Worried

PHONE

 

 


 

Jika ada saat Kris merasa bahwa mengkhawatirkan seseorang bisa membunuh dirinya, itu adalah saat ini. Zhang Yixing sebagai pelakunya.

 

 

 

 

  Dengan penyamaran penuh ia melewati pintu kaca, menapaki langkah terburu-buru dalam sebuah gedung beraroma khas. Ia berjalan lurus menuju arah pasti yang seseorang sudah informasikan padanya. Mengabaikan eksistensi manusia lain di dalam gedung yang sama, mungkin saja beberapa ada yang mengenalinya, meski wajah sudah tertutup masker hitam dan topi putih yang ia turunkan ujungnya hingga menutupi mata juga jaket kulit hitam merk terkenal yang ia kancing keseluruhan. Jangan lupakan ketenarannya di seantero negeri saat ini, bahkan di pinggiran kota sekalipun orang-orang selalu mengelukan namanya.

  Tapi tujuan utamanya kesini bukan untuk survei ketenaran. Itu adalah untuk seseorang yang mungkin sedang berbaring tak berdaya di balik pintu kamar bercat putih di hadapannya.

  Kris membuka pintu sama tergesanya dengan langkah yang sedari tadi ia ambil, masuk melewati pintu perlahan karena tak ingin mengganggu sang pemilik kamar yang ia kunjungi. Helaan nafasnya terdengar. Sedikit lega kondisi orang itu tidak seburuk bayangannya saat mendengar tentang kata 'kecelakaan'. Perban yang melilit kepala, atau kaki dan tangan yang di gips, atau electrocardiography dengan bunyi dan grafik garisnya yang menyebalkan. Tidak ada semua itu.

  Hanya ada Zhang Yixing-nya terbaring disana. Mata yang tertutup membuat bulu mata panjangnya menyentuh lembut tulang pipinya yang semakin menonjol, deru nafasnya teratur dan terdengar nyaman sekali di pendengaran Kris, bibirnya teratup rapat dan lebih pucat dari biasanya, mengenakan baju pasien berwarna putih dengan motif titik-titik biru yang anehnya tampak manis ia kenakan. Tapi jarum infus yang menembus punggung tangan kiri Yixing kembali menambah persentase kekhawatiran Kris yang sejak awal sudah tinggi.

  Sadar bahwa sudah terlalu lama hanya berdiri di depan pintu-yang bahkan masih belum di tutup kembali- Kris mulai melangkah pelan setelah menutup pintu yang sekarang ia lakukan dengan hati-hati, tak ingin membangunkan putri tidurnya disana. Di langkah ke sembilan, Kris sampai di sisi ranjang Yixing. Kembali menghela nafas beratnya, menyadari jika kondisi Yixing yang dilihat dari dekat tidaklah terlalu baik meski tidak terlalu buruk juga. Kris tidak tahu kondisi pacarnya yang seperti ini patut disyukuri atau dikhawatirkan.

Ia menarik kursi disana untuk di duduki, tepat di sisi ranjang. Meraih tangan kanan Yixing yang bebas dari infus lalu ia genggam erat. Tangan itu tidak sehangat biasa. Selanjutnya, yang Kris lakukan adalah tetap di posisi seperti itu, sesekali tangannya yang lain bermain di helai hitam lembut milik Yixing. Memainkan peran sang pangeran yang sedang menunggu putri tidurnya bangun, tidak dengan ciuman, hanya hati yang berdoa tulus.
.

.

.

.

.

 

  Yixing mengerjap beberapa kali untuk mengumpulkan kesadarannya. Ia tidak ingat berapa lama sudah tertidur semenjak masuk ke kamar rawat. Sakit di pinggangnya masih ada meski tidak separah sebelumnya. Kelopak matanya juga masih berat pertanda kantuk yang belum juga mau menghilang. Mungkin dokter tadi memberinya obat tidur atau apa, Yixing tidak begitu mengerti, yang pasti tidurnya tadi sangat nyenyak. Membuatnya bangun dalam keadaan nyaman dan hangat.. Terutama pada tangan kanannya.

"Selamat pagi, Princess."

  Tangan kirinya hendak terangkat guna mengusap mata-karena Yixing tidak yakin apa yang dilihatnya itu nyata- sebelum menyadari bahwa ia tidak bisa melakukan itu, ada jarum infus yang menusuk disana.

"Kris?"

"Iya, kamu ga lagi mimpi. Aku ada disini bersamamu."

"Untuk apa?"

  Kris berdecak gemas, untung Yixing-nya sedang sakit kalau tidak sudah Kris tarik sekuat tenaga pipinya.

"Untuk mengucapkan selamat padamu."

"Hah?" Sepertinya kesadaran memang belum sepenuhnya menghampiri Yixing.

"Selamat, tuan Zhang Yixing. Anda berhasil membuat aktor tampan Wu Yifan nyaris mati dalam rasa khawatir."

  Kris masih menggenggam tangannya erat dan Yixing merasa nyaman. Perlahan Yixing mulai paham apa yang membuat pacar super sibuknya itu bisa ada bersamanya sekarang. Bibir lumayan pucat itu akhirnya mengembangkan senyum, dimplenya muncul. Kris selalu di buat kagum dengan pemandangan seperti itu. Jemari lentik dalam genggaman Kris juga bergerak membalas genggaman tangannya.

"Aku baik-baik saja."

"Bull."

"Dilarang mengumpat di rumah sakit, tuan."

"Aku tidak ingin bercanda."

"Kenapa kamu yang marah?"

"Aku tidak marah."

  Lalu Yixing menatapnya lekat, mata menyipit coba memberi intimidasi. Kris memang jadi terintimidasi. Kadar kemanisan Zhang Yixing semakin bertambah soalnya.

"Baiklah, aku hanya sedikit kesal. Orang -orang disana harusnya lebih berhati-hati menjagamu."

  Yixing melepas genggaman tangan mereka hanya untuk memukul pelan kepala Kris yang sudah tidak tertutup topi-maskernya juga sudah terlepas- menghasilkan 'aduh' keras dari yang lebih tua.

"Mereka crew film! Bukan bodyguard."

"Kalau begitu, aku sewakan bodyguard untukmu."

 Dalam keadaan apapun Yixing memang selalu berhasil di buat kesal olehnya. Yixing mengulurkan tangan kanannya, meminta untuk kembali berada dalam kehangatan genggaman Kris, yang langsung di kabulkan tanpa ragu. Kris tersenyum, menyadari Yixing-nya mulai bersikap manja.

"Simpan uangmu untuk keperluanmu sendiri. Agensiku masih mampu menyewakan bodyguard untukku."

"Ini sedang membandingkan kekayaanku dengan kekayaan agensimu?"

"Bukan begitu, bodoh! Lagipula aku hanya butuh dirimu yang menjagaku."

  Kris selalu suka keadaan saat Yixing tersenyum sambil menatapnya. Seperti Yixing sedang memberi keyakinan tersirat bahwa senyuman itu hadir karena Kris disisinya. Perlahan rasa khawatirnya mulai berkurang, tidak menghilang. Tapi cukup untuk membuat Kris ikut tersenyum dalam ketulusan yang sama.

"Bagaimana kalau kamu segera menerima lamaranku? Lalu kita bersembunyi di suatu tempat agar aku bisa menjagamu selamanya, hanya kita berdua."

"Itu terdengar menyeramkan." Suaranya yang sedang serak semakin lirih. Kris terdengar seperti psikopat dalam film yang pernah Yixing tonton entah kapan.

"Orang lain menyebutnya romantis, Zhang Yixing."

"Tapi orang lain itu bukan Zhang Yixing."

  Tawa lepas pertama dari Kris, ia mengeratkan genggaman tangan mereka bahkan menariknya mendekat untuk ia beri beberapa kecupan hangat di tangan lembut itu.

"Benar juga, lagipula aku tidak akan mengajukan pertanyaan seperti itu pada orang selain dirimu."

"Dilarang menggombali pasien rumah sakit, tuan."

"Maka cepatlah keluar dari tempat menyebalkan ini agar aku bisa bebas merayumu sampai kamu menerima ajakanku menikah."

"Apa hanya pernikahan yang kau pikirkan?!"

"Tidak juga. Ada Zhang Yixing yang selalu dipikiranku."

  Selanjutnya tidak ada balasan lagi dari Yixing, Kris menarik pandangannya sedikit ke atas. Menemukan Yixing tengah melawan rasa kantuk yang masih tersisa tadi. Matanya beberapa kali tertutup dengan sendirinya meski Yixing menolak untuk itu.

"Mengantuk?"

  Yixing mengangguk, "Sepertinya dokter terlalu banyak menyuntikan obat tidur padaku."

"Jangan menyalahkan dokter, itu artinya kamu memang butuh banyak istirahat. Sekarang tidurlah lagi."

"Tapi aku masih merindukanmu."

  Rasa rindunya mendapat balasan yang sama dari Yixing rupanya. Tidak akan pernah habis alasannya untuk merindukan Zhang Yixing.

"Aku juga merindukanmu. Tapi kamu harus istirahat, jadi tidurlah. Aku janji masih akan tetap disini saat kamu membuka mata lagi nanti."

"Dan menggenggam tanganku?"

  Kris tertawa sebentar sebelum menjawab dengan keyakinan penuh, "Dan menggenggam tanganmu."

"Yifan.." Lirih dan tipis suara yang Yixing keluarkan untuk menyebut satu kata yang selalu membuat Kris merinding saat mendengarnya. Sang puteri tidur sedang di ambang batas kesadarannya lagi.

"Ya?"

"Terimakasih sudah datang."

"Tentu."

"Kamu tahu aku selalu mencintaimu 'kan?"

"Tentu, sayang, karena aku juga melakukan hal yang sama. Mencintaimu"

  Satu kecupan di bibir mengantar Yixing ke alam tidurnya. Meninggalkan dunia yang terlalu enggan melepasnya hanya untuk sekedar berisitirahat. Wu Yifan mungkin satu-satunya tempat di dunia dimana Yixing bisa bebas jatuh tertidur lelap.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

...

 


 

 

 

 

 


Aku berharap ini nyata disana. Atau setidaknya kalau bukan Yifan, ada orang lain yang nemenin dia sekarang. Manusia keras kepala satu itu.. beneran harus nunggu ambruk dulu badannya baru dia mau istirahat. Lalu buat agensi dengan puluhan artis tenar di dalamnya, kayanya memberi libur satu dua hari untuk Zhang Yixing istirahat ga bakal ngasih kerugian besar buat kalian deh. Just please don't make me hate you even more, SM.

Get well soon, Yixingie.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
llalallala
sebenernya ini udah ga niat dilanjut, tp krn banyak tambahan subscribers dan viewers jd berubah pikiran.. buat yg udh Comment jg makasih byk, kalian yg terbaik!

Comments

You must be logged in to comment
KrAyFanXing #1
Chapter 35: . udah lama ga main ke sini lagi ...
. masih setia sama mereka walau berat ...
. mereka ga mau main kode2 lagi kayaknya , mau langsung aja hahaha ...



. tetap lanjut ya ,, semangat ... :D
caca_jung
#2
Chapter 35: Chapter 32: aku msh bertahan bahkan menunggu terus kode dri merka dan selalu nunggu phone terus lanjuttt.. tiap chapternya bikin buat emosi gue campur aduk sama kaya ceritanya..
Aakjendol #3
Ooooo..akhirnya..lanjuuut...juga..kange..udh gregetan lihat kode2 bertebaran...brrsa phone kyak beneran aja...hhh.btw..tetap shat n semangat..ya
CuteEvil #4
Chapter 35: Dan juga, saya lupa bilang, saking sukanya saya sama phone, cerita ini sudah saya baca berulang2 dan hebatnya saya nggk pernah merasa bosan
Sorry thor, saya komennya kebanyakan, soalnya saya bener2 semangat
CuteEvil #5
Chapter 35: Saya masih bertahan, dan berkat author semangat saya bertahan semakin besar...
Uuh, ini keliatan nyata dan selalu keliatan nyata, salah satu alasan kenapa saya selalu nunggu phone untuk update...
Maaf, saya bru menampakkan diri di episode yang bikin baper ini, tapi thor sebenernya saya penggemar berat phone dan author lallalalla...
Semoga author sehat selalu, dan fanxing semakin banyak memperlihatkan kode mereka oh atau kalau perlu go publik aja terus nikah...
Saya tunggu kelanjutannya thor...
Dan saya berterima kasih karena author tetap melanjutkan cerita ini...
KikyKikuk #6
Chapter 35: Mereka yg kena badai tapi kok ya aku yg mau nyerah..
:')
Hahhhh
Gak faham dek mau komentar apa
Nyesek aja sih intinya
MYixing10 #7
Aku disini masih setia jadi KLS..haha terima kasih untuk tetap bikin cerita tentang mereka.. Ditunggu cerita selanjutnya....
chamii704 #8
Chapter 35: Aaah...crita'a berlanjut kmbali...masih ad dikapal mereka..wlw mngkin kebanyakan istirahat didermaga(?) Karna kesibukan mrk...tp ttp nunggu agr kapal berlayar kmbli ^^
kutunggu crita berlanjut
healaynicorn #9
Chapter 35: OMGOMG!!! UR BACK!!?? YAY!!!!! thank u so so so much!! update lagi ya author-nim *wink* eheheh