dan beberapa kue yang Kris lupa namanya apa. Juga tiga botol soju sebagai pelengkap mereka mengobrol di tengah udara malam yang dingin.

"Aku sedang diet, jadi makanannya yang seperti ini saja."

  Desisan Kris terdengar mencibir kelakuan si princess manly Luhan yang selalu saja tidak masuk akal, "Badan sudah sekecil itu masih mau diet, Lu?"

"Bawel!"

  Luhan tak menanggapi sindiran Kris lebih lanjut, memilih menunangkan sebotol soju ke dalam dua gelas kecil yang sudah tersedia disana. Mengambil satu gelas untuknya dan memberikan segelas lainnya untuk pria di depannya yang masih menatapnya aneh.

"Ini!" Kris menerima gelas itu dengan masih menatap Luhan tanpa suara, "Cheers untuk kehebohan yang berhasil kita buat malam ini~"

Ting

  Dentingan terdengar saat Luhan menyentuhkan gelasnya pada gelas milik Kris yang kini mulai menunjukan senyum kecilnya. Ya, tidak ada salahnya bahagia karena hal seperti ini. Luhan dan Yixing sejak dulu memiliki satu kesamaan di mata Kris. Mereka sama-sama memiliki hal yang bisa selalu membuat Kris ingin tersenyum.

"Ah~ jika Yixing ada disini juga, aku akan memaksanya minum sampai mabuk!"

  Isi gelas Luhan habis dalam satu tegukan brutal. Mata rusanya berkilat senang menatap Kris yang juga sudah menghabiskan minumannya.

"Tidak akan kubiarkan. Yixing akan sangat cute sekali jika mabuk, jadi hanya boleh aku yang lihat!"

"Childish banget tau gak?! Heran Yixing mau-maunya sama om-om kekanakkan kaya kamu!"

"Biarkan saja! Kamu itu pengaruh buruk buat pacarku."

"Sialan! Aku bilangin Yixing biar dia marahin kamu, Kris bodoh!"

"Hah! Liat siapa yang bersikap seperti bocah tak berdaya sekarang~"

  Luhan mengunyah udang tepungnya dengan masih memberikan tatapan tajam pada Kris yang kembali menenggak minumannya. Lalu si tinggi itu mulai tertawa menyadari wajah imut sahabatnya yang cemberut.

"Aku bercanda, Luhan sayang~ kamu satu-satunya yang bisa aku percaya soal Yixing." dan sebuah wink gratis dari Kris berhasil membuat Luhan ingin mengeluarkan kembali udang goreng yang sudah ditelannya. Menggelikan sekali pacarnya Yixing ini.

"Oh Tuhan, aku mual melihatnya." Kris nyaris tertawa lagi sebelum mendengar Luhan kembali melanjutkan kalimatnya, "Ya tapi sekarang aku sama brengseknya denganmu. Meninggalkan Yixing disana."

  Kris menghela nafas lebih berat. Sebenarnya ia tak ingin membicarakan soal ini dengan Luhan. Sadar akan turunnya atmosfer tak mengenakan diantara mereka, "Lu, tau apa yang pernah Yixing bilang padaku saat kami membahas hal seperti ini juga?"

  Hanya gelengan kepala yang Luhan berikan sekarang, ia ingin Kris segera memberi jawabannya.

"Tak apa. Ini jalanmu meraih mimpi, dan kami akan mencari jalan kami disini. Kita hanya berbeda jalan dengan tujuan yang tetap sama." Kris memberi jeda dalam kalimatnya. Ia memperhatikan Luhan yang perlahan-lahan mulai kembali tersenyum kecil, "Yixing bilang begitu."

"Sekarang aku baru mengerti kenapa kamu tergila-gila sama sahabatku itu. Dia sempurna dengan sifat pengertiannya, Kris."

  Ada kilatan rasa haru yang besar bisa Kris lihat dalam bola mata Luhan. Kris ikut tersenyum menenangkan. Rasa rindu pada pacarnya kini makin tidak terbendung. Ia benar-benar ingin memeluk Yixing sekarang juga, meneriakkan pada semua orang bahwa ia memiliki pacar paling sempurna seperti kata Luhan barusan.

"Kamu membuatku semakin merindukannya, Luhan."

  Luhan mengedikkan bahunya seolah tak lagi peduli dengan urusan Kris yang satu ini. Ia kembali menuangkan botol soju ke gelasnya untuk diminum dalam satu tegukan. Setelah itu, sesuatu seperti mengingatkannya pada satu hal.

"Omong-omong, Yixing ga nelpon kamu?"

  Refleks Kris merogoh saku mantelnya tempat dimana ia menaruh ponsel terakhir kali ingat, "Aku ga memeriksa ponselku sejak tadi sih, kenapa memang?"

"Well, karena sejak tadi Yixing menelponku tapi ga aku angkat."

  Kris melotot horror pada layar ponselnya yang menunjukan notif sepuluh panggilan tak terjawab dari satu orang yang sama. Zhang Yixing-nya tercinta.

"Kenapa kamu ga angkat sih?! Nanti kalo dia mikir yang macem-macem gimana!"

  Oh astaga, ia masih trauma dengan acara ngambeknya Yixing kemarin. Meski ia juga tidak yakin masa Yixing cemburu sama sahabat sejatinya sendiri, si princess Luhan.

"Ya aku maunya, kamu yang jelasin semuanya sama Yixing kalau dia tanya ini itu hehehe.."

  Kalimat Luhan serta kekehan tak bersalahnya diakhir telah sepenuhnya terabaikan oleh Kris yang kini sibuk menekan tombol dial ke nomer Yixing. Sedetik kemudian ponsel mahalnya sudah menempel sempurna ditelinganya. Kris memberi lirikan mematikan pada Luhan di depannya sampai nada sambung itu tergantikan oleh suara lembut dari orang yang paling ia rindukan saat ini.

"Halo.."

"Yixing, sorry. Aku ga cek ponsel sejak tadi. Please, sorry~"

  Dan Luhan di depannya membuat gerakan akan muntah menyadari Kris yang sekarang tanpa sadar sedang ber-aegyo ria.

"Keasyikan ngobrol sama Luhan ya sampai aku dilupakan?!"

  Ditengah kepanikan tadi Kris masih bisa tertegun sejenak mendangar ucapan Yixing, "Kamu tau aku lagi sama Luhan sekarang?"

"Sudah kubilang instingku memang selalu benar jika itu tentangmu!"

"Marah ya, Xing?"

  Terdengar Yixing yang membuang nafas kasar, membuat Kris semakin cemas dengan reaksi pacarnya.

"Luhan disana? Aku juga ingin bicara dengannya, Wu."

"Oke, sebentar."

  Lagi, entah untuk yang keberapa kali Kris memberikan tatapan penuh kebencian pada Luhan yang juga lagi-lagi hanya dibalas cengiran tak berdosa dari laki-laki imut itu. Ia mulai mengaktifkan mode loudspeaker untuk panggilannya.

"Udah aku loudspeaker nih, Xing."

"Lulu?"

"Iya, Yixing sayaaaaannnnggg~"

  Sejak awal perasaan Kris memang sudah tidak enak jika Luhan dan Yixing dibiarkan mengobrol berdua begini. Ia akan sepenuhnya diabaikan.

"Kalian dimana sekarang? Aku kangen kamu, Lu."

"Kami sedang makan malam romantis loh, Yixing. Hihihi"

  Kris melotot, "Romantis dari mana sih?! Dari tadi kerjanya Luhan ngajak ribut terus nih, Xing."

"Memang kapan kalian ga pernah ribut kalau ketemu? Untung aku ga disana, bisa migrain gara-gara kalian!"

"Gitu juga aku sayang kok sama Kris-mu."

"Luhan, stop please.." bener kata Yixing memang, terlalu lama bersama Luhan bisa bikin sakit kepala mendadak. Kris merasakan itu setelah mendapat gombalan dari barbie manly macam Luhan.

  Sebaliknya dari Kris yang frustasi, Yixing disebrang sana justru tertawa keras. Tidak mempedulikan jam yang mulai bergerak melewati angka dua belas.

"Lulu, cukup aku aja yang kamu gombalin deh. Jangan pacarku."

"Lebih baik aku yang godain pacarmu, Xing, daripada Xu Jinglei? Nanti kamu curhat sambil nangis lagi sama aku.."

"APA? AKU GAK PERNAH SAMPAI NANGIS YA, LUHAN SIALAN!"

  Teriakan Yixing sekarang membuat Luhan balik tertawa. Bayangan sahabatnya itu yang sempat menelponnya dan curhat tentang rasa kesal pada wanita yang selalu menempel terus pada pacarnya. Saat itu Yixing benar-benar seperti remaja labil yang sedang cemburu.

"Jadi kamu sempat curhat juga sama Luhan soal masalah itu, sayang?"

"Tidak! Luhan saja yang sok tau!"

  Kris menatap Luhan disampingnya sedang menenggak minuman untuk meredakan tawanya. Menyadari tatapan itu, Luhan menganggukan kepala berulang kali. Meyakinkan Kris bahwa ia tidak berbohong soal Yixing yang menceritakan hal itu padanya. Yah, Kris langsung percaya tentu saja, mengingat diantara Yixing dan Luhan tak pernah ada rahasia sedikitpun. Mereka akan langsung cerita soal apapun yang mereka rasakan.

"Ya sudah, masalah itu kan telah selesai kemarin. Aku sudah menjelaskan semuanya padamu kan? Aku hanya mencintaimu."

"Uhuk uhuk.." itu Luhan tentu saja yang tersedak minumannya. Bagus, terkutuklah kau Xi Luhan- seperti itulah arti seringai Kris sekarang.

"Jangan mengatakan hal-hal seperti itu di depan seorang jomblo, Wu. Hatinya akan semakin tersakiti."

"Hahaha Luhan si jomblo kesepian~"

  Dengan begitu tangan Luhan berhasil menggapai rambut kecoklatan Kris dengan sempurna, memberi tarikan penuh cintanya disana. Kris mengeluh keras untuk sejumput rambutnya yang dijambak Luhan. Si manis ini memang sama brutalnya dengan Yixing terkadang.

"Kalian! Jangan coba-coba bersekutu mem-bully ku ya?! Aku bisa balas semuanya!"

"Sayang, aku dijambak sahabatmu nih. Dia semakin kasar saja."

"Lulu, makanya kalau ga mau jomblo terima saja cinta dari salah satu maknae kita. Jongin atau Sehun gitu."

"Nanananana aku tak mendengar apapun~"

  Gerakan Luhan menutup telinganya dan mulai bernyanyi random jadi tambahan tawa baru untuk dua sahabatnya yang lain. Ini tidak benar, sejak kapan Kris dan Yixing mulai bersekutu mengerjai dirinya? Biasanya juga ia dan Yixing yang menjadikan Kris korban. Zhang Yixing memang seorang pengkhianat manis!

"Sungguh aku merindukan kalian berdua!"

  Diseberang sana Yixing bicara di tengah usahanya menghentikan tawa. Moment ini dulu sering ia rasakan secara langsung. Berbagi tawa dengan dua orang terpenting dihidupnya. Setelah kepungan jadwal yang padat seharian mengobrol dengan Luhan di kamar akan sangat membantu menghilangkan rasa penat apalagi saat Kris mulai ikut bergabung setelah memastikan Tao tertidur pulas, karena maknae mereka itu memang tidak pernah mau tidur sendiri. Yixing merasa bisa selalu hidup bahagia dengan hanya ada Luhan dan Kris. Sekarang pun tak ada yang berubah, meski dengan situasi yang sedikit berbeda tapi kebahagiaan yang ia rasakan masih tetap sama.

"Kita bisa jalan bertiga lain kali, Xingie. Aku janji. Lagian sih, kamu kalau kesini hanya Kris saja yang ditemui. Aku diabaikan."

"Yeee wajarlah! Yixing pacarku!"

"Demi Tuhan, aku tidak bicara denganmu, Wu Yifan!"

  Kali ini memang bukan jambakan yang diterima Kris, Luhan memberi cubitan kecil di lengannya dan itu tetap saja menyakitkan.

"Iya, maaf. Aku sudah pusing dengan Kris yang akan merengek minta ketemu setiap aku kesana."

"Dia memang bayi besar jika urusan merengek, ngalahin Sehun kan, Xing?!"

"Sehun itu imut, Lu, aku masih bisa mentolerir rengekannya. Tapi kalau Kris? Bisa kamu bayangin sendiri deh."

"Hey, sejak kapan aku yang jadi topik pembullyan disini?!"

"Mulai detik ini, Yixing sudah memutuskan kembali bersekutu dengan ku!"

"Oh yaampun, bisa ga sih kalian berhenti bersikap seperti bocah?"

  Kenapa Luhan dan Kris itu seperti ditakdirkan untuk jadi cobaan kesabaran untuk Yixing? Dari dulu ga pernah berubah. Untung saja Yixing sangat menyayangi dua orang satu tahun kelahiran ini.

"Kris yang bocah, Xing. Kamu tau kan aku ini manly!"

"Lu, aku selalu tertawa saat kamu menyebut kata 'manly' untuk dirimu sendiri."

"Kris sialan!"

"STOP, OKAY! Atau kalian lebih suka aku menutup telponnya dan membiarkan kalian ribut saja berdua?"

"..."

"..."

"Seperti ini masih coba-coba bikin moment yang membuat fans heboh diluar sana, mengira hubungan kalian yang semakin mesra."

"..."

"..."

"Apa jadinya kalau mereka tau yang sebenarnya kalian kaya tom and jerry yang selalu bikin aku migrain?!"

  Ceramah ala seorang ibu dari Yixing berhasil membuat keduanya bungkam. Luhan diam-diam menuangkan sebotol soju lagi ke gelasnya, ia tampak berpikir sebentar sebelum memutuskan menuangkannya juga ke gelas milik Kris yang hanya menatapnya dengan sedikit cengiran. Melihat itu Luhan yang tadi tampak tegang ikut balas cengiran Kris. Sekarang mereka tampak seperti orang bodoh yang baru berdamai.

"Tidak ada yang menjawabku?"

"Iya, Xingie."

"Oke, sayang."

"Oh, kenapa sekarang aku terdengar seperti ibu-ibu yang sedang memarahi anak nakalnya?"

"Aku akan jadi suamimu, Xing. Tenang saja."

"Lalu aku jadi anak kalian begitu? Idih amit-amit punya ayah kaya Kris!"

"Siapa juga yang mau punya anak cowok dengan wajah seperti itu?"

"Sial.."

"Teruskan saja, ayo teruskan ribut kalau berani?!"

  Luhan meneguk isi gelasnya yang kesekian kali, diikuti Kris yang menghabiskan minumannya. Mereka saling tatap tajam sekarang, sudah menghilangkan cengiran idiot tadi.

  Di sisi lain Yixing menghembuskan nafasnya kuat-kuat. Ia harus jadi yang sabar disini, apa jadinya jika ia ikut meledak-ledak? Bisa-bisa tak pernah ada kata sahabat diantara mereka.

"Apa yang kalian makan disana?"

"Kue."   - Luhan

"Udang."   - Kris

  Dua orang yang sedang duduk berhadapan saling pandang, mereka bisa membayangkan alis Yixing yang saling bertaut heran.

"Maksudnya, ada beberapa kue dan udang goreng tepung yang kami pesan, Xingie."

"Sudah makan malam memangnya?"

"Aku belum, sayang. Tapi Luhan malah memesan makanan ringan seperti ini."

"Kenapa belum makan, Wu? Jadwal makanmu selalu saja berantakan sekarang."

"Aku kangen masakanmu~"

  Belum sempat Yixing menjawab rengekan Kris, Luhan sudah menyambung dengan kalimatnya "Diet, Yixing. Ada yang bilang aku gemukan sekarang."

"Orang itu sakit mata yang bilang kamu gemuk, badan kaya kurcaci gitu!"

  Ucapan tulus Yixing yang terkesan pedas seketika membuat Luhan menekuk wajahnya, Kris nyaris tersedak liur sendiri saat kata imut itu benar-benar terlintas di otaknya melihat ekspresi sahabatnya sekarang.

"Dan, Wu Yifan, tanggal 10 besok aku akan ke Beijing. Kubawakan banyak makanan untukmu, jadi tidak ada alasan lagi untuk jadwal makanmu yang berantakan!"

  Kali ini Kris benar-benar tersedak parah, dan Luhan di depannya tentu saja tertawa puas. Ia masih ingat jelas hukuman Yixing yang membuatnya tidak bisa tidur nyenyak soal mereka tidak akan bertemu selama dua bulan. Lalu sekarang, dengan mudah pacarnya itu mengatakan akan menemuinya dengan bonus banyak makanan pula. Rasanya Kris mulai berpikir untuk selalu mengacaukan jadwal makanannya jika akan selalu berakhir seperti ini.

"Beneran kita akan ketemu?"

"Reaksimu seperti aku sedang melarang kita bertemu saja, Wu!"

  Kris bengong. Ini, sepertinya penyakit pikun Yixing kambuh. Dia lupa perkataannya sendiri waktu itu? Baru kali ini Kris mensyukuri sifat pelupa yang jadi ciri khas pacarnya.

"Tidak! Oke, kita bertemu. Hubungi aku kapanpun kamu siap, mengerti?"

"Iya, sayang."

"Bagus sekali, tebak siapa yang merasa diabaikan sekarang?!" suara Luhan kembali terdengar setelah sempat tenggelam dalam percakapan romantis sepasang kekasih disana.

"Jangan marah, Lulu sayang~ aku juga akan menemuimu kali ini, oke? Aku benar-benar kangen kamu tau sampai rasanya ingin nangis kalau liat foto-foto kita."

  Perasaan rindu Yixing bisa Luhan rasakan dengan jelas lewat nada suaranya. Luhan juga jadi ingin nangis mendengarnya. Ia memaksa ingin bertemu Kris juga karena Yixing, suasana yang ia dapatkan di dekat laki-laki tinggi itu sangat lekat dengan Yixing karena biasanya dulu dimana ada Kris disitu akan ada Yixing begitupun sebaliknya. Sial, ini secara tidak langsung kan Luhan sedang mengakui betapa eratnya ikatan cinta diantara dua sahabatnya.

"Asal kamu tau, sayang. Luhan disini sedang menahan air matanya nih."

  Luhan mencoba melototkan mata kecilnya pada Kris, tapi sepertinya gagal karena satu tetes airmatanya benar-benar jatuh sekarang. Kris tak meledeknya kali ini, ia yang paling mengerti seperti apa perasaan rindu Luhan sekarang. Zhang Yixing memang terlalu mudah untuk dirindukan. Jadi yang Kris lakukan sekarang adalah mengacak lembut rambut coklat terang milik Luhan, menenangkannya. Biarpun menyebalkan, ia tetap menyayangi Luhan sebagai seorang sahabat. Bahkan saat Luhan memutuskan mengikuti jejaknya untuk mundur, Kris janji pada dirinya sendiri dan pada Yixing akan jadi orang pertama yang ada disisi Luhan ketika laki-laki manis itu merasa kesulitan. Dan disinilah Kris sekarang. Menepati janjinya.

"Luhan, jangan nangis ah! Katanya manly? Aku tetap sayang kamu kok apapun keadaannya."

"Cuma kamu orang yang aku izinkan dapat sayang dari Yixing, Lu."

  Dua ucapan itu berhasil memunculkan senyuman manis Luhan, ia geli sendiri lama-lama dengan tingkah pasangan long distance ini. Tapi rasa sayangnya juga setengah mati untuk Kris dan Yixing.

"Aku ga nangis, dan ya, aku memang manly. Dan Wu Yifan, sebenarnya aku ga butuh izin kamu buat dapat sayang dari soulmate-ku. But overall, thank you so much. Kalian yang terbaik."

.

.

.

...


 

 

Dan aku pun kangen temen-temen sekolahku hiks :')

 

 

 

 

Ps : tentang update-an weibo Yixing kemarin di chapter depan aja yah, ini khusus friendship trio obor-obor/? Jangan salahin aku phone makin banyak chapter-nya, guys, salahin mereka yang terus menerus meninggalkan kode yang terpampang nyata *ala princess*

Btw, boleh tanya chapter favorite kalian disini ga? Biar aku makin semangat gitu lanjutinnya hehehe

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
llalallala
sebenernya ini udah ga niat dilanjut, tp krn banyak tambahan subscribers dan viewers jd berubah pikiran.. buat yg udh Comment jg makasih byk, kalian yg terbaik!

Comments

You must be logged in to comment
KrAyFanXing #1
Chapter 35: . udah lama ga main ke sini lagi ...
. masih setia sama mereka walau berat ...
. mereka ga mau main kode2 lagi kayaknya , mau langsung aja hahaha ...



. tetap lanjut ya ,, semangat ... :D
caca_jung
#2
Chapter 35: Chapter 32: aku msh bertahan bahkan menunggu terus kode dri merka dan selalu nunggu phone terus lanjuttt.. tiap chapternya bikin buat emosi gue campur aduk sama kaya ceritanya..
Aakjendol #3
Ooooo..akhirnya..lanjuuut...juga..kange..udh gregetan lihat kode2 bertebaran...brrsa phone kyak beneran aja...hhh.btw..tetap shat n semangat..ya
CuteEvil #4
Chapter 35: Dan juga, saya lupa bilang, saking sukanya saya sama phone, cerita ini sudah saya baca berulang2 dan hebatnya saya nggk pernah merasa bosan
Sorry thor, saya komennya kebanyakan, soalnya saya bener2 semangat
CuteEvil #5
Chapter 35: Saya masih bertahan, dan berkat author semangat saya bertahan semakin besar...
Uuh, ini keliatan nyata dan selalu keliatan nyata, salah satu alasan kenapa saya selalu nunggu phone untuk update...
Maaf, saya bru menampakkan diri di episode yang bikin baper ini, tapi thor sebenernya saya penggemar berat phone dan author lallalalla...
Semoga author sehat selalu, dan fanxing semakin banyak memperlihatkan kode mereka oh atau kalau perlu go publik aja terus nikah...
Saya tunggu kelanjutannya thor...
Dan saya berterima kasih karena author tetap melanjutkan cerita ini...
KikyKikuk #6
Chapter 35: Mereka yg kena badai tapi kok ya aku yg mau nyerah..
:')
Hahhhh
Gak faham dek mau komentar apa
Nyesek aja sih intinya
MYixing10 #7
Aku disini masih setia jadi KLS..haha terima kasih untuk tetap bikin cerita tentang mereka.. Ditunggu cerita selanjutnya....
chamii704 #8
Chapter 35: Aaah...crita'a berlanjut kmbali...masih ad dikapal mereka..wlw mngkin kebanyakan istirahat didermaga(?) Karna kesibukan mrk...tp ttp nunggu agr kapal berlayar kmbli ^^
kutunggu crita berlanjut
healaynicorn #9
Chapter 35: OMGOMG!!! UR BACK!!?? YAY!!!!! thank u so so so much!! update lagi ya author-nim *wink* eheheh