010

Digging Chanyeol's Secret
Please Subscribe to read the full chapter

“Tapi, kenapa Luhan hyung bias ada diatap bersamamu?”

“Bagaimana kau tahu?”

Bukannya menjawab apa yang Chanyeol tanyakan, Jaehyun malah balik bertanya sambil mengerjap-ngerjap dengan wajah keherannan. Chanyeol mendengus sambil meletakan pulpen dengan sebal melihat tingkah Jaehyun.

“Cih, apa kau sedang mengalihkan pembicaraan?” ia menggerutu pelan diantara dengus nafasnya lalu berdiri untuk menata buku-buku yang sudah selesai dilabeli kedalam rak dibelakang mereka.

“Luhan oppa sepertinya sedang sangat sedih kemarin.” Jaehyun menopang dagu sambil membayangkan Luhan yang menangis kemarin. Rasanya aneh sekali melihat cowok se-manly Luhan menangis.

“Sedih kenapa?” Chanyeol mengambil setumpuk buku yang lain sambil curi-curi pandang kearah Jaehyun.

“Huft, Entahlah...” Jaehyun menghela nafas panjang lalu kembali menempeli label. Dibelakangnya Chanyeol menata buku sambil cemberut, dia kan bertanya kenapa Luhan bisa bersama Jaehyun; bukan bagaimana suasana hati Luhan waktu itu. Menyebalkan sekali.

“Tapi bagaimana kau tahu?” Jaehyun tiba-tiba menjerit dan menoleh; membuat Chanyeol terperanjat jatuh karena kaget.

Jaehyun menahan tawa saat Chanyeol memberikannya tatapan maut.

“Kau harus melihat sendiri wajahmu saat kau jatuh tadi.” Jaehyun nyengir lebar.

“Sayang sekali aku tidak bisa kan?” Chanyeol tersenyum sakratik pada Jaehyun dan kembali menata buku di rak. Dalam hati ia menggerutu, mengapa bisa-bisanya ia terlihat begitu bodoh didepan Jaehyun.

‘Tunggu... kenapa aku peduli?’ Chanyeol melemparkan buku yang sedang dipegangnya tepat kedalam rak. Jaehyun menoleh kembali padanya sambil tersenyum penuh arti.

“Errrr... apa kau melihat aku dan Luhan oppa diatap?” Chanyeol memutar bola matanya, tangannya masih sibuk dengan buku-buku.

“Apa mungkin kau... cemburu?” senyum penuh arti Jaehyun melebar menjadi seringaian menyeramkan. Chanyeol memutar bola matanya lagi; kali ini sambil mendengus panjang.

*

“Aku pernah sangat dekat dengan Baekhyun.”

Saat itu Sulli terdiam. Saat itu Sulli tidak bisa menahan diri untuk menatap kepada mata Park Chorong yang berair. Diam-diam gadis itu menggertakan gigi dan berharap tidak harus mendengarkan kalimat-kalimat selanjutnya dari gadis disampingnya itu.

“Aku sangat menyukai Baekhyun, sangat. Aku kira aku lebih menyukainya daripada kau.”Sulli mendengus sebal mendengar seniornya itu membanding-bandingkan rasa sukanya pada Baekhyun dengan rasa suka Sulli pada Baekhyun.

‘Sungguh kekanankan!’ dalam hati Sulli yakin kalau rasa sukanya lebih besar.

“Tapi aku melakukan kesalahan dimasa lalu dan membuatnya membenciku.” Sulli melihat Chorong menyeka air mata dengan punggung tangan. Ia memutar bola matanya; diam-diam tidak ingin melihat Chorong.

“Apa itu?” Sulli memandang lapangan sepak bola dan melihat Kyungsoo sedang berlari menggiring bola kearah gawang.

Kyungsoo... akhir-akhir ini bahkan Sulli lebih banyak menghabaiskan waktu dengannya daripada dengan Baekhyun.

‘Apa yang aku pikirkan? Baekhyun bahkan bukan pacarku.’

“Saat itu aku sakit,” Sulli kembali memandang Chorong yang sedang memandang—Sulli yakin—Baekhyun dilapangan bola.

“Aku pikir aku akan mati, jadi aku bilang aku hanya mempermainkannya agar dia tidak sedih saat mendengar kematianku. Berharap nantinya dia akan mengerti dan memaafkan ucapanku.” Air mata kembali menggenang dipelupuk mata Chorong.

“Tapi aku hidup dan dia membenciku.” Chorong menyeka air matanya lagi. Setelah itu, gadis itu menoleh memandang Sulli yang juga sedang memandangnya dengan mata berkaca-kaca. Sebenarnya Sulli tidak begitu yakin dengan apa yang Chorong ceritakan padanya, tapi jika hal itu benar terjadi... itu sungguh menyedihkan.

Sulli terperanjat memandangi tangan Chorong yang meraih tangannya dan menggenggamnya erat dengan perasaan khawatir.

“Aku akan pindah ke Amerika setelah lulus. Maukah kau membantuku sebelum aku pergi?” Sulli menggigit bibirnya merasa gelisah, diam-diam ia melihat kearah Baekhyun lagi. Dia tahu Chorong akan meminta waktu untuk bersama Baekhyun, tapi toh Sulli sebenarnya kan bukan siapa-siapanya Baekhyun.

“Kumohon.” Genggaman di tangan Sulli mengerat dan lagi Chorong menatapnya memelas, membuat Sulli tak sanggup untuk menggeleng dan berkata tidak.

“Baiklah...”

Chorong tersenyum...

“kumohon, menjauhlah darinya, dan biarkan aku bersamanya lagi.”

.

“Sulli!!” Baekhyun dan Kyungsoo berlarian kearah Sulli dengan keringat mengucur deras ditubuh masing-masing.

Sulli yang sedang melamun—memikirkan perbincangannya dengan Chorong tadi—terperanjat melihat kedua teman sekelasnya berlarian kearahnya.

“Oh, apa latihannya sudah selesai?” gadis itu bertanya polos namun Kyungsoo dan Baekhyun memandangnya dengan penuh kekhawatiran.

“Kau baik-baik saja?” mereka bahkan bertanya secara bersamaan. Sulli mengangkat alisnya dan tersenyum. Merasa senang kedua temannya sangat perhatian padanya.

“Lebih baik, sekarang.” Sulli memandang Baekhyun dan Kyungsoo secara bergantian.

“Kau habis dari mana sih?” Kyungsoo bertanya sambil berkacak pinggang.

“Toilet.”

“Kau tidak ke toilet karena dilabrak Chorong kan?” Sulli langsung menggeleng cepat saat Baekhyun menatapnya menyelidik.

“Apa dia mengancammu?” Sulli membeku saat Baekhyun melangkah maju dan memegang pipinya; memeriksa apakah ada luka atau tidak disana.

“Ti-tidak.” Gigi Sulli bergemeretak saat menjawab. Ia yakin wajahnya sudah semerah cabai. Tanpa gadis itu sadari, wajah Kyungsoo juga memerah; bukan karena tersipu, melainkan karena cemburu.

“Lalu apa yang ia bicarakan denganmu?” Baekhyun menurunkan tangannya dari dahi Sulli dan mundur selangkah lagi untuk melihat ujung rambut sampai ujung kakinya Sulli.

“Errr.” Sulli menggigit bibir merasa tak yakin dengan apa yang harus ia katakan. Dan lagi, tatapan Baekhyun membuatnya semakin gugup.

“Dia bertanya apakah aku mau ikut pemandu sorak atau tidak.”

Baekhyun dan Kyungsoo mengangkat alis memandangnya dan terlihat masih seperti menunggu kalimat yang lain.

“Dan aku menjawab tidak.”

*

Baekhyun maupun Kyungsoo yakin, Chorong dan Sulli tidak hanya membicarakan tentang masuk pemandu sorak—bahkan keduanya berpikiran, bisa saja kedua cewek itu tidak membicarakannya sama sekali.

Kyungsoo keluar dari ruang ganti lebih dulu daripada Baekhyun dan menemukan gadis yang sedang dalam pikirkannya tengah menyenderkan diri didekat pintu; sayang sekali gadis itu bukan gadis yang ia harapkan.

“Hai... Kyungsoo?” Chorong terlihat terkejut mendapati pintu yang tiba-tiba terbuka, ia memiringkan kepalanya melihat Kyungsoo dengan tak yakin—seperti sedang pura-pura mengingat nama orang yang dulu pernah dikenalnya. Tidak, Kyungsoo tidak pernah mengenal Chorong sama sekali.

Kyungsoo tidak menghiraukan Park Chorong dan hanya melangkah pergi. Sebenarnya, ada sesuatu yang ingin ia tanyakan dan ingin ia minta dari kakak kelasnya itu.

‘Apa yang kau bicarakan dengan Sulli tadi?’

‘Ku mohon jangan ganggu Sulli.’

Namun sepertinya bertanya dan memohon padanya seperti itu sangat tidak masuk akal dan berlebihan untuk seorang teman yang bisa dibilang tidak terlalu dekat. Kyungsoo menggigit bibir dan membuang jauh-jauh keinginan anehnya itu.

Beberapa saat setelah Kyungsoo pergi, gerombolan anak sepak bola keluar dari ruang ganti, dan diantara kerumunan itu Baekhyun berjalan berdesakan diantara Luhan dan Minho. Matanya bertemu mata Chorong saat ia menoleh kesisi pintu. Baekhyun mendengus dan berjalan lebih cepat.

“Baekhyun...” Chorong memanggil namanya dengan keras dan tegas, semua orang kecuali Baekhyun menoleh pada Chorong. Bahkan Luhan yang masih berjalan disamping Baekhyun ikut menoleh dan menyikut perut Baekhyun.

“Bicaralah dengannya.”

“Tidak mau.” Baekhyun berdecak sambil terus berjalan. Terlihat dari tampangnya, Mood Baekhyun jadi tambah lebih buruk.

“Yah Baekhyun, sampai kapan kau akan mengabaikanku terus!!!?” Chorong berteriak dengan suara serak, Luhan menoleh pada gadis itu lagi sebelum ia menahan Baekhyun dari jalan ngebutnya.

“Dia menangis. Bicaralah.”

“Bukan urusanku hyung!” Baekhyun melangkahkan kakinya lagi namun Luhan menarik lengannya membuat Baekhyun berhenti dan melotot pada Luhan.

“Bicara saja Baek,” Minho menepuk bahu Baekhyun, dan Baekhyun akhirnya menoleh pada Chorong; gadis itu memang menangis.

Luhan dan Minho berjalan meninggalkan Baekhyun bersama teman-teman mereka yang lain. Xiumin memberinya tanda ‘fighting’ membuat Baekhyun memutar bola matanya sebelum berjalan berbalik menghampiri Chorong. Gadis itu tersenyum melihat Baekhyun berjalan mendekat kearahnya.

*

“Pst, Kyungsoo.”

Kyungsoo menghentikan langkahnya dan menoleh kesekitar tempatnya berada sekarang. Ia masih dalam perjalanan keluar sekolah. Ia melihat mata cokelat mengintip dari balik pohon dan ia ingin tertawa karena hal itu sungguh imut.

“Sedang apa kau?” Sulli manyun mendapati Kyungsoo nyengir menertawainya. Gadis itu pun keluar dari tempat persembunyiannya dengan hati-hati dan berjalan kearah Kyungsoo.

“Ya! Aku sedang menunggumu.” Gadis itu berkacak pinggang, namun ia buru-buru menoleh saat suara kerumunan orang mendekat terdengar semakin jelas. Dengan panik Sulli menggeret lengan Kyungsoo kebalik pohon tempat ia bersembunyi tadi. Kyungsoo membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu namun Sulli buru-buru  meletakan telunjuknya dibibir Kyungsoo menyuruh anak itu untuk diam. Kyungsoo berharap degupan jantungnya tidak bisa memecah keheningan.

Sulli menatap Kyungsoo untuk beberapa saat dengan tertegun sebelum dia berpaling dengan gugup dan mengintipi anak-anak sepak bola berlalu begitu saja; ia mendengus mendapati ketiadaan Baekhyun diantara mereka.

“Kenapa?” Kyungsoo ikut mengintip dan ia tahu kenapa Sulli merengut. Langsung saja Kyungsoo ikutan merengut.

“Kau ingin melihat Baekhyun? kenapa bersembunyi?”

“Aku ingin melihatnya, bukan ingin dia melihatku.” Sulli mencibir lalu ia berjalan didepan Kyungsoo menuju gerbang.

“Kenapa kau menungguku?” Kyungsoo diam-diam nyengir dibelakang Sulli. Rasanya menyenangkan sekali mengetahui bahwa Sulli menunggunya—bukan menunggu Baekhyun. Tapi kalau dipikir-pikir, apa hal ini ada hubungannya dengan Chorong yang menunggui Baekhyun di ruang ganti?

“Kau ada masalah apa dengan Baekhyun?” Sulli menoleh menatap Kyungsoo dengan matanya yang sayu, ia benar-benar terlihat sedih.

“T-tidak ada masalah apa-apa.” dalam hati Kyungsoo merutuki ucapannya yang terbata.

‘haish, pasti terdengar mencurigakan.’

“Kau bohong!”

“Ya! Apa kau menungguku hanya untuk menanyakan hal ini?” Kyungsoo menatap Sulli dengan tatapan tak percaya lalu mulai melangkah maju, berjalan melewati Sulli dan berbalik menatap punggung gadis itu.

“Kau sendiri... apa yang kau bicarakan dengan Chorong?”

*

“Apa yang ingin kau bicarakan?” Baekhyun bertanya to the point saat mereka berdua meraih bangku taman dihalaman sekolah. Chorong tersenyum kecil, namun ia memilih untuk menyembunyikan senyumannya dengan menunduk menatap rumput disekeliling sepatunya.

“Apa kau sebegitunya ingin pergi?” Chorong menoleh memandang Baekhyun dengan kecewa, rasa penyesalan yang dalam menggerogotinya lagi untuk kesekian kali saat gadis itu melihat kebencian terpancar jelas dari mata Baekhyun; walaupun mata itu tidak sedang menatapnya.

“Oh.” Baekhyun bahkan tak sudi melihatnya. Chorong menggigit bibir bawahnya merasa kan sakit yang menusuk menghujam hatinya.

“Apa karena gadis itu menunggumu?” Baekhyun langsung menoleh menyadari bahwa yang dimaksudkan Chorong adalah Sulli. Baekhyun jadi ingat Sulli lagi, Baekhyun jadi memikirkan Kyungsoo lagi; dan juga perasaannya sendiri. Baekhyun mendengus karena lelah dan melihat Chorong terlihat marah. menurutnya, Chorong tak berhak marah atas apapun yang Baekhyun lakukan.

“Berhentilah menggangguku, kita sudah selesai.” Baekhyun berdiri dari duduknya dan hendak melangkah pergi. Namun dengan segera Chorong menangkap pergelangan tangan Baekhyun dan mencengkramnya kuat.

Baekhyun menatap jari jemari Chorong melingkar dipergelangan tangannya, refleks ia pun menoleh pada gadis itu dan melihatnya menangis lagi. Baekhyun menghela nafas merasa benar-benar lelah.

“Berhentilah menangis.” Katanya datar namun penuh kekesalan.

“Baekhyun, apa kau belum bisa memaafkanku?”

“Aku sudah memaafkanmu.” Baekhyun menjawab dengan suara pelan—sejujurnya bukan karena ingin bersikap lembut, tapi dia sudah sangat lelah dan ingin segera pergi. Baekhyun berusaha menyingkirkan tangan Chorong yang mencengkram pergelangan tangannya dengan erat.

“Kau tahu aku benar-benar sakit waktu itu! Ku pikir aku akan mati, jadi aku—“ Chorong tersedak air matanya sendiri, ia mulai sesegukan hebat dan Baekhyun menghentikan usahanya untuk menyingkirkan tangan Chorong yang semakin erat menggenggam pergelangan tangannya. Baekhyun menghela nafas untuk kesekian kalinya sambil memandang rumput dibawah kakinya.

“Kau bahkan tidak pernah membiarkanku untuk menjelaskan saat aku kembali. Saat aku masih hidup! sekarang kau tahu kenapa aku berbicara begitu waktu itu! Kau tidak pernah memberiku kesempatan!” Chorong berteriak lagi, merasa frustrasi mendapati Baekhyun hanya tertunduk dan tidak terlihat menyesal maupun terkejut.

“Aku tahu.” Baekhyun mengangkat wajahnya menatap Chorong. Cengkraman gadis itu mengendur perlahan dengan segala pemikiran membingungkan yang memaksa masuk keotaknya.

‘Baekhyun tahu...’

“Kau tahu?” Chorong bertanya dangan suara bergetar. Merasa kecewa jika Baekhyun benar-benar tahu dan malah masih terus mengabaikannya.

“Hm.”

“Kau tahu tapi kenapa kau malah mengabaikanku?!” Chorong berteriak—masih terlihat terkejut, bingung, dan marah. Baekhyun menepis tangan Chorong dan mencengkram kedua bahu gadis itu.

“Karena kau tidak membutuhkanku dan kau sudah membuatku sadar.” Baekhyun menatap Chorong dalam, ada sedikit rasa pedih dalam tatapannya, namun sebaik mungkin ia menyembunyikannya dengan seringaian pahit, membuat Chorong semakin tercengang dengan apa yang sedang terjadi sekarang—dengan apa yang terjadi selama ini.

‘Baekhyun tahu, dan ia berpikir bahwa aku tidak membutuhkannya...’

Chorong merasakan kakinya seakan berubah menjadi stik jelly, tubuhnya bergetar saat kedua tangan Baekhyun meninggalkan bahunya. Ia ingin Baekhyun menyentuhnya lagi, ia ingin Baekhyun memeganginya lagi. Saat gadis itu membuka mulut untuk memanggil Baekhyun kembali, tenggorokannya tiba-tiba terasa sangat kering dan ia merasa nyeri dibagian dada. Seakan seseorang baru saja menembakan peluru panas kearah jantungnya, seakan seseorang sudah membuat lubang besar dalam hatinya; Benar, Orang itu adalah Byun Baekhyun.

*

Baekhyun melangkah masuk kedalam rumah, diruang tengah ia mendapati adiknya sedang memeluk bungkus snack jagung ukuran besar dengan mata fokus kelayar kaca; sama sekali tidak menghiraukan kedatangan Baekhyun. Baekhyun tanpa sadar mencibir kelakuan adiknya itu lalu masuk ke kamar. Baekhyun melempar ranselnya kesebelah ranjang dan melompat indah keatas kasur seakan-akan ia melompat kekolam renang.

‘Hari ini benar-benar melelahkan.’

Ia berguling dan meposisikan diri berbaring terlentang. Matanya dipejamkan rapat namun tiba-tiba saja memori-memori dari masa lalu yang ingin dilupakannya muncul kembali, merasukinya, dan membuat ia merasa sakit lagi. Tak lama, ia teringat akan Sulli dan menjadi merasa lebih baik; namun wajah Kyungsoo muncul sama tiba-tibanya dengan bayangan Sulli dalam benaknya, membuat Baekhyun mengerang frustrasi.

‘Sialan, Kyungsoo lebih dulu menyukai Sulli!'

Baekhyun berguling dalam perbaringanna, memikirkan kemungkinan jika sahabatnya Do Kyungsoo tidak menyukai Sulli.

'Apa aku akan mengejar gadis itu? Apa bahkan aku benar-benar menyukainya?'

Baekhyun terlonjak saat dia mendengar pintu kamarnya terbuka. Dilihatnya kepala Jaehyun menyembul sambil wajahnya menampilkan senyum mengerikan.

"Oppa, kau sudah datang?"

Baekhyun memutar bola matanya dan berbaring lagi.

"Ada apa?"

Jaehyun mengerutkan kening keheranan melihat kakaknya tampak tidak bersemangat.

"Bukan apa-apa. Pergilah kerjakan PR mu." Baekhyun berguling membelakangi Jaehyun. Adik kembarnya itu mendengus sebal dan menutup pintu dengan suara debum

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Baekkswag #1
Chapter 30: Dan kenyataanya sampai sekarang kai dan d.o mengalami hal ini... bedanya cuman lagi menunggu d.o jujur pada dirinya/terima kenyataan that he loving him too...??
Cbhhkscm #2
Chapter 30: Gila, suka banget ceritanya
baeeki6104 #3
Hoho baeek malu tapi mau
koko_loey #4
Chapter 1: Rahasiaa apa?? baru chapter 1 udah penasaran bgt gw?
koko_loey #5
Aku reader baru, izin baca yaa
unni_fanna #6
Chapter 13: Keren banget ff nya..bikin yang kayak gini lagi dong kak hehe.. semangat nulisnya ^^
can_tbeempty #7
Chapter 30: Wah baek menjerit2 kenapa tuh......Hahaha. Seru bgt thor ceritanya!! Suka bangeett!!!!
can_tbeempty #8
Chapter 15: Complicated sekali yaaa
keyhobbs
#9
Chapter 30: berakhir sudah..hihi~akhirnya baek ngakuin juga tuh... Eh eh tpi jaehyun ama luhan jadinya gmana??kyungsoo sama sulli juga?kok bisa tiba2 putus gitu aja kan kasian kyungsoo nya...
ikabaek12 #10
Chapter 30: Yess!!! Chanbaek!!! Selalu dihati!!! #CBHS Luv you author sayang keep writing ya, all of chan love all baekh :v hehe *kibarbenderachanbaek semangat terus ya buat ff chanbaek lagi ya ya ;) Fighting!! Sequel leh uga, :D