017

Digging Chanyeol's Secret
Please Subscribe to read the full chapter

Baekhyun tak bisa merasa tenang setelah ‘perbincangan’ singkatnya dengan Chanyeol tadi siang. Terlebih saat Chanyeol berbicara sambil menatapnya begitu tajam, begitu penuh derita dan benci... Lagi-lagi rasa bersalah itu menyeruak kepermukaan, rasa tak nyaman, juga rasa baru yang muncul akhir-akhir ini—rasa tak ingin dibenci oleh mantan sahabatnya tersebut.

Entahlah, Baekhyun merasa konyol sekarang. Setelah segala usahanya untuk menjauhi Chanyeol karena ‘ketidaknormalannya’, kini Baekhyun malah merasa tak ingin membuat anak itu membencinya—bahkan lebih dari keinginannya untuk menjauhi Chanyeol itu sendiri.

‘Tak apa, Chanyeol sudah membenciku sekarang...’

‘Benar-benar membenciku!’

Baekhyun berguling-guling diatas kasur dengan gelisah sampai akhirnya ia hanya menatap menerawang kearah langit-langit kamarnya sambil terus memikirkan apa yang sebenarnya tak ingin ia pikirkan. Tangannya memegang handphone, belum bisa memutuskan apakah ia akan menelepon Kyungsoo atau orang lain. Yah, mungkin saja Baekhyun punya keberanian untuk menelepon Chanyeol dan minta maaf soal tadi siang. Tentu saja tidak akan, ia masih merasa malu.

Baekhyun akhirnya memutuskan untuk bangun dari perbaringannya. Ia melemparkan handphone yang sedari tadi ia pegang kearah bantal dan memutuskan untuk tidak menelepon Kyungsoo. Lagian apa yang akan Kyungsoo pikirkan jika Baekhyun bilang padanya kalau Baekhyun tidak ingin dibenci Chanyeol? Kyungsoo pasti berpikiran kalau Baekhyun pada akhirnya bakalan gay juga. ‘Itu mengerikan’.  Ia juga tidak akan menelepon Chanyeol, biar saja anak itu membenci Baekhyun, toh Baekhyun pantas mendapatkannya. Baekhyun pantas dibenci.

Baekhyun melangkah keluar dari kamar sambil menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal. Ia melihat kearah kamar Jaehyun sekilas, adiknya belum keluar kamar semenjak pulang sekolah. Baekhyun jadi khawatir... tapi kan tidak ada alasan gadis itu sedang sedih atau menangis. Chanyeol sudah meresponnya, er... yeah jadi tak ada alasan untuk sedih bagi Jaehyun sekarang, pun untuk khawatir bagi Baekhyun. ‘Mungkin dia sedang tidur’. Baekhyun hanya mengangkat bahu lalu melemparkan dirinya keatas sofa dan menyalakan televisi.

Beberapa puluh menit setelah Baekhyun mulai menikmati tontonannya, seseorang yang mungkin sudah hilang akal diluar sana malah membunyikan bel rumahnya berkali-kali tanpa jeda dan membuat mood Baekhyun memburuk lagi. Ia marah, ia malas beranjak, tapi ia juga tak bisa menyuruh Jaehyun membukakan pintu untuknya saat ini. Akhirnya dengan berat hati, setelah Baekhyun menarik dan menghela nafas sambil menghitung dari satu sampai sepuluh untuk menenangkan gejolak emosinya, ia menyeret dirinya untuk membukakan pintu dan siap-siap menghadapi siapapun orang gila yang memencet-mencet bel rumahnya seperti sedang kesetanan.

Baekhyun mencengkram knop pintu dengan perasaan dongkol, giginya bergemeretak dibalik bibirnya yang terkatup rapat. Ia mengingatkan dirinya untuk berlaku sopan kepada siapapun tamu diluar sana. Kemudian ia pun mulai mengayunkan pintu dengan sekuat tenaga untuk memberi tahu si tamu bahwa ia kesal.

Seseorang di depan Baekhyun pada awalnya tersenyum sangat lebar—mungkin memikirkan tentang seseorang yang akan membukakan pintu untuknya, namun senyum itu kian memudar sampai pada titik cemberut saat ia mendapati bahwa Byun Baekhyun lah yang telah membukakan pintu untuknya.

“O-oh, kau.” Baekhyun memandang Chanyeol tak nyaman.

Emosi Baekhyun hilang seketika, entahlah kenapa rasa marahnya bisa menguap begitu cepat saat mengetahui bahwa orang sinting itu adalah Chanyeol. Ia bahkan merasa gugup dan bahkan menggaruk-garuk tengkuknya dengan bodoh.

‘Sialan, kenapa aku bersikap seperti ini?’ Baekhyun merutuk dalam hati. Menampar-nampar pipinya sendiri dalam bayangan yang ia ciptakan di kepalanya.

“Maaf membuatmu tidak senang dengan kehadiranku.” Chanyeol berkata dengan nada sarkasme sambil mengintip kebalik sisi kepala Baekhyun lalu tak lama ia tersenyum. Baekhyun turut menoleh dan mendapati Jaehyun sedang berlari kearah mereka sambil menenteng sepatu.

“Oh Chanyeol, maaf membuatmu menunggu.” Jaehyun berusaha memasukan kakinya kedalam lubang sepatu sambil nyengir lebar kearah pacarnya.

“Aku baru saja datang kok,” Chanyeol turut tersenyum sangat manis, tapi Baekhyun tak memerhatikan kalau Chanyeol tersenyum pada adiknya. Kalau Baekhyun lihat, pasti dia sudah merasa aneh. Chanyeol kan suka Baekhyun, kenapa tersenyum begitu pada Jaehyun? apa Chanyeol sudah tidak suka Baekhyun? Tapi toh Baekhyun tak lihat. Baekhyun masih menatap lekat-lekat Jaehyun sambil mengerungkan kening. Kelihatannya ia tak suka dengan gagasan bahwa Jaehyun akan pergi berkencan dengan Chanyeol.

“Kau mau kemana?” Baekhyun memicingkan mata menatap adiknya. Walaupun ia tahu adiknya akan pergi kencan, ia merasa bahwa ia harus tetap melontarkan pertanyaan tersebut. Namun bukannya balas bersikap menyebalkan untuk menanggapi pertanyaan Baekhyun, Jaehyun malah tersenyum pada kakaknya itu.

“Kencan.” Kata Jaehyun dengan nada paling ceria yang bisa ia buat. Gadis itu kini sudah berhasil memasang sepatunya dan tengah berdiri sambil menggandeng lekukan lengan Chanyeol. Baekhyun menatap hal tersebut sambil menyernyit.

“Nah Oppa, kami pergi dulu. Aku sudah dapat izin dari eomma kok.” Katanya lalu menyeret Chanyeol untuk pergi dari hadapan Baekhyun.

Untuk beberapa saat, Baekhyun hanya tercenung melihat kedua sejoli itu berjalan menjauhi pintu rumahnya sambil saling bergurau. Ia merasa... entahlah, mungkin ia mulai merasa sedikit merindukan momen-momen seperti itu; saat Chanyeol membunyikan bel rumahnya seperti orang gila—yah, seperti tadi. Bagaimana Baekhyun lupa kalau itu Chanyeol?—kemudian Baekhyun akan membukakan pintu untuknya sambil nyengir lebar—Chanyeol akan senang dengan hal itu—dan  mereka pun akan pergi main game di warnet sampai larut malam atau hanya sekedar jalan-jalan sambil berburu makanan. Lalu Baekhyun teringat mungkin ia harus mengatakan sesuatu pada Chanyeol.

“Jaga dia baik-baik Chanyeol!” Baekhyun berteriak saat keduanya sudah melewati pintu gerbang. Chanyeol berbalik menghadap Baekhyun dan menampilkan senyum miring. Senyuman singkat yang membuat perasaan Baekhyun serasa dipermainkan.

“Argh!!!! Benar-benar menyebalkan!” Baekhyun membanting pintu rumahnya lalu bersandar disana dengan perasaan yang campur aduk. Ia memejamkan mata, menarik nafas dalam-dalam lalu memukul pintu dengan kepalan tangannya.

*

Jaehyun sepertinya tidak akan bisa mengingat hari-hari indah selain hari ini. Kesenangannya pada saat ini seakan membuat ia melupakan segalanya—bahkan rasa sedihnya dimasa lalu.

Jaehyun dan Chanyeol memang hanya kencan biasa; menonton film, jalan-jalan dan makan. Tapi rasanya luar biasa menyenangkan. Rasanya Jaehyun sedang berkencan dengan bukan Chanyeol. Maksudnya, kan selama ini Chanyeol selalu cuek-cuek saja pada Jaehyun, tapi malam ini berbeda. Sungguh! dia jadi sangat manis. Misalnya saja saat mereka menonton film dan saat adegan sedih ditampikan dilayar, Jaehyun menangis sampai sesegukan, lalu... Chanyeol dengan lembut menyeka air mata Jaehyun sambil menenangkan gadis itu agar tidak menangis. Atau saat makan malam... Chanyeol bilang kalau senyum Jaehyun sungguh sangat manis dan ia ingin membuat Jaehyun selalu tersenyum. Tidak sampai disitu, saat Jaehyun mengeluh kedinginan ketika mereka berdua berjalan diudara terbuka, Chanyeol langsung menanggalkan jaketnya dan memakaikainya pada Jaehyun. Benar-benar hari indah yang tak akan pernah Jaehyun lupakan.

Gemerisik daun yang saling bergesekan dan suara tiupan angin musim gugur mengiringi langkah kaki Chanyeol dan Jaehyun. Keduanya sepertinya sudah kehabisan bahan pembicaraan sampai terus mengatupkan bibir seperti itu. Chanyeol sedang mengantarkan Jaehyun pulang setelah kencan mereka. Keduanya kelihatan sama-sama bingung harus membicarakan apa.

Jaehyun jadi agak pendiam selama kencan mereka. Chanyeol bukannya tidak tahu kenapa, hanya saja rasanya aneh dan menggemaskan melihat wajah gadis itu memerah setiap kali ia mengatakan hal-hal romantis.

“Nah, kita sampai.” Chanyeol tersenyum sambil menoleh pada Jaehyun yang sedang menatapnya malu-malu. Gadis itu mengangguk-anggukan kepalanya dengan gerakan lambat, tidak mengatakan apa-apa namun seperti menunggu Chanyeol menambahkan kata perpisahan mereka.

Chanyeol hanya menatap gadis didepannya, jadi Jaehyun kira ‘Nah kita sampai’ itu adalah kata-kata perpisahan terakhir dari Chanyeol untuk malam ini.

Tanpa kata-kata Jaehyun mulai melangkah menuju rumahnya.

Satu langkah... tangan Chanyeol menggenggam lengan Jaehyun dengan erat, memaksa agar gadis itu untuk berbalik menghadap Chanyeol lagi.

Mata Jaehyun membulat, jantungnya mulai berpacu kencang sekali memikirkan mungkin sesuatu akan terjadi beberapa saat lagi. Ketika dilihatnya Chanyeol tersenyum sambil menggerakan tangannya yang lain untuk menyentuh Jaehyun, dada gadis itu serasa mau meledak.

Chanyeol mengulurkan tangannya untuk memegangi kedua bahu Jaehyun dengan gerakan lambat, tangan Jaehyun serasa mengejang saat kedua telapak tangan itu sudah bisa ia rasakan bertengger dibahunya. Jaehyun berusaha untuk menahan Chanyeol dengan cara memegangi lengan anak itu agar ia tidak bisa semakin mendekat. Jaehyun tidak siap untuk sekarang. Tidak malam ini setelah ia banyak terkena serangan jantung.

Chanyeol kelihatan terkejut menatap tangan Jaehyun yang menahannya dengan keras agar tidak semakin mendekat, ia tersenyum kecil dan mengelus bahu Jaehyun dengan lembut, mendekatkan wajahnya kearah wajah Jaehyun dan membuat semua otot ditubuh gadis itu semakin menegang.

“Jaketku Jaehyun.” Chanyeol berbisik lirih sambil menahan senyum.

Chanyeol pun kemudian menyeringai saat Jaehyun melepaskan tangannya dari lengan Chanyeol dengan gelagapan. Gadis itu segera menarik nafas dan menghelanya dengan berat sambil memalingkan wajahnya dari Chanyeol. Wajahnya sudah semerah cabai keriting.

“Oh yeah benar,” katanya gugup sambil membiarkan Chanyeol membantunya untuk melepas jaket milik Chanyeol tersebut.

“Terima kasih untuk hari ini.” Chanyeol tersenyum kecil sambil memakai jaketnya kembali.

“Sama-sama.” Jaehyun berusaha untuk tersenyum. Sia-sia saja, ia malah berakhir dengan menyeringai kaku dan menggigit bibir bawahnya dengan gugup. Wajahnya masih terasa panas, dan ia berterima kasih pada angin malam yang membuat wajahnya semakin merah merona.

“Selamat malam.” Untuk terakhir kalinya Chanyeol tersenyum kearah Jaehyun sebelum berbalik menjauh. Gadis itu melambaikan tangannya sebentar lalu berlari kerumahnya dengan teriakan tertahan ditenggorokan.

Chanyeol tersenyum memikirkan bahwa Jaehyun mungkin membayangkan bahwa ia akan menciumnya tadi.

‘Dia imut sekali.’

Ketika Chanyeol sedang asik cekikikan dengan pikiran-pikiran dikepalanya, ia hampir tak memerhatikan keadaan sekitar. Setidaknya... sampai ia berbelok dan menemukan pemandangan ganjil.

Chanyeol mengerungkan kening saat ia mendapati Baekhyun sedang berdiri menghadap tembok dengan kening menempel disana. Matanya terpejam dan salah satu tangannya menjinjing kantong plastik berisi makanan ringan.

“Baekhyun...”

“Kau sedang apa?”

Chanyeol bertanya—sebenarnya merasa ragu-ragu.

Baekhyun—masih dengan mata terpejam—menghela nafas berat sambil menegakan posisi berdirinya. Tak lama, ia memutar tubuhnya untuk menghadap Chanyeol—kali ini dengan mata terbuka. Ia mendorong kantong plastik itu kearah dada Chanyeol kasar sekali.

“Kau tahu?!” katanya sambil menatap marah pada Chanyeol. Matanya membelalak menampilkan api kemarahan yang berpendar-pendar.

“Aku berpikir aku akan meminta maaf padamu karena apapun yang kau bilang padaku tentang ketidak-normalanmu itu terasa normal bagiku sekarang. Kau mengajak adikku berkencan, baiklah! aku akui aku senang akan hal itu. Berpikiran mungkin kita bisa berteman lagi. Dan aku ingin berteman lagi denganmu bodoh! Tapi kau malah mencium adikku! Dasar bajingan!” Baekhyun mendorong tubuh Chanyeol dengan tangan terkepal, menahan dirinya untuk tidak menonjok anak itu dan merontokan gigi-giginya saat ini juga. Memikirkan Chanyeol tanpa gigi membuat Baekhyun merasa kasihan.

Mendengar penuturan Baekhyun, Chanyeol hanya tercenung sambil memegangi kantong plastik berisi makanan ringan itu agar tidak jatuh ke tanah. Ia memandang Baekhyun antara terkejut dan bingung, ia memandang Baekhyun sampai ia sendiri tak begitu menyadari bahwa ia sedang menatap mata Baekhyun yang berkilau merefleksikan cahaya jingga dari lampu jalan didekat mereka. ‘Kenapa ia bersikap seperti ini?’

Chanyeol tak punya gagasan kenapa tiba-tiba saja Baekhyun ingin minta maaf padanya... yang ia tahu hanyalah Baekhyun menganggap Chanyeol telah mencium adiknya barusan. Dan itu sama sekali tidak benar.

“Brengsek, aku bahkan membeli itu untukmu!” Baekhyun menggertakan gigi sambil menatap kantong plastik berisi makanan tersebut penuh penyesalan dan kemarahan, lalu ia pun berjalan melewati tubuh Chanyeol dengan langkah terburu-buru.

Akhirnya Chanyeol bisa menghela nafas lega setelah kepergian Baekhyun. Ia masih merasa terkejut sekaligus bingung dengan kemarahan Baekhyun barusan. Ia mengintip isi dari kantong pelastik berisi makanan ringan yang katanya dibelikan Baekhyun untuknya. Semuanya adalah favorit Chanyeol.

Chanyeol menghela nafas sekali lagi, kemudian ia pun berbalik, berpikiran untuk menjelaskan kesalahpahaman ini walau ia tak yakin kenapa ia harus menjelaskan. Ia masih tak mengerti dan belum bisa memproses kejadian barusan.

Chanyeol mengambil langkah dengan perasaan ragu dan bingung, namun disetiap hentakan langkah ia semakin ingin menyusul Baekhyun dan memberitahunya kalau ia tidak mencium Jaehyun. Namun sayang, saat ia berbelok dan memandang kedepan rumah Baekhyun, hanya ada guguran daun disana.

*

‘Kenapa Baekhyun bersikap seperti itu?’

Sepanjang malam Chanyeol tak bisa tidur dan terus memikirkan insiden pertemuannya dengan Baekhyun. Kantong plastik berisi makanan ringan favoritnya yang dibelikan Baekhyun masih berisi lengkap dan masih teronggok diatas nakas tak tersentuh—Chanyeol tak ingin memakannya, namun sesekali Chanyeol memandangnya untuk meyakinkan dirinya sendiri kalau tadi Byun Baekhyun memang mendorong benda itu kedadanya.

‘Kenapa Baekhyun bersikap begitu? Seharusnya dia senang kalaupun aku benar-benar mencium adiknya. Bukankah itu yang selama ini dia mau?’

Chanyeol bahkan sudah melupakan kencannya dengan Jaehyun. Kesenangan yang ia dapat dari menghabiskan waktu dengan gadis itu menguap sudah. Gila memang, hanya karena ia bertemu Baekhyun yang marah-marah padanya ia bisa melupakan Jaehyun secepat itu. Ia bahkan sepertinya tak peduli jika Jaehyun sedang menunggu pesan selamat tidur darinya.

.

Baekhyun jadi pendiam dan murung saat ia menghabiskan sarapan keesokan harinya. Jaehyun tampak enggan untuk bertanya mengenai masalah Baekhyun.

‘Paling dia hanya akan menyuruhku untuk tidak ikut campur.’

Please Subscribe to read the full chapter

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Baekkswag #1
Chapter 30: Dan kenyataanya sampai sekarang kai dan d.o mengalami hal ini... bedanya cuman lagi menunggu d.o jujur pada dirinya/terima kenyataan that he loving him too...??
Cbhhkscm #2
Chapter 30: Gila, suka banget ceritanya
baeeki6104 #3
Hoho baeek malu tapi mau
koko_loey #4
Chapter 1: Rahasiaa apa?? baru chapter 1 udah penasaran bgt gw?
koko_loey #5
Aku reader baru, izin baca yaa
unni_fanna #6
Chapter 13: Keren banget ff nya..bikin yang kayak gini lagi dong kak hehe.. semangat nulisnya ^^
can_tbeempty #7
Chapter 30: Wah baek menjerit2 kenapa tuh......Hahaha. Seru bgt thor ceritanya!! Suka bangeett!!!!
can_tbeempty #8
Chapter 15: Complicated sekali yaaa
keyhobbs
#9
Chapter 30: berakhir sudah..hihi~akhirnya baek ngakuin juga tuh... Eh eh tpi jaehyun ama luhan jadinya gmana??kyungsoo sama sulli juga?kok bisa tiba2 putus gitu aja kan kasian kyungsoo nya...
ikabaek12 #10
Chapter 30: Yess!!! Chanbaek!!! Selalu dihati!!! #CBHS Luv you author sayang keep writing ya, all of chan love all baekh :v hehe *kibarbenderachanbaek semangat terus ya buat ff chanbaek lagi ya ya ;) Fighting!! Sequel leh uga, :D