Krisday

PHONE

  Jam sembilan malam lewat, dan aku baru saja memasuki flat cukup mewah yang kusewa dari seminggu lalu saat beberapa pekerjaan harus kukerjakan disini. Beijing.

  Minuman beralkohol yang tadi kutenggak menghasilkan efek putaran abstrak dikepala. Membuat jalanku terhuyung hanya untuk mencapai ranjang yang tinggal beberapa meter lagi jaraknya. Aku bukan orang yang suka teler, ini karena bentuk terimakasihku pada orang-orang yang sudah membantu karirku sebagai aktor. Mereka membuat pesta perayaan di sebuah club untuk perilisan film dan rencana pembuatan albumku. Dan ya, tak ada pesta yang tanpa alkohol bukan? Uh jika Yixing tau, aku yakin ia akan memukul penuh cinta beberapa bagian tubuhku.

  Akhirnya ranjang ukuran kingsize ini berhasil kududuki, segera saja aku merebahkan tubuh diatasnya dengan kedua tangan yang terbuka lebar. Ditengah denyut tak mengenakkan dikepala, aku menyadari ranjang yang terlalu luas. Detik itu juga aku merindukan seseorang yang tahun lalu ditanggal ini, duduk berhadapan denganku diatas ranjang kami. Ya siapa lagi kalau bukan Zhang Yixing?

  Omong-omong soal pacarku itu, aku tak menghubunginya sejak kemarin. Yixing yang meminta kali ini alasannya klasik, sibuk. Ck aku malah curiga ia sedang membalas dendam padaku yang waktu itu pernah mengabaikannya selama dua minggu. Tapi tidak tidak, Yixing terlalu baik buat punya pikiran untuk balas dendam seperti itu. Yang aku khawatirkan sekarang tentang sifat pikun akutnya itu loh, dia ga akan lupa tanggal besok kan? Tepatnya beberapa jam lagi. 6 November. Pacar tercintanya ini akan bertambah umur, awas saja sampai ia sungguh melupakannya.

  Memikirkan Yixing kepalaku kembali berdenyut sakit, pusing, dan langit-langit ruangan yang kupandang berputar-putar lalu sesekali membentuk wajah manis Yixing yang sedang tersenyum. Bahkan saat mabuk pun Yixing tetap muncul dipikiranku. Lalu kuputuskan untuk memejamkan mata, meresapi setiap bayangan Yixing yang muncul. Aku tersenyum, meski sakit kepalaku masih belum berkurang tapi setidaknya rasa rinduku pada Yixing berkurang. Hanya sedikit, sekitar 0.001%. Dikit sekali kan? Jadi birthday wish tahun ini, aku hanya berharap Yixing ada disisiku.

  Lalu kesadaranku mulai menipis karena rasa kantuk.

.

.

.

"Kris"

  Denyutan dikepalaku semakin parah, aku mungkin sempat tertidur sebentar tadi dan itu membuat isi kepalaku makin tidak karuan karena bangun tiba-tiba. Lagipula suara siapa sih ini? Tidak asing tapi tidak bisa kuingat juga siapa pemiliknya. Uh, apa ini masih efek minuman alkohol itu.

"Kris, kamu mabuk ya?"

  Kali ini sebuah sentuhan mendarat dikeningku, mataku masih belum sanggup terbuka. Telapak tangan lembut itu kini mulai bergerak mengusap keningku, sepertinya menyingkirkan bulir-bulir keringat yang bisa kurasakan membanjiri seluruh tubuh.

"Wu.."

  Oke. Hanya ada satu orang yang mampu menyebut margaku dengan cara seperti ini. Tapi tidak mungkin kan? Efek alkohol bisa menghasilkan ilusi separah dan senyata ini.

"Wu, just open your eyes first"

  Aku berusaha keras menurutinya, membuka mataku yang serasa di lem. Tangan lembutnya masih menyentuh keningku, menyibak rambut hitamku yang menutupi.

  Dan saat cahaya mulai masuk retinaku, aku melihatnya. Birthday Wish-ku yang menjadi nyata.

"Yixing?"

"Kamu pikir siapa? Cleaning servis hotel?"

  Ada segaris senyum ditengah nada kesal yang ia keluarkan. Aku bangkit untuk duduk, tapi gerakan sekecil itu mampu menghasilkan putaran hebat diisi kepalaku. Ck separah apa aku mabuk malam ini sih?!

"Aaargh"

  Telapak tangan yang sejak tadi dikeningku kini beralih mencengkram kuat lenganku, memberi bantuan agar aku bisa duduk sempurna menghadapnya yang tengah berdiri disisi ranjangku. Aku sungguh tidak bermimpi kan? Pria ber-jaket kulit didepanku sungguh Zhang Yixing, kekasihku?

"Ini nyata, Wu Yifan. Aku disini dan melihatmu dalam keadaan mabuk!"

  Yixing dan caranya bertelepati masih menjadi misteri untukku sampai sekarang. Pusing yang menyerang berangsur berkurang meski belum hilang. Berhasil memunculkan senyumku saat pandanganku yang tadi masih kabur kini mulai jelas. Zhang Yixing dihadapanku dengan bibir yang mengerucut, tanda ia sedang kesal.

"Maaf"

"Aku ga butuh permintaan maaf dari orang payah seperti dirimu! Menyebalkan! Sejak kapan suka mabuk-mabukan gini hah?! Kamu diluar bukan berarti hidupmu bebas dan tak terkendali ya, Kris! Mau jadi apa kalau.."

"Sayang, stop. Aku yakin isi kepalaku akan segera meledak keluar jika kamu terus bicara tanpa jeda begitu"

  Sungguh ini tidak bercanda. Pusing yang masih mendera ditambah ocehan tanpa henti Yixing seperti akan membuat ledakan dikepalaku, uh.

"Sialan!"

  Dan dengan begitu Yixing melangkah menjauh tapi bukan ke pintu keluar, melainkan ke salah satu ruangan lain disini. Dapur sepertinya. Tidak tau lah, kepalaku masih terus berdenyut sakit. Aku bahkan sampai mencengkram rambut dibagian belakang kepalaku. Berharap denyut, rasa sakit, dan pusingku kembali berkurang.

  Tak lama, Yixing yang manis kembali muncul dihadapanku lengkap dengan tangan mengulurkan gelas berisi cairan putih pekat.

"Minum dulu. Susu vanilla bisa mengurangi hangover karena alkohol."

  Meski minum susu itu bukan gayaku sebagai pria keren (juga mengabaikan pertanyaan bagaimana bisa ada susu vanilla di flat ku?), kali ini aku tetap meraihnya dan meneguk pelan-pelan cairan manis dengan bau khasnya itu sampai habis. Yixing duduk disampingku, menggantikan tugas tanganku tadi yang mencengkram rambut kepala bagian belakang. Bedanya Yixing justru memijatnya lembut, yang sepertinya lebih efektif daripada cara brutalku tadi.

"Lebih baik?"

"Hmmm"

"Maksudnya apa sih, Kris, mabuk seperti ini?"

  Sesaat aku tak menjawab malah memejamkan mata untuk menikmati pijatan lembut Yixing dikepalaku. Kadang aku heran sendiri, hal apa yang tidak bisa dilakukan pacarku ini? Dance, bernyanyi, musik, memasak, dan sekarang memijat. Aku baru sadar pacarku sesempurna ini.

"Ga mau jawab?"

"Mau.. tapi nanti dulu, ini lagi enak, Xing"

"Kaya lagi diapain aja sih?!"

"Ya kamu aja yang mikirnya o"

"Enak aja. Satu-satunya orang dengan pikiran o tuh kamu!"

"Aku o juga cuma sama kamu."

  Yixing diam, aku membuka mataku sedikit, mengintip reaksinya. Dan seperti dugaanku, dia malu. Kuputuskan menyentuh tangannya yang masih berada diatas kepalaku. Meremasnya lembut. Sakit kepalaku mulai berangsur menghilang. Zhang Yixing memang memiliki kekuatan penyembuh sepertinya.

"Ada perayaan kecil untuk perilisan film dan albumku, Xing."

"Perayaan ga berarti harus mabuk kan?"

"Iya. Salahku yang tidak bisa mengontrol diri. Maaf."

  Terdengar helaan nafasnya, tanganku ikut bergerak sesuai gerakan memijatnya. Meski sekesal apapun Zhang Yixing, aku tau ia tak akan pernah bisa marah terlalu lama. Terlebih padaku.

"Sekarang bagaimana? Sudah berkurang pusingnya?"

"Hm.. Untung aku pelihara unicorn penyembuh"

"Siapa? Aku?"

"Bukan, pacarku."

"Iya kan aku pacarmu"

  Aku tertawa meski berakhir dengan ringisan karena kepalaku kembali berdenyut. Yixing bisa jadi orang yang dewasa sekaligus menggemaskan disaat yang sama.

"Iya iya, kamu pacarku kok, sayang~"

  Yixing tersenyum, dan itu mengalahkan manisnya susu yang tadi kukecap. Jadi dengan kesadaran yang masih belum sepenuhnya, aku mendekatkan jarak kami. Tangan yang semula bersama dengan tangan kanannya diatas kepalaku kini berpindah ke area leher sensitifnya, menahan pergerakan menolak apapun nantinya. Jarak mulai hilang bersamaan dengan penyatuan bibir kami. Aku melihat Yixing mulai memejamkan mata, yang jadi tanda bahwa aku bisa melakukan yang lebih dari sekedar kecupan. Oh Tuhan, bibir tebalnya yang lembut seakan semakin membuatku mabuk tanpa rasa pusing dan denyut menyakitkan dikepala. Aku mulai melakukan pergerakan, melumat bibir bawahnya dengan lembut. Mempermainkannya dan memberi hisapan-hisapan kecil mematikan.

"Nngh.. mmm.."

  Geraman desah itu semakin membuat pergerakan ku liar apalagi tangan Yixing yang masih diatas kepalaku tak lagi memberi pijatan melainkan tarikan penuh nafsu. Kutekan tengkuknya untuk membuat penyatuan kami semakin intens. Yixing mulai kewalahan membalas ciumanku, nafasnya memburu entah kekurangan oksigen atau nafsu besar yang menguasai. Mungkin yang kedua, jadi yang kulakukan adalah memasukan lidahku dan mulai bermain dengan rongga mulutnya. Menghisap lidahnya ditengah petarungan, mengabsen setiap deret gigi rapinya dengan lidahku. Saliva mulai menetes dari bibir Yixing, tidak tau milik siapa, melihat itu aku semakin bersemangat menekan penyatuan bibir kami. Bahkan tanpa sadar kucengkram erat tengkuk Yixing. Ada lenguhan lagi disana, entah sakit atau nikmat. Tapi lagi-lagi yang kedua kembali jadi yang paling masuk akal.

"K.. krishh.. mmmhh"

  Oke. Kali ini ia benar-benar butuh oksigen, aku tak mau besok ada berita 'member EXO yang mati kekurangan oksigen karena pacarnya tak mau melepas ciuman mereka'. Lagipula aku belum siap ditinggal Yixing seperti itu, tidak akan pernah siap sih. Juga jangan salahkan aku yang selalu kelepasan jika itu sudah menyangkut hal bernama Zhang Yixing.

"Hah hah hah bodoh hah mesum hah hah" segera umpatan meluncur saat tautan bibir kami kulepas, nafasnya satu-satu dengan benang saliva menggantung disudut bibirnya yang terlihat bengkak, matanya menyorotku tajam tapi tetap bisa kulihan birahinya yang mulai naik. Aku tersenyum lebar, bangga karena itu semua hasil karyaku.

  Kuputuskan untuk menunggu nafasnya stabil dengan terus menatapnya. Denyut menyakitkan dikepalaku sudah tidak terasa meski putaran itu masih ada. Tapi tak separah tadi, aku mulai bisa berpikir tenang. Ck Zhang Yixing memang makhluk penyembuh!

"Jangan melihatku seperti itu! Tak ada yang lebih, besok jam enam aku balik ke Korea."

  Aku tertegun. Baru sadar kenapa bisa Yixing yang katanya sibuk ada disini? Masuk ke flat yang hanya aku pemegang kuncinya.

"Aku sengaja izin untukmu, bahkan aku melewatkan pesta halloween yang seru hanya untuk datang kesini. Dan masuk kesini aku dibantu temanmu untuk meminta kunci cadangan ke resepsionis."

"Teman?"

"Iya. Duh aku lupa bertanya namanya"

  Siapapun itu yang membantu Yixing aku akan sangatlah berterimakasih. Aku tersenyum menyadari usaha besar Yixing untuk bisa ada disini bersamaku sekarang, sekedar merayakan..

"Happy birthday! Tetap bahagia dan selalu diberkati Tuhan."

  Aku melirik jam dinding dibelakangku yang jarum panjang dan pendeknya berada disatu garis lurus menuju angka 12. Tepat pertambahan umurku. Dan yang terpenting seseorang yang sangat kucintai ada disini. Tepat dihadapanku. Dengan senyum manis mematikan dan sebuah cake coklat kehitaman ukuran sedang yang entah kapan sudah berada dikedua tangannya.

"Tiup lilin dong, Kris. Masa mau dinyayiin juga?!"

  Aku tersenyum. Sebelum mendekatkan wajahku pada cake dengan dua lilin kecil diatasnya, ku sempatkan mengecup sekali lagi bibir Yixing. Tak ada gerutuan, malah ia tersenyum makin lebar.

"Tuhan, aku mau tetap bersama Yixing apapun yang terjadi. Sepuluh tahun dua puluh tahun berapapun tahun kedepan yang akan kulalui, kumohon tetap hadirkan sosok Zhang Yixing untukku. Biarkan kami bahagia dengan cara kami. Amen."

Fiuh

"Apaan sih, harusnya doa itu dalam hati. Rahasia, Kris."

  Yixing pasti sedang tersentuh, wajahnya yang ditundukan dan suaranya yang bergetar jadi bukti. Seperti ini ia terlihat berjuta kali lipat lebih manis.

"Yixing.."

  Dia mengangkat kepalanya, pandangan kami kembali bertemu dititik yang sama. Muka bingungnya yang menggemaskan membuatku tak tahan untuk segera menariknya dalam pelukanku. Masa bodo dengan cake yang dipegangnya akan mengotori kemeja biru kotak-kotakku. Yang kubutuhkan saat ini adalah mendekapnya dalam tubuhku. Sambil mengucap syukur dalam hati tentang ulangtahun yang masih bisa kulalui bersamanya meski aku sudah tak selalu disisinya.

"Terimakasih buat semuanya, sayang."

"Iya iya, tapi lepas dulu. Cake buatanku rusak nih!"

"Sepenting apa sih cake itu dibanding pelukanku?!"

"Cake ini aku buat seharian, Kris. Sudah lepaskan dulu!"

  Dia menggeliat kecil dalam pelukanku, berusaha melepaskan diri yang akhirnya kuturuti. Aku menjauh dan beberapa noda krim coklat dari cake ada di bagian depan kemejaku. Bisa kurasakan tatapan tajam yang langsung menyorot saat aku menatapnya. Aku nyengir melihat Yixing yang tampak akan meledak.

"Bisanya merusak saja!"

"Maaf maaf.. lagian kamu kan tau aku ga begitu suka makanan manis seperti cake ini."

  Yixing mendengus kesal, meletakkan cake itu ke meja nakas sekalian mengambil beberapa lembar tissue yang memang kotaknya disediakan disana. Lalu mulai membersihkan noda krim dibajuku. See? I have a perfect boyfriend in the world!

"Aku tau. Makanya aku sengaja membuatnya tidak terlalu manis dengan rasa kopi dan krim coklat. Jadi kamu tetap bisa memakannya tanpa keluhan ini itu. Dasar bawel!"

  Yang bisa kulakukan sekarang hanya tersenyum memandangnya yang masih telaten mengusapkan tissue ke bajuku yang ada nodanya. Aku tidak ingat hal baik seperti apa yang pernah kulakukan di masa lalu hingga Tuhan mengirimkan salah satu malaikatnya padaku saat ini.

"Bahkan kamu kasih aku racun pun tetap akan aku makan"

  Tangannya berhenti bergerak, mengangkat kepala dan menatapku dengan mata yang memicing memberi intimidasi. Aku merinding.

"Oh ya? Oke. Besok akan kukirimkan cake dengan campuran cairan pembersih lantai, dan kamu harus habiskan!"

"Ini serius?"

"Jadi kamu tadi cuma bercanda?"

  Aku menggeleng, Zhang Yixing susah sekali untuk dirayu. Dia bangkit berdiri untuk membuang tissue ke tempat sampah bekas di sudut ruangan, lalu berjalan menuju dapur dan dapat kudengar beberapa lemari yang terbuka. Aku tidak berani bicara lagi, salah-salah Yixing bisa tambah ngambek.

"Bagaimana pusingmu?"

  Dia kembali kedalam mode perhatian lagi, aku lega. Tersenyum melihatnya berjalan kearahku dengan dua buah piring kecil ditangan.

"Sudah lebih baik. Ciuman itu lebih manjur dari susu putih ya, Xing."

"Iya, buat orang mesum sepertimu!"

  Yixing duduk disampingku, membuat ranjang besar ini berderit karena tambahan beban yang terjadi. Jika dilihat lebih intens Yixing memang sedikit lebih berisi terutama pipinya yang semakin bulat. Menggemaskan sekali.

  Aura seorang ibunya kembali menguar saat dia memotong cake dengan pisau kue, seketika itu juga aroma kopi yang khas menyebar.

"Eh harusnya kan yang ulangtahun yang potong kue, Kris"

  Dasar Yixing, cake-nya bahkan sudah terpotong dan berpindah kepiring dan dia baru menyadari kesalahan disini.

"Yasudah tidak apa, yang penting aku tetap memakannya."

  Sepiring cake yang didominasi bintik kehitaman dan warna coklat lembut itu terulur dihadapanku, ditambah senyum Yixing yang terukir manis. Sudah bisa kuperkirakan akan senikmat apa cake buatan pacarku ini.

  Satu suapan dan rasa pahit kopi bercampur krim coklat melebur dilidahku. Benar, tidak terlalu manis dan sangat enak tentu saja.

"Kyungsoo, Jongdae dan Baekhyun membantuku membuat cake ini."

"Baekhyun?"

  Aku melahap suapan ketiga sambil berpikir keras tentang seorang Byun Baekhyun yang anti dapur membuat kue. Aku jadi ragu menelannya lagi.

"Iya kenapa? Seseorang kan bisa berubah, Kris."

"Aku tidak pernah berubah tuh.."

"Masa?"

  Yixing menujukkan wajah bingungnya, aku nyaris tersedak melihatnya tambah imut. Tanpa sadar aku mengulurkan sendok berisi potongan cake padanya dan Yixing membuka mulut untuk ikut melahap cake buatannya.

"Iya. Sampai detik ini aku masih mencintaimu. Tidak berubah malah terus bertambah besar."

  Cake yang kumakan bertambah kadar manisnya karena saat ini seseorang didepanku tak henti mengukir senyum super manis diwajahnya sambil tetap mengunyah cake dalam mulutnya.

"Pantes banyak yang deketin ya, Kris. Kamu romantis gini"

"Aku romantis cuma sama Zhang Yixing seorang, tenang saja."

  Kusuapi lagi satu potong cake padanya. Dan Yixing menerimanya tanpa protes, biasanya pacarku ini selalu menolak dimanjakan. Alasannya, 'aku bukan perempuan, Wu' ck.

"Percaya deh, dikit." lengkap dengan gesture menunjukan kuku ibu jarinya. Uh, semakin imut.

"Ko dikit?"

"Ya karena aku tetap saja tak bisa mengawasimu setiap hari."

"Terus aku harus apa lagi biar kamu percaya penuh?"

"Ada disisiku setiap saat, bisa?"

  Sial. Itu hal yang paling mustahil kulakukan sekarang. Kuletakkan piring kosong beserta sendoknya disisi lain ranjang. Menatapnya penuh harap agar ia segera merubah kalimatnya, tapi wajah seriusnya lebur bersama senyum yang kembali muncul. Sudah kubilang, Yixing sedang mengobral gratis senyum kesukaanku itu.

"Ya Tuhan, Kris, aku bercanda! Kamu semakin serius saja akhir-akhir ini"

  Ya, memang seperti ini Zhang Yixing yang kukenal selama tujuh tahun. Sederhana dan tak banyak menuntut. Ia tak akan pernah mau membuat orang kerepotan karena keinginan-keinginannya. Ia selalu punya cara sendiri untuk mengatasi masalahnya tanpa bantuan orang lain. Aku sudah bilang kan, jika pacarku ini sungguh sempurna?

"Percaya saja, Yixing. Aku terlalu mencintaimu untuk bisa meninggalkanmu."

"Aku tahu aku tahu. Sudah makannya? Kemarikan piringnya"

  Tangannya terulur menggapai piring yang kutaruh disampingku, agak jauh dari jangkauannya. Tapi tangan yang terulur itu justru kutarik dan dengan mudah kembali membawa tubuhnya jatuh dalam dekapanku. Kali ini aku lebih leluasa tanpa ada cake yang tadi sempat menghalangi. Memeluk erat kedua bahunya, menyembunyikan rasa haru ku pada ceruk lehernya yang menguarkan aroma cream lembut. Tuhan, aku sungguh mencintai makhlukmu yang satu ini.

"Aku sungguh mencintaimu"

  Tangan-tangan Yixing yang semula kaku, mulai bergerak melingkari pinggangku. Memberi keyakinan bahwa ulangtahunku masih tak ada yang berbeda. Yixing disisiku, milikku, dan masih tetap mencintaiku.

"Aku juga sama, sangat mencintaimu."

  Pelukan kami semakin erat, melepas rasa rindu satu minggu tak bertemu dan merasakan kehangatan seperti ini.

"Yixing.."

"Hmm"

"Hadiahku bukan hanya cake saja kan?"

"Bukan, tapi juga bukan seks.. ya setidaknya bukan sekarang."

  Aku melenguh kecewa dipundaknya, padahal kan itu hadiah yang paling kuinginkan saat ini. Karena demi apa, Zhang Yixing yang sudah melepas jaketnya dan sekarang hanya dalam balutan kaos hitam kebesaran seperti ini sangatlah menggoda.

"Kamu tau itu yang paling aku inginkan, Xing."

"Iya tapi ga sekarang, Kris. Aku harus balik ke Seoul jam enam nanti. Dan kamu! Ada acara juga kan nanti? Apa itu? Perayaan ulangtahunmu dan perilisan album? Iya. Aku ga mau kamu kelelahan."

  Aku menarik diri lebih dulu dari pelukan kami, lalu mengecup bibir yang sejak tadi terlalu hyperaktif bicara dan menebar senyum. Yixing mulai menggerutu. Hey, yang harusnya menggerutu itu aku kan? Aku tidak mendapat hadiah yang paling kuinginkan. Asal tau saja, aku tak pernah 'melakukannya' jika Yixing belum berkata iya.

"Lalu tak ada hadiah tahun ini?"

"Ada, minggir!"

  Dia mengambil tas MCM birunya yang terabaikan dilantai dekat ranjang. Aku masih sempat tersenyum melihat sebuah boneka naga berwarna biru keungungan menggantung manis disana. Aku juga menyimpannya selalu meski jarang kutunjukan didepan publik lagi.

  Dan sebuah kotak berwarna ungu muda Yixing keluarkan dari dalam tasnya. Pacarku ini benar-benar freak dengan warna ungu!

"Ini buka!"

  Entah ini sudah senyuman keberapa yang ia tunjukkan malam ini. Dan semakin banyak senyumnya muncul, ia akan semakin manis. Aku mengambil kotaknya dan dengan tidak sabarnya membuka penutup kotak.

  Err sebuah kain, berwarna merah maroon dengan motif rajut yang unik.

"Scarf! Ini sudah mau masuk musim dingin dan aku tau kamu ga punya banyak persedian scarf, jadi ya kuputuskan membelikanmu."

  Suaranya terdengar bersemangat, seakan hadiah ini memang yang paling cocok untukku. Ya apapun itu asal dari Yixing pasti akan kuterima. Lagipula dia memang sudah mengerti selera berpakaianku jadi scarf pilihannya ini memang style ku. Aku mengeluarkan scarf itu dari kotaknya, lalu mulai melilitkannya disekitaran leher. Yixing ikut membantuku mengenakannya.

"Suka tidak?"

"Aku lebih cinta yang memberikannya"

"Yeee ga kreatif, itu kan kata-kataku!"

  Kami tertawa sendiri, padahal tidak ada hal yang lucu. Hanya menggambarkan betapa kebahagiaan tengah melingkupi ruangan ini. Untukku, Yixing lah sumber utama rasa bahagia itu.

  Ditengah tawa, pandanganku tertuju pada kotak biru yang ternyata masih berisikan sesuatu. Sebuah kertas sepertinya..

"Surat, Kris. Baca sendiri atau kubacakan?"

  Aku mengambil kertas itu dan tanpa berpikir lagi kuserahkan padanya. Siapa yang tidak mau mendengarkan kalimat demi kalimat mengalun dengan suara lembutnya yang menenangkan. Untukku sih, tapi aku yakin semua juga suka suara lembutnya.

"Kamu yang baca"

"Oke, tapi kamu tau aku bukan orang yang romantis jadi jangan berharap bakal nangis terharu saat mendengarnya."

"Yixing, aku ini seorang dominan ingat? Masa nangis terharu."

"Ya kita liat saja nanti"

  Memilih untuk kembali berbaring terlentang diranjang, tangan kananku sengaja kuluruskan kesamping mengundang Yixing untuk ikut berbaring disisiku dan menjadikan tanganku sebagai bantalnya. Yixing dengan mudah menurut. Aku menoleh kesamping dan menemukan Yixing yang jemarinya mulai bergerak membuka lipatan kertas berwarna biru tua itu, dia menatapku sejenak seperti memastikan apa aku sudah siap atau belum. Senyuman dan anggukan kepala cukup untuk membuatnya mulai bersuara.

"Untuk Wu Yifan yang selalu mengaku dirinya tampan."

  Tidak, aku tak berniat protes. Aku kan memang tampan dan semua orang sudah mengakuinya.

"Ini surat kedua yang kujadikan hadiah ulangtahunmu. Maaf jika suratku masih payah dan tidak menyentuh sama sekali."

"Saat ini adalah ke-tujuh kalinya kita merayakan hari ulang tahunmu bersama-sama. Hanya saja tahun ini sedikit berbeda, mengingat kamu bukan lagi pemimpin dalam grup yang sama denganku. Bukan lagi partner kerja untukku."

  Bisa kulihat tangan Yixing yang terangkat gemetar. Aku mulai menguatkan diri untuk kemungkinan ledakan emosi selanjutnya.

"Mungkin selama ini kamu merasakan aku yang tidak pernah bersikap baik layaknya pasangan pada umumnya. Aku selalu berteriak padamu, membentakmu, mengomelimu ini itu, semua sikap burukku padamu mulai berputar dalam kepalaku. Maaf, Wu."

  Tidak, sayang. Tak ada kesalahan yang pernah kamu lakukan padaku. Justru aku lah sumber masalah untukmu. Tanpa sadar, aku mengepalkan telapak tanganku yang menjadi bantal untuk Yixing. Satu-satunya orang yang harus meminta maaf adalah aku.

"Perasaanku saat kamu sudah mengambil keputusan saat itu, tak bisa dijelaskan. Aku kecewa, Kris, aku marah. Bukan padamu, demi Tuhan. Aku marah pada diriku sendiri yang tak pernah bisa cukup jadi alasanmu untuk kembali bertahan. Aku kecewa karena aku tidak bisa lagi jadi alasanmu untuk tetap jalan beriringan. Aku minta maaf, aku belum cukup baik untuk bisa jadi semua alasan dalam keputusan yang kamu buat."

  Tangan itu kembali bergetar, dan refleks aku mulai kembali mendekapnya dari samping. Aku yang brengsek, dia justru terlalu sempurna untuk jadi setiap alasan hidupku.

"Aku selalu merasa bukan apa-apa saat didekatmu. Aku selalu takut, kamu akan meninggalkanku suatu saat nanti. Hidup bahagia dengan keluarga kecilmu yang lengkap. Tapi jika boleh aku memohon, aku ingin selalu jadi milikmu selamanya."

  Iya, selamanya Zhang Yixing milikku.

"Janjiku adalah membuatmu tetap dalam lingkup kata bahagia, berada disisimu untuk setiap keputusan hidup yang kamu buat meski aku bukan lagi menjadi alasanmu mengambil keputusan."

"Wu Yifan, terimakasih sudah lahir didunia ini. Terimakasih untuk setiap detik kebersamaan yang kamu berikan tujuh tahun ini. Terimakasih sudah memberiku kesempatan mengenalmu lebih jauh, mencintaimu, dan menjadi milikmu. Siapapun dirimu saat ini, member EXO atau aktor, Wu Yifan atau Kris Wu, pemain basket atau pencipta lagu. Aku tidak peduli, karena kamu tetaplah satu-satunya pria yang kucintai."

  Senyumku mengembang ditengah wajah yang kusembuyikan pada bahunya. Bisa kurasakan cintaku pada Yixing yang semakin besar tiap detiknya. Terimakasih.

"Happy birthday! Kamu selalu menuntutku untuk hidup bahagia, jadi aku juga akan menuntut hal yang sama darimu. Berbahagialah, Wu! Aku selalu disini untuk memastikan hal itu. Kurangi hormonmu yang sangat berlebihan, sifat mesummu, serta ketidakpedulianmu pada sekitar. Jadi orang yang lebih peka hingga tak akan ada lagi orang yang kecewa karena dirimu. Tetap bersamaku ya, sampai waktu yang lelah dengan sendirinya. Tetap jadi kekuatan tambahan untukku saat aku merasa sudah tidak sanggup berdiri, aku juga akan berusaha untuk selalu menguatkanmu. Wu, aku mencintaimu. Selalu."

  Dia menyudahi suaranya, membuat keheningan nyaman menyusup diantara kami. Posisiku masih belum berubah, berbaring memeluknya dari samping dan menyembunyikan wajahku dibahunya. Aku menyadari sesuatu yang membasahi pipi Yixing. Diam-diam aku tersenyum lagi, dia yang menuliskan itu semua tapi dia juga yang menangis saat membacanya.

"Kamu nangis, Xing."

  Lalu tangan-tangannya mulai sibuk mengusap wajahnya.

"Aku kelilipan."

"Klasik sekali."

  Aku menarik diri agar lebih leluasa menatapnya yang selalu terlihat rapuh dengan turunnya airmata. Yang bisa kulakukan saat ini adalah menghujani wajahnya dengan kecupan-kecupan kecil. Dan Yixing yang memejamkan matanya saat ini terlihat sangat indah.

"Kamu berhasil, bikin aku nyaris menangis terharu."

"Hanya nyaris? Sial! Bahkan mataku sudah bengkak."

  Aku tertawa kecil lalu kembali memberi kecupan di kedua mata yang kelopaknya langsung tertutup.

"Apa pentingnya sih bikin aku nangis?"

"Karena aku selalu nangis setiap kamu mulai gombal!"

"Itu romantis, Xing. Bukan gombal."

"Terserah. Kalo aku jalan sama Taeyong kamu nangis tidak, Kris?"

  Pembahasannya mulai melenceng. Yixing tau saja, sifat cemburuku yang sudah akut ini. Aku mengurungnya dibawahku dengan kedua tangan yang disisi kepalanya. Memberi intimidasi pria manis yang nyatanya memang banyak disukai orang diluar sana. Ck

"Tidak. Aku akan langsung menguliti daging muda bocah itu."

"Tuhan, jiwa psikopat mu menyeramkan juga ya."

"Jangan selalu bersikap manis pada semua orang, Zhang Yixing."

"Kenapa?"

"Ya karena seseorang bisa saja menyukaimu."

"Yasudah biarkan saja, yang penting hanya Wu Yifan yang aku cintai."

  Sudah begini mana bisa aku tidak tersenyum?

 

"Aku mencintaimu."

"Selamat ulang tahun, Wu."

.

.

.

...

 

 


Yah yah aku telat lagi aaakkk maap maap ya..

Terus pada nangis ga sih bacanya? Jujur aku mewek sendiri lagi pas baca ulang T.T atau emang aku aja yang lagi banyak masalah makanya jadi cengeng *eh maaf curhat*

Terus itu kissing-nya, duh ketauan banget aku masih amatir bikin yang begituan ya aku mah cuma jago baca doang/?

Buat WYF, no comment deh. Aku suka ga kuat liat foto2 dia sekarang yang auranya makin keluar, makin ganteng, makin keren dengan rambut item samaan kaya yixing >.< udah pada denger lagu ciptaan dia yang dirilis tadi pagi kan? Malah pake apdet weibo segala lagi tuh orang! Ada satu kalimat yang aku sorot di tulisan weibo-nya itu, 'with you by my side, I finally not wandering anymore' semacam.. ada kesamaan dengan PHONE yang selama ini aku tulis muehehehe ya berarti ada kemungkinan fiksi aku ini jadi real story mereka *ngarep*

Tuh kan banyak bacot lagi! Maap maap

Doaku buat WYF udah tersampaikan semua sama Yixing disuratnya, kalau kalian? Ayo share doanya disini juga gapapa ^^

 

Warning : jangan ada yang nagih Wedding hahaha *digampar*

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
llalallala
sebenernya ini udah ga niat dilanjut, tp krn banyak tambahan subscribers dan viewers jd berubah pikiran.. buat yg udh Comment jg makasih byk, kalian yg terbaik!

Comments

You must be logged in to comment
KrAyFanXing #1
Chapter 35: . udah lama ga main ke sini lagi ...
. masih setia sama mereka walau berat ...
. mereka ga mau main kode2 lagi kayaknya , mau langsung aja hahaha ...



. tetap lanjut ya ,, semangat ... :D
caca_jung
#2
Chapter 35: Chapter 32: aku msh bertahan bahkan menunggu terus kode dri merka dan selalu nunggu phone terus lanjuttt.. tiap chapternya bikin buat emosi gue campur aduk sama kaya ceritanya..
Aakjendol #3
Ooooo..akhirnya..lanjuuut...juga..kange..udh gregetan lihat kode2 bertebaran...brrsa phone kyak beneran aja...hhh.btw..tetap shat n semangat..ya
CuteEvil #4
Chapter 35: Dan juga, saya lupa bilang, saking sukanya saya sama phone, cerita ini sudah saya baca berulang2 dan hebatnya saya nggk pernah merasa bosan
Sorry thor, saya komennya kebanyakan, soalnya saya bener2 semangat
CuteEvil #5
Chapter 35: Saya masih bertahan, dan berkat author semangat saya bertahan semakin besar...
Uuh, ini keliatan nyata dan selalu keliatan nyata, salah satu alasan kenapa saya selalu nunggu phone untuk update...
Maaf, saya bru menampakkan diri di episode yang bikin baper ini, tapi thor sebenernya saya penggemar berat phone dan author lallalalla...
Semoga author sehat selalu, dan fanxing semakin banyak memperlihatkan kode mereka oh atau kalau perlu go publik aja terus nikah...
Saya tunggu kelanjutannya thor...
Dan saya berterima kasih karena author tetap melanjutkan cerita ini...
KikyKikuk #6
Chapter 35: Mereka yg kena badai tapi kok ya aku yg mau nyerah..
:')
Hahhhh
Gak faham dek mau komentar apa
Nyesek aja sih intinya
MYixing10 #7
Aku disini masih setia jadi KLS..haha terima kasih untuk tetap bikin cerita tentang mereka.. Ditunggu cerita selanjutnya....
chamii704 #8
Chapter 35: Aaah...crita'a berlanjut kmbali...masih ad dikapal mereka..wlw mngkin kebanyakan istirahat didermaga(?) Karna kesibukan mrk...tp ttp nunggu agr kapal berlayar kmbli ^^
kutunggu crita berlanjut
healaynicorn #9
Chapter 35: OMGOMG!!! UR BACK!!?? YAY!!!!! thank u so so so much!! update lagi ya author-nim *wink* eheheh