013

Digging Chanyeol's Secret
Please Subscribe to read the full chapter

Baekhyun memfokuskan pikirannya pada isi buku yang sedang ia baca. Duduknya kaku menunduk, kedua tangannya mencengkram sisi-sisi buku tebal yang terbuka diatas meja. Sudah sekitar satu jam setengah ia menghabiskan waktunya dengan duduk di depan meja belajarnya; berusaha untuk menyerap dengan baik intisari pelajaran ekonomi yang ia benci. Baekhyun mual melihat kurva-kurva, ia juga sebal menghitung uang tidak nyata dalam pelajaran akuntansi. Tapi ia tak tahan jika harus merasa sangat bodoh dan tidak tahu apa-apa saat menghadapi kertas ujian besok pagi.

Baekhyun sangat kecewa pada dirinya sendiri sejak hari pertama pelaksanaan ujian tengah semester. Selalu saja ada soal yang jawabannya terlupakan—padahal ia yakin ia tahu. Ia yakin ia mempelajarinya dengan baik malam sebelumnya. Ia yakin ia hanya lupa karena ia kurang berkonsentrasi saat belajar. Ia menyalahkan Chanyeol karena selalu menyelinap dalam lamunannya, tapi ia tak sedikitpun menyalahkan Jaehyun yang ia khawatirkan setengah mati sejak kejadian di taman beberapa hari yang lalu.

Baekhyun benar-benar khawatir, Jaehyun tampak semakin muram setelah kejadian itu, ia beralasan ‘hanya karena ujian’ saat ibunya bertanya mengapa Jaehyun terlihat tidak bergairah hampir sepanjang waktu. Tapi tentu saja Baekhyun tahu itu bukan alasan yang sebenarnya, itu karena Park Chanyeol membuatnya sedih—begitulah faktanya. Baekhyun malah ragu kalau Jaehyun memang mempedulikan ujian sekarang ini. Tapi gadis itu kuat juga untuk belajar seharian dan terlihat sangat berkonsentrasi. Err, Baekhyun tak yakin.

 

.

Jaehyun selalu berangkat pagi selama ujian, ia meninggalkan Baekhyun yang selalu bangun kesiangan dan sangat bersyukur karena ibunya tidak keberatan Jaehyun pergi ke sekolah lebih awal tanpa kakaknya.

Hari pertama ujian sungguh terasa sulit bagi Jaehyun. Sebenarnya jika hari itu tidak ujian pun rasanya akan tetap sulit. Jaehyun akan tetap duduk didekat Chanyeol kan? Nah, saat ujian... yang Jaehyun harapkan dia bisa tenang saat mengerjakan soal karena dia dengar susunan bangku akan diacak sesuai absensi. Tapi percuma saja ia berharap, Chanyeol kebagian duduk tepat didepannya. Bayangkan betapa gugupnya Jaehyun saat menerima lembaran kertas soal yang diestafetkan dari depan—dari Chanyeol. Tangannya gemetaran dan ia tidak bisa menahan perasaannya yang meluap-luap. Ia bahkan rasanya tak sanggup menolak hasrat untuk memandang kedua manik mata indah itu; membuatnya merasa seperti idiot karena berani melihatnya lagi.

Tapi setelah empat hari rasanya Jaehyun jadi terbiasa. Tangannya mungkin masih gemetaran, tapi ia bisa menahan diri agar tidak memandang Chanyeol dan mengakhiri kontak singkat itu secepatnya—bahkan jika bisa—secepat kedipan mata. Namun hari ini akan menjadi hari terakhir yang buruk untuk menuju ke yang lebih buruk. Setelah hari ini, susunan bangku akan dikembalikan ke kondisi awal, dimana Jaehyun akan duduk disamping Chanyeol lagi dan berbagi meja yang sama di pojok kelas. Jaehyun khawatir, ia belum bisa menentukan sikap. Jaehyun menyesal karena semuanya tak lagi sama. Jika ia bisa memilih, ia ingin menjalin persahabatan seperti dulu lagi dengan Chanyeol—bukan, bukan persahabatan. Jaehyun bukan sahabat Chanyeol, Jaehyun tidak pernah menjadi sahabat Chanyeol. Jaehyun rasa Chanyeol setuju akan hal ini. Kalau begitu Jaehyun akan menyebutnya sebagai er... hubungan teman sebangku? Chanyeol sepertinya tak akan keberatan dengan sebutan yang satu ini. Omong-omong, Jaehyun sangat merindukan saat-saat ia mengganggu Chanyeol. tentu saja gadis itu tahu benar kalau semuanya tak lagi sama. Bahkan ide untuk mengganggu Chanyeol terdengar sangat janggal sekarang.

“Aku harap hari ini cepat berakhir.”

Jaehyun mendelik saat Kim Jongin melemparkan tasnya keatas mejanya tepat disebelah kanan meja Jaehyun, lalu ia pun membenturkan kepalanya sendiri diatas benda itu. Kelihatannya ia lelah sekali, matanya langsung terpejam saat tangannya memeluk tasnya dengan erat disekeliling kepalanya.

Jongin bukan satu-satunya yang berharap hari ini cepat berakhir, anak-anak yang lain mulai berdatangan dengan kantung-kantung mata menghitam dibawah pelupuk, berjalan gontai ke kursi ujiannya dan sepertinya tidak ingin membuka-buka halaman buku lagi, mereka mengutuk-utuk ujian menyebalkan ini. Padahal pada hari pertama mereka bersumpah akan menaklukan seluruh mata pelajaran dengan nilai sempurna. Er.. hari terakhir memang selalu berat kan? Dan Jaehyun rasa mereka sudah menyerah akan janji mereka itu.

Jaehyun melihat Baekhyun melangkah memasuki kelas sambil mengobrol dengan Kyungsoo saat ia menoleh kearah pintu. Baekhyun—walaupun dengan kelelahan yang kentara—masih terlihat lebih baik dari Kim Jongin yang notabene adalah teman sepermalasannya. Mungkin Jongin belajar keras sedangkan Baekhyun hanya bersantai saja dirumah—Jaehyun bahkan tidak memperhatikan kegiatan Baekhyun akhir-akhir ini di rumah. Jaehyun jadi merasa bersalah karena terus menghindari kakaknya. Sebenarnya Jaehyun hanya bingung, ia hanya tak bisa menentukan sikap. Kadang Jaehyun merasa bersalah karena ia menyukai orang yang dibenci kakaknya, dan kadang-kadang ia kesal pada Baekhyun yang membenci orang yang Jaehyun sukai.

Jaehyun mendengus saat Baekhyun melirik sekilas kearahnya... dan ya Tuhan, dibelakangnya.. er di belakang mereka—dibelakang Baekhyun dan Kyungsoo, Jaehyun melihat Chanyeol berjalan dengan langkah tegap memasuki kelas, langkahnya santai namun penuh kharisma, alisnya melengkung sempurna... terangkat satu saat melirik kearah dua orang yang berjalan didepannya, ia terlihat tak sabar karena kedua orang itu—Baekhyun dan Kyungsoo—berjalan lambat-lambat menghalangi jalannya. Well, bukan salah mereka yang punya kaki tidak sepanjang kaki milik Chanyeol kan? Semakin dekat Jaehyun dapat melihat ketampanan Chanyeol semakin memancar memesona, ia sama sekali tidak terlihat kelelahan, tidak ada kantung mata, ia terlihat sangat tenang... bahkan saat matanya bertemu mata Jaehyun untuk pertama kalinya dihari ini—Jaehyun segera membuang muka, tentu saja.

“Bisa kalian minggir?” Baekhyun dan Kyungsoo menoleh kebelakang. Ada rasa ngeri dan takut saat Baekhyun mendengar Chanyeol begitu dekat dengannya. Baekhyun langsung beringsut menyingkir dan duduk di bangkunya dipaling depan didekat jendela, sedangkan Kyungsoo tanpa kata-kata langsung berjalan cepat ke bangkunya dibarisan belakang melewati tempat duduk Jaehyun.

Jaehyun meremas sudut buku tebalnya dan mengatukan bibir kuat-kuat saat dirasakannya Chanyeol menatap Jaehyun sebelum ia duduk dibangkunya. Jaehyun juga tahu—baiklah, ia melihat sedikit—kalau Chanyeol sedang berusaha mengeluarkan buku dari tas ranselnya, lalu ia membuka-buka halaman buku tersebut dan membaca dengan khusyuk. Jaehyun akan menghela nafas panjang tanpa suara sambil mendongak pelan memandangi punggung Chanyeol saat cowok didepannya tak bergerak lagi, memikirkan tentang... kenapa menyukai seseorang bisa tidak semenyenangkan ini?

*

Setelah ujian berakhir tentu saja tidak ada alasan lain untuk Jaehyun menampilkan wajah muram durjanya didepan sang ibu. Setibanya di rumah gadis itu langsung menelepon ibunya dengan nada sumringah yang dibuat-buat.

“Eomma, oh tentu aku mengerjakannya dengan baik.”

“Hm, aku akan merayakan hari berakhirnya ujianku di rumah Sulli.”

“Bolehkah aku menginap? Akan ada teman-temanku yang lain juga kok.”

“Yes, oke trims Eomma.”

Baekhyun muncul bersamaan dengan Jaehyun yang meletakan gagang telepon ketempatnya yang semula. Senyum puas gadis itu hilang digantikan oleh bibir manyun saat ia melihat kakaknya menyeruak kearahnya. Tanpa berniat untuk mengobrol dengan kakaknya, Jaehyun langsung saja bangun dari sofa dan berjalan cepat menuju kamarnya.

“Kau akan menginap?” Baekhyun mengikuti langkah adiknya dibelakang.

“Oh.” Jaehyun menjawab datar tanpa memalingkan wajah.

“Yah! Sampai kapan kau akan terus mengabaikanku?!” tak disangka, nada bicara Jaehyun yang datar malah memancing Baekhyun untuk berbicara lebih tajam. Baekhyun sungguh lelah harus berpura-pura tidak peduli pada keadaan ini. Seminggu sudah ia bertahan menghadapi adiknya yang terus bersikap dingin, juga berpura-pura tidak tahu kejadian ditaman itu. Baekhyun sudah muak, dia ingin adiknya bicara padanya, berteriak padanya, memakinya, itu lebih baik daripada terus mengabaikannya.

BRAK!

Jaehyun menutup pintu tepat didepan wajah Baekhyun.

Baekhyun refleks memejamkam matanya. Ia merasakan gelombang kemarahan bergejolak dalam dirinya yang semakin tak sabar, paru-parunya serasa akan meledak.

“Jaehyun, kita harus bicara!” dengan brutal Baekhyun memukul-mukul pintu kamar Jaehyun dengan tinjunya.

“Berhenti menggedor-gedor pintuku, idiot!”

Itu kali pertama Jaehyun memakinya lagi... Baekhyun cukup puas.

*

Biasanya setelah ujian berakhir akan ada pesta meriah dirumah Chanyeol. Teman-temannya akan datang dan memanggang daging bersamanya dihalaman belakang didekat kolam renang. Tempat yang sempurna—Baekhyun selalu berpendapat begitu. Kadang mereka juga berenang, sebagian yang lain bermain video games diruang tengah. Orang tua Chanyeol yang pengertian akan pergi jika anaknya meminta untuk meninggalkannya dan teman-temannya sendirian. Namun sekarang... Chanyeol tak tahu akan melakukan apa. ia hanya berbaring diranjangnya yang nyaman antara sadar dan terjaga. Ia ingin tidur tapi ia tak bisa karena otaknya secara tiba-tiba memutar kejadian tiga bulan yang lalu... pesta yang sama seperti biasa sebelum liburan musim panas.

“Kau tidak menyiapkan pesta?”

“Oh.”

Chanyeol bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan malas-malasan keluar pintu kamarnya saat kepala Ibunya nonggol dari balik pintu. Ibunya nyengir menggoda melihat Chanyeol tak bergairah begitu.

“Eomma akan pergi makan malam bersama Appamu. Jangan nakal dirumah. Beritahu teman-temanmu juga.” Chanyeol mengangguk patuh lalu ibunya yang sudah berdandan rapi menghilang menuruni tangga. Ibunya tidak tahu Chanyeol tidak mengadakan pesta.

“Pesta? Pesta pantatku!” Chanyeol kembali masuk kekamarnya, membanting pintu, lalu melemparkan diri keatas kasur. Berguling-guling diatas ranjangnya.

Teman-teman basket Chanyeol memang mengajaknya berpesta. Membujuk habis-habisan agar Chanyeol menyediakan tempat dan makanan gratis. Tapi Chanyeol sedang tidak ingin berpesta, tidak jika tidak ada Baekhyun disana.

Drttt Drttt

Handphone Chanyeol bergetar diatas meja, layarnya berkelap-kelip menggoda membujuk agar Chanyeol segera meraih dan mengangkatnya. Ia malas, mungkin hanya salah satu temannya yang ingin memaksa Chanyeol untuk datang ke pesta di rumah Minho. Chanyeol memutar bola mata lalu menenggelamkan diri dibalik selimut, tidak peduli dengan siapapun yang meneleponnya itu.

Drtt Drttt

“Baiklah, setidaknya aku akan bilang tidak!” Chanyeol menyerah, ia menyibakan selimut dengan perasaan terganggu lalu beringsut bangun mengambil handphonenya.

Baekhyun?

Jantung Chanyeol berhenti berdetak untuk sesaat, ia memejamkan mata sebentar lalu melihat layar handphonenya lagi.

‘Itu memang benar Baekhyun..’

‘Baekhyun meneleponku?’

Tiba-tiba saja jantung Chanyeol berdegup dengan kencang saat ia melihat nama itu masih terpampang dilayar handhonenya. Perasaan senang yang aneh meluap-luap dalam dirinya seperti buih sabun, apalagi membayangkan diseberang sana Baekhyun sedang menunggunya untuk bicara. Chanyeol menggigit bibir dengan gelisah lalu berjalan keranjangnya dan duduk ditepiannya.

Tangan Chanyeol sedikit gemetaran memencet tombol hijau, jari kakinya dengan gugup mengetuk-etuk lantai menunggu suara diseberang sana mengawali pembicaraan mereka—berharap itu memang Baekhyun dan bukan orang lain.

“Chanyeol...” itu memang Baekhyun!

Chanyeol mengambil nafas panjang dan nyengir lebar sekali sambil menegakan posisi duduknya. Rasanya sudah lama sekali ia tak mendengar namanya keluar dari mulut Baekhyun. Kedengarannya masih tetap indah kok.

“K-kenapa kau menelepon?” setelah sekian lama tidak berbicara dengan Baekhyun, Chanyeol kecewa suaranya gemetaran seperti itu. Ia senang dan gugup, tentu saja. Di sekolah Chanyeol tak bisa dan tak ingin berbicara dengan Baekhyun karena anak itu selalu menatapnya dengan penuh kebencian dan rasa jijik, namun sekarang... mendengar suaranya saja rasanya sudah lebih dari cukup. Chanyeol hanya perlu berusaha untuk tidak membayangkan Baekhyun yang terus mengerungkan kening diseberang telepon.

“Bisakah kita bertemu?”

Baekhyun yang meneleponnya saja sudah merupakan keajaiban dunia, apalagi sekarang dia mengajak Chanyeol ketemuan? Wow! Chanyeol bahkan tak bisa langsung berkata-kata sekarang.

“Aku tidak bisa meninggalkan rumah.”

Chanyeol bangkit dari duduknya dan mulai berjalan mondar-mandir dengan gelisah. Ia menggigit bibir karena telah menolak ajakan Baekhyun, seharusnya Chanyeol tidak menolak, seharusnya Chanyeol mengatakan ia bisa bertemu Baekhyun kapanpun ia mau, Chanyeol bisa pergi sekarang juga menemui Baekhyun. Tapi kenapa lidahnya tiba-tiba keseleo dan mengatakan hal itu?

“Er Baek--”

“Kau sedang mengadakan pesta? Ku kira anak-anak basket merayakan dirumah Minho hyung.”

‘Pesta, baiklah...’ Chanyeol menghela nafas panjang lalu duduk ditepi ranjangnya lagi. Ujung jari kakinya masih mengetuk-etuk lantai. Pupil matanya bergerak-gerak karena perasaan gelisah yang tak kunjung hilang. Ia takut Baekhyun tiba-tiba menutup telepon.

“Bukan dengan teman-teman basketku.”

Baekhyun mendesah panjang diseberang telepon.

‘Tidak-tidak, jangan tutup teleponnya!’

“Kemarilah, kita bisa bicara dirumahku.” Chanyeol berbicara dengan nafas memburu, diseberang telepon suasana disana tiba-tiba menjadi sangat hening, Baekhyun tak kunjung menjawab ajakan Chanyeol.

‘Apakah dia menutup teleponnya?’ Chanyeol memeriksa layar handphonenya dan terlihat durasi percakapan masih berjalan.

‘Baekhyun masih disana.’ Chanyeol menyemangati dirinya lalu menempelkan handphonenya lagi ketelinga.

“Baiklah...”

‘Yes!’ Chanyeol tak bisa menahan cengiran puasnya, tangannya meninju udara dengan bersemangat.

“Lebih baik jangan mengajak Kyungsoo.” Chanyeol langsung menambahkan.

“Tidak akan.”

‘Wooo, Baekhyun akan datang kerumahku dan kita hanya akan berdua!’ Chanyeol melompat kekasur dan berguling-guling diatas ranjang seperti orang sinting.

*

Baekhyun masih berdiri ragu-ragu didepan gerbang rumah Chanyeol. Chanyeol mengiriminya pesan supaya langsung masuk saja dan tak usah menunggunya membukakan pintu. Tapi... Baekhyun curiga apa disini memang sedang ada pesta? Didepan garasi lengang, tidak ada mobil maupun motor yang berjejalan seperti yang biasa Baekhyun lihat setiap kali Chanyeol mengadakan pesta.

“Masuklah.” Kepala Chanyeol muncul dari balik pintu dan membuat Baekhyun terperanjat kaget. Tangan Chanyeol yang sedang memegangi sinduk besar dilambai-lambaikan pada Baekhyun.

‘Mungkin Chanyeol memang sedang menyiapkan makanan untuk pesta.’

 

“Dimana teman-temanmu?” mata Baekhyun memandang sekeliling ruangan dan sama sekali tak menemukan makhluk berwujud manusia selain dirinya dan Chanyeol dirumah besar ini.

Baekhyun mendengar Chanyeol terkikik dan menghentikan langkahnya. Langkah Baekhyun berhenti bersamaan dengan itu. Jantungnya berdegup luar biasa kencang saat Chanyeol memutar tubuh menghadapnya dan dengan gerakan slow motion menjulurkan telunjuknya kearah bahu kiri Baekhyun.

“Disini.” Salah satu ujung bibir Chanyeol terangkat naik. Baekhyun sungguh ngeri melihatnya, Baekhyun sampai merinding melihat seringaian Chanyeol itu. Ini rasanya seperti memasuki rumah penyihir jahat dan ia baru saja bertemu dengan penyihirnya! Benar, penyihirnya adalah Chanyeol dan sebentar lagi Chanyeol akan memutilasi tubuh Baekhyun, memotong-motong dagingnya sampai irisan kecil, memasukan irisan itu bersama kol, wortel, kentang, seledri dan daun bawang. Chanyeol akan menjadikan Baekhyun sup dan menghidangkannya ke teman-teman penyihirnya yang lain.

‘Selamat tinggal dunia!’

“Hei, masuklah. Aku tidak akan memperkosamu kok.”

Mulut Baekhyun yang sedari tadi terbuka lebar dengan kengerian tergambar jelas di wajah saat otaknya berfantasi tentang Chanyeol yang menjadi penyihir, kini terbuka semakin lebar. Matanya mendelik penuh amarah pada Chanyeol yang berjalan kearah dapur dengan langkah santai membelakanginya. Baekhyun mencibir, ia harusnya membayangkan hal yang lebih realistis karena Chanyeol nyatanya lebih mengerikan daripada penyihir jahat.

“Jadi tidak ada pesta?” Baekhyun berjalan dibelakang Chanyeol mengikuti anak itu ke dapur.

“Tadinya tidak ada. Tapi sekarang ada.” Chanyeol tersenyum tulus pada Baekhyun sebelum memeriksa isi panci diatas kompor. Asap beraroma sup ayam menyeruak saat Chanyeol mengengkat tutup pancinya. Baekhyun tidak bisa pura-pura tidak tergoda dengan aroma selezat itu, diam-diam dia beringsut untuk mendekat dan menghirup aroma sup itu sebanyak mungkin.

“Sudah matang kok. Kau bisa duluan mengangkut snack-sna

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Baekkswag #1
Chapter 30: Dan kenyataanya sampai sekarang kai dan d.o mengalami hal ini... bedanya cuman lagi menunggu d.o jujur pada dirinya/terima kenyataan that he loving him too...??
Cbhhkscm #2
Chapter 30: Gila, suka banget ceritanya
baeeki6104 #3
Hoho baeek malu tapi mau
koko_loey #4
Chapter 1: Rahasiaa apa?? baru chapter 1 udah penasaran bgt gw?
koko_loey #5
Aku reader baru, izin baca yaa
unni_fanna #6
Chapter 13: Keren banget ff nya..bikin yang kayak gini lagi dong kak hehe.. semangat nulisnya ^^
can_tbeempty #7
Chapter 30: Wah baek menjerit2 kenapa tuh......Hahaha. Seru bgt thor ceritanya!! Suka bangeett!!!!
can_tbeempty #8
Chapter 15: Complicated sekali yaaa
keyhobbs
#9
Chapter 30: berakhir sudah..hihi~akhirnya baek ngakuin juga tuh... Eh eh tpi jaehyun ama luhan jadinya gmana??kyungsoo sama sulli juga?kok bisa tiba2 putus gitu aja kan kasian kyungsoo nya...
ikabaek12 #10
Chapter 30: Yess!!! Chanbaek!!! Selalu dihati!!! #CBHS Luv you author sayang keep writing ya, all of chan love all baekh :v hehe *kibarbenderachanbaek semangat terus ya buat ff chanbaek lagi ya ya ;) Fighting!! Sequel leh uga, :D