A Piece

Description

Keduanya, sama-sama membuat Yixing jadi pecahan terkecil yang tak berdaya

Foreword

  Laki-laki itu mengamati sekali lagi nomor rumah yang tertera di depannya, memastikan kecocokkannya pada catatan alamat yang ia pegang. Setelah yakin bahwa rumah ini lah yang menjadi tujuannya, ia mulai merapikan lagi hal-hal pada dirinya yang menurutnya masih kurang sempurna. Seperti tatanan rambut hitam legamnya yang selama perjalanan tadi angin membuatnya berantakan, atau blazer hijau lumutnya yang jadi sedikit kusut karena ia menaiki bus tadi. Hari ini semua harus tampak sempurna karena rumah yang akan ia masuki sekarang juga bukan milik orang sembarangan. Rumah yang akan segera ia masuki ini adalah milik salah satu Menteri di negara yang sudah sepuluh tahun ini ia tinggali, Korea Selatan. Entah keberuntungan seperti apa yang menghampiri hingga seorang guru musik biasa sepertinya bisa diundang mengajar oleh seorang Menteri. Ya, kepala yayasan kelas musik tempatnya mengajar berkata bahwa sang Menteri membutuhkan seorang guru piano yang berpengalaman untuk anaknya. Dengan syarat-syarat yang memang menjurus pada dirinya, seperti laki-laki, umur tidak lebih dari tiga puluh, ramah, pengalaman mengajar minimal lima tahun, serta yang paling penting adalah orang yang sabar. Syarat terakhir ia jadikan petunjuk bahwa muridnya kali ini tak akan masuk kategori 'anak baik-baik' jika menanganinya saja butuh kesabaran yang lebih.

  Cukup lama menenangkan diri dan merapikan hal-hal kecil yang ada didirinya. Tangannya pun mengulur untuk menekan bel yang ada ditembok dengan batu batanya yang menonjol. Gerbang besar dan tinggi dihadapannya tampak berdiri kokoh.

  Hampir dua menit masih belum ada tanda-tanda pintu akan terbuka. Ia nyaris menekan bel sekali lagi sebelum intercome disamping bel mengeluarkan suara ramah.

"Kediaman Menteri Oh, ada yang bisa saya bantu."

  Ia sempat gelagapan karena rasa grogi yang tiba-tiba menyerang, "A..ah, saya Zhang Yixing. Guru piano yang diminta datang hari ini untuk mengajar."

"Apa Anda membawa tanda pengenal?"

"Ya, saya membawanya."

"Baiklah. Mohon tunggu sebentar, seseorang akan menemui Anda dan mengantarkan Anda kedalam."

"Terimakasih."

Pip

  Yixing menghembuskan nafas lega, baru bicara dengan salah satu pekerja disini lewat intercome saja ia sudah gugup begini, apalagi nanti bertemu langsung dengan Menteri Oh dan anaknya? Ya Tuhan, Yixing butuh penenangan diri secepatnya.

"Tenang, Zhang Yixing, tenang. Ini kesempatan bagus untukmu bisa menghasilkan uang lebih. Satu-satunya cara membantu masalah keuanganmu. Dengan ini Yifan tak perlu bekerja terlalu keras setiap harinya. Kau harus tenang. Tenang.."

  Dan ia justru bertambah panik saat pintu gerbang yang besar dan tinggi itu perlahan mulai terbuka. Tak lama memunculkan sosok pria tinggi dengan pakaian jas yang rapi serta senyum ramahnya, "Selamat pagi. Tuan Zhang Yixing?"

  Masih dengan kaku ia menjawab, "Y..ya, itu saya."

"Saya Park Chanyeol, Menteri Oh dan anaknya sudah menunggu. Saya akan mengantarkan Anda kedalam."

  Yixing menghembuskan nafas keras-keras sebelum balas tersenyum dan mulai berjalan memasuki rumah besar itu. Mengikuti langkah seseorang bernama Park Chanyeol didepannya.

.

.

 Sejauh ini semuanya terlihat baik bagi Yixing. Ia sedang duduk berhadapan dengan sang Menteri dan istrinya serta anak laki-laki dengan sweater abu-abu ditengah-tengah mereka. Anak laki-laki sang Menteri bernama Oh Sehun. Umurnya dua puluh tahun bulan April kemarin, berarti lebih muda tujuh tahun dari Yixing. Memiliki kulit putih cenderung pucat, juga wajah dingin yang tak memiliki banyak ekspresi. Namun saat bibirnya bergerak melengkungkan senyum, suasana dapat menghangat seketika.

  Terlihat baik sebelum satu kalimat yang dilontarkan orang paling muda disana menciptakan aura yang tak mengenakkan.

"Aku sedang sekarat. Sesuatu bernama kanker tengah bergerak menggerogoti otak ku. Jadi kau bisa mundur sekarang juga jika tidak ingin direpotkan oleh murid yang sedang sekarat sepertiku."

  Senyumnya yang hangat tadi menghilang, wajahnya kembali sedingin salju. Matanya menyorot tajam. Mencoba menutupi kerapuhan yang ada pada dirinya. Yixing merasa sesuatu menyangkut di kerongkongannya, membuat saliva saja sulit ia telan. Sang Menteri dan istrinya nampak terkejut. Kehilangan kata-kata.

"Sehun!"

  Yang disebut namanya menoleh. Melengkungkan senyum yang kali ini terlihat menyedihkan. Seperti bibirnya tersenyum tapi mata dan hatinya menjeritkan tangis. Yixing merinding.

"Aku hanya tak mau merepotkan semakin banyak orang dihari-hari terakhir hidupku, ayah."

  Tak ada yang bicara lagi, semua yang ada disana nampak tertegun. Nyonya Oh disebelah Sehun meloloskan satu airmatanya untuk jatuh. Ibu mana yang bisa kuat mendengar kalimat seperti itu keluar dari bibir anak satu-satunya. Bahkan Yixing yang baru pertama kali bertemu dengan anak itu dan keluarganya merasa sesak luarbiasa didadanya. Sedikitpun tak ada niatan untuk mundur dari pekerjaan ini, bukan lagi karena masalah gaji yang besar. Tapi sesuatu dalam diri Yixing menyuruhnya begitu. Anak laki-laki berkulit pucat didepannya seperti meminta sebuah rangkulan hangat dari seseorang, entah dari orangtua, teman, guru, atau siapapun itu yang ada didekatnya. Tapi sayang, hanya Yixing yang menyadari hal itu karena sepasang suami istri yang duduk disamping Sehun tak ada tanda-tanda akan memberikan sebuah peluk menenangkan. Terlalu sibuk dengan tatapan tajam penuh protes, seakan sang anak telah mengucap kesalahan fatal.

"Kau suka musik, Sehun?"

  Pertanyaan yang dilontarkan Yixing dengan nada lembut memutus pandang orangtua-anak disana. Mata hitam Sehun yang tampak sayu kini fokus menatapnya, wajahnya sedikit menunjukan emosi yang Yixing tak tau apa artinya. Antara tak percaya dan antusias.

"Ya. Aku suka musik yang menenangkan."

  Tak menyangka akan mendapat respon jawaban secepat itu, Yixing otomatis tersenyum untuk pertama kalinya ditengah suasana tegang kediaman Menteri Oh. Hanya senyuman, tapi jadi awal sebuah kesalahan nantinya. Sehun masih belum mau mengedip, kehangatan yang terpancar dari senyum orang didepannya terlalu sayang untuk dilewatkan oleh detik untuk berkedip.

"Kalau begitu, mau mendengarkanku bermain piano?" ekspresi antusias itu kembali terlihat kali ini lebih jelas, lengkap dengan mata sipitnya yang membelo penuh rasa ingin tahu. Yixing tersenyum makin lebar. Tanpa peduli lagi dengan sopan santun dan tata kramanya didepan seorang Menteri, Yixing bangkit berdiri dari duduknya berjalan cepat kearah sofa didepannya yang berjarak hampir setengah meter dari duduknya tadi. Hingga ia berdiri tepat ditengah-tengah keluarga kecil itu yang masih duduk berdempet disofa, "Ayo, Sehunie! Tunjukan aku piano dirumah ini."

  Tangan kanan Yixing yang terulur didepannya, membuat Sehun akhirnya berkedip dengan ekspresi bingung lucu khas seorang bocah, tak ada lagi ekspresi sedingin salju yang membuat orang lain merinding. Tapi detik berikutnya ia sudah menyambut uluran tangan laki-laki yang sepertinya sudah resmi menjadi guru pianonya. Lalu ikut berdiri. Sepenuhnya mengabaikan ayah dan ibunya yang masih menatap mereka, menatap terkejut pada Yixing lebih tepatnya. Karena tindakan yang tiba-tiba dan terkesan tidak sopan? Ya apapun itu Yixing tak peduli. Mulai sekarang urusannya dengan Oh Sehun, si anak laki-laki yang mengaku sedang sekarat. Bukan dengan ayahnya yang seorang Menteri ataupun ibunya yang seorang sosialita kelas atas.

"Kau mau mengajariku?"

  Pertanyaan kembali terlontar dari yang lebih muda saat langkah mereka mulai meninggalkan ruang tamu mewah rumah ini. Yixing menoleh, wajahnya nampak serius tapi sedetik kemudian senyumnya kembali muncul.

"Aku hanya tidak mau mengajar orang-orang yang membenci musik. Oh Sehun suka musik jadi aku tentu mau menjadi gurunya."

"Tapi aku.."

"Semua orang akan mati, cepat atau lambat. Jika seperti itu aku akan menganggap semua muridku selama ini sekarat. Karena anak muda memang akan selalu merepotkan."

  Dan tawa itu hadir. Meluruhkan segala hal yang datar diwajahnya sejak tadi. Yixing baru menyadari setampan apa muridnya kali ini, tawanya merdu meski terdengar tipis.

"Kau bicara seperti sudah kakek-kakek." Sehun masih berusaha menahan tawanya, ia sudah lupa kapan terakhir kali tertawa. Oh mungkin tiga bulan lalu sebelum kanker diotaknya terdeteksi.

"Umurku baru dua puluh tujuh tahun, Sehun."

  Kalimat Yixing membuat tawa Sehun berhenti, kembali menatap tak percaya pada orang yang masih melangkah bersamanya.

"Apa? Kupikir kita hanya beda beberapa tahun, tidak sampai tujuh tahun seperti itu."

"Terimakasih. Aku memang awet muda."

  Sehun kembali terkikik untuk pertama kalinya setelah tiga bulan, hari ini ia lupa bahwa ia sedang sekarat. Melupakan tentang waktunya yang mungkin hanya tinggal hitungan bulan.

"Lalu sudah menikah?" entah atas dasar apa Sehun berani menanyakan hal pribadi dan sensitif seperti itu pada seseorang yang baru beberapa menit lalu ia kenal secara resmi. Ia hanya merasa mereka sudah akrab dan berhak mengetahui satu sama lain.

  Sementara melihat guru barunya kembali tersenyum, senyum dibibirnya berangsur menghilang.

"Jika pernikahan itu murah, mungkin aku akan langsung menjawab dengan bangga 'ya aku sudah menikah' "

"Jadi?"

"Menikah itu mahal!"

"Kau belum menikah?"

"Menurutmu?"

"Belum menikah."

"Menurutku saling mencintai saja sudah cukup membahagiakan."

  Senyuman Yixing kembali melebar, bayangan seseorang yang hidup bersama dengannya tujuh tahun ini muncul. Alasannya bertahan ditengah seluruh hal sulit yang ia lalui disini.

"Intinya, kau memiliki seseorang."

.

.

.

Comments

You must be logged in to comment
famiexol #1
Chapter 7: Ahh kenapa bias.ku meninggal....
Bdw ini ff bagus banget..
Makasih udah sukses buat aku nangis.. :D
zhendy-mf #2
Chapter 7: ouwh ya ampuuun komplit rasanyaaaah, sedih, seneng trakhirnya guling2 deh. ceriate bgs, mantap. makasih....
nagarusa
#3
Chapter 7: Huweeeee sedih, sehun~ah.
Kirain sehun bakal sembuh. Tapi mungkin emg jodoh si yixing tuh yifan so ...
Sumpah ngarep bgt nh cerita bisa nambah chapter.
chamii704 #4
Chapter 7: sehun g bs brthn toh huhuhu sedih ah.. dan yixing kmbali pada jodoh&takdir dy yg sbnr'a..
Clovexo
#5
Chapter 7: aku pikir endingnya bener2 bakal sesedih itu, tpi syukurlah enggak... walopun ada rasa sedih jyga sehunnya meninggal..
Exo_L123 #6
Chapter 7: Ikutan nyesek waktu yixing nolak lamaran yifan, biar gimanapun mereka pacaran udh lama kan. Rasanya pengen nyalahin Sehun, tapi gimana, dia juga hanya seorang anak yang kesepian dan menemukan semangat setelah ketemu Yixing..

Tapi seneng, Xing kembali bareng Yifan akhirnya.. Dan Sehun yang menjadi bintang paling terang yang menerangi mereka :)
Tikakyu #7
Chapter 7: Wah!!! Daebak, kirain Lay akan bersama Sehun, Tapi bukan ya?

Ceritanya gokil, sayang cuma 6 chapter.
kimzy1212 #8
Chapter 7: Ye fanxing bersatu,ngak masalah ngak ada scane hari H pernikahannya,lu dobellin aja di wedding ne semangat la
moon29 #9
Chapter 7: *mewek* *nyusrut ingus*

Baca ini (pas bagian epilognya sih) pake lagu Mayday-nya BoA. Entah kenapa feelnya dapet banget...

Pertama, ijin nyalahin Yixing di sini. Labil sih! Pilih satu woooy, Yifan atau Sehun. Salah situ sendiri buntut-buntutnya sakit hati kan :p

Tapi... Yixing mah perasaannya halus euy, ga kayak saya yang kasar. Meskipun kalo yang saya tangkap dia nggak bener-bener 'suka' sama Sehun, cuma sekedar kasian, atau mungkin simpatik. Dan akhirnya dia berusaha untuk jadi sumber kekuatan Sehun untuk bertahan. Meskipun mungkin di sela-sela semua yang mereka lakuin, bisa aja sih ada rasa lain yang 'nyelip' di sana...

Sehun sendiri juga ngeselin.. Tapi memang bawaan lingkungan sih, dimana dia berasa diperlakukan sebagai sebuah 'objek' ..sampai akhirnya dia menemukan seseorang yang bersedia jadi tempat dia bersandar. Paling 'menusuk' memang pas bagian dia bilang: "Aku Oh Sehun, pria yang selalu mencintaimu". Ihik dek Sehun be a man banget :')

Yifan, meskipun bagiannya paling dikit, memang tokoh paling ngenes di sini... Tapi akhirnya toh dia mendapat akhir yang bahagia juga :')

Overall, nice story, alurnya enak.. Meskipun promptnya umum dan agak klise, tapi pendeskripsiannya enak. Penempatan karakternya juga pas. Keep going dear
Tikakyu #10
Chapter 6: Ya! Ige mwoya???

Tidak ada yang jadi pasangan disini? Aish....
Kasihan Yixing ditinggal Yifan dan Sehun.