second meeting

PHONE

setting waktunya sebelum time boils the rain rilis..

 


“Kamu semakin kurus, Zhang.”

“Kamu merusak suasana, Wu. Jadi diam saja!”

 

  Kris tipe pacar penurut. Ia membungkam mulutnya dan memilih mempererat dekapannya pada Yixing. Menahan diri untuk tidak melanjutkan ucapan tentang ‘tapi herannya kamu juga makin seksi, Xing’. Kris masih menginginkan eksistensi wajah mulusnya yang tanpa dihiasi bekas tamparan atau bahkan tonjokan. Yixing itu juga laki-laki, ingat?

  Lima belas menit benar-benar mereka habiskan dalam keheningan, juga kehangatan yang merambat melalui eratnya sebuah pelukan. Yixing selalu memanfaatkan kesempatan dengan baik dan ini adalah sebuah kesempatan baginya. Berada dalam dekapan tubuh raksasa Kris, ia akan mempertahankan posisi itu selama mungkin. Menyembunyikan senyum lebarnya dalam dekapan itu, menghirup parfum Kris yang nyaris ia lupakan seperti apa wanginya.

“Apa aku masih belum boleh bicara?” suara berat Kris mengintrupsi keheningan, membuat Yixing ingin menendang kakinya karena hembusan nafasnya yang menyentuh leher sensitive milik Yixing.

“Memang mau bicara apa?”

  Kris tersenyum, suara Yixing yang teredam tubuhnya terdengar lucu. Perlahan pelukan mulai melonggar, Kris sedikit menarik tubuhnya agar bisa menatap wajah orang yang dari tadi dipeluknya. Seketika perhatian langsung tertuju pada bibir tebal Yixing. Salahkan otak mesumnya yang semakin terasah.

“Aku merindukanmu.”

“Kalau itu sih aku juga sudah ta..”

  Kalimat Yixing yang terpotong menandakan aksi yang dimulai Kris. Tubuh tingginya membungkuk untuk mencapai bibir milik pacarnya. Menyesap dengan sangat lembut. Memberikan keyakinan besar akan arti kalimat ‘aku merindukanmu’ tadi. Yixing sendiri tak mampu berbuat banyak, seluruh sendi ditubuhnya melemas karena perlakuan lembut dibibirnya. Hanya menutup mata dan menikmatinya. Menahan tangis saat ia tak bisa mengingat kapan terakhir kali Kris menciumnya seperti ini. Rasanya sudah sangat lama.

  Kelembutan yang perlahan menjauh. Yixing membuka mata juga dengan perlahan. Pandangannya langsung dipenuhi sosok tinggi yang menatapnya dengan senyuman super tampan. Bukan senyum konyol bergusi yang selalu Yixing bilang menyebalkan. Senyuman ini yang membuatnya jatuh lebih dalam pada pesona si tinggi. Si tinggi yang amat dicintainya. Kris-nya. Wu Yifan-nya.

“Aku tampan ya, nyonya?” dan ketampanan disana hancur saat si pemilik wajah menaik turunkan alis tebalnya, niatnya sih untuk menujukkan seberapa tampan wajahnya tapi nyatanya malah bikin Yixing ilfeel.

  Yixing yang memang tidak begitu menyukai hal itu segera melayangkan tangan untuk menoyor kepala Kris. Sekaligus memutuskan tatapan intens yang tertuju padanya. Malu sekali jika wajah merahnya ketahuan, “Mati saja sana! Cium-cium seenaknya!”

  Dengan tampang bête Kris protes, “Hey! Kamu juga menikmatinya! Mengaku saja?!”

  Yixing memilih menatap pandangan gelap disekitar. Ring basket, pohon sakura disudut lapangan, sepatu Kris yang kelihatan mahal (ia mengingatkan diri untuk menginjak sepatu itu nanti, membuatnya iri saja!), gelang tali coklat dipergelangan tangannya. Apa saja asal tidak melihat makhluk tinggi berotak mesum dihadapannya atau wajahnya akan semakin merah.

“Kebiasaan. Kalo malu pasti mengabaikanku.” Kris masih merengut, melipat mukanya agar semakin kusut. Daripada kesel sama pacar sendiri, ia memilih memainkan smartphone-nya untuk memberi kabar seseorang. Iya, Luhan. Orang itu pasti masih dalam mode paniknya.

“SMS pacar baru ya?”

  Telinga Kris gatel rasanya denger kalimat itu dari makhluk manis didepannya. Dia diam saja, masih sibuk mengetik pesan untuk dikirim pada Luhan.

“Kenalin ke aku dong, Kris.”

  Kris masih bertahan melanjutkan ketikan di smartphone-nya, dalam hati mengomel tentang ‘apanya yang percaya padaku!’

“Cantik ga? Ah tentu saja, dia kan perempuan.”

“Diam atau aku akan benar-benar menciummu sampai tidak bisa bicara lagi!”

  Oke. Yixing yang bungkam dan jadi pacar penurut sekarang. Niatnya cuma bercanda, tapi Kris itu suka sekali mengancamnya dengan hal-hal yang berbau o. Otaknya memang semakin mesum sepertinya. Jadi sekarang yang Yixing lakukan adalah berdiri diam ditengah lapangan basket yang luas ini, menunggu orang didepannya menyelesaikan urusan dengan si benda sialan bernama smartphone-Yixing ingat pernah berjanji mengumpati benda itu- melakukan sesuatu disana yang entah apa.

  Tiga menit. Dan Kris memasukan benda-yang kata Yixing-sialan itu kedalam saku jaketnya. Lalu menatap si pacar manis yang sungguh sedang tak bergerak didepannya hanya bola matanya saja yang berputar kesana kemari melihat sekeliling. Dalam hati Kris mencibir, kenapa kesannya Yixing tidak mau dicium sama dia! Setelah menghembuskan nafas, yang lebih tua maju selangkah untuk meraih tangan pemuda didepannya lalu setelah itu menggenggamnya dan mulai berjalan meniggalkan lapangan basket. Tidak tahu mau kemana memang, tapi Kris rasa bicara sambil jalan berkeliling taman yang super sepi lebih baik daripada berdiri diam dengan keadaan canggung.

“Itu Luhan.”

“Apanya?”

“Yang aku kirimi pesan tadi. Dia minta segera dihubungi kalau aku sudah tau keberadaanmu.”

“Oh~”

“Kamu beneran masih ga percaya sama aku?”

  Yixing tertegun sebentar mendengar nada bicara yang terdengar sangat putus asa, posisi Kris yang menuntun didepan membuatnya hanya bisa menatap punggung lebar Kris yang terlihat nyaman itu. Kan Yixing jadi ingin mem-backhug pacarnya.

“Untuk saat ini, aku masih bisa percaya. Tapi kedepannya siapa yang tau? Yang pasti aku bakal berusaha bahagia kalo kamu bahagia meski itu bukan sama aku.”

  Sekarang Kris melepas tautan tangan mereka, membuat Yixing merasakan udara malam yang dingin dalam genggamannya. Pria tinggi didepannya berbalik, membuat posisi mereka kembali saling berhadapan. Udara disekitar Yixing serasa menipis saat tatapan tajam mata berwarna hitam itu memandangnya. Ada marah disana, tapi kekecewaan jauh lebih mendominasi.

“Bahagia dalam hidupku hanya Zhang Yixing. Jika itu bukan kamu, lebih baik aku mati saja.”

  Hampir saja Yixing meneteskan airmata mendengarnya, hanya saja ia segera ingat statusnya sebagai laki-laki. Kris tidak bohong, matanya bicara lebih jujur pada Yixing. Jadi tersenyum tulus pilihan yang lebih baik untuk Yixing sekarang. Memberikan kepercayaan yang terpancar melalui ketulusan sebuah senyuman. Lalu sekarang giliran Kris yang tertegun, dalam hati berteriak ‘Tuhan! Senyumannya makin manis saja dibanding liat di tv’. Ternyata dia sungguh telah menjadi fanboy pacarnya sendiri.

“Berbaliklah.”

  Alis Kris menyatu. Persis seperti yang dibayangkan Yixing selama dua bulan ini, pacarnya yang dalam mode bingung.

“Aku bilang berbalik, Kris” perintah kedua akhirnya dituruti. Kris memutar badannya jadi memunggungi Yixing. Mulai berpikir tentang kebiasaan Luhan menendang bokong orang tertular pada Yixing.

  Kenyataannya yang ia rasakan adalah kehangatan yang melingkupi area punggungnya. Yixing memeluknya dari belakang, menautkan kedua tangan diatas perut rata Kris dan menjadikan bahu Kris sebagai sandaran kepalanya. Dia sudah bilang dalam hati ingin mem-backhug pacarnya kan?

“Aku mencintaimu.”

  Kris dibuat merinding mendengar yang satu ini. Kalimat cinta yang biasa saja diucapkan Yixing sudah membuat jantungnya menggila, lalu sekarang, Yixing mengucapkannya dalam posisi seperti ini sambil berbisik tepat ditelinga Kris. Jangan lupakan suara lembut milik makhluk ini. Jika sudah begini jangan salahkan Kris yang otak mesumnya semakin terasah. Meski begitu, tangan besar miliknya juga mulai membungkus tautan tangan Yixing diatas perutnya. Mengusapnya lembut sambil menstabilkan detak jantung yang tidak tau diri.

“Kamu tau apa jawaban aku kan.”

“Memang. Tapi tetap harus dikatakan!”

  Kris tertawa sebentar sebelum benar-benar menjawabnya.

“Aku lebih mencintaimu, Zhang.”

“Kurasa sekarang marga Wu terdengar lebih keren.”

  Mengabaikan suara tawa khas Yixing, Kris membalikan badan dengan cepat. Membuat tawa Yixing berhenti karena terkejut kenyamanan yang tadi ia rasakan terlepas, dan itu menyebalkan sekali.

“Kamu mau nikah sama aku.”

  Yixing memutar malas bola matanya. Kris memberikan pernyataan namanya, bukan pertanyaan lagi. Lalu bisa dilihat sekarang, pacar Zhang Yixing yang sedang dalam mode ‘puppy’ nya. Bola mata hitam berkilauan yang membesar penuh harap. Yixing benar-benar berpikir jika Kris memang punya semacam obsesi gila untuk segera menjadikannya seorang suami.

“Untuk sepuluh tahun yang akan datang, iya.”

  Dan ‘puppy’ itu ditendang dari rumah mewah tuannya kejalanan yang penuh debu. Seperti itulah tampang Kris sekarang.

“Sepuluh tahun? Lama sekali! Aku keburu tua, Yixing.”

  Kris merajuk. Memajukan bibir-yang katanya-seksi beberapa mili kedepan. Menghentakan kaki panjangnya kejalan beraspal dibawahnya. Meniru gaya ngambek ala Baekhyun dan Kyungsoo, karena Chanyeol dan Jongin pernah bilang jika itu selalu berhasil membuat mereka luluh. Tapi masalahnya-

“Menjijikkan sekali, Wu Yifan!” Yixing yang sudah tidak kuat dengan pemandangan didepan matanya memilih lanjut jalan entah kemana.

-Kris bukan uke. Tentu saja akan terlihat menggelikan dibanding menggemaskan jika dilakukan oleh si duo uke cute EXO itu. Melihat pacarnya yang lagi-lagi mengabaikannya serta berkata yang menyakitkan, membuat Kris ingin menggali tanah dan mengubur diri disana. Tapi tidak jadi deh, dia masih ingin hidup menikahi Yixing. Jadi pilihannya sekarang adalah mengejar si manis berambut hitam yang sudah beberapa meter didepannya.

“Oke, ini serius. Kamu ga berpikir sepuluh tahun itu terlalu lama?”

  Saat langkah mereka sudah sejajar, Kris kembali bertanya dengan sungguh-sungguh. Menyadari bibir tebal pacarnya yang mengerucut dan itu terlihat imut, ia jadi berpikir kenapa tadi saat ia melakukan hal yang sama Yixing malah bilang itu menjijikkan ya? Ternyata Kris itu polos juga.

“Kita punya mimpi, fans, dan keluarga, Kris. Ga kepikiran kearah situ kan?” Yixing masih mencoba tenang ditengah rasa kesal yang menyerbunya. Membicarakan hal ini berulang kali, ia mulai berpikir tentang Kris yang egois dan tidak mengerti permasalahan utama dalam hubungan seperti mereka ini. Memutuskan untuk berhenti melangkah, menatap makhluk tinggi didepannya yang memasang tampang blank. Yixing melipat tangannya didada, saat angin malam mulai berhembus dari arah aliran sungai han disisi kanan mereka sekarang. Sweaternya masih belum cukup hangat untuk malam ini.

  Harapan mendengar Kris menjawab pertanyaannya segera teralih saat Kris melepas jaket hitamnya dan memasangkannya pada bahu Yixing. Ukurannya yang lebih besar membuat tubuh kurus Yixing tenggelam didalamnya, menjadi penghalang tambahan untuk sang angin menyentuh kulitnya.

“Apaan sih? Nanti kamu juga kedinginan.” Meski hangat, Yixing tetap menolaknya. Mengingat Kris yang sekarang hanya mengenakan kaos putih lengan panjang yang terlalu tipis untuk ditembus angin malam. Gerakannya melepas jaket tertahan oleh tangan besar Kris yang menyentuh lembut pundaknya, membuat jaket hitam itu tetap membungkus hangat tubuh kurus pacarnya. Selama pacaran, Yixing merasa ini tindakan Kris yang paling gentle dan romantis padanya.

“Tidak apa. Ayo jalan dan cari tempat yang lebih hangat.”

  Kris yang kekanakkan tadi berubah seratus delapan puluh derajat. Dia merangkul pundak Yixing dan membawanya kembali berjalan bersama, entah tempat hangat mana yang akan mereka temukan nanti. Yang penting seperti ini saja Yixing sudah merasa sangat hangat, asal Kris ada disampingnya.

“Ini cara tidak langsungmu merayuku untuk menikah ya?”

“Kenapa berpikir begitu?”

“Karena sekarang aku benar-benar berharap kamu suamiku. Perlakuanmu gentle sekali.”

  Senyum tampan Kris kembali Yixing lihat, meski pemuda itu tetap menatap kearah jalan setapak didepannya. Dia mengeratkan rangkulannya seiring dengan sebuah kalimat yang terdengar sangat dewasa.

“Aku mengerti, jika hal seperti itu alasanmu selama ini. Yang perlu kamu tau, aku akan selalu disampingmu untuk menghadapi semua hal yang tadi kamu sebut itu. Jika bersama, bukankah akan terasa lebih mudah?”

“Entah apa aku harus berterimakasih padamu. Aku masih merasa sedang dirayu olehmu saat ini.”

“Itu keberuntungan. Punya pacar romantis sepertiku.”

  Iya. Kris benar. Dalam hati Yixing berteriak menyetujui. Akan malu sekali jika ia mengakuinya secara langsung sekarang. Akhirnya hanya sebuah sandaran dibahunya yang Kris dapatkan sebagai jawaban dari Yixing.

.

  Perjalanan kencan tengah malam mereka kembali berlanjut dalam diam. Masih ditemani angin yang berhembus cukup kencang di jam setengah tiga pagi, tapi belum cukup mampu merusak kehangatan yang tercipta. Tidak ada tujuan, hanya mengikuti kaki yang terus melangkah di jalan setapak tepi sungai Han.

“Xing?”

  Kris lagi-lagi memecahkan kesunyian dengan suara beratnya.

“Apa?”

“Aku penasaran dengan satu hal.”

  Menoleh kesamping dan menemukan wajah Yixing berada sangat dekat, karena Kris masih merangkul erat pundaknya.

 “Kamu selalu penasaran dengan banyak hal, Kris.”

  Mengecewakan. Yixing yang bicara dengan pandangan yang tetap kedepan. Padahal kalo dia juga menoleh, Kris kan bisa mencuri cium dengan jarak sedekat ini.

“Serius ini, Yixing.”

“Memang siapa yang bilang kalau kamu sedang bercanda? Pohon sakura yang kita lewati tadi?”

  Selera humor Yixing itu payah, Kris mengakuinya tapi tidak berani mengatakannya. Dia kan sayang Yixing.

  Sudah Kris putuskan untuk tetap menanyakan hal yang membuatnya penasaran sejak masih mengobrol di line telpon. Langkahnya berhenti dan memutar tubuh Yixing agar berhadapan dengannya. Pacarnya itu hanya menatap bingung.

“Kalo aku memutuskan untuk tetap tidak menemuimu, bagaimana? Apa yang akan kamu lakukan sekarang”

  Dengan nada kelewat santainya Yixing menjawab, “Aku tidak memikirkannya. Karena aku yakin kamu bakalan datang.”

  Yixing selalu berhasil membuat pacarnya bingung, Kris didepannya mendesis jengkel.

“Lalu telepati itu kamu sungguh melakukannya?”

“Kamu kira aku memasang kamera tersembunyi ditempatmu begitu?”

  Nada bicaranya meninggi. Kris tau, pacarnya ngambek. Lagi.

“Aku bahkan gatau kamu tinggal dimana sekarang. Bagaimana aku bisa melakukan hal itu?”

  Kali ini terdengar sebuah kekecewaan disana. Merasa tertampar oleh apa yang Yixing ucapkan, Kris baru menyadari bahwa semakin banyak saja hal-hal yang ia sembunyikan dari sosok orang yang selama ini paling ia percaya. Perlahan tapi pasti akan membuat Yixing merasa semakin tidak berarti dimata Kris.

“Maafkan aku, Yixing.”

  Yixing diam. Pandangan matanya tetap lurus menerobos kedalam mata hitam milik Kris. Satu-satunya yang bisa membuat Kris gugup setengah mati. Yixing yang menatapnya intens.

“Aku hanya penasaran kenapa kamu bisa melakukan hal diluar nalar begitu.”

  Hanya hembusan nafas yang Yixing berikan sebagai jawaban. Ia kecewa, meski sadar hal itu berlebihan. “Menurutmu?”

  Akhirnya Yixing mulai melangkah lagi. Kembali meninggalkan Kris yang terdiam beberapa langkah dibelakangnya.

“Kamu belajar dari dukun mana?” Yixing sampai melompat kecil saking kagetnya ketika Kris sudah muncul lagi disampingnya. Satu hal yang ia lupakan kalau pacarnya punya panjang kaki yang ga normal, jadi lima langkah Yixing hanya butuh dua kali melangkah baginya untuk bisa menyusul. Ck, Yixing serius waktu bilang ingin punya pacar yang lebih pendek darinya. Tapi nyatanya malah Kris yang sangat ia cintai, “Bener ke dukun ya?”

  Tarik nafas-buang-tarik nafas-buang. Menghadapi pacar ganteng tapi nyebelin kaya Kris itu harus tenang. Yixing sudah banyak pengalaman untuk masalah yang seperti ini. Setelah merasa emosinya mulai stabil, tubuhnya bergerak untuk kembali saling berhadapan lengkap dengan satu langkah untuk semakin mendekat pada tubuh tinggi dihadapannya, “Kamu tau ga, Cinta bisa menghubungkan orang-orang yang merasakannya?”

  Kris menggeleng sambil sedikit bergerak mundur. Menjaga jarak amannya dengan Yixing sebelum radar mesumnya aktif. Meski sepi, taman ini kan tetap tempat umum.

“Penjelasannya terlalu panjang dan romantis untuk bisa diterima orang bodoh sepertimu itu. Intinya, aku bisa melakukannya karena aku mencintaimu. Sudah begitu saja. Jangan tanya lebih jauh kalo ga mau otakmu yang sudah kecil itu semakin menciut volumenya!” setelah teriakan kecil diakhir kalimat, Yixing lagi-lagi yang melangkah lebih dulu disana. Meninggalkan Kris yang ia yakin akan segera menyusulnya dalam lima detik.

“Aku baru tau Zhang Yixing bisa romantis juga.”

  Benarkan, malah belum sampai lima detik suara alas sepatu mahalnya yang bergesekan dengan aspal terdengar disamping Yixing. Dan juga Yixing ga ngerti bagian mana dari kalimat bernada ketus itu yang romantis? Sepertinya udara dingin malam mulai memengaruhi otak pacarnya.

“Aku sedang kesal, Kris, bukan lagi merayumu!”

  Sekarang terdengar suara cekikikan Kris ditengah gerutuan protesnya. Orang bodoh juga tau Yixing sedang kesal, tapi Kris tetap bisa merasakan perasaan tulus seorang Zhang Yixing padanya. Ia tidak bisa untuk tidak tertegun saat menyadari Yixing yang juga sangat mencintainya, bahkan hingga tahap bisa merasakan apa yang ia rasakan. Telepati itu membuktikan mereka yang saling ‘terhubung’ satu sama lain kan?

  Hembusan angin kembali menghantar keheningan. Kris memutuskan untuk menikmati mode ngambek Yixing saat ini. Karena demi apa, pacarnya yang ngambek akan terlihat sangat cute. Lihat saja bibir bawahnya ynag tebal itu mengerucut dan tertekuk kebawah atau jalannya yang tanpa sadar dibuat menghentak-hentak. Jangan salahkan Kris yang sekarang malah tersenyum lebar memandang Yixing disampingnya, “Apa sih liat-liat?”

  Oke, Yixing mulai risih daritadi cuma diliatin terus sambil senyum-senyum kaya psikopat gila. Tapi tegurannya malah membuat senyum Kris jadi sebuah tawa yang menurutnya amat menyebalkan. Tangannya yang besar tidak tinggal diam, menepuk-nepuk pundak Yixing sok akrab. Kalau hanya tepukan biasa sih tidak masalah, tapi ini sudah sampai tahap penganiayaan namanya. Membuat Yixing menyentak kasar tangan dipundaknya, hal itu juga membuat tawa berisik Kris berangsur reda dengan sebuah deheman diakhir, “Ehem maafkan aku.”

  Yixing melangkah makin cepat meski tidak mempengaruhi jarak diantara mereka, “Daritadi minta maaf terus. Ga punya kalimat lain apa?”

“Punya. Mau dengar?” tanpa menunggu pertanyaannya dijawab, Kris menarik tangan Yixing hingga si pemilik rambut hitam itu berhenti melangkah dan berhadapan dengannya. Zhang Yixing menahan nafas saat tiba-tiba Kris kembali menundukan kepalanya, berbisik dengan suara rendahnya tepat di telinga Yixing, “Aku mencintaimu, sayang.”

  Kalimat yang terdengar menyentuh itu malah menghasilkan injakkan di kaki Kris. Pelaku utamanya siapa lagi kalau bukan sang pacar yang punya leher super sensitive, “Itu geli, Kris!” Yixing sibuk mengusap-usap bagian leher yang tadi terkena hembusan nafas Kris. Lalu Kris tentunya tengah meringis dengan gerutuan yang terdengar  seperti ‘ ah sepatu baruku yang mahal’. Ternyata keinginan Yixing diawal tadi tercapai sudah.

“Baiklah baiklah, aku punya hadiah untuk orang yang sedang kesal.”

  Selesai menggerutu, mata hitamnya mulai bergerak melirik sekitar. Mencari tempat yang pas untuk mereka duduk. Omong-omong sudah hampir satu jam mereka berjalan keliling taman, Kris cukup peka untuk melihat Yixing yang mulai lelah, “Kita duduk disana ya.” Yixing yang sudah memasang tampang kepo saat kata hadiah terdengar, pasrah saja ketika jemari tangannya kembali bertaut dengan si tinggi. Kris menggenggam tangannya dan menuntunnya menuju bangku kayu dipinggir jalan setapak yang mereka lalui ini.

  Kris si gentleman sudah kembali, pikir Yixing.

.

.

  Mereka duduk dibangku kayu itu, hanya terpisahkan jalan setapak beraspal untuk bisa berhadapan langsung dengan aliran tenang sungai Han di depan. Angin malam masih berhembus cukup kencang menimbulkan suara gemerisik daun pada pohon sakura, Kris kembali menggerutu soal rambut coklatnya yang berantakan.

“Ck dasar perfeksionis!” Kris berhenti menyisir rambutnya dengan jari saat jaket hitamnya mendarat dipangkuannya. Ia sudah akan menolak lagi sebelum Yixing yang melotot membuatnya segan.

“Pakai atau kita putus?!” miris sekali nasib Kris yang status single-nya ditentukan sebuah jaket hitam. Jadi hanya pilihan ‘pakai’ yang bisa dipilih sekarang. Dia kan masih cinta Yixing.

“Jadi mana hadiahku?” ada nada tidak percaya disana karena Yixing tak melihat ada bungkusan atau apapun itu yang cocok untuk kata ‘hadiah’. Kris tidak membawa apapun saat datang tadi selain ponsel dan earphone-nya. Selesai memakai jaketnya, Kris mulai memutar sedikit tubuhnya untuk saling berhadapan menjadikan pria disampingnya titik fokus perhatiannya.

“Tapi sebelum itu, kamu ga punya sesuatu untuk dimakan? Aku lapar~”

  Mata sipit Yixing memicing melihat pacarnya yang mulai merengek lagi. Mengganggu sekali tampangnya itu. Tapi Yixing ingat ia sempat mampir ke supermarket 24 jam dekat dorm untuk membeli segelas kopi panas dan-

  Ia merogoh saku sweaternya, “Ini. hanya ada ini.”

“Pocky?”

-Sekotak banana pocky yang baru ia makan tiga batang.

  Kris mengernyit, memandang pocky dan Yixing bergantian, “Kamu lagi ngetes aku?”

“Maksudnya?”

“Ini ngasih pocky, ngajakin pepero kiss atau gimana?”

“Mesum!”

  Suara tawa menyebalkan Kris kembali terdengar. Yah memang hanya itu yang terpikirkan oleh Kris saat melihat pocky, “Aduh, Zhang. Aku banyak sekali tertawa malam ini.”

“Iya, dan wajahku ini pegal cemberut terus!” benar-benar, pertemuan kedua mereka ini seperti hanya menghasilkan tawa disatu pihak. Bukan berarti Yixing tidak bahagia, bertemu Kris setelah dua bulan lamanya? Tak ada yang lebih membahagiakan dari hal ini, “Yah setidaknya kamu berhasil buat aku yakin kalo kamu hidup dengan baik tanpaku.”

  Tawa Kris berhenti, melihat Yixing mengulurkan sekotak pocky padanya dengan senyum super manis yang bisa bikin diabetes. Lalu hawa panas mulai menjalari wajahnya. Sambil menerima pocky itu, Kris bicara “Aku hidup dengan baik ya karenamu, sayang. Terimakasih.”

“Sama-sama. Jadi mana hadiahku?”

“Ck bahkan aku belum memakan pocky ini.”

  Begitulah Kris dan hobby menggerutunya. Mengambil dua batang pocky sekaligus dan mulai mengunyah dengan berisik, tangannya merogoh saku kanan jaket tempat ia menaruh ponsel dengan earphone yang masih terhubung. Lalu mengeluarkan dua benda itu dari sana.

“Ponselku masih sangat bagus kok. Ga perlu ngasih punyamu, Kris.”

“Siapa juga yang mau ngasih kamu ponsel?!”

  Mencomot satu pocky lagi sebelum jemarinya bergerak meluruskan earphone yang kusut(?)

“Terus hadiahku apaaaa~”

  Uh, rengekan imut itu lagi. Serangan aegyo memang mematikan!
setelah earphone-nya sudah tidak kusut, kini Kris sibuk berkutat dengan smartphone putih berlogo apel yang digigit. Menscrol benda itu dengan ibu jarinya, sementara pocky masih terus ia masukkan kemulut dengan perantara tangan kanannya yang bebas. Sebagai pacar yang sabar Yixing mengunggu saja. Baru dibatang pocky yang keenam, Kris mengangkat kepalanya. Memasang earphone itu di kedua telinga Yixing.

“Hadiahmu, jadi orang pertama yang mendengarkan lagu solo pertamaku. Selamat!”

  Yixing belum sempat menjawab saat sebuah intro lagu terdengar lembut memenuhi indra pendengarannya, “Judulnya Time Boils The Rain.” Suara Kris jadi hal terakhir yang ia dengar sebelum memutuskan memejamkan mata untuk larut pada setiap nada dan lirik yang mengalun dari earphone putih itu. Berbeda dengan Yixing yang memejamkan mata, Kris memilih sosok pacarnya yang tengah menghayati lagu sebagai pusat pandangnya. Saat ini, Zhang Yixing terlihat seratus kali lebih indah dari biasanya.

Raindrops are blown into flowers by wind.
Flowing time cannot catch up with the galloping white horse.
Silly words written on your palms.
Do you still hold them tightly?
Clouds rolling up and down in summer,
tears are evaporated by flowing time.
All of us along the way,anyone got lost?

We promised not to leave each other,
must always be together,
even though we had to fight against time,
even though the whole world turned its back to us.
Snowflakes are blown into shining pieces by wind.
Our hairs are whitened.
We said that we would venture into the world together.

Do you still remember it?
In that summer, We made an infinitely large wish.
Hand in hand we may form a boat,
carrying us across the river of sadness.
You said that you would not part with me,
and that we would be together forever.

Now I want to ask you.
Was it just a kid’s babble?
I did not have the heart to cheat you in our green days.
Neither did I betray you at our young & stupid ages.

Oh, the heavy snow, please do not erase the traces of our past.
Oh, the heavy snow must not be able to erase the memory we left to each other.

What date is today?
Green grasses are thick.
The bright moon accompanies you a thousand miles away.

 

  Melihat gerakan earphone yang dilepas, Kris putuskan untuk bertanya “Bagaimana?” tapi hampir satu menit masih tak ada jawaban. Yixing memilih melakukan hal yang bisa membuat pacarnya gugup setengah mati. Menatap lurus  dan intens langsung ke dalam bola mata hitam milik Kris. Raut wajahnya datar jadi Kris tidak bisa membaca emosi apa yang sedang dirasakan pria didepannya.

“Kris?”

“Ya?”

  Detak jantungnya menggila saat Yixing yang tiba-tiba tersenyum, memunculkan satu dari sekian banyak hal yang Kris sukai darinya. Cekung mungil dipipi kanannya.

“Terimakasih. Lagu yang indah meski menyedihkan. Aku juga sangat suka suaramu disini, lembut dan romantis.”

  Kris juga ikut tersenyum, merasakan setiap ketulusan yang mengalun bersama suara lembut Yixing. Tidak pernah ada alasan untuk berhenti mencintai pria ini.

“Tapi lagu ini bukan untukmu.”

  Senyum Yixing berubah datar lagi, “Kenapa?”

“Terlalu menyedihkan untuk orang yang sangat menyenangkan sepertimu.”

  Melihatnya nyengir lebar, Yixing menyumpal sisa pocky yang masih empat batang itu sekaligus kedalam mulut besarnya. Kris melotot karena kesulitan mengunyah empat batang pocky sekaligus. Sementara sang pelaku tersenyum bangga dengan hasil karyanya, “Ampun deh, Zhang Yixing!”

  Bentakan seperti itu mana bisa membuat Yixing takut, yang ada ia malah menjulurkan lidahnya meledek. Kris menahan diri agar tidak bergerak cepat menangkap lidah itu dengan bibir untuk diajak duel bersama lidah miliknya. Tuh kan, Kris o lagi. Jadi untuk mengalihkan si pikiran o dari otaknya, lebih baik membahas soal lagu itu yang sempat melenceng bahasannya tadi.

“Lagu ini akan resmi dirilis besok.”

“Akhirnya pacarku jadi seorang penyanyi juga.”

“Selama ini aku juga kan penyanyi, Yixing!”

“Iya ya, aku lupa.”

“Dasar!”

“Mama-mu bagaimana? Kamu selalu bilang akan menunjukan lagumu pada beliau.”

“Mama akan jadi orang kedua nanti.”

  Seketika wajah antusias Yixing berubah sendu, menyadari satu hal tersirat di kalimat kris.

“Kamu akan pulang ke Kanada?”

  Kris membeku. Sementara dalam hati mulai mengutuk mulutnya yang lancang bicara sesuatu yang harusnya masih belum dikatakan. Tidak disaat suasana hangat ditengah mereka.

“Kris? Kenapa diam?” jujur, Yixing takut. Jika itu hanya Beijing atau Hongkong tidak masalah, tapi ini Kanada, sudah beda benua dan belahan bumi. Yang Yixing takutkan adalah Kris semakin tak terjangkau olehnya dan.. hilang

“Iya. Malam ini aku berangkat. Mama menyuruhku menetap disana untuk sementara karena proses syuting film telah selesai.”

  Dia sangat tau kekhawatiran dan rasa sedih yang pacarnya rasakan. Melihat Yixing yang menunduk dalam dan mulai meremas telapak tangannya, membuat Kris bahkan yakin jika perasaan pria itu pasti lebih buruk.

“Apa artinya ini pertemuan terakhir kita?”

  Kris menghela nafas, berusaha menghilangkan semua rasa negative yang menghimpit dada. Membuat tubuhnya dingin bukan karena angin yang sejak tadi menyapa.

“Tidak. Aku akan selalu menemuimu kapanpun aku bisa.” Sepasang tangan yang sejak tadi saling meremas kini terangkat,  Kris membungkusnya dengan kesepuluh jari tangannya. Menghantarkan rasa hangat ditengah tubuh yang mendingin, “Kamu masih tetap dipihakku, Xing?”

  Yixing mengangkat kepalanya, membalas tatapan Kris lalu mengangguk pasti. Kelopak matanya terus berkedip untuk menghalau benda cair yang siap meluncur disana. Kenapa juga ia harus menangis ketika tau hidup Kris akan jauh lebih baik bersama orangtua dan keluarga yang selalu dirindukan?

“Kris..”

“Hm?”

“Sekarang aku butuh sebuah pelukan.”

  Untuk sesaat Kris tersenyum. Sebelum didetik selanjutnya membawa tubuh kurus orang tercintanya kedalam pelukannya. Membuat Yixing berani mengeluarkan tangisnya dibahu Kris.

“Wu..”

  Ia selalu suka cara Yixing menyebut marganya.

“Iya, sayang.”

“Jangan pernah berhenti mencintaiku.”

  Pelukan itu semakin erat, Yixing menautkan jarinya erat dibelakang leher Kris.

“Tenang saja. Aku selalu punya sejuta alasan untuk tetap mencintaimu.”

 

  Sebuah pelukan menjadi awal dan akhir pertemuan mereka malam ini.


.

.

.

END (?)


 

chapter terpanjang dari seri PHONE, jadi maaf kalo ngebosenin..

saya udh fix gabisa nonton TLP, yang nanti nonton bisa bungkusin Zhang Yixing satu ga? bonus Luhan sama Baekhyun juga gapapa, pake Pocky rasa pisang lebih enak/?

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
llalallala
sebenernya ini udah ga niat dilanjut, tp krn banyak tambahan subscribers dan viewers jd berubah pikiran.. buat yg udh Comment jg makasih byk, kalian yg terbaik!

Comments

You must be logged in to comment
KrAyFanXing #1
Chapter 35: . udah lama ga main ke sini lagi ...
. masih setia sama mereka walau berat ...
. mereka ga mau main kode2 lagi kayaknya , mau langsung aja hahaha ...



. tetap lanjut ya ,, semangat ... :D
caca_jung
#2
Chapter 35: Chapter 32: aku msh bertahan bahkan menunggu terus kode dri merka dan selalu nunggu phone terus lanjuttt.. tiap chapternya bikin buat emosi gue campur aduk sama kaya ceritanya..
Aakjendol #3
Ooooo..akhirnya..lanjuuut...juga..kange..udh gregetan lihat kode2 bertebaran...brrsa phone kyak beneran aja...hhh.btw..tetap shat n semangat..ya
CuteEvil #4
Chapter 35: Dan juga, saya lupa bilang, saking sukanya saya sama phone, cerita ini sudah saya baca berulang2 dan hebatnya saya nggk pernah merasa bosan
Sorry thor, saya komennya kebanyakan, soalnya saya bener2 semangat
CuteEvil #5
Chapter 35: Saya masih bertahan, dan berkat author semangat saya bertahan semakin besar...
Uuh, ini keliatan nyata dan selalu keliatan nyata, salah satu alasan kenapa saya selalu nunggu phone untuk update...
Maaf, saya bru menampakkan diri di episode yang bikin baper ini, tapi thor sebenernya saya penggemar berat phone dan author lallalalla...
Semoga author sehat selalu, dan fanxing semakin banyak memperlihatkan kode mereka oh atau kalau perlu go publik aja terus nikah...
Saya tunggu kelanjutannya thor...
Dan saya berterima kasih karena author tetap melanjutkan cerita ini...
KikyKikuk #6
Chapter 35: Mereka yg kena badai tapi kok ya aku yg mau nyerah..
:')
Hahhhh
Gak faham dek mau komentar apa
Nyesek aja sih intinya
MYixing10 #7
Aku disini masih setia jadi KLS..haha terima kasih untuk tetap bikin cerita tentang mereka.. Ditunggu cerita selanjutnya....
chamii704 #8
Chapter 35: Aaah...crita'a berlanjut kmbali...masih ad dikapal mereka..wlw mngkin kebanyakan istirahat didermaga(?) Karna kesibukan mrk...tp ttp nunggu agr kapal berlayar kmbli ^^
kutunggu crita berlanjut
healaynicorn #9
Chapter 35: OMGOMG!!! UR BACK!!?? YAY!!!!! thank u so so so much!! update lagi ya author-nim *wink* eheheh