021

Digging Chanyeol's Secret
Please Subscribe to read the full chapter

Matahari diselimuti awan kelabu sore ini, suhu udara musim gugur juga masih terasa sedingin hari-hari kemarin—malah rasanya lebih dingin. Sedari tadi Park Chanyeol sudah berdiri didepan pintu gerbang sekolah sambil menyidekapkan tangan guna menjaga tubuhnya agar tetap hangat, ia melongokan kepala dengan gugup kearah kerumunan yang berhamburan melewati dirinya. Ia berjinjit sambil menyensor wajah teman-temannya itu, namun tidak ada Byun Baekhyun diantara mereka—sama sekali belum ada tanda-tanda dari kemunculan anak itu.

Chanyeol terus menerus mendengus kecewa setiap kali gerombolan anak laki-laki melewatinya dan tidak ada Byun Baekhyun diantara mereka. Tapi tunggu dulu, Park Chanyeol tidak akan menyerah begitu saja. Ia terus mencari dan menunggu. Ia menolehkan kepala ke kanan dan ke kiri, mendongakan kepala, pokoknya ia terus mencari-cari si Byun Baekhyun ini diantara kerumunan orang-orang yang secara bergerombol melewatinya, takut kalau-kalau anak itu menyelinap pergi dan memutuskan untuk mengingkari janji.

Seharusnya tadi Chanyeol menawarkan diri untuk membantu saat  Baekhyun disuruh mengantarkan buku tugas milik anak-anak kelas ke kantor guru, seharusnya mereka pergi bersama—agar Baekhyun tidak kabur.

Duh memang sih Baekhyun tidak menolak diajak pergi, tapi tetap saja Chanyeol masih gelisah setengah mati tentang kemungkinan Baekhyun yang ternyata masih marah padanya, atau lebih parah... paranoid seperti yang pernah dikatakan Kyungsoo. Lagian apa-apaan sih Chanyeol tadi siang dengan santainya ngajak Baekhyun jalan? Er, untung saja ia hanya menyebutkan jalan, tak terbayang kalau Chanyeol menyebutkan ‘jalan’ itu dengan kencan.

“Jalan? Maksudmu hang out begitu kan?”

Chanyeol masih teringat ekspresi Baekhyun saat ia menanggapi ajakannya. Cowok itu kelihatan agak tak yakin saat Chanyeol menyebutkan soal ‘jalan’, dan semoga saja Baekhyun benar-benar sudah menganggap Chanyeol sebagai cowok normal, jadi ia tidak akan berpikiran bahwa ada kemungkinan Chanyeol memang sedang mengajaknya kencan.

“Eh anu, iya hang out maksudku. Sekalian beli keperluan rias wajah untuk pesta halloween nanti, juga sudah lama kan kita tidak keluar bareng. Hehehehe...”

Chanyeol terkekeh garing untuk menyembunyikan kegugupannya. Tentu saja sikapnya itu dibalas oleh picingan mata penuh kecurigaan yang datang dari Baekhyun.

Untungnya, setelah itu Baekhyun Cuma angkat bahu lalu mengiyakan.  “Boleh juga, tapi tolong traktir aku makan ya.”

Chanyeol mendesah lega saat ia melihat sosok Baekhyun di kejauhan sedang berjalan sambil mengobrol dengan Kyungsoo.

Ah... Do Kyungsoo. Hubungan Baekhyun dengan anak itu agak membuat Chanyeol khawatir akhir-akhir ini. Sekarang, setelah punya pacar, Kyungsoo jadi lebih sering menghabiskan waktu dengan pacarnya ketimbang dengan sahabatnya, si Byun Baekhyun—walaupun untungnya hal itu membuat Chanyeol berkesempatan berduaan dengan Baekhyun—tapi bukan itu sih yang mengganggunya, entah itu hanya perasaan Chanyeol saja atau bukan, Baekhyun dan Kyungsoo jadi agak menjauh, mereka juga tidak bercanda sesering biasanya... yah walaupun mereka baik-baik saja, tapi tetap saja rasanya ada yang aneh. Chanyeol jadi bertanya-tanya, apakah hal itu disebabkan oleh dirinya? Karena setelah dia akrab lagi dengan Baekhyun, Kyungsoo jadi lebih sering menyipitkan mata saat menatap Baekhyun.

“Hai!”

Chanyeol tersenyum pada Baekhyun dan Kyungsoo saat keduanya sudah semakin dekat. Chanyeol memutuskan untuk mengabaikan senyuman janggal yang terukir dibibir Kyungsoo ketika anak itu melirik sekilas padanya dan Baekhyun secara bergantian.

“Hai Yeol. Kudengar kau dan Baekhyun akan membeli perlengkapan rias wajah untuk pesta halloween nanti?”

Nada bicara Kyungsoo ceria sekali, seakan-akan dia baru saja  mendapatkan tiket gratis untuk nonton konser band favoritnya.

“Er... yeah.”

Chanyeol memandang  Baekhyun dari ujung matanya, berharap bahwa anak itu tidak menawari Kyungsoo untuk ikut bersama mereka, karena... yang benar saja? Chanyeol ingin menghabiskan waktu berdua dengan Baekhyun, waktu berdua diluar latihan band dan sekolah, waktu berdua yang berharga... tapi mungkin Baekhyun masih paranoid dan tidak sepenuhnya menganggap Chanyeol cowok normal, jadi ia mungkin ingin ditemani Kyungsoo, Chanyeol harus mengerti. Ia harus menerima.

Baekhyun memutar bola matanya, karena sekarang bukan hanya Chanyeol yang tengah meliriknya, Kyungsoo juga malah ikut-ikutan melirik Baekhyun sambil menyeringai lebar. Seringaian yang semoga saja hanya bisa diartikan oleh Baekhyun.

“Wah akan sangat menyenangkan kalau aku ikut,” Mendengar kata kalau aku ikut, Chanyeol jadi berharap Baekhyun tak akan pernah mengajak Kyungsoo untuk ikut.

“Kita bisa nonton film dan makan, tapi aku benar-benar ada urusan mendesak jadi—” lanjut Kyungsoo, tapi pidatonya itu harus dipotong oleh kata-kata Baekhyun yang diucapkan dengan terburu-buru.

“Sudahlah, nanti keburu malam. Ayo Yeol.” Baekhyun memutar bola matanya sebelum ia mencengkram dan menggeret lengan Chanyeol untuk berjalan ke halte bus. Chanyeol—bagaimanapun—bersyukur Kyungsoo tidak mengikuti mereka.

“Bersenang-senanglah!” Chanyeol mendengar suara anak itu di kejauhan.

“Kemana Kyungsoo?” Chanyeol menoleh lagi kearah tempat Kyungsoo tadi berada, namun anak itu telah menghilang diantara murid-murid lain yang berlalu lalang.

“Kupikir kau tidak peduli?” Baekhyun mendengus, sambil masih terus memegangi tangan Chanyeol agar berjalan secepat kaki buru-burunya melangkah. Ia sepertinya enggan menoleh. Baekhyun memang tidak ingin wajah penuh ejekan Kyungsoo memenuhi matanya saat ia melihat ke belakang.

“Aku memang tidak peduli kok.” Chanyeol berkata lirih sambil nyengir melihat tangan Baekhyun yang kini melingkar dilengannya.

Tentu saja ia tidak peduli, bahkan ia bersyukur. Yang ia pedulikan sekarang hanyalah Byun Baekhyun yang sedang menggandeng tangannya.

.

Chanyeol dan Baekhyun pergi ke toko make up terlebih dahulu. Mereka memutuskan untuk membeli eyeliner, lipstik merah darah, dan bedak yang bakalan bikin kulit wajah tampak putih pucat. Baekhyun kelihatan begitu gugup berada ditoko tersebut, apalagi dia hanya pergi berdua dengan Chanyeol. Baekhyun merasa tambah tak nyaman karena mbak-mbak disana terus-terusan tersenyum kearah mereka seperti mengejek, atau mereka mungkin sedang memikirkan sesuatu yang menyebalkan?

‘Mungkin kah mereka menganggap kami pasangan?’

‘Aish tentu saja tidak, aku kan sudah menjelaskan kalau kami hanya anak SMA yang sedang mencari keperluan pesta halloween bersama-sama.’

‘Apa yang kupikirkan sih?’

Baekhyun mendengus sebal sambil melangkah keluar dari toko, meninggalkan Chanyeol yang masih sedang membayar di kasir.

“Kau kenapa?” Chanyeol segera menyusul Baekhyun setelah ia selesai melakukan transaksi pembayaran, wajahnya menyiratkan kekhawatiran ketika ia memandang Baekhyun yang sedang berdiri menyender ditembok sambil cemberut. Di dalam toko tadi Baekhyun juga cemberut terus, Chanyeol jadi terus-terusan melirik padanya  sambil berdoa agar Baekhyun tidak langsung mengajak pulang setelah mereka selesai belanja.

“Habis ini kemana?” tak menggubris pertanyaan Chanyeol, Baekhyun malah melenggang santai mendahului rekannya itu. Padahal dia sendiri yang bertanya habis ini mau kemana, dasar. Tapi itu artinya Baekhyun masih ingin menghabiskan waktu dengan Chanyeol kan? Itu bagus. Chanyeol menyeringai senang.

“Kyungsoo tadi menyinggung-nyinggung tentang nonton film. Mau nonton film saja?”

‘Apakah ini kencan?’

Baekhyun memutar bola matanya, namun bibirnya secara sadar menyunggingkan senyum kecil.

“Bagaimana?”

Baekhyun memasang wajah bosannya lagi saat tau-tau saja Chanyeol sudah menyejajarkan langkah dengannya.

“Terserah.” Baekhyun mengangkat bahu.

Mereka pun pergi menuju gedung bioskop tanpa ada percakapan sama sekali. Chanyeol terlalu gugup dan terlalu takut jika ia salah ngomong, disisi lain Baekhyun menikmati keheningan diantara mereka.

.

Chanyeol dan Baekhyun sebenarnya tidak peduli-peduli amat tentang film apa yang akan mereka tonton. Mereka bahkan memilih untuk menonton film yang posternya paling tidak menarik. Sebenarnya itu Baekhyun yang milih, ia berharap yang nonton film itu hanya mereka saja berdua. Eits, jangan salah sangka dulu, Baekhyun Cuma berharap tak ada seorangpun—sekalipun orang yang tidak mengenalnya—yang bakal menyaksikan dirinya pergi menonton film berdua saja dengan Park Chanyeol. Gagasan tentang dirinya dan Chanyeol yang menonton film berdua saja masih terasa mengusiknya, walaupun dalam hati kecilnya yang terdalam—yang tak ingin ia bicarakan dengan orang lain—ia memang ingin nonton berdua saja dengan Chanyeol.

Chanyeol gugup sekaligus senang sekali saat ia menyadari diruang teater hanya ada dirinya dan Baekhyun saja. Baekhyun tampak begitu cuek melemparkan popcorn ke mulutnya, kelihatannya sama sekali tak merasa gugup maupun antusias menantikan film yang beberapa menit lagi akan diputar. Ia bahkan sepertinya tak memperhatikan Chanyeol curi-curi pandang kearahnya terus. ‘Itu bagus’, pikir Chanyeol, tapi bagaimanapun ia merasa kalau mereka harus bercakap-cakap. Kalau seperti ini terus rasanya sungguh-sungguh seperti kencan dengan gebetan beratmu. Kau akan terlalu gugup dan terlalu senang secara bersamaan sampai kau tidak bisa bicara. Baekhyun kan tidak ingin dianggap gebetan.

“Er, Baekhyun...”

“Hm.” Baekhyun mendongak dari popcornnya dan menatap Chanyeol. Tatapannya malas namun penuh perhatian.

Saat Baekhyun menoleh padanya, menatapnya dari mata ke mata, Chanyeol sadar ia tak punya pertanyaan basa-basi untuk diobrolkan, dan tatapan mata Baekhyun itu membuatnya susah berpikir . Chanyeol jadi merasa super bego karena ia berakhir dengan hanya menatap Baekhyun sambil melongo. Jantungnya berdegup kian kencang setiap kali detik terlewatkan ketika ia memandang Baekhyun. Telapak tangannya mulai berkeringat, dan ketika Baekhyun menyebut namanya, itu sama sekali tidak membantu.

“Kenapa Yeol?” Baekhyun bertanya lagi sambil melemparkan butiran popcorn lain ke mulutnya. Masih penuh perhatian.

“Tidak ada apa-apa.”

Chanyeol mendengus kemudian menatap layar yang sedang menampilkan iklan-iklan, jantungnya masih berdentum-dentum dengan liar. Chanyeol tahu Baekhyun sedang mengerungkan kening sambil menatapnya, tapi tidak, ia tidak sanggup menolehkan wajahnya pada Baekhyun sekarang. Ia tak sanggup karena ia masih kelihatan seperti seorang gadis remaja yang sedang melihat gebetannya lewat didepan muka, lagian ia belum menemukan topik pembicaraan menarik yang tidak akan membuat Baekhyun bosan.

‘Oh sial, kenapa aku ini?’

“Yah!” Baekhyun menggeplak lengan Chanyeol, anak itu tersentak seperti disengat listrik dan langsung menoleh kearah Baekhyun sambil menggigit bibir—masih gugup.

“Kau tadi mau bilang apa?” Oh iya, Baekhyun tak suka kalau ada orang yang mau bilang sesuatu padanya tapi malahan tidak jadi.

“Er, sebenarnya tidak ada apa-apa.” Chanyeol menggaruk alis lalu mulai menyentuh popcorn miliknya yang tadi terabaikan terus.

Baekhyun memicingkan matanya curiga, lalu ia pun mengunyah popcornnya lagi. Mengabaikan Chanyeol—walaupun tidak sepenuhnya.

Chanyeol—maupun Baekhyun—mendengus kecewa mendapati orang-orang mulai berhamburan ke ruang teater, yang artinya tidak hanya akan ada dia dan Baekhyun saja sekarang. ‘Baiklah mungkin itu sebenarnya adalah hal yang bagus.’

.

Film itu benar-benar payah, tapi oke juga kalau nontonnya dengan Baekhyun. Anak itu terus-terusan mengomentari akting si pemain, alur cerita, menebak-nebak adegan, menyuruh si pemain ini itu sambil menunjuk-nunjuk ke depan sampai penonton lain terganggu dan melihat kearahnya dengan tatapan menghujat. Pokoknya Baekhyun mirip ibu-ibu yang sedang nonton sinetron striping ribuan episode.

Chanyeol tentu saja lebih tertarik menonton Byun Baekhyun yang terus-terusan mengeluh dan marah-marah ketimbang film itu sendiri. Baekhyun lebih enak dipandang karena dia begitu manis ketika sedang jengkel. Bahkan, dengan senang hati Chanyeol rela menyediakan lengannya untuk dipukuli Baekhyun, karena yeah... anak itu memang senang memukul-mukul. Chanyeol sesekali cekikikan secara diam-diam ketika Baekhyun dengan lucu memijat pelipis atau bahkan hanya menghela nafas penuh kecewa.

.

“Pantas saja tidak ada yang mau nonton, filmnya benar-benar buruk!”

Tidak ada jelas adalah pernyataan yang tidak tepat, buktinya mereka mau menonton film itu sampai nama pemain dan krunya ditayangkan dilayar.

“Setuju. Kalau bukan karena kau yang mengomentari setiap adegan seperti komentator olahraga, aku mungkin sudah tidur dengan pulas.”

“Hahaha... kalau begitu berterima kasihlah padaku.”

“Terima kas

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Baekkswag #1
Chapter 30: Dan kenyataanya sampai sekarang kai dan d.o mengalami hal ini... bedanya cuman lagi menunggu d.o jujur pada dirinya/terima kenyataan that he loving him too...??
Cbhhkscm #2
Chapter 30: Gila, suka banget ceritanya
baeeki6104 #3
Hoho baeek malu tapi mau
koko_loey #4
Chapter 1: Rahasiaa apa?? baru chapter 1 udah penasaran bgt gw?
koko_loey #5
Aku reader baru, izin baca yaa
unni_fanna #6
Chapter 13: Keren banget ff nya..bikin yang kayak gini lagi dong kak hehe.. semangat nulisnya ^^
can_tbeempty #7
Chapter 30: Wah baek menjerit2 kenapa tuh......Hahaha. Seru bgt thor ceritanya!! Suka bangeett!!!!
can_tbeempty #8
Chapter 15: Complicated sekali yaaa
keyhobbs
#9
Chapter 30: berakhir sudah..hihi~akhirnya baek ngakuin juga tuh... Eh eh tpi jaehyun ama luhan jadinya gmana??kyungsoo sama sulli juga?kok bisa tiba2 putus gitu aja kan kasian kyungsoo nya...
ikabaek12 #10
Chapter 30: Yess!!! Chanbaek!!! Selalu dihati!!! #CBHS Luv you author sayang keep writing ya, all of chan love all baekh :v hehe *kibarbenderachanbaek semangat terus ya buat ff chanbaek lagi ya ya ;) Fighting!! Sequel leh uga, :D