Can't

PHONE

Please don’t leave me, my heart is still the same

It’s just hard for a moment

What do we do about our relationship?

(MBLAQ - Our relationship)

 

 

 

 

 

  Koper terakhir yang sudah terisi penuh barang, ia letakkan begitu saja. Yixing sedikit ragu barang-barangnya sudah masuk semua ke dua koper ukuran besar yang akan ia bawa pulang ke Seoul besok, karena selama proses berkemas tadi pikirannya bercabang kemana-mana. Memikirkan hal rumit yang telah ia lalui beberapa hari ini. Dengan gerakan kaku, ia mendudukkan diri di tepi ranjang. Menatap lurus ke arah ponsel mahalnya yang ia letakan di atas nakas. Benda yang menjadi alasannya membenci seseorang. Bukan benci dalam artian sebenarnya. Yixing hanya merasa melalui ponselnya lah semua berawal. Hubungan jarak jauhnya, gombalan menggelikan, rasa nyamannya mengobrol berjam-jam tanpa saling tatap, dukungan yang ia butuhkan. Satu tahun ini semuanya berawal dari ponselnya yang berdering, atau sesekali ia menyentuh tombol dial pada nomer seseorang. Hingga kini hubungan yang katanya 'berakhir' pun tersampaikan lewat sambungan telepon. Yixing merasa hidupnya begitu menyedihkan sekali, hubungannya berakhir dengan cara seperti itu.

  Lalu jangan tanya seperti apa proses berpikir di otak Yixing ketika sekarang benda sialnya itu sudah berada dalam genggaman. Dan percayalah, ini pertama kalinya Yixing menyerah pada sikap keras kepalanya. Mengalahkan egonya yang setinggi langit sebagai seorang laki-laki saat jemarinya dengan lancang menyentuh dial pada nomor yang entah bagaimana selalu berhasil ia ingat dengan baik.

  Detik-detik pertama masih terdengar nada sambung, detakan jantungnya semakin menggila seiring dengan detik yang terlewat. Terakhir kali Yixing mendengar suara orang itu adalah dua minggu yang lalu saat pertengkaran konyol itu terjadi dan Yixing tidak dapat menepati janji untuk menemuinya saat itu karena ia terlalu takut jika kata 'akhir' benar-benar ada dihubungannya. Dua minggu tidak bertemu dan dua minggu statusnya menggantung. Bagus, ternyata hidup Zhang Yixing memang begitu menyedihkan sebulan ini.

"..."

  Nada sambung yang berhenti serta samar deru nafas yang terdengar membuat Yixing dan tubuhnya mematung. Isi otaknya kosong, kebingungan menemukan alasan kenapa ia memutuskan menghubungi Kris. Seolah tangan-tangannya lah yang bergerak sendiri tadi.

"Wu?" aliran darahnya semakin cepat saat mengucapkan satu kata itu. Tidak tau pasti sudah berapa lama ia tidak mengucapnya, sampai lidahnya sendiri terasa kaku.

  Masih tidak ada jawaban. Tapi Yixing punya keyakinan yang kuat jika dia yang disana tetaplah mendengarkan.

"Aku tidak tahu pasti kamu sedang mendengarkanku atau tidak.. tapi.."

  Ada jeda yang diambil untuk dirinya menstabilkan rasa sesak yang muncul menyakiti. "Aku akan kembali ke Seoul besok. Rasanya berat sekali pergi saat masih ada hal yang belum sepenuhnya selesai."

  Yixing masih menunggu Kris memberinya jawaban, meresponnya satu huruf pun tidak apa. Tapi hampir satu menit suasana tetaplah hening yang memuakkan.

"Atau memang kita sudah benar-benar selesai ya?" gumaman kecil. Seperti bisikan setipis angin yang Yixing berharap tak pernah di dengar Kris di seberang sana.

  Kembali jeda cukup lama, Yixing memanfaatkannya untuk berjalan ke arah balkon kamar hotel. Berdiri di tepi jendela besar yang sengaja ia buka. Merasakan hembusan angin malam di musim panas yang masih lumayan dingin. Yixing tidak tau apa sebenarnya yang ia ingin katakan pada Kris. Meminta penjelasan? Mengalah sekali lagi? Mengorbankan harga diri dengan memohon agar semua kembali normal? Atau apa? Yixing mengutuk dirinya yang malah menangis saat sedang berpikir.

"Ck mungkin kalo aku perempuan aku sudah merengek padamu sekarang." tangisannya makin tidak terbendung. Yixing menggigit bibirnya agar isakannya tidak terdengar pilu. "Tapi aku laki-laki, Yifan. Kamu lima tahun ini pacaran sama laki-laki yang punya ego sama besarnya denganmu."

"..."

"Okay! Aku kangen kamu! Aku belum bisa melepasmu sepenuhnya. Aku masih sangat mencintaimu saat kemarin aku berkata kita berakhir, sampai detik ini, saat aku menginjak sendiri harga diriku untuk berkata seperti ini.." satu isakan kecil lolos lagi. Yixing semakin merasa dirinya adalah yang paling menyedihkan malam ini. "Aku cinta kamu, Wu Yifan. Jangan memaksaku memohon lebih dari ini. Kamu tau dengan pasti apa yang aku pinta darimu."

  Ini puncak rasa frustasinya. Yixing benar-benar merasa seperti seorang gadis yang sedang merengek meminta untuk tidak di tinggalkan. Tapi dua minggu sudah cukup baginya meyakinkan diri bahwa Wu Yifan adalah bagian penting di hidupnya yang tidak bisa ia lepaskan dengan mudah. Kalaupun bisa, mungkin waktunya akan sangat lama dan prosesnya akan begitu menyakitkan.

"Jangan memohon padaku, juga jangan menarik kembali kata-katamu malam itu."

  Suara di ujung sambungan yang akhirnya terdengar membuat airmata berhenti mengalir sejenak, tertegun akan maksud dari ucapan Kris barusan. Jika tadi isi pikirannya seperti berhamburan entah kemana, sekarang justru Yixing merasa pikirannya di penuhi oleh hal-hal yang ia sendiri tidak tahu tentang apa itu. Terlalu rumit dan.. sakit.

"Kenapa?"

"Karena sekarang giliran aku memohon, menjatuhkan harga diriku demi kamu."

"Wu.."

  Satu kata itu memang seperti mantra. Seolah bisa mencairkan ketegangan yang ada. Kris sudah ribuan kali bilang kalau dia sangat menyukai cara Yixing menyebut nama depannya. Dan Yixing? Ia selalu suka apapun yang si tinggi itu suka.

"Sayang, dengarkan aku dan jangan coba menyela."

  Nada lembut Kris yang rasanya sudah lama sekali tidak terdengar, berhasil membuat Yixing mengangguk seperti orang bodoh.

"Aku egois, aku tau itu. Hidupku selalu di penuhi hal-hal sialan. Aku brengsek, Yixing. Tapi si brengsek ini punya kelemahan. Kamu, aku ga bisa hidup tanpamu."

  Si sialan Kris kini bahkan mampu melemaskan kaki-kaki Yixing, hingga pemiliknya memutuskan untuk menjatuhkan diri dengan duduk dan bersandar pada kaca pembatas. Tenggelam dalam tangisnya sekali lagi.

"Asal kamu tau, dua minggu ini aku yang paling hancur."

"Aku dengar kamu juga sempat sakit?"

"Jangan menyela, sayang." Yixing kembali bungkam. Ck tidak ada yang berubah, Wu Yifan tetap menyebalkan dengan sikap sok mengaturnya. "Ya, rasanya sakit. Sakit sekali saat kamu bilang akan melepasku. Kamu yang terlalu lelah untuk jadi pihak yang selalu mengalah."

"..."

"Mulai sekarang, kamu boleh jadi yang paling egois. Meninggikan egomu di hadapanku. Dan aku yang akan berlutut padamu, memohon."

"Konyol! Hubungan macam apa itu?!"

  Yixing berharap ada tawa kecil dari Kris yang terselip. Tapi tidak, Kris merasa tak ada yang perlu di tertawakan untuk saat ini."

"Aku sudah berencana menghubungimu lagi sejak malam itu, sedikit menunggu janjimu yang akan menemuiku. Sayangnya aku terlalu takut. Aku ketakutan membayangkanmu mengakhiri semuanya secara langsung di hadapanku."

"Aku bahkan merasa tidak sanggup melakukannya." lagi-lagi sebuah gumaman kecil dari Yixing. Keinginannya untuk menenggelamkan tangis pada bahu Kris sudah nyaris sebesar gunung.

"Yixing, janji sama aku satu hal."

"Apa?"

"Jangan pernah melepasku. Jadilah orang paling keras kepala jika suatu saat aku memintamu hal seperti itu lagi."

  Perlahan senyumannya hadir. Meski Yixing tetap merasa kalau ia akan segera mati karena rasa rindu yang sangat menyesakkan.

"Aku janji. Bagaimana denganku? Seberapa mudah kamu akan melepasku?"

"Saat yang akan menggantikan posisiku nanti memiliki kesempurnaan di atasku. Tapi kurasa itu mustahil."

  Yixing mendecih geli tapi sedetik kemudian terganti tawa merdu kesukaan Kris.

"Tipeku sekali, seseorang dengan kepercayaan diri yang besar. Aku rasa Wu Yifan memang tidak akan pernah tergantikan siapapun."

  Satu lagi tawa menyusul. Kris ikut tertawa, mencoba meluruhkan beban menyesakkan selama dua minggu ini. Cukup satu kali Kris mengizinkan kata 'berakhir' terucap oleh salah satu di antara mereka. Kris hanya tidak ingin kembali menjadi sebrengsek dulu. Ia telah menemukan satu alasan untuk memperbaiki hidupnya dan tidak akan pernah berencana melepasnya lagi. Ya, itu Zhang Yixing.

"Jadi, pergi besok pagi?"

  Kris membuka lagi pertanyaan. Sedikit canggung memang untuk kembali bersikap seperti biasa tapi memang sudah seharusnya mereka kembali pada kebiasaan lama.

"Iya, jam sembilan. Mau mengantar?"

"Aku sedang tidak di Beijing malam ini." tiba-tiba Kris ingin mengutuk soal konsep debut grupnya dulu karena membuatnya berharap semua itu menjadi kenyataan sekarang. Ia punya seekor naga yang bisa membuatnya terbang menemui Yixing saat ini juga. Otak sialannya sedikit konslet memang, "Kapan kembali lagi?"

"Mungkin di Shanghai seminggu lagi, kami akan konser disana."

"Aku jemput kalau begitu."

"Tap.."

"Tidak ada penolakan."

  Dalam sedetik Yixing lupa apa alasan utamanya jatuh cinta terlalu dalam pada si menyebalkan Wu Yifan. Tapi di detik selanjutnya ia segera sadar bahwa ada beberapa hal di dunia ini yang tidak butuh alasan, salah satunya adalah cinta.

"Pejamkan matamu dan dengarkan aku lagi, Yixing."

  Ketenangan yang mewarnai nada bicara Kris membuat Yixing langsung menurut kali ini. Matanya terpejam dan bayangan Kris muncul dengan sempurna di hadapannya.

"Maafkan aku."

  Yixing membayangkan satu kecupan mendarat lembut di dahinya.

"Terimakasih."

  Satu lagi di ujung hidungnya.

"Aku mencintaimu. Sangat."

  Dan Yixing benar-benar mengharapkan lumatan sensual yang manis di bibirnya oleh Kris.

.

.

.

.

.

.

.


 

 

 

 

 

 

Nah ga jadi putus kan itu kalau begitu?! Maaf buat chapter kemarin, aku cuma mau buat fiksi ini sedikit 'manusiawi'. Mereka dua orang cowok dewasa yang identik sama harga diri dan ego terus terlibat hubungan aneh, wajar banget kalo berantem mendadak dan ujungnya minta putus, butuh jeda sebentar di hubungan mereka buat mikirin semuanya. Sampai masing-masing sadar sendiri kalo ternyata mereka emang saling membutuhkan dalam hal apapun. Itu sih intinya yang ingin aku sampaikan di dua chapter terakhir.

Btw, PHONE udh 20 chapter ya? Maunya gimana nih? Mau terus lanjut biar ngalahin episodenya cinta fitri atau emang stop aja? Kan Wedding juga sudah mendekati tamat hohoho

Overall, thank you so much much much much much buat dukungannya selama ini. Serius ya, aku bertahan sama fanxing sejauh ini ya karna kalian semua, juga shippers gila yang sering chatting sama aku wks *damai, girls*

Pokoknya mah aku cinta kalian as much as aku cinta fanxing! Muach!

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
llalallala
sebenernya ini udah ga niat dilanjut, tp krn banyak tambahan subscribers dan viewers jd berubah pikiran.. buat yg udh Comment jg makasih byk, kalian yg terbaik!

Comments

You must be logged in to comment
KrAyFanXing #1
Chapter 35: . udah lama ga main ke sini lagi ...
. masih setia sama mereka walau berat ...
. mereka ga mau main kode2 lagi kayaknya , mau langsung aja hahaha ...



. tetap lanjut ya ,, semangat ... :D
caca_jung
#2
Chapter 35: Chapter 32: aku msh bertahan bahkan menunggu terus kode dri merka dan selalu nunggu phone terus lanjuttt.. tiap chapternya bikin buat emosi gue campur aduk sama kaya ceritanya..
Aakjendol #3
Ooooo..akhirnya..lanjuuut...juga..kange..udh gregetan lihat kode2 bertebaran...brrsa phone kyak beneran aja...hhh.btw..tetap shat n semangat..ya
CuteEvil #4
Chapter 35: Dan juga, saya lupa bilang, saking sukanya saya sama phone, cerita ini sudah saya baca berulang2 dan hebatnya saya nggk pernah merasa bosan
Sorry thor, saya komennya kebanyakan, soalnya saya bener2 semangat
CuteEvil #5
Chapter 35: Saya masih bertahan, dan berkat author semangat saya bertahan semakin besar...
Uuh, ini keliatan nyata dan selalu keliatan nyata, salah satu alasan kenapa saya selalu nunggu phone untuk update...
Maaf, saya bru menampakkan diri di episode yang bikin baper ini, tapi thor sebenernya saya penggemar berat phone dan author lallalalla...
Semoga author sehat selalu, dan fanxing semakin banyak memperlihatkan kode mereka oh atau kalau perlu go publik aja terus nikah...
Saya tunggu kelanjutannya thor...
Dan saya berterima kasih karena author tetap melanjutkan cerita ini...
KikyKikuk #6
Chapter 35: Mereka yg kena badai tapi kok ya aku yg mau nyerah..
:')
Hahhhh
Gak faham dek mau komentar apa
Nyesek aja sih intinya
MYixing10 #7
Aku disini masih setia jadi KLS..haha terima kasih untuk tetap bikin cerita tentang mereka.. Ditunggu cerita selanjutnya....
chamii704 #8
Chapter 35: Aaah...crita'a berlanjut kmbali...masih ad dikapal mereka..wlw mngkin kebanyakan istirahat didermaga(?) Karna kesibukan mrk...tp ttp nunggu agr kapal berlayar kmbli ^^
kutunggu crita berlanjut
healaynicorn #9
Chapter 35: OMGOMG!!! UR BACK!!?? YAY!!!!! thank u so so so much!! update lagi ya author-nim *wink* eheheh