promise

PHONE

 


 

 

"!"

  Kris segera bangkit dari duduknya di hadapan laptop. Bergerak mencari ponsel yang sialnya tak bisa ia ingat dengan cepat di letakkan dimana. Ia berkeliling sekitaran kamar apartement-nya sambil mengingat terakhir kali meletakkan ponsel dan rasa paniknya benar-benar memperburuk daya ingatnya sekarang.

  Nama Yixing terus berputar di otaknya seperti sebuah rekaman suara yang abstrak. Apa yang ia lihat tadi membuat rasa khawatir memenuhi dirinya. Kris nyaris memekik senang hanya karena melihat wujud benda tipis berwarna emas yang adalah ponselnya ada di atas ranjang. Dengan kecepatan di atas rata-rata Kris mendial nomor si pacar tercinta. Lalu detik berikutnya benda itu sudah menempel di telinga.

  Nada sambung panggilan masih terus terdengar, tanda Yixing belum juga mengangkat panggilan darinya. Sampai pada suara operator wanita memberitahukan jika saat ini pemilik nomor tidak bisa menjawab panggilan, keinginan Kris untuk membanting ponsel mahalnya sangatlah besar. Untung saja ia segera ingat deretan angka jutaan yang menjadi harga ponsel miliknya.

"Angkat teleponmu, Zhang Yixing."

  Kris mencoba sekali lagi dengan menggumam kalimat yang sama berulang-ulang. Menjadikannya doa agar pacarnya disana merasakan kekhawatiran yang ia rasakan sekarang. Setidaknya, untuk saat ini mendengar suara Yixing saja mungkin bisa memperpanjang nafasnya lebih lama.

"Please, come on. Pick up your phone, darl."

  Dan suara operator wanita merubah gumaman penuh harapannya kembali menjadi umpatan kasar. Kris mengerang frustasi. Mengacak rambutnya asal karena rasa khawatir yang semakin memenuhi dirinya. Yixing selalu berhasil membuatnya ingin mati di tengah rasa khawatir yang mendera. Pacarnya hanya butuh satu cara untuk membuat Kris mati muda dengan seringnya ia mengalami cedera atau luka.

  Masih mencoba lagi, Kris mendial nomor yang sama. Kembali berdoa dalam hati semoga kali ini Yixing mau menjawab panggilan darinya. Beberapa detik nada sambung masih terdengar. Kris menggumam lagi dengan berbagai bahasa yang ia ketahui. Lalu nada sambung berhenti, tidak ada suara operator wanita yang memberitahu panggilannya tak di jawab, tapi juga tidak ada sapaan dari si pemilik nomor.

"Yixing?" bertanya dengan nada hati-hati. Seseorang di seberang sana tampak masih belum mau bersuara.

"Bicaralah. Aku sangat khawatir."

"..."

"Aku janji tidak akan membahasnya. Kumohon katakan sesuatu."

"..."

"Yixing, please."

"Aku butuh kamu disini."

  Seluruh persendian Kris melemas mendengar suara lirih itu. Ia menjatuhkan diri dengan duduk di tepi ranjang saat kalimat Yixing terus berputar di kepalanya. Ya, Yixing butuh dirinya disana sekarang, tapi Kris sama sekali tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

"Aku tahu. Kamu udah sampai dorm?"

"Heung."

"Udah makan?"

"Aku ga mau makan."

  Kris semakin lemas saat keyakinannya soal keadaan Yixing yang pasti tidak sedang baik-baik saja. Ia bingung, merasa bodoh, tidak berguna, ia tak mampu melakukan lebih jauh untuk membuat orang tercintanya merasa lebih baik saat ini.

"Makan, Xing. Nanti kalau kurus ga seksi lagi."

"Biarin, biar kamu ga napsuan lagi setiap ketemu aku."

  Senyum kecilnya muncul, meski rasa khawatirnya masih lebih mendominasi. Kris berbaring di ranjang dengan kaki yang tetap menjuntai ke lantai. Menatap langit-langit kamarnya yang secara otomatis memunculkan gambar Yixing.

"Kamu tinggal tulang sekalipun aku tetap akan mengajakmu bercinta."

"Otak mesum sialan!"

  Kris tersenyum makin lebar. Begini lebih baik, Yixing yang membentaknya jauh lebih baik di banding suara lirih yang terdengar tak berdaya tadi. Kris sudah belajar dari kejadian sebelumnya, dimana ia sekarang tidak akan menekan Yixing dengan segala ocehan untuk menyuruhnya tidak terluka lagi. Hal itu hanya akan membuat pacarnya yang terkadang sensitif merasa semakin terpuruk. Lagipula, bukan inginnya Yixing juga jika ia terluka seperti itu. Malam ini Kris benar-benar tak ingin membahasnya. Ia percaya Yixing baik-baik saja, ada sembilan orang lain disana yang menjaganya. Juga Kris disini yang ikut menjaga lewat doa.

"Lagi mikir mesum pasti."

"Mikirin kamu memang akan berujung mesum sih."

"Ck. Apa hanya hal-hal seperti itu yang kamu selalu pikirkan?!"

"Yah, isi otak ku selalu penuh dengan namamu."

"Jangan merayuku, Wu Yifan! Atau aku akan semakin merindukanmu.."

  Kalimatnya di akhir terdengar seperti cicitan lembut. Kris tahu pacarnya selalu malu jika harus mengungkapkan hal-hal seperti itu duluan.  Dan bayangan Yixing yang sedang malu-malu disana membuatnya mengigit bibir bawah, merasa gemas dengan bayangan yang muncul.

"Salah siapa, berhari-hari di China tak menyempatkan diri bertemu denganku."

  Beberapa hari yang lalu mereka sempat berada di satu kota yang sama, tapi kesibukan Zhang Yixing sama sekali tidak bisa di tolerir. Kris harus kembali bersabar untuk bertemu dengannya. Bahkan untuk berhubungan lewat line telepon saja Yixing hanya punya waktu tidak lebih dari setengah jam setiap hari. Hari itu adalah saat-saat paling menyebalkan di hidup Kris, saat bicara dengan Yixing saja harus di batasi.

"Iya, maafkan aku."

"Tapi kudengar kamu menuruti keinginanku saat berangkat dan pulang kemarin di bandara."

  Terdengar helaan nafas berat di seberang sana. Kris tertawa senang mengingat apa yang di lakukan Yixing di bandara kemarin, yang pasti membuat heboh orang-orang yang menyadarinya.

"Ya. Aku memakai coat dan jaket yang kamu maksud. Memang kapan kamu ninggalin baju padaku sih?!"

"Yang jaket hitam kan aku berikan padamu saat kita kencan di Hangang waktu itu. Terus kalo coat hitam bermotif kuning di lengan dan lehernya, sengaja ku belikan satu untukmu lalu diam-diam aku taruh di kopermu saat kamu berkunjung ke apartement-ku untuk merayakan ulangtahunku."

  Seperti ini Kris merasa bangga sekali pada dirinya sendiri. Baru sadar ia berhasil melakukan hal keren semacam penyelundupan waktu itu, karena kalau bukan dengan cara begitu ia dan Yixing tidak akan pernah punya barang-barang pasangan. Hanya kalung yang saat itu Kris memaksa mati-matian agar pacarnya yang tidak mau ribet berakhir memakainya.

"Woah, kamu beneran merencanakan semua ini dari jauh-jauh hari ya, Wu."

"Rencanaku terlaksana kan? Bersiaplah mendapat teguran dari agensimu, Xing, karena kita terlalu frontal akhir-akhir ini."

  Tawanya kembali muncul, kali ini lebih keras sepenuhnya melupakan rasa khawatir yang masih sesekali muncul dalam obrolannya dengan Yixing. Sementara Yixing di seberang sana sudah gatal ingin menggetok kepala Kris dengan sesuatu. Seenaknya saja bicara seperti itu.

"Pokoknya cukup sekali ini saja aku melakukan itu! Tidak ada yang namanya benda-benda pasangan lagi. Kaya pacaran remaja labil saja sih!"

"Hey, menjadi muda itu baik tau! Apa salahnya mencoba gaya pacaran ala remaja."

  Ada rasa lega tak tergambarkan saat mendengar suara tawa disana. Rasa rindunya semakin bertambah ribuan kali lipat.

"Wajahmu sudah seperti om-om masih mau bertingkah seperti remaja."

"Ya kan kamu juga sukanya om-om." tiba-tiba Kris teringat sesuatu yang membuatnya uring-uringan selama beberapa hari Yixing di China dan mereka tidak bisa bertemu, Kris juga belum sempet protes pada pacarnya itu soal.. "Eh iya, apa-apaan foto-foto waktu shooting running man itu? Kamu yang menggoda mereka apa mereka yang godain kamu nih?!"

  Karena Kris sekarang ini adalah stalker nomor satu seorang Zhang Yixing. Ia tahu hal kecil yang pacarnya itu lakukan di luar sana. Dan akhir-akhir ini kedekatan Yixing dengan banyak orang sangatlah mengganggu mental seorang pencemburu dalam diri Kris.

"Ini di mulai lagi acara mengintrogasi Zhang Yixing-nya?"

"Ya, jika itu perlu. Kamu tau sendiri cemburu itu ga enak, Zhang Yixing."

"Kami hanya shooting seperti apa yang tertera di skrip, sayang."

  Kris berpikir sebentar, "Terus pegang-pegang bokongmu, apa maksudnya?"

"Kalau itu tanyakan langsung saja padanya. Aku tidak tau apa-apa."

"Akan kubuat perhitungan jika nanti bertemu dengannya."

"Terserahmu."

  Sadar Yixing yang akan selalu merasa terganggu jika ia membahas hal-hal seperti ini. Tapi memang dasarnya Kris orang yang butuh penjelasan untuk apa yang sudah ia ketahui.

"Kamu.. Ga akan skandal apa-apa kan buat promo film-mu nanti?"

"Aku bukan kamu, please~"

"Bikin skandalnya denganku saja, Xing."

"Kamu sudah menyeretku dalam masalah saat memintaku memakai baju-baju yang kamu tinggalkan padaku."

"Yeah, semakin dekat dengan rencanaku untuk go public."

  Sedikit menjauhkan ponselnya karena Kris tau Yixing yang mulai kesal aka berteriak, "YA TUHAN, JANGAN MACAM-MACAM, WU YIFAN!"

  Sekarang Kris kembali tenggelam dalam tawanya, seluruh perasaan negatifnya hilang secara ajaib hanya karena mengobrol dengan Yixing. Ia bahagia untuk semua hal positif yang kini ia dapatkan.

"Makanya jangan coba-coba membuat skandal dengan orang lain."

"Oh, bisa ga kamu mengatakan semua hal itu para dirimu sendiri?!"

"Skandalku terlalu murahan. Tidak seperti kita yang ekslusif."

"Aku tidak mengerti, jadi tolong diam saja."

  Untuk beberapa detik Kris menurut untuk diam sambil berpikir hal apa lagi yang ingin ia bicarakan pada Yixing karena banyak sekali hal yang terjadi dalam rentang satu minggu lebih mereka hanya mengobrol seperlunya.

"Sehun bagaimana? Kamu ga berniat mengkhianatiku dan Luhan disini kan?"

"Jangan gila, Wu! Memang kamu pikir apa yang bisa aku lakukan dengan Sehun?!"

"Hanya memastikan, kupikir kalian dekat sekali kemarin saat konser."

"Aku dan Sehun kan memang dekat. Dia adikku."

"Tepatnya anak kita. Sehun pernah memanggilku daddy."

"Itu hanya karena dia kalah bertarung game denganmu atau sedang merengek minta di belikan sesuatu."

"Kenapa kamu jadi tau banyak hal tentang Sehun?!"

  Sehun itu biarpun Kris sudah menganggapnya adik sendiri dan ia sangat menyayanginya, tapi jika bocah itu berani menikung Yixing darinya, Kris akan memangkas habis kaki-kaki jenjangnya.

"Konyol sekali cemburu sama Sehun! Itu sama aja aku merasa cemburu kedekatanmu dengan Sophia."

"Sophia kan perempuan, mana mungkin aku 'suka' dia. Tapi kalau Sehun itu laki-laki."

"Aku kan juga laki-laki jadi apa masalahnya?"

"Kamu itu diam saja sudah membuat laki-laki lain tergoda."

  Kris memijit pelan pangkal hidungnya, ia tidak tau sejak kapan cemburu bisa membuat kepalanya pening seperti ini.

"Jadi sekarang maunya apa? Mengurungku di kamar agar orang lain tidak bisa melihatku?"

"Andai itu bisa benar-benar kulakukan."

"Sayangnya tidak bisa, maaf."

  Atau Kris culik saja Zhang Yixing yang manis ini untuk ia bawa ke Vancouver dan menikahinya paksa disana? Kris tertawa untuk pemikiran ekstrimnya.

"Omong-omong aku baru kembali dari Vancouver.. Dan tebak apa, Xing."

"Apa?"

"Mommy menanyakan kabarmu dan titip salam untukmu."

"Benarkah? Kamu ga bilang apa-apa soal kita kan?!"

"Tidak. Tiba-tiba aja dia bilang 'eh, Yifan, mommy kok kangen Yixing ya temanmu sewaktu di grup itu, bagaimana kabarnya sekarang? Mommy titip salam ya buat dia' gitu, Xing."

  Kris sendiri kaget setengah mati saat tiba-tiba ibunya membahas Yixing dan menanyakan kabarnya. Membuat Kris sempat membuat keinginan untuk sekalian saja memberitahu ibunya tentang hubungannya dengan Yixing yang sebenarnya, tapi sayang, pikiran warasnya segera kembali.

"Yaudah salam balik dariku, Kris."

"Menurutmu bagaimana jika aku mulai jujur pada mommy soal hubungan kita?"

"Kamu kenapa lagi suka banget sih memikirkan hal-hal gila seperti itu?!"

  Sambil merubah sedikit posisi tidurnya, Kris menghela nafas. Mempersiapkan jawabannya, "Aku hanya lelah bersembunyi terus."

"Lalu kamu pikir semua akan lebih baik jika kita melakukan semua kegilaan yang kamu pikirkan itu? Kita akan jatuh jadi serpihan, Yifan."

  Yixing akan selalu dalam posisi paling seriusnya saat ia sudah menyebut nama asli Kris. Tak ada yang bisa Kris lakukan lebih jauh jika Yixing sudah melakukan itu.

"Aku tau. Tutup teleponnya dan istirahatlah."

"Kamu marah ya?"

  Kris tertawa sebentar sebelum menjawab, "Kaya yang aku bisa marah saja padamu."

"Jadi ga marah?"

"Tidak sama sekali, Yixing sayang."

"Terus kenapa menyuruhku menutup telepon?"

"Karena kamu butuh banyak istirahat, jangan sampai sakit dan terluka lagi.. Itu membunuhku pelan-pelan."

"Aye, kapten!"

  Tawa Kris kembali hadir bayangan Yixing yang muncul kali ini imut sekali.

"Makan yang banyak. Aku serius soal terlalu kurus itu sangat tidak seksi."

"Apa aku sekurus itu sekarang?"

"Ya, bahkan kurasa baju Sophia bisa muat di tubuhmu sekarang."

"Ngaco!" Yixing ikut tertawa, keinginannya untuk memeluk Yixing saat ini semakin bertambah besar.

"Oh Tuhan, rasanya aku ingin meledak karena rasa rindu yang kamu buat, Xing."

"Jangan mulai lagi.."

"Aku tidak merayu! Aku sedang menggambarkan perasaanku padamu."

"Aku janji akan menemuimu saat kembali ke China nanti."

"Janji loh? Laki-laki itu yang di pegang janjinya, sayang."

"Iya, bawel!"

  Mereka berdua jatuh dalam diam. Kris sadar ia seharusnya sudah memutuskan panggilan dan membiarkan Yixing beristirahat. Tapi sesuatu lain masih terus mengganjal di hatinya.

"Ada lagi yang ingin kamu katakan, Wu?"

  Kris tersentak dari lamunannya. Sejenak tertegun tentang bagaimana Yixing selalu mengetahui dengan tepat apa yang sedang ia rasakan.

"Aku.. sampaikan permintaan maafku lagi pada yang lain. Bukan kalian yang melanggar janji pada mereka tapi aku."

  Di sisi lain, Yixing berusaha memutar otak untuk menemukan jawaban yang tepat di tengah rasa sesak yang ia rasakan. Matanya mulai kembali memanas dan siap menumpahkan sesuatu. Kris menyadari itu, diamnya seorang Zhang Yixing yang sedang menahan tangis.

"Jangan menangis! Aku tidak ada disana untuk memelukmu."

"Kalau begitu berhenti meminta maaf! Keadaan mulai stabil dan jangan memulai lagi tentang siapa yang salah dan benar disini."

"Tetap bersama mereka tapi jangan pernah tinggalkan aku, Xing."

"Aku bisa melakukan keduanya dengan baik, tenang saja."

"Jangan terluka lagi."

"Akan kuusahakan. Aku tidak pernah ingin membuatmu khawatir lebih dari ini. Percaya padaku, Wu Yifan, aku baik-baik saja."

  Kekhawatirannya berangsur hilang karena ketenangan yang di berikan Yixing lewat kalimatnya. Kris tau pasti, yang bisa mereka lakukan saat ini adalah saling percaya dan mendukung.

"Malam ini aku merasa semakin mencintaimu."

"Aku mencintaimu tiap detiknya, Wu. Selamat malam, sayang."

.

.

.

.

.

.

 

 


 

 

 

 

Hey, shippers, are you guys still alive? I was alive until I realize their code is overload now T.T

Terus Yixing di mv bikin aku jatuh lagi lagi dan lagi, sakit sih ngga, cuma nyesek aja kok dia bisa seganteng itu? Nambahin rasa sayang aku ke dia ngelewatin angka 100% *gombal ala yifan*

Yaudah gitu aja, chapter kali ini cuma ngetik 3jam an.. Ga ngefeel? Forgive me, pwease~

Chapter selanjutnya buat nampung kode mereka yang ga tertampung disini ya/?

 

*pyeong!*

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
llalallala
sebenernya ini udah ga niat dilanjut, tp krn banyak tambahan subscribers dan viewers jd berubah pikiran.. buat yg udh Comment jg makasih byk, kalian yg terbaik!

Comments

You must be logged in to comment
KrAyFanXing #1
Chapter 35: . udah lama ga main ke sini lagi ...
. masih setia sama mereka walau berat ...
. mereka ga mau main kode2 lagi kayaknya , mau langsung aja hahaha ...



. tetap lanjut ya ,, semangat ... :D
caca_jung
#2
Chapter 35: Chapter 32: aku msh bertahan bahkan menunggu terus kode dri merka dan selalu nunggu phone terus lanjuttt.. tiap chapternya bikin buat emosi gue campur aduk sama kaya ceritanya..
Aakjendol #3
Ooooo..akhirnya..lanjuuut...juga..kange..udh gregetan lihat kode2 bertebaran...brrsa phone kyak beneran aja...hhh.btw..tetap shat n semangat..ya
CuteEvil #4
Chapter 35: Dan juga, saya lupa bilang, saking sukanya saya sama phone, cerita ini sudah saya baca berulang2 dan hebatnya saya nggk pernah merasa bosan
Sorry thor, saya komennya kebanyakan, soalnya saya bener2 semangat
CuteEvil #5
Chapter 35: Saya masih bertahan, dan berkat author semangat saya bertahan semakin besar...
Uuh, ini keliatan nyata dan selalu keliatan nyata, salah satu alasan kenapa saya selalu nunggu phone untuk update...
Maaf, saya bru menampakkan diri di episode yang bikin baper ini, tapi thor sebenernya saya penggemar berat phone dan author lallalalla...
Semoga author sehat selalu, dan fanxing semakin banyak memperlihatkan kode mereka oh atau kalau perlu go publik aja terus nikah...
Saya tunggu kelanjutannya thor...
Dan saya berterima kasih karena author tetap melanjutkan cerita ini...
KikyKikuk #6
Chapter 35: Mereka yg kena badai tapi kok ya aku yg mau nyerah..
:')
Hahhhh
Gak faham dek mau komentar apa
Nyesek aja sih intinya
MYixing10 #7
Aku disini masih setia jadi KLS..haha terima kasih untuk tetap bikin cerita tentang mereka.. Ditunggu cerita selanjutnya....
chamii704 #8
Chapter 35: Aaah...crita'a berlanjut kmbali...masih ad dikapal mereka..wlw mngkin kebanyakan istirahat didermaga(?) Karna kesibukan mrk...tp ttp nunggu agr kapal berlayar kmbli ^^
kutunggu crita berlanjut
healaynicorn #9
Chapter 35: OMGOMG!!! UR BACK!!?? YAY!!!!! thank u so so so much!! update lagi ya author-nim *wink* eheheh