meet up

PHONE

 


 

6 April 2015,

 

  Tidak seperti hari bebas pekerjaan lain yang hanya di habiskan oleh Kris untuk tidur, tidur, dan tidur. Hari ini ia merapikan kamar apartement yang selama hari sibuknya kemarin serta beberapa hari ia pergi ke Vancouver nyaris tidak bisa disebut sebagai kamar lagi. Mengganti sprai kasurnya, meletakkan semua pakaian kotor pada keranjang loundry, membuang botol-botol kosong soju yang sebelum pergi ia tenggak bersama teman-temannya, lalu yang terakhir menyemprotkan pengharum ruangan ke segala sudut. Kris memandang puas pada hasil kerjanya pagi ini, meski hasilnya tidak terlalu rapi, tapi setidaknya keadaan kamar jauh lebih baik dari sebelumnya. Setelah menutup pintu kamar mandi dimana keranjang loundry yang berisi segunung pakaian kotor berada, Kris melangkah ringan menuju ranjangnya, duduk di pinggir sembari meraih ponselnya di atas nakas untuk menghubungi seseorang yang menjadi alasan utamanya melakukan pembersihan mendadak pagi-pagi.

  Zhang Yixing, tentu saja.

"Hmm"

"Kamu dimana? Lama sekali. Aku sudah selesai merapikan kamar, masih belum datang juga."

"Ke depan sekarang. Aku baru saja akan memasukkan password sebelum kamu menelpon."

PIP

  Beberapa detik ia masih memandangi ponselnya sebelum melompat penuh semangat dan berjalan cepat menuju pintu apartement. Berhenti sejenak di depan cermin besar untuk mengecek ulang penampilannya hari ini. Yah, walaupun belum sempat mandi setelah beberes tadi, Kris rasa penampilannya masih cukup sempurna untuk menyambut Zhang Yixing tercinta. Jadi ia memberikan wink untuk dirinya sendiri di cermin dan mulai melangkah lagi.

  Pintu terbuka. Yixing tepat di hadapannya.

"Selamat datang, sayang~"

  Pekikan penuh semangatnya lenyap saat telapak tangan Yixing menutup mulutnya dan mendorong tubuhnya masuk, memberi akses jalan untuk Yixing sendiri segera memasuki ruangan.

"Berisik, Kris."

  Setelah menutup pintuu dan melepas sepatunya terburu-buru, Yixing berbalik dan menemukan Kris dengan senyum lebarnya yang kelewat bahagia.

"Boleh aku memelukmu?"

  Pertanyaan yang menghasilkan kerutan heran di kening Yixing, "Sejak kapan kamu sesopan ini? Pakai minta izin buat meluk."

"Aku benar-benar ingin memelukmu."

"Ya lakukan saja."

  Kris merasa kerinduannya melebur seiring dengan dekapannya yang semakin erat pada tubuh Yixing. Mengecupi setiap bagian atas kepala yang selalu memiliki aroma shampoo yang sama kesukaannya. Yixing terkikik geli, kedua tangannya sudah otomatis melingkari Kris dan mengusap lembut di bagian punggung.

"Sepertinya ada yang benar-benar merindukanku disini."

"Ya, sampai rasanya aku akan mati beneran kalau kamu masih menolak bertemu denganku hari ini."

  Kecupan itu sekarang berhenti, Kris pilih menyandarkan keningnya pada bahu Yixing yang selalu tampak nyaman untuknya. Gerakan mengusap di belakang sana juga sudah tidak terasa. Kris justru menyadari jemari Yixing yang kini bertaut kuat di belakang punggungnya.

"Maaf. Aku tidak bisa menemuimu kemarin."

"Tidak apa-apa. Aku berusaha mengerti kegiatanmu sekarang, actor Zhang."

"Ck, jangan menyebutku seperti itu. Filmku saja bahkan belum tayang."

  Diam-diam Kris tersenyum. Zhang Yixing-nya masih sama. Masih orang yang rendah hati. Membuat Kris selalu menebak-nebak kebaikan apa lagi yang tersembunyi di balik pacarnya ini.

  Kris melepas pelukan mereka untuk mengecup singkat bibir di hadapannya, "Baiklah, untuk saat ini aku panggil nyonya Wu saja bagaimana?"

  Dimple cantik Yixing mengintip di balik tawanya. Jari telunjuknya di gunakan untuk mendorong jidat Kris yang masih sangat dekat dengannya.

"Memang kapan aku menerima lamaranmu?"

"Sekarang juga boleh."

  Yixing berdecak lagi, menatap sinis pacarnya yang masih betah tersenyum lebar. Sampai akhirnya ia menggeret lengan Kris untuk duduk di sofa ruang tengah ini, sebelum menyadari bahwa sofa yang ada tak bisa di duduki. Penuh dengan barang-barang yang kebanyakan baju, entah bersih atau kotor.

"Bukannya tadi kamu menelepon bilang sudah selesai beres-beres?"

  Nada pacarnya yang mulai ketus cukup menjadi sinyal bahaya. Kris menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal, kenapa juga dia bisa lupa bahwa masih ada ruang tengah yang harus ia rapikan.

"Aku belum sempat merapikan ruang tengah, sayang. Baru kamar saja. Yaudah kita ke kamarku saja, ayo!"

  Tak ada pergerakan dari Yixing yang tangannya sudah di tarik oleh Kris agar segera meninggalkan ruang tengah yang sangat berantakan.

"Lupakan saja. Kamu rapikan sekarang! Aku akan menunggu di dapur sambil buat makanan."

  Setelah melepas paksa tangan Kris yang menggenggamnya, Yixing melepas ransel coklatnya dan memberikannya pada Kris. Lalu mulai melangkah menjauhi ruang tengah sebelum Kris kembali menahan langkahnya dengan menggenggam erat lengan Yixing, memaksanya berbalik dan kembali saling berhadapan.

  Yixing sedikit menahan nafasnya saat menatap langsung bola mata Kris yang menyorotnya penuh arti, "Ada apa?"

"Kita pesan delivery buat makanan, kamu istirahat di kamar selagi aku membersihkan ruang tengah."

  Itu perintah yang nyata. Yixing bisa merasakan aura ketegasan memancar kuat dari diri laki-laki di hadapannya. Tapi bukan Yixing namanya jika langsung menurut tanpa pertanyaan, "Kenapa?"

  Genggaman Kris pada lengan atasnya perlahan turun sampai pada bagian pergelangan, lalu Kris mengangkatnya dengan gerakan lembut.

"Kamu pikir aku sejahat apa? Membiarkan pacarku yang terluka menyiapkan makanan untukku."

  Yixing menatap bergantian mata Kris dan punggung tangan kanannya yang penuh plester sedang berada dalam genggaman Kris. Perasaannya saat ini berantakan, Yixing merasa bersalah, malu, dan bersalah lagi. Meski ia tahu dengan pasti dirinya sendiri tak menginginkan hal ini. Ia menarik perlahan tangannya, memaksa lepas dari genggaman dan Kris melepaskannya dengan mudah.

"Aku tidak apa-apa."

  Terdengar helaan nafas berat yang terkesan frustasi dari Kris, "Sampai kapan, Yixing, sampai kapan kamu berpikir masih bisa membohongiku dengan kalimat-kalimat seperti itu?"

  Memberanikan diri kembali bertemu pandang, Yixing bisa melihat kekecewaan dalam tatapan Kris padanya. Yixing memang merasa terlalu bodoh untuk urusan berbohong dan menyembunyikan sesuatu dari si tinggi tercintanya.

"Maaf."

"Tunggu di kamar ya, sayang. Aku akan menyelesaikan ini dengan cepat."

  Permintaan maaf dari Yixing adalah hal terakhir yang ingin Kris dengar hari ini. Ia mengerti perasaan bersalah yang pasti sedang pacarnya itu rasakan sekarang. Jadi Kris memaksakan senyumnya dan menggerakan tangannya untuk mengusak lembut rambut hitam Yixing, lalu setelahnya berbalik untuk memulai kembali aktifitas bersih-bersihnya.

"Aku dengar kamu juga sakit kemarin."

  Langkahnya terhenti, kalimat Yixing penyebabnya. Kris berbalik lagi menghadap pacarnya yang masih berdiri di tengah ruangan dengan raut wajah khawatir yang semakin terlihat jelas. Konyol memang, hubungan jarak jauh mereka semakin membuat rasa khawatir berlebih muncul pada keduanya.

  Kris mengambil langkahnya lagi semakin dekat, hingga ia menunduk untuk mencapai bibir Yixing dan mengecupnya singkat. Lalu tersenyum menenangkan, "Sekarang sudah sembuh, aku mendapatkan obatku barusan."

  Si sialan Kris dan semua tindakannya yang membuat Yixing merona. Yixing mengutuk semua hal itu dalam hati.

.

.

.

  Yixing tak punya pilihan lagi selain menuruti Kris yang sedang tidak menerima bantahan, lagipula ia juga merasa seluruh tubuhnya remuk oleh rasa lelah. Jadi setelah menutup pintu dengan sedikit kasar dan melepas jaket biru denimnya untuk ia letakkan sembarangan di lantai, Yixing segera membanting dirinya di atas ranjang empuk milik pacarnya yang berlapis sprai putih dan selimut tebal yang juga berwarna putih. Matanya terpejam seiring dengan gerakannya berbalik mengubah posisi menjadi tengkurap, mengambil salah satu guling untuk ia peluk erat dan menemaninya pergi terlelap. Yixing tersenyum di balik wajahnya yang ia tenggelamkan pada guling, penyebabnya adalah aroma khas dari Kris yang bisa leluasa ia hirup sekarang. Meski Kris sudah menyemprotkan pengharum ruangan, tapi aroma yang terkesan maskulin miliknya masih jelas tertinggal di dalam kamar yang beberapa bulan ini laki-laki tinggi itu tempati.

  Yixing ikut mengangkat kedua kakinya ke atas ranjang, meringkuk nyaman bersama guling dan selimut tebal yang ia tarik untuk menutupi separuh badannya. Rasa kantuk yang mulai menguasai membuat kelopak matanya menutup otomatis. Dengan cepat Yixing sudah jatuh terlelap dalam tidurnya.

.

.

  Saat kelopaknya terbuka dan kesadarannya mulai kembali berkumpul, Yixing menyadari bahwa wajah Kris tepat berada di depannya, sangat dekat hingga ujung hidung mereka sampai bersentuhan.

"Hello, princess."

  Mengabaikan keinginan untuk menggetok kepala pacarnya yang sudah sembarangan mengganti namanya, rasa kantuk yang masih menguasainya jadi penghalang gerakan brutalnya. Yixing mengerjab-ngerjab lalu menggosok punggung tangannya ke daerah mata. Gerakan kecilnya membuat Kris mati-matian mengontrol diri agar tak melumat bibir di hadapannya karena tingkah menggemaskan sang pemilik.

"Berapa lama aku tidur?"

  Suaranya yang masih serak menambah kadar imut dalam dirinya. Kris tersenyum sambil dengan malas mengalihkan pandangan sebentar pada jam kecil di nakas, lalu kembali menjadikan laki-laki menggemaskan di hadapannya sebagai objek.

"Kamu datang kesini jam tujuh pagi dan sekarang sudah jam satu siang, hitung sendiri saja, aku malas menghitungnya."

  Kini Yixing melenguh keras, merentangkan kedua tangannya lebar-lebar sekaligus menjauhkan sedikit jaraknya dengan Kris yang juga sedang tidur menyamping menghadapnya. "Aku sudah tidur terlalu lama tapi masih saja mengantuk." di akhiri dengan tangan yang terangkat untuk menutup kegiatan menguapnya. Di sampingnya Kris tertawa kecil, setiap gerakan Yixing sungguh terasa manis baginya.

"Kalau begitu tidur lagi saja." Kris masih betah menahan diri tidak menyentuh Yixing yang sedang dalam kondisi paling menggemaskannya.

  Yixing sudah menghentikan semua gerakannya, sekarang ia kembali menghadap Kris dan diam menatapnya.

"Aku tidak mau pertemuan kita yang langka aku habiskan dengan tidur."

"Tapi kamu butuh istirahat, sayang, seminggu lebih kamu kurang tidur."

  Tidak ada jawaban. Yixing hanya diam menatap Kris dengan mata yang tidak berkedip. Hari-hari menjelang comeback mereka kemarin memang membuat Yixing dan member lain memangkas waktu tidur mereka, dan untuk Yixing ia bahkan nyaris tidak tidur karena masih harus bolak-balik Korea-China untuk proses shooting film yang masih ia jalani. Tapi ia sama sekali tidak ingin menghabiskan waktu yang sudah susah payah ia sisihkan untuk bertemu Kris dengan tidur. Yixing merindukan pacar tiangnya itu melebihi apapun saat ini.

"Apa seharian ini kita hanya akan saling tatap begini?"

  Alis Kris mengernyit dalam, jangan salahkan otaknya yang mulai berpikir jika pacarnya yang biasanya kalem sedang meminta 'lebih'.

"Memang apa lagi yang kamu harapkan, sayang?"

"Mungkin semacam ciuman panas, sayang, kupikir seseorang terlalu merindukanku."

"Dengan senang hati, sayang."

  Seringai Kris menjadi awal aksi lumatannya. Ia menunduk dalam, bermain lembut untuk kecupan pertama di bibir Yixing yang masih terasa kering karena kondisi si pemilik yang baru saja bangun tidur. Kris membasahi seluruh permukaannya dengan jilatan-jilatan sensual, berhasil membuat yang lebih muda melenguh keras serta tangan-tangannya yang mulai terangkat memeluk leher Kris yang kini berada di atasnya. Tanpa sadar menyusupkan jemarinya kuat di antara helai kecoklatan sang dominan saat bibir bawahnya di hisap kuat. Yixing selalu kewalahan jika Kris sudah mendominasi seluruh hormonnya seperti ini, hanya mampu membalas hisapan dan belitan lidah yang mulai menyusupi rongga mulutnya.

  Kris merasa kehilangan kontrol dirinya sendiri, ia sangat sadar jika Yixing di bawahnya mulai membutuhkan udara untuk bernafas. Tapi ia masih belum rela melepas tautan bibir mereka meski hanya untuk sedetik, jadi yang Kris lakukan hanya memperlambat lumatannya, mengecup satu-satu bibir Yixing sementara pemiliknya berusaha mengambil nafas di selanya.

"Emmmhh..hmm..wuhhhhh..stoppphh pleashhh..hhhh..mmm"

  Kesalahan fatal adalah ketika Yixing mencoba menghentikannya dengan bicara di tengah ciuman mereka, Kris justru kembali bergerak liar menghisap seluruh permukaan bibir yang sudah sepenuhnya basah. Tangannya yang semula pasif mulai ikut bergerak menelusuri leher Yixing yang sensitif untuk menambah satu dua lenguhan kenikmatan yang terdengar. Terus bergerak turun menyusup ke dalam kaos hitam Yixing yang cukup tipis, merasakan otot-otot perut pacarnya yang sepertinya semakin terbentuk sempurna. Kris perlu sering mengingatkan dirinya sendiri untuk pergi ke gym agar otot-otot di badannya juga semakin terlihat. Satu hisapan kuat Kris berikan di bibir Yixing sebelum melepas tautannya untuk beralih memberi hisapan-hisapan kecil di bagian leher yang terekspos. Kesempatan Yixing menghirup banyak udara di sekitarnya sembari berusaha bicara dengan benar agar tak berakhir dengan desahan.

"Kris, please..hhh..tanganku.."

  Kris mengambil waktunya untuk memikirkan arti kalimat itu masih dengan menghisap area perpotongan leher Yixing. Sampai ia menyadari posisi tangan kanan Yixing yang entah sejak kapan sudah berada dalam genggaman erat di bawah sana. Ia melirik pada tautan tangan mereka dan, "Oh !" refleks menjauhkan dirinya serta melepas tangan Yixing dari cengkramannya saat darah segar terlihat mengalir dari luka yang plesternya tanpa sengaja telah lepas.

  Ia bangkit dari posisinya menindih Yixing, berdiri di tepi ranjang dengan panik menatap Yixing yang masih sibuk mengatur pernapasannya, sejenak mengabaikan lukanya yang kembali terasa perih.

"Yixing..aku..maaf." bahkan kata-kata pun tak mau tersusun dengan baik di otaknya melihat bagian putih sprai di sekitar tangan kanan Yixing mulai di dominasi warna merah.

  Setelah nafasnya kembali normal, Yixing berusaha tersenyum kecil agar pacarnya sedikit tenang dan bisa kembali berpikir jernih. "Aku tidak apa-apa. Kamu punya plester luka?"

  Kris mengangguk dan segera mengambil langkah besar-besar keluar kamar, meninggalkan Yixing yang hanya membuang nafasnya berat. Yixing mengangkat tangan kanannya yang terluka, ia berdecak untuk luka kecil yang selalu terlihat 'berlebihan' jika ada pada tubuhnya, lihat saja darah segar yang mengalir cukup banyak dari sekedar beberapa luka goresan biasa. Membuat kacau saja 'acaranya' dengan Kris yang akan memasuki tahap selanjutnya.

  Tak sampai satu menit laki-laki tingginya sudah kembali ke dalam kamar dengan sebuah kotak putih ukuran sedang berlogo tanda plus merah di depannya. Kris duduk di tepi ranjang dan dengan lembut menarik tangan Yixing untuk ia letakkan di pangkuannya, sama sekali tidak peduli dengan darah yang perlahan mengotori celana training birunya. Yixing hanya memperhatikan setiap gerakan Kris yang dimulai dengan membuka kotak, mengambil botol cairan antiseptik dan kapas, menuangkan cairan ke kapas dan mulai menempelkan kapas itu perlahan ke luka di punggung tangannya. Tak menyadari Yixing yang tersenyum di tengah hatinya yang menghangat dengan perlakuan Kris padanya sekarang.

"Sejak kapan kamu sedia kotak P3K di rumah?"

"Jangan meremehkanku! Seperti ini juga aku pernah menjadi pemimpin dari sebelas orang yang sering ceroboh."

"Tiba-tiba aku teringat Joonmyeon."

"Kenapa juga harus mengingat laki-laki lain saat pacarmu yang super tampan sedang berada di hadapanmu, mengobatimu."

  Yixing tertawa cukup keras melihat Kris yang masih sempat menggerutu di tengah ekspresi seriusnya yang sedang fokus mengoleskan cairan antiseptik di lukanya.

"Yah~ pacarku memang semakin tampan sepertinya."

  Sekarang Yixing mendengus geli saat Kris tersenyum lebar. Ketampanannya yang di puji Yixing adalah segalanya bagi Kris.

"Tapi bagaimana ya? Sesuatu di bawah sana milik pacarku yang tampan ini mungkin sudah mengeras." Yixing tau kalimatnya yang satu ini menjurus vulgar luarbiasa, salahkan saja kegiatan 'tanggung' mereka tadi. Kasihan juga pacar tampannya yang juga super mesum itu pasti merasa tersiksa karena Yixing yakin jika Kris sudah terangsang sempurna tadi, "Aku bersedia melanjutkan loh, sayang."

  Tidak ada jawaban, Kris justru sibuk membuka kotak P3K lagi setelah selesai mengoleskan cairan antiseptik, ia mencari perban dan plester untuk menutup luka yang darahnya mulai sedikit berhenti mengalir. Sepenuhnya mengabaikan Yixing dan tawarannya yang begitu menggiurkan.

"Kris?"

"Tidak perlu, aku bisa menanganinya sendiri."

  Pacarnya berubah terlalu banyak, Yixing terkejut akan hal itu terlebih tawarannya yang di tolak tegas oleh Kris. Ia merasa Wu Yifan di hadapannya bukanlah pacarnya yang punya sifat mesum tingkat akut, melainkan pria gentle baik-baik yang amat menghormati pasangannya.

"Kenapa? Aku masih bisa melakukannya."

  Entah kenapa jadi terkesan Yixing yang memaksa 'melakukan' mungkin karena ia juga merasakan siksaan yang sama di bawah sana.

"Hanya aku yang akan melakukannya untukmu jika kamu benar-benar ingin."

  Yixing terkejut, lalu mendengus keras "Tidak mau! Kita urus masing-masing saja kalau begitu."

"Baguslah. Kemarikan lagi tanganmu!"

  Belum sempat menurut, Kris sudah menarik sendiri tangan Yixing untuk ia bawa ke atas pangkuannya lagi. Lagi-lagi mengabaikan pacarnya yang sedang merengut kesal disertai cibiran sana sini.

"Jangan pakai perban! Itu akan terlihat jelas oleh kamera."

  Kris menurut tanpa banyak bicara, ia menaruh kembali gulungan perban putih ke kotak lalu mengambil lima buah plester setengah transparan sebagai gantinya.

"Kamu banyak berubah, Wu."

"Aku selalu berusaha jadi lebih baik karenamu." ia menjawab sembari mulai menempelkan satu persatu plester ke luka yang terbuka itu. Merasakan tatapan intens dari Yixing yang terus menyorotnya. Perubahan itu memang ada sejak pertama kali ia mengenal Yixing, terlebih setelah memutuskan untuk mengambil resiko memiliki perasaan yang jauh lebih dalam untuknya, Kris merasa hidupnya berubah drastis. Ia bukan lagi seorang pembangkang dengan kelakuan minus di bawah nol, Kris berubah menjadi lebih tenang dan bersahabat dengan emosinya sendiri maupun lingkungan sekitar yang bukan tempat kelahirannya ataupun tempat ia di besarkan. Kris selalu merasa di pertemukan oleh Yixing adalah cara Tuhan memperbaiki hidupnya yang sempat berantakan.

"Kamu selalu jadi yang terbaik untukku. Terimakasih, sayang."

  Plester terakhir sudah melilit sempurna jari telunjuk Yixing. Kris mengangkat pandangannya dan menemukan pacar manisnya dalam balutan senyum super manis. Senyum Yixing akan selalu jadi satu-satunya hal manis yang ia sukai, bibir Yixing juga. Telapak tangan kanan Yixing kini kembali berada dalam genggamannya, tentu saja kali ini ia melakukannya lebih lembut, mengusapnya beberapa kali dengan ibu jari yang ia gerakan, sementara mata mereka tetap berada dalam satu garis lurus pandangan. Menyelami cinta yang terpancar dari masing-masing bola mata mereka.

"Maaf, aku melukaimu tadi."

"Tapi kamu yang menyembuhkannya juga. Tarik kembali kata maafmu!"

  Tangan kiri Kris yang bebas terangkat, mencapai puncak kepala Yixing dan mengacak lembut rambut hitam disana. Lalu dengan cepat mengecup singkat punggung tangan yang masih ia genggam tadi, "Oke. Aku tarik kembali. Puas, sayang?"

"Aku senang kamu juga jadi lebih penurut sekarang."

"Ya. Karena satu-satu tuan keras kepala disini adalah dirimu!" Kris merapikan kotak P3K-nya lalu bangkit berdiri dari duduknya di tepi ranjang. Masih belum melepaskan tautan tangan mereka, "Mau makan diluar atau disini saja? Aku sudah pesan makanan tuh."

  Tapi Yixing malah menggeleng dengan gerakan imut yang terkesan manja. Membuat keinginan Kris untuk kembali melahap makhluk ini sempat terlintas lagi, "Aku tidak lapar."

"Ck, masih bisa membantahku ya?!"

  Yixing menelan ludahnya susah payah saat Kris menatapnya tajam penuh intimidasi. Suara Kris yang rendah itu juga tidak membantu sama sekali, "O..oke, kita makan di ruang makan saja." gerakannya untuk bangkit berdiri tertahan oleh tangan besar Kris di pundaknya. Selanjutnya Yixing hanya mampu berkedip bingung saat tangan Kris mulai menyusup ke belakang lehernya, sementara tangan yang lain terselip di antara lutut bagian bawahnya, lalu mengangkat tubuh Yixing dengan mudah ke dalam dekapannya. Secara otomatis Yixing melingkarkan lengannya di leher Kris karena takut jatuh. Well, Kris itu tingginya hampir dua meter kalau jatuh pasti lumayan sakit!

"Hey hey hey! Apaan sih! Turunin aku sekarang, Wu!"

  Langkah yang mulai di ambil Kris justru menjadi jawaban dari perintah Yixing. Kris tertawa saat pegangan Yixing di lehernya mengerat, "Ini jadi bukti kalau kamu beneran terlalu kurus, sayang."

"Baiklah baiklah, aku akan makan yang banyak biar kamu ga seenaknya gendong-gendong seperti ini lagi!"

"Anak pintar~"

.

.

.

"Apa yang akan kita lakukan setelah ini?"

  Yixing mencomot potongan tahu kering di dekatnya, mengunyah pelan-pelan sambil menunggu jawaban Kris yang juga sedang sibuk dengan makanannya.

"Terserah. Kalau mau ambil resiko kita bisa jalan-jalan keluar untuk belanja."

  Nada bicaranya yang terlalu santai membuat Yixing nyaris tersedak. Buru-buru ia meraih gelas berisi air putihnya.

"Tidak, terimakasih! Gara-gara aku pakai jaketmu waktu itu, fans semakin memperhatikan gerak-gerik kita tau. Salahmu pokoknya!" lengkap dengan gerakan menunjuk-nunjuk wajah pacarnya dengan sumpit di tangannya. Kris menepis sumpit di hadapannya dengan sumpit miliknya juga.

  Lalu mulai dengan kegemarannya menggerutu seperti nenek-nenek, "Ya biarkan saja, sekalian seluruh dunia tau kalau Zhang Yixing yang manis ini adalah milik Wu Yifan. Lagipula salah sendiri kenapa waktu itu kamu kedinginan, kan jadi bikin aku ga tega, karena itu aku kasih jaket ke kamu."

  Yixing meletakkan sumpitnya ke meja dengan kasar sampai menimbulkan bunyi yang mengganggu.

"Jadi kamu mau nyalahin aku?!" masih dengan sikap kelewat santainya, Kris berhenti mengunyah makanannya dan mengerling menyebalkan ke arah Yixing. "Hah! Kalau kamu ga merengek minta aku pakai jaket itu di bandara aku juga tidak akan mau memakainya lagi!"

"Tapi waktu itu kamu janji akan memenuhi semua keinginanku karena kita ga bisa bertemu selama kamu di Beijing kemarin."

  Oke. Yixing diam karena merasa kalah telak kali ini. Salahnya memang memberi penawaran seperti itu pada si sialan Kris. Kembali melanjutkan kegiatan makannya, tapi kali ini menu masakan khas China yang di pesan Kris jadi terasa tidak enak di tengah jengkel yang Yixing rasakan.

"Jangan marah, sayang. Di luar sana tidak seheboh yang kamu pikirkan kok."

"Aku bukan tipe kekanakkan seperti itu yang akan marah hanya karena masalah kecil."

  Kris menatapnya datar, ingin sekali bertanya tentang siapa sosok orang yang tadi bicara dengan nada keras khas orang marah. Tapi tidak jadi, Kris lebih memilih kembali menyuapkan nasi ke mulutnya.

"Xu Jinglei jie bagaimana?"

  Sekarang giliran Kris untuk tersedak. Ia terbatuk-batuk heboh dengan tangan yang bergerak menggapai gelas di dekatnya. Dan Yixing yang baik hati memberikan gelas itu pada pacarnya.

  Setelah beberapa tegukan kasar, Kris menatap Yixing dengan mata terbuka lebar "Kenapa menanyakannya?"

"Memang tidak boleh?"

"Aneh saja.."

"Kamu yang aneh! Kenapa reaksinya seperti orang yang ketauan selingkuh?!"

  Kris tambah melotot sementara Yixing berusaha untuk tidak meledak lebih jauh.

"Aku tidak pernah selingkuh!"

"Jawab saja pertanyaanku dengan sikap biasa. Kenapa harus heboh seperti ini sih?!"

  Reaksi Kris yang seperti ini bikin berbagai prasangka Yixing melebar kemana-mana. Ia hanya penasaran apa hubungan mereka masih seperti kemarin-kemarin saat masa promo film, atau "Aku sudah tidak pernah menemuinya lagi, begitupun dia. Sudah berapa kali kubilang hubungan kami hanya sebatas partner kerja, Zhang Yixing, tidak lebih."

  Entah sejak kapan Yixing menahan nafasnya, yang jelas kini ia bisa kembali bernafas normal setelah penjelasan Kris barusan. Yixing bukan sedang cemburu, hanya saja waspada dengan hal-hal seperti itu bukan hal yang salah kan?

"Hubungan kita dulu kan juga berawal sebagai partner kerja, Wu."

  Sumpit berisi potongan daging yang siap masuk ke mulut, harus kembali Kris letakkan. Ia mengangkat pandangannya lagi saat mendengar gumaman kecil Yixing. Pacarnya itu sedang mengaduk acak mangkuk nasi miliknya dengan kepala tertunduk. Kadar cute milik Yixing bertambah ribuan persen membuat Kris tersenyum sambil tangannya mengambil kembali sumpit yang masih menjepit potongan daging, lalu mengulurkannya pada Yixing.

"Aaaaaa~"

  Sebenarnya Yixing selalu malas melakukan hal-hal lovedovey akut seperti suap-suapan begini. Tapi sesekali sepertinya bukan masalah, jadi Yixing membuka mulutnya untuk sesumpit daging yang di ulurkan Kris padanya. Bertemu pandang dengan Kris yang tersenyum tampan dan tidak konyol seperti biasanya.

"Partner kerja favoritku itu Zhang Yixing, sahabat baikku itu Zhang Yixing, penasehat bijakku juga Zhang Yixing, apalagi pacar tercintaku! Sudah pasti Zhang Yixing. Bukankah kamu terlalu banyak menguasai posisi penting di hidupku, Zhang Yixing?"

  Punya pacar seperti Wu Yifan memang harus menyiapkan diri dengan segala kata-kata mematikan yang bisa spontan ia ucapkan. Yixing selalu memberitahu dirinya untuk mulai terbiasa akan hal itu, tapi sesuatu bernama jantung di dalam sana tak pernah terbiasa selalu saja berdetak cepat dan akan berpengaruh pada wajahnya yang memerah. Kris tak pernah gagal membuat Yixing bersikap layaknya anak remaja yang baru mengenal cinta.

.

.

.

.

.

  Siang mereka selanjutnya di lalui dengan nonton film di ruang tengah. Kris duduk di sofa, sementara Yixing berbaring dengan kepala di pangkuannya. Di samping Kris ada sekotak popcorn ukuran besar yang baru di pesan. Pokoknya hari ini semua serba delivery. Lalu Yixing di bawahnya tampak sibuk dengan ponsel yang setelah makan siang tadi tidak lepas dari genggamannya.

"Sms siapa sih?!" protes dari Kris akhirnya datang juga. Kesal sendiri karena hanya ia yang menonton film The Women in Black 2 ini. Iya, film horror. Padahal keduanya tidak ada yang lebih berani.

"Tao. Dia sendirian di dorm, kasian."

 Mendengar nama salah satu adik kesayangannya, Kris mengalihkan sejenak perhatiannya pada Yixing yang masih asik mengetik sesuatu di ponselnya (yang sebenarnya Kris hanya sedang menghindar dari adegan film yang semakin menyeramkan).

"Bagaimana keadaannya sekarang, Xing?"

"Lebih baik, terakhir dia bilang sudah bisa berjalan tanpa tongkatnya."

"Syukurlah."

"Tao menanyakanmu."

  Kris menghela nafas, mengalihkan pandangannya kembali ke layar, mencomoti asal popcorn-nya. Tapi pikiran sepenuhnya sudah tidak terfokus pada satu hal.

"Kalau begitu sampaikan salamku padanya."

"Mulai sekarang aku tidak mau lagi jadi perantara dirimu dengan member yang lain. Kamu bisa langsung menghubungi mereka jika mau."

  Sejak keputusan yang Kris ambil waktu itu, satu-satunya member yang masih berhubungan langsung dengannya memang hanya Yixing, atau mungkin dulu Luhan. Kris terlalu takut mengambil resiko penolakan dari yang lainnya. Biar bagaimanapun juga, keputusan yang sudah ia ambil menyakiti banyak pihak, terutaman membernya.

  Kris diam, berpura-pura sibuk mengunyah popcorn dan fokus pada film adalah cara terbaiknya untuk menghindar. Yixing menatapnya dari bawah, sepenuhnya mengerti apa yang sedang berputar-putar dalam isi kepala pacarnya saat ini. Bukan bermaksud membuat keadaan kembali rumit, Yixing hanya ingin semuanya kembali baik, seperti dulu. Meski keadaan sudah benar-benar berubah.

  Ada sengatan kecil yang nyaman saat tangan Yixing menyentuh lembut pipinya. Mau tidak mau Kris menurunkan pandangannya lagi, menjadikan pacarnya yang manis sebagai fokus semestanya.

"Sehun merengek padaku untuk menemaninya menonton filmmu, barusan Tao menyuruhku untuk menyampaikan padamu kalau ia sangat merindukan gege-nya, Jongin meski tidak terang-terangan selalu menanyakanmu, Kyungsoo? Dia penasaran makanan apa yang akan orang payah di dapur sepertimu makan setiap harinya, Baekhyun dan Jongdae.. yah mereka yang paling sering menggodaku tentang dirimu dan selalu penasaran tentang bagaimana caranya kita bertemu." Yixing memberi jeda ucapannya dengan tawa manis. Kris yang masih tenggelam dalam setiap suara dan kalimat Yixing hanya diam, dalam hati penasaran setengah mati dengan kelanjutan cerita Yixing tentang membernya yang lain. "Chanyeol, dia sepenuhnya menjadi stalkermu sekarang. Minseok hyung selalu mengingatkanku untuk sebisa mungkin menghubungimu setiap hari. Lalu Joonmyeon.. aku tau dia masih sangat mempercayaimu sebagai partnernya memimpin."

  Teriakan histeris dari tayangan film yang mereka tonton sudah terabaikan. Yang Kris bisa dengar adalah suara-suara ribut setiap orang yang tadi di sebutkan Yixing satu per satu. Kris meletakkan tangannya di lengan Yixing, memberi usapan lembut disana. Kedua pasang mata mereka masih saling bertemu, menyelami setiap arti perasaan masing-masing. Kehangatan itu tetap ada dan utuh saat setiap kenangan yang pernah mereka lalui bersama yang lain terus terputar satu persatu. Tanpa sadar Kris mulai menangis, meneteskan airmata pada wajah Yixing di bawahnya yang hanya diam memperhatikan. Sengaja memberi jeda Kris dan perasaan yang tengah laki-laki itu rasakan.

  Yixing juga sedih, tapi bangga di rasakan dalam waktu yang sama. Menyadari kasih sayang itu tetap ada di antara semua orang tersayangnya.

"Butuh pelukan, sayang?"

  Tanpa menunggu jawaban, Yixing mendudukan dirinya di sofa, menarik Kris ke dalam dekapannya. Pacarnya ini tidak sekuat yang ia bayangkan, Yixing pikir Kris selama ini bersikap tidak peduli dan tutup mata soal member yang lain, tapi ternyata ia lebih peduli dari yang Yixing bayangkan selama ini.

"Aku akan coba menghubungi mereka satu persatu."

"Mereka pasti senang, aku jamin. Luhan juga. Jangan ribut mulu kalau ketemu."

  Kris menarik diri dari pelukan, airmatanya sudah tidak turun. Malu juga nangis kaya gitu di depan Yixing. Ia memaksakan senyumnya agar kembali terlihat tampan, tapi gagal sayangnya.

"Muka kamu sekarang lebih serem dari film yang lagi kita tonton."

"Kamu yang bikin aku nangis kaya gini tau!"

  Yixing terkikik. Merubah duduknya bersila menghadap Kris sepenuhnya. Lalu mengecup bibir pacarnya dan memberinya sedikit lumatan kecil, "Jangan takut. Mereka semua disana tetap bagian darimu, keluargamu. Fans juga."

  Memiliki Zhang Yixing di hidupnya adalah hal besar yang tidak ternilai. Kris mendapatkan segalanya dari laki-laki ini, kebahagiaan, sahabat, pengertian, perhatian, cinta, kasih sayang. Rasa cintanya untuk Yixing tidak akan pernah habis, juga setiap rasa syukurnya yang terucap hanya untuk kehadiran Yixing di hidupnya yang selalu ia anggap buruk.

"Basi kali ya, kalo aku bilang aku sangat sangat sangat mencintaimu."

  Yixing tertawa lagi, membuat Kris tidak tahan untuk balas memberi kecupan singkat di bibirnya.

  Setelahnya senyum manis dan dimple mungilnya yang muncul, "Aku juga sangat sangat sangat mencintaimu."

.

.

.

.

.

....


 

 

 

 

Niatnya mau edisi 3 tahun anniversary EXO, tapi sepertinya gagal. Total. -_______-

Yaudah. Tiga tahun kenal mereka aku belajar banyak arti kehilangan tapi juga lebih tau tentang arti sebuah keluarga dalam suatu grup yang awalnya di bentuk cuma sebagai lahan pekerjaan aja, aku yakin hubungan mereka satu sama lain udah melebihi keluarga kandung.. Apalagi yang dua itu (nunjuk xing ama fan) udah ngelebih-lebihin apa yang lebih lah/?

Happy 3rd anniversary, EXO kesayangan! Semoga kalo bikin album ga banyak versi lagi ya, adek dan isi dompet kan jadi syedih bang~ pokoknya luv yu luv yu luv yu luv yu

Eh selamat ulang tahun juga si dedek yang jadi selingkuhan yixing di piece!

 

Ps: ini masih ga ngefeel kah? Kalo aku sih iya (ala ana*g)

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
llalallala
sebenernya ini udah ga niat dilanjut, tp krn banyak tambahan subscribers dan viewers jd berubah pikiran.. buat yg udh Comment jg makasih byk, kalian yg terbaik!

Comments

You must be logged in to comment
KrAyFanXing #1
Chapter 35: . udah lama ga main ke sini lagi ...
. masih setia sama mereka walau berat ...
. mereka ga mau main kode2 lagi kayaknya , mau langsung aja hahaha ...



. tetap lanjut ya ,, semangat ... :D
caca_jung
#2
Chapter 35: Chapter 32: aku msh bertahan bahkan menunggu terus kode dri merka dan selalu nunggu phone terus lanjuttt.. tiap chapternya bikin buat emosi gue campur aduk sama kaya ceritanya..
Aakjendol #3
Ooooo..akhirnya..lanjuuut...juga..kange..udh gregetan lihat kode2 bertebaran...brrsa phone kyak beneran aja...hhh.btw..tetap shat n semangat..ya
CuteEvil #4
Chapter 35: Dan juga, saya lupa bilang, saking sukanya saya sama phone, cerita ini sudah saya baca berulang2 dan hebatnya saya nggk pernah merasa bosan
Sorry thor, saya komennya kebanyakan, soalnya saya bener2 semangat
CuteEvil #5
Chapter 35: Saya masih bertahan, dan berkat author semangat saya bertahan semakin besar...
Uuh, ini keliatan nyata dan selalu keliatan nyata, salah satu alasan kenapa saya selalu nunggu phone untuk update...
Maaf, saya bru menampakkan diri di episode yang bikin baper ini, tapi thor sebenernya saya penggemar berat phone dan author lallalalla...
Semoga author sehat selalu, dan fanxing semakin banyak memperlihatkan kode mereka oh atau kalau perlu go publik aja terus nikah...
Saya tunggu kelanjutannya thor...
Dan saya berterima kasih karena author tetap melanjutkan cerita ini...
KikyKikuk #6
Chapter 35: Mereka yg kena badai tapi kok ya aku yg mau nyerah..
:')
Hahhhh
Gak faham dek mau komentar apa
Nyesek aja sih intinya
MYixing10 #7
Aku disini masih setia jadi KLS..haha terima kasih untuk tetap bikin cerita tentang mereka.. Ditunggu cerita selanjutnya....
chamii704 #8
Chapter 35: Aaah...crita'a berlanjut kmbali...masih ad dikapal mereka..wlw mngkin kebanyakan istirahat didermaga(?) Karna kesibukan mrk...tp ttp nunggu agr kapal berlayar kmbli ^^
kutunggu crita berlanjut
healaynicorn #9
Chapter 35: OMGOMG!!! UR BACK!!?? YAY!!!!! thank u so so so much!! update lagi ya author-nim *wink* eheheh