015

Digging Chanyeol's Secret
Please Subscribe to read the full chapter

Chanyeol menatap arloji dipergelangan tangannya sambil mendengus pelan. Berkali-kali anak itu memerhatikan dengan saksama kerumunan yang melewatinya—berharap seseorang yang sedang ia tunggu berada dalam kerumunan tersebut.

Chanyeol menyesal karena ia tak membuat janji dulu. Walaupun ide untuk berbicara dengan Kyungsoo baru muncul beberapa menit yang lalu saat ia duduk dibangku bus, ia kan tetap masih bisa menelepon Kyungsoo untuk datang lebih awal atau setidaknya memberi tahu anak itu supaya menemuinya dengan segera. Tapi kalau dipikir-pikir percuma juga menelepon, Kyungsoo mungkin saja masih sarapan saat Chanyeol meneleponnya dan itu tak akan mengubah apapun—Kyungsoo akan meminta Chanyeol menunggu dan Chanyeol tentu saja akan menunggunya seperti sekarang. Bedanya hanyalah masalah tahu dan tidak tahu.

Baru saja Chanyeol berpikiran untuk menyerah menunggu Kyungsoo, ia melihat seseorang yang sedari tadi ditunggunya itu melangkah melewati gerbang diantara kerumunan yang lain. Chanyeol langsung memanggilnya kelewat bersemangat.

“Kyungsoo!” Chanyeol berteriak sambil melambaikan tangannya.

Yang dipanggil langsung saja menoleh, tak perlu mencaritahu siapa yang memanggilnya karena dari suaranya saja Kyungsoo sudah hafal bahwa itu adalah Chanyeol.

‘Tentu saja itu dia.’ Kyungsoo mendengus saat dilihatnya Chanyeol melambaikan tangan sambil tersenyum cerah.

“Sepertinya Chanyeol ingin berbicara denganku. Maaf, aku duluan ya Sull.” Kyungsoo berpamitan pada Sulli yang berjalan disebelahnya, gadis itu hanya mengangguk kecil sambil menggigit bibir bawahnya—sama sekali tidak berbicara sepatah katapun untuk melepas Kyungsoo pergi.

“Kyungsoo!!!”

Dari arah belakang, Kyungsoo bisa mendengar suara Baekhyun yang meneriakan namanya. Ia mendesis sebelum akhirnya berlari terburu-buru—sama sekali tidak berniat untuk berbalik dan melambaikan tangannya pada Baekhyun seperti yang selalu ia lakukan. Kyungsoo menyelinap diantara kerumunan dengan kecepatan luar biasa menuju Chanyeol.

Kyungsoo mengabaikan tatapan menghujat Chanyeol saat ia sudah berada didepan anak itu, ia juga merasa tidak penasaran kenapa ekspresi ceria Chanyeol bisa berubah mengerikan begitu cepat. Tanpa basa-basi Kyungsoo langsung saja menarik tangan Chanyeol untuk berlari sesegera mungkin, sejauh mungkin menciptakan jarak dengan Baekhyun.

“Sial!” Kyungsoo baru kepikiran mungkin saja Sulli memberi tahu Baekhyun kemana dan dengan siapa ia pergi.

“Ada apa?”

Chanyeol sama sekali tidak tampak kelelahan jika didengar dari tempo bicaranya yang stabil. Ia tidak terdengar ngos-ngosan seperti Kyungsoo yang sekarang sedang mangap-mangap berusaha menghirup oksigen melalui mulut dan kedua lubang hidungnya.

“Baekhyun. Kau pasti tidak ingin dia tahu kita bicara.”

Kyungsoo masih terengah-engah sambil membungkuk menumpukan telapak tangannya pada lutut. Kepalanya mendongak menatap Chanyeol dengan kesal.

Chanyeol langsung termenung mendengar nama Baekhyun disebut-sebut. Seketika ia merasa gelisah, ia hampir saja tidak bisa menahan dirinya untuk menekan dadanya yang berdenyut-denyut—bahkan mendengar namanya saja sudah membuat Chanyeol tak tenang. Namun sebisa mungkin, ia tidak menunjukan ekspresi apapun untuk dibaca Kyungsoo.

Kyungsoo sampai merasakan bahwa dirinya benar-benar tak mengerti kenapa bisa-bisanya Chanyeol bersikap begitu kalem mengetahui Baekhyun hampir saja tahu Kyungsoo menemuinya. Walaupun tak tahu pasti apa yang sebenarnya diinginkan Chanyeol, Kyungsoo mengerti pasti Chanyeol ingin merahasiakan pertemuan ini karena apapun yang akan dibicarakan Chanyeol dengannya, pastilah menyangkut Baekhyun.

Saat keduanya terdiam cukup lama, Chanyeol memandang sekeliling. Kyungsoo telah menyeretnya sampai ke belakang gymnasium dimana tidak akan ada seseorang yang berkeliaran—kecuali mereka berdua—pada jam segini. Chanyeol bersyukur karena Kyungsoo dirasanya masih sedikit mengerti tentang dirinya.

“Biarkan saja dia tahu.” Chanyeol mendengus perlahan, melipat kedua tangannya didepan dada sambil menyenderkan punggungnya didinding gym dengan gerakan santai. Sebetulnya, Chanyeol tidak sungguh-sungguh dengan ucapannya barusan. Ia sama sekali tidak berharap Baekhyun tiba-tiba saja muncul dan menyeret Kyungsoo pergi sebelum ia membahas apa-apa.

Kyungsoo memutar bola mata sambil mencibir.

“Sepertinya dia memang sudah tahu. Sulli mungkin saja memberitahunya sekarang.”

Kyungsoo juga menyenderkan punggungnya didinding gym, mengangkat bahu dengan laga tak acuh untuk menanggapi ocehan Chanyeol yang tidak dapat dipercayainya. Toh Kyungsoo pikir, tahu atau tidak tahu, Kyungsoo tetap akan memberitahu Baekhyun bahwa dirinya sudah menemui Chanyeol; mengabaikan pemikirannya yang pertama tentang merahasiakan pertemuan ini.

‘Memangnya aku peduli?’

“Kau dan Sulli... sudah sejauh mana?”

Chanyeol mengangkat satu alisnya kemudian menoleh kearah Kyungsoo sambil menampilkan senyum menghina. Senyum yang biasanya ditunjukan Chanyeol ketika ia menghujat Baekhyun. Namun sekarang saat Kyungsoo melihat senyum itu ditujukan kepadanya, hatinya mendadak menggelegak dan entah kenapa ia merasa sangat tersinggung.

Tubuh Kyungsoo langsung menegak.

“Kurasa kita disini bukan untuk membahas hal itu.” Gigi Kyungsoo saling bergemeretak guna meredam keinginannya untuk menyentak dan meneriakan kata-kata kasar pada Chanyeol. Ia mulai merasa gusar.

“Memang.” Chanyeol mengangkat bahu, menendang-nendang kerikil dibawah kakinya, masih tersenyum.

Kyungsoo merasakan dadanya semakin bergolak melihat kelakuan Chanyeol yang... mari kita sebut merendahkan atau mengejek, telapak tangan Kyungsoo sudah mengepal sedari tadi dan sedang ditahan-tahan olehnya untuk tidak melayangkan tinjunya itu kearah wajah Chanyeol. Kyungsoo sangat tidak menyukai nada bicara Chanyeol yang merendahkan, senyumnya yang menghina, dan terlebih lagi diri Chanyeol sendiri.

“Tapi kupikir kau mau memberitahuku karena kita teman, namun ternyata...”

Chanyeol mengagantungkan kalimatnya lama sekali. Ia menatap kakinya yang masih memainkan kerikil sambil merubah senyum menghinanya menjadi getir. Lambat-lambat ia mengangkat wajahnya menghadap Kyungsoo, menatap kedua manik yang terlihat berkobar memancarkan amarah dan kebencian.

“Apakah kita masih berteman Kyungsoo?”

Seperti terserang sengatan listrik, seluruh tubuh Kyungsoo menegang hebat selama sedetik lalu mulai melemas dengan perut yang bergolak-golak seperti ingin memuntahkan semua isinya. Kepalan tangan Kyungsoo terurai, kemarahannya menguap tak berbekas. Ia tak pernah merasakan sengatan rasa bersalah sehebat ini. Ia bahkan berpikir jika disisi tubuhnya tidak ada dinding, mungkin ia akan roboh bersimpuh diatas tanah.

Nafas Kyungsoo terengah, bukan karena ia habis berlari atau ia punya penyakit asma yang bisa kambuh disaat-saat seperti ini. Kyungsoo merasa terkejut sampai-sampai ia merasa seluruh oksigen dalam paru-parunya tersembur keluar.

Pertanyaan Chanyeol sungguh membuatnya terhenyak. Apakah kita masih berteman...? Kyungsoo tidak tahu pasti. Tapi semenjak ia mendengar pengakuan cinta Chanyeol pada Baekhyun—secara tidak sengaja, tentu saja—beberapa bulan yang lalu, ia merasa ngeri sendiri, dan ia selalu berkeinginan untuk berada jauh-jauh dari Chanyeol dan melindungi Baekhyun.

Kyungsoo sangat mengkhawatirkan Baekhyun. Saat melihat anak itu hanya terdiam membisu kala Chanyeol menyatakan rasa sukanya, Kyungsoo sempat berpikir kalau Baekhyun sudah mati berdiri saking kagetnya. Namun tanpa diduga, saat Baekhyun melihat Kyungsoo masih disana, ia menggunakan Kyungsoo sebagai alasan,

“Ah Yeol, aku lupa aku harus pulang dengan Kyungsoo.”

Bahkan Kyungsoo masih ingat Baekhyun tersenyum pada Chanyeol, dan Kyungsoo masih ingat Chanyeol melambaikan selamat malam pada kedua temannya itu. Chanyeol sepertinya tak punya gambaran tentang apa yang akan menantinya setelah liburan musim panas.

Kyungsoo juga masih ingat, Baekhyun gemetaran hebat saat perjalanaan pulang dan Kyungsoo hanya bisa menepuk bahunya untuk mencoba menenangkan. Baekhyun tak bisa tenang tentu saja, Baekhyun tak pernah tenang lagi setelah kejadian itu.

Kyungsoo selalu merasakan empati mendalam terhadap Baekhyun. Walaupun Chanyeol juga teman dekatnya, ia masih berpikiran bahwa Baekhyun lah yang menderita, Baekhyun lah yang merasa tertekan. Namun sekarang saat Chanyeol menanyakan pertanyaan itu untuk pertama kalinya—dengan sorot mata penuh kepedihan dan senyum getir yang kentara, anggapan bahwa hanya Baekhyun yang menderita, runtuh sudah. Ia sadar bahwa selama ini Chanyeol juga tersiksa.

“Maaf.”

Kyungsoo benar-benar bersungguh-sungguh merasakan penyesalan yang sangat mendalam mengingat betapa mengerikannya ia sebagai teman. Baiklah, bahkan Kyungsoo merasa ia tak pantas mengaku sebagai teman Chanyeol. Ia sudah meninggalkannya, ia sudah meninggalkan Chanyeol, mengabaikannya dan bahkan turut merasa jijik atas ketidak-normalannya.

“Aku benar-benar minta maaf Yeol.” Kyungsoo menarik nafas panjang, mengalihkan pandangannya pada apapun selain Chanyeol, namun sayang ia tak bisa fokus pada hal lain.

“Tidak masalah, Baekhyun memang lebih membutuhkanmu dari pada aku.”

Terlihat dari ujung mata Kyungsoo, Chanyeol sedang tersenyum tulus kearahnya.

‘Kau bohong. Kau salah, seharusnya aku bisa memerhatikanmu juga. Seharusnya aku berada disampingmu juga. Seharusnya aku tidak memihak pada siapapun. Harusnya aku...’

Kyungsoo merasakan rasa bersalah menghantamnya bertubi-tubi saat ia menyadari bahwa Chanyeol masihlah Chanyeol yang dulu; Berbicara dengan nada menenangkan, menatap dengan penuh kedamaian. Mungkin jika Kyungsoo tak pernah meninggalkan Chanyeol, Chanyeol tak akan pernah bersikap seperti yang selama ini ditunjukannya pada semua orang—dingin dan sinis. Kyungsoo mengepalkan telapak tangannya menahan keinginan untuk menampar dirinya sendiri.

“Kau juga jijik padaku, iya kan?”

Demi Tuhan, Kyungsoo ingin bumi menelannya sekarang juga! Bagaimana bisa ia menjawab pertanyaan itu? Jujur akan menyakitinya, berbohong? Kyungsoo tak bisa berbohong pada Chanyeol.

“Aku mengerti Kyung. seseorang yang berbeda memang kadang mengerikan.”

Kyungsoo langsung menarik nafas cepat-cepat,

“Aku seharusnya tak bersikap begitu kan?” Kyungsoo bertanya dengan suara gemetaran. Chanyeol hanya mengangkat bahu sambil tersenyum miring.

“Itu bukan kemauanmu, ya kan?...” suara Kyungsoo masih bergetar, kedua pupil matanya bergerak-gerak gelisah menghindari melihat pada Chanyeol.

“...menyukai Baekhyun seperti itu.”

Perlahan, kedua manik gelap Kyungsoo akhirnya memutuskan untuk menatap langsung pada Chanyeol. Kyungsoo tampaknya menahan kegentaran dengan usaha penuh karena ia masih merasa jika Chanyeol tersenyum pun itu tak akan menenangkan hatinya.

Chanyeol bergeming mendengar pertanyaan Kyungsoo, bahkan ia tak berkedip untuk beberapa detik seperti patung batu. Apakah menyukai Baekhyun bukan keinginannya? Apakah itu hanya terjadi begitu saja? Bagaimana awalnya dia bisa menyukai Baekhyun?

Ingatan Chanyeol berputar, menampilkan slide-slide kenangan yang masih tergambar jelas dalam benaknya. Chanyeol memang tidak mengingat bagaimana awalnya atau sejak kapan perasaan itu muncul. Namun ia ingat betul setiap detik dengan Baekhyun selalu membuatnya merasa bahagia dan lengkap. Ia mencintai Baekhyun, ia ingin melindungi Baekhyun, ingin menjaganya, ingin memeluknya setiap saat. Chanyeol tak ingin Baekhyun terluka, Chanyeol ingin Baekhyun tahu betapa besar rasa sayang Chanyeol padanya. Chanyeol tak pernah membayangkan Baekhyun akan meninggalkannya. Jika Baekhyun tidak mencintai Chanyeol seperti Chanyeol mencintai Baekhyun pun... Chanyeol ingin Baekhyun untuk tetap tinggal.

Bagaimana dirinya begitu tampak hina hanya karena mencintai sesama jenis? Bagaimana mencintai seseorang dinilai begitu rendah? Bahkan oleh orang yang dicintainya.

“Tentu saja itu bukan keinginanku.” Akhirnya Chanyeol memberikan jawaban. Nada bicaranya tegas namun ada terselip sedikit kemarahan diantara ketegasannya itu.

“Jadi sekarang bagaimana?” Kyungsoo bertanya sambil mendengus.

“Baekhyun sudah terlanjur membenciku. Mau bagaimana lagi? Kita nikmati saja permainan ini.”

Chanyeol menatap Kyungsoo sambil tersenyum getir. Mata Kyungsoo membulat mendengar penuturan Chanyeol barusan, permainan katanya?

“Baekhyun tak pernah membencimu! Walaupun beribu-ribu kali dia mengatakannya, sebenarnya dia tidak pernah membencimu. Kami tak pernah membencimu Yeol...” Kyungsoo mulai berteriak dengan tak sabar, namun ia memelankan suaranya diakhir pernyataannya itu. Kyungsoo mendengus terlebih lagi saat ia teringat bahwa Chanyeol menganggap ini permainan? Hanya permainan? Yang benar saja!

“Bagaimana bisa kau menganggap ini hanya sebuah permaian?!”

Chanyeol menaikan satu alis. Pancaran kemarahan dalam mata Kyungsoo kembali namun ia tak peduli dan hanya mengangkat bahu untuk menanggapinya. Chanyeol sendiri tak tahu. Kenapa ia menyebut ini permainan? Mungkin karena ia tak ingin menganggapinya dengan serius.

“Baekhyun menyayangimu.” Chanyeol langsung menoleh pada Kyungsoo, jantungnya berhenti berdetak beberapa detik.

“Maksudnya sebagai teman. Aku juga menyayangimu Yeol.” Kyungsoo buru-buru menambahkan. Chanyeol memalingkan wajah, tampak agak kecewa.

Ada jeda yang cukup panjang setelah itu. Keduanya bisa mendengar bel berbunyi nyaring dan langkah kaki terburu-buru dikoridor terdekat dari tempat mereka berada sekarang; namun keduanya sama-sama bergeming dan mengabaikan suara-suara itu sampai keadaan kembali hening.

“Memangnya apa sih yang kau harap kan?”

“Aku berharap Baekhyun bisa balas mencintaiku.” Kyungsoo memutar bola matanya sambil mendengus panjang. Dia sangat kesal, kenapa sih Chanyeol sangat keras kepala?

“Apa Jaehyun saja tidak cukup?”

Jaehyun? ah, Chanyeol jadi teringat alasan kenapa ia ingin berbicara dengan Kyungsoo.

*

“Yah! Kemana saja kau empat jam ini!”

Jaehyun langsung berdiri dari bangkunya dan mengomel saat Chanyeol muncul dari balik pintu kelas. Hampir seluruh siswa yang masih belum keluar untuk istirahat makan siang menoleh kearah gadis itu lalu kepada Chanyeol yang tengah melenggang santai kearah bangkunya yang berada disamping Jaehyun.

Chanyeol memang tak masuk kelas selama empat jam pelajaran. Entah dimana keberadaannya tak ada yang tahu selain Tuhan dan Chanyeol sendiri. Kyungsoo yang sama-sama bolos, masuk dan mengikuti pelajaran pada jam pelajaran ketiga. Jaehyun sampai khawatir dan diam-diam mengirimi Chanyeol pesan dari bawah kolong meja pada jam pelajaran ketiga saat Kyungsoo masuk. Tapi anak itu tak membalas pesannya.

“Bolos?”

Chanyeol mengangkat satu alisnya sambil tersenyum jenaka; seperti tak yakin dengan jawabannya sendiri. Jaehyun memutar bola matanya namun tak bisa menahan cengiran melihat Chanyeol terlihat lebih ceria dari biasanya. Kekesalannya serasa menguap.

“Jae, ayo kita makan. Aku lapar.” Chanyeol memanyunkan bibirnya dengan sok imut sambil mencengkram perutnya saat ia sudah berada didepan Jaehyun. Belum lagi tangan Chanyeol yang lain tak biasanya menarik-narik blazer Jaehyun dengan manja.

Mata Jaehyun membulat melihat tingkah Chanyeol yang tak seperti biasanya.

“K-kau kenapa sih?” Jaehyun bertanya dengan gigi dirapatkan, wajahnya sudah semerah cabai gara-gara tersipu dan malu.

Jaehyun melirik sekeliling dan mendapati teman-teman sekelasnya masih menonton adegan demi adegan yang sedang Chanyeol dan dirinya lakukan. Jaehyun bisa melihat mata-mata teman sekelasnya berkilat, mulut-mulut mereka mulai menyeringai, dan Jaehyun hafal apa yang akan terjadi setelahnya.

“Cieeeeee.....” Jaehyun memejamkan mata sambil meniup poninya, gadis itu lalu berlari keluar kelas sambil menangkup kedua telinganya rapat-rapat, namun bagaimanapun ia tetap saja masih bisa mendengar sorakan teman sekelasnya dan suara tawa Chanyeol yang khas diantaranya.

Wajah Jaehyun terasa semakin panas.

.

“Yah, kenapa masih cemberut begitu?” Chanyeol mencubit hidung Jaehyun, menarik-nariknya sampai hidung gadis itu berubah merah. Jaehyun berhenti cemberut tapi malah mulai meringis.

“Aw, sakit!” gadis itu memukul tangan Chanyeol yang mencubit hidungnya. Chanyeol hanya terkekeh-kekeh lalu mengelap bibirnya dengan kertas tisu.

Ini pertama kalinya Jaehyun makan siang di Kafetaria bersama Chanyeol, dimeja yang sama, dan hanya berdua saja. Jaehyun tidak peduli Chanyeol kerasukan setan apa sampai-sampai sikapnya berubah sangat drastis terhadapnya. Yang penting sekarang, Chanyeol jadi bertingkah super manis pada Jaehyun dan Jaehyun menyukainya.

‘Apakah selama empat jam membolos Chanyeol melakukan tapa?’ Jaehyun menampik pemikiran bodohnya. Mana ada bertapa Cuma emat jam? Dan dimana kira-kira dilingkungan sekolah ini yang cocok dijadikan tempat pertapaan? Diatas lubang wc?

“Apa kau tetap tidak mau memberitahuku kemana kau pergi empat jam tadi?” Chanyeol menggeleng, masih mengulum senyum.

“Kau selingkuh ya?” Jaehyun cemberut.

“Menurutmu?” Chanyeol tersenyum semakin lebar.

“Tuh kan benar kau selingkuh. Siapa cewek brengsek itu?” Jaehyun semakin cemberut, ia memukul meja dengan keras menggunakan kepalan tangannya. Hal itu tentu saja terlihat menggemaskan bagi Chanyeol dan membuat Chanyeol semakin terhibur.

“Apa kau sedang mempermainkanku?” Jaehyun memutar bola matanya saat melihat Chanyeol tertawa keras sambil bertepuk tangan.

“Oh.” Chanyeol mengangguk sambil masih terkekeh-kekeh.

“Hai Yeol, hai Jae.”

Entah darimana datangnya tiba-tiba saja malaikat ini—eh maksudnya Luhan—sudah duduk dengan anggun disebelah Jaehyun. Chanyeol tersenyum sambil balas ber-hai sedangkan Jaehyun masih bergeming diposisi duduknya tanpa balas menyapa. Ia bingung kenapa tiba-tiba Luhan bisa muncul disebelahnya.

“Ada apa hyung?”

Chanyeol bertanya saat kelihatannya Luhan ingin menyampaikan sesuatu hal namun ia terlihat ragu-ragu. Ia juga terlihat seperti ingin ditanya duluan.

Luhan mengerling pada Jaehyun sekilas sebelum menegakkan posisi duduknya—Jaehyun bersumpah ia melihat Luhan berkedip padanya!—Luhan kemudian berdehem beberapa kali dari balik kepalan tangan sambil melirik pada Chanyeol sebelum mulai bicara.

“Er, aku sangat menyesal Yeol harus mengatakan ini.” Luhan berkata dengan intonasi kaku yang formal.

Chanyeol mengangkat satu alisnya menanti kelanjutan kata-kata dari mulut Luhan. Dia pikir, jika Luhan sudah berbicara kaku dan formal seperti itu berarti ada hal serius dan hal tersebut pasti menyangkut dirinya. Er, Chanyeol benar-benar benci mendengar kata-kata penyesalan Luhan, karena artinya pasti hal yang akan dibicarakan Luhan adalah hal yang buruk.

“Bintang tamu untuk pesta halloween nanti, kau tahulah band itu.” Luhan mengangkat bahunya sekilas lalu memutar pandangan kesekeliling dengan gerakan cepat sebelum kembali menatap Chanyeol.

“Band itu tidak bisa datang, jadi panitia sedang mencari band lain. Tapi ada yang bilang kenapa mencari band luar kalau kita bisa membuat band sendiri kan?”

Jaehyun yang mendengarkan obrolan membingungkan ini rasanya ikut berputar-putar bersama kata-kata Luhan tentang pesta halloween dan band bintang tamu.

“Jadi kubilang saja ya, dan er... aku ingin kau jadi salah satu yang ada di band.” Mata Chanyeol langsung membulat mendengar penuturan paling terakhir yang dilontarkan Luhan.

“Hah? Tidak mau!” Chanyeol yang sedaritadi hanya diam menyimak langsung menyalak sambil melipat tangannya didepan dada. Matanya masih dengan galak melototi Luhan.

“Aish, aku sudah menduga kau akan menolak.” Luhan mendengus pasrah lalu menopang kening terlihat frustrasi. Posisi duduknya langsung merosot tak bersemangat.

Please Subscribe to read the full chapter

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Baekkswag #1
Chapter 30: Dan kenyataanya sampai sekarang kai dan d.o mengalami hal ini... bedanya cuman lagi menunggu d.o jujur pada dirinya/terima kenyataan that he loving him too...??
Cbhhkscm #2
Chapter 30: Gila, suka banget ceritanya
baeeki6104 #3
Hoho baeek malu tapi mau
koko_loey #4
Chapter 1: Rahasiaa apa?? baru chapter 1 udah penasaran bgt gw?
koko_loey #5
Aku reader baru, izin baca yaa
unni_fanna #6
Chapter 13: Keren banget ff nya..bikin yang kayak gini lagi dong kak hehe.. semangat nulisnya ^^
can_tbeempty #7
Chapter 30: Wah baek menjerit2 kenapa tuh......Hahaha. Seru bgt thor ceritanya!! Suka bangeett!!!!
can_tbeempty #8
Chapter 15: Complicated sekali yaaa
keyhobbs
#9
Chapter 30: berakhir sudah..hihi~akhirnya baek ngakuin juga tuh... Eh eh tpi jaehyun ama luhan jadinya gmana??kyungsoo sama sulli juga?kok bisa tiba2 putus gitu aja kan kasian kyungsoo nya...
ikabaek12 #10
Chapter 30: Yess!!! Chanbaek!!! Selalu dihati!!! #CBHS Luv you author sayang keep writing ya, all of chan love all baekh :v hehe *kibarbenderachanbaek semangat terus ya buat ff chanbaek lagi ya ya ;) Fighting!! Sequel leh uga, :D