016

Digging Chanyeol's Secret
Please Subscribe to read the full chapter

Kyungsoo telah memberitahu Baekhyun dengan sabar ketika anak itu menelepon dirinya dengan panik beberapa saat setelah perjalanan mereka dari kedai ramyun—Kyungsoo memberitahunya bahwa Baekhyun hanya merasakan kecemasan berlebih yang tidak wajar karena pertemanan yang mulai dibangunnya lagi bersama Chanyeol.

Sejujurnya, saat Baekhyun menceritakan gejala-gejala aneh yang dirasakannya setiap kali mengingat Chanyeol, Kyungsoo merasa kurang yakin dengan apa yang ia katakan kepada Baekhyun tentang Baekhyun yang hanya merasa cemas.

 

Keesokan paginya Baekhyun sudah duduk disofa panjang tempatnya kemarin diberi pengarahan oleh Luhan. Disana ia duduk dengan gelisah diantara Kyungsoo dan Myungsoo sambil terus diam-diam melirik kearah pintu; Chanyeol satu-satunya yang belum tiba, padahal bel masuk sudah berbunyi beberapa menit yang lalu.

Ada kekhawatiran dalam diri Baekhyun atas ketiadaan Chanyeol saat ini, pun dia merasa bingung kenapa ia merasakan hal tersebut. Ia hanya terus merasa tak nyaman dan salah, juga benci... juga merasa ingin segera melihatnya.

Luhan yang biasanya selalu tampak tenang dan licik terlihat jengkel sambil terus mondar-mandir menghampiri kru fotografi yang sudah siap dengan pekerjaan mereka, bahkan berkali-kali ia memeriksa apa yang tampaknya seperti tas untuk penyimpanan kostum seakan-akan isi tas itu bakalan hilang jika ia tak mengeceknya setiap dua menit. Ngomong-omong, Anggota band belum diizinkan melihat kostum untuk pemotretan mereka sebelum anggotanya lengkap dan itu membuat Myungsoo menggerutu terus menerus.

“Maaf,” anak laki-laki jangkung melewati ambang pintu diikuti oleh anak buah Luhan yang diketahui Baekhyun bernama Namjoon, si Namjoon itu berada ditingkat yang sama dengan anggota band—dia tidak cukup terkenal. Anak buah Luhan itu menutup pintu dibelakangnya saat ia baru memasuki ruang osis setelah Chanyeol.

“Well,” Luhan jelas tampak agak tidak senang mendapati Chanyeol terlambat. Cuping hidungnya melebar saat mengambil nafas dalam-dalam.

“Kalau begitu kurasa kalian sudah siap sekarang.” Luhan menyeringai dengan kilat kelicikan memancar dari ujung matanya, namun bagaimanapun ia tampak kurang bersemangat.

Luhan membuka risleting tas besar tadi dan mengeluarkan kostum anggota band, menginstruksikan mereka untuk berganti kostum secepatnya dengan kemeja putih, celana bahan hitam panjang, dan juga jubah yang menurut Baekhyun kelihatannya seperti jubah penyihir seperti dalam serial Harry Potter. Tapi Kyungsoo menyangkalnya dan mengatakan jubah itu lebih mirip jubah vampir Vlad Dracula.

Myungsoo tidak banyak mengomel seperti biasa saat melangkah dari ruang ganti karena sepertinya ia tidak merasa begitu terhina dengan kostumnya sekarang. Sejujurnya mereka tidak tampak jelek sama sekali dengan kostum tersebut. Mereka tampak baik-baik saja. Tapi hal itu tentunya akan berubah jika Luhan menyuruh mereka merias wajah dengan efek daging membusuk di pipi atau darah amis bercucuran dari sudut bibir.

“Jadi apakah kau akan menyuruh kami memakai make up dengan efek darah menetes-netes dari mata dan bibir?”

Seungyoon mengibaskan jubahnya saat ia keluar dari ruang ganti sambil cemberut. Ia menatap teman satu bandnya dengan pandangan pasrah sembari menanti jawaban yang akan Luhan lontarkan.

Luhan tampak menyeringai... ia memanjakan nada suaranya saat berbicara,

“Tidak usah, zaman sekarang kan ada photoshop, ganteng.”

“Kalian sisir saja rambut kalian dengan gaya menawan.” Luhan menyerahkan sisir dan gel rambut pada Chanyeol yang berposisi paling dekat dengannya.

“Bukankah kau melarang kami tampil menawan tuan ketua osis?” Myungsoo berkata dingin sambil memandangi Luhan melalui sudut matanya.

“Tidak kalau kau berpakaian seperti hantu iblis atau makhluk gaib lainnya, bukannya tampil seperti pangeran diacara pementasan drama disney princess atau superhero ganteng manapun. Kau boleh jadi hulk ngomong-ngomong.”

“Ah ya... aku heran kenapa murid-murid selalu berprasangka buruk padaku dengan mengatakan aku melarang ini itu padahal kan aku sudah membebaskan. Yang penting kalian jadi hantu atau makhluk aneh. Dan... tidak terlihat seperti mau ke Gala Dinner.”

Myungsoo mengangkat satu alisnya saat melihat Luhan berpura-pura merana—Luhan meringis sambil memijat keningnya. Kyungsoo tampak cekikikan bersama Baekhyun, sedangkan Chanyeol dan Seungyoon saling berpandangan tanpa menunjukan ekspresi selain ‘terserah kau saja lah’.

Baekhyun terkikik sambil menyenggol bahu Myungsoo dan mengisiki telinganya dengan suara sangat pelan.

“Ayolah kawan... Kau menganggapnya terlalu serius, kau hanya tidak suka dia.” Myungsoo memutar bola matanya tanpa melihat pada Baekhyun.

.

Pemotretan berlangsung terlalu singkat diluar pengharapan Baekhyun yang ingin membolos semua pelajaran hari itu. Anggota band sudah berganti ke seragam mereka saat kru fotografi mengemasi peralatan memotret dan salah seorang ahli desain grafis kelas tiga mulai mengerjakan poster untuk promosi pesta halloween. Agak terlambat memang, tapi setidaknya mungkin bisa membantu meningkatkan minat murid untuk hadir dengan keinginan sungguh-sungguh disamping karena keterpaksaan dan  menghindari sanksi penurunan nilai kreativitas dan sosial juga hukuman nyata mengerikan lainnya seperti dijemur ditengah lapangan sambil dipaksa tertawa tanpa ada sesuatu yang lucu yang harus ditertawakan, atau.... yang lebih mengerikan mungkin?

“Jangan lupa pulang sekolah nanti!”

Luhan mengingatkan mereka untuk latihan saat anggota band akan berjalan keluar dari ruangan.

“Kurasa gagasan ini sungguh tolol. Apakah kita benar-benar akan membuat pengaruh besar pada peminat pesta bodoh itu?”

“Jangan menyebutnya bodoh Seungyoon, kau tidak tahu betapa sangat bersusah payahnya panitia dalam mengadakan pesta kali ini.”

Kyungsoo manatap Seungyoon dengan picingan mata mencela. Seungyoon balas menatapnya antara tidak peduli dan terganggu.

“Dia benar-benar ingin membuat pesta yang bagus.” Kyungsoo meneruskan dengan suara mantap sambil berjalan lebih cepat didepan diikuti Baekhyun yang tidak ingin ditinggalkan bersebelahan dengan Chanyeol.

“Benarkah?”

Chanyeol mengangkat alisnya memandang punggung Kyungsoo dengan tak yakin—membuat Seungyoon berpuas diri mengejek Kyungsoo dengan senyum miringnya saat anak itu berbalik menatap Chanyeol tak senang.

“Yeah, tidak kah kau tahu?” Kyungsoo memandang Chanyeol menunjukan rasa kesalnya sambil melambatkan langkah kaki menunggu mereka agar berjalan agak dekat.

“Tidak.”

 “Kau seharusnya bertanya padanya bukan? kenapa kau harus—well ikut berpartisipasi. Mengingat Luhan hyung memang agak sinting kalau berhubungan dengan soal beginian.” Baekhyun memandang Chanyeol sekilas sebelum mengalihkan pandangan pada Myungsoo dan Seungyoon disisi kiri Chanyeol.

“Bukan kah kau sudah tahu kenapa aku ikut?” Chanyeol memutar bola mata menghindari menatap Baekhyun.

Baekhyun memekik pelan seraya memegangi lengan Kyungsoo seperti meminta perlindungan. Kyungsoo berbalik, melotot pada Chanyeol yang kelihatannya tidak peduli.

“Sudahlah, kalian berdua tidak berubah!” Chanyeol melangkah cepat mendahului keempat teman bandnya dan meleggang kearah kelas. Kyungsoo dan Baekhyun saling berpandangan tak mengerti lalu menyusulnya dengan langkah besar-besar, sedangkan Seungyoon dan Myungsoo tidak peduli tentang apa yang tengah mereka bicarakan.

*

Chanyeol memang agak lebih pendiam saat pemotretan. Ia tidak mengobrol banyak dengan siapapun. Ia juga tidak mengeluh ataupun protes tentang segala sesuatu yang dipermasalahkan Myungsoo dan Seungyoon walaupun ia juga tampaknya ingin protes dan juga terlihat tak senang berada disana.

Baekhyun rasa ada yang salah dengan Chanyeol. Dia terus menghindar saat bertemu pandang dengan Baekhyun—walaupun Baekhyun merasa senang bahwa Chanyeol-lah yang melakukannya, ia sama sekali tak bisa merasa senang saat merasakan gejolak tak nyaman didalam perutnya, rasa bersalah entah kenapa tak ingin enyah. Baekhyun jadi memikirkan hubungan adiknya dengan Chanyeol. Apakah mereka baik-baik saja? mengingat sekarang Chanyeol sudah menyukai Jaehyun. atau... Chanyeol masih sering memikirkan Baekhyun?

Chanyeol tidak tersenyum saat Jaehyun menyambutnya dengan wajah berbinar-binar, pun ia tak menghiraukan segala pertanyaan dan ocehan gadis itu. Jaehyun dengan cemberut meninggalkan Chanyeol saat istirahat dan pergi ke kafetaria bersama Sulli.

Hari itu rasanya lebih dingin dari biasanya, dan lebih hampa dari hari-hari yang lain. Jaehyun memutuskan untuk berhenti memberondongi Chanyeol dengan pertanyaan karena yang ia terima hanyalah balasan seadanya. Chanyeol mengabaikannya lagi, bahkan Baekhyun sepertinya belum ingin meminta maaf padanya atas kejadian kemarin malam. Saat istirahat tiba-tiba Sulli permisi pergi dan meninggalkan Jaehyun seorang diri karena Krystal dan Luna ada diperpustakaan.

Jaehyun tak pernah merasa se-kesepian seperti ini.

“Hei Byun, tidak makan di kantin?” Lamunan Jaehyun buyar bersamaan dengan potongan roti terakhirnya yang menggelinding keatas rumput.

“Yah!” Jaehyun cemberut mendapati Luhan nyengir disebelahnya.

“Sorry, nanti ku ganti deh.” Luhan mengedip lalu pergi lagi. Setidaknya Jaehyun senang Luhan menyapanya walau sepertinya akhir-akhir ini dia amat sibuk.

Jaehyun meneguk air mineralnya lalu menghela nafas tak bersemangat sambil meyenderkan punggungnya disenderan bangku taman. Tak jauh dari tempatnya berada lima murid perempuan duduk bersimpuh diatas tikar yang digelar diatas rumput sambil mengoceh dan mengunyah makanan. Mereka kelihatannya murid senior. Kelihatannya nyaman sekali disana, seperti berpiknik. Mungkin ia juga bisa makan siang seperti itu saat kelas tiga.

“Tada!!”

Jaehyun terkejut melihat Luhan muncul lagi, terlebih dengan dua bungkus roti sandwich cokelat dikedua tangannya.

“Oppa...” Jaehyun kelihatannya terpana sekali melihat makhluk indah itu duduk disebelahnya. Terlebih dua bungkus roti itu.

“Ck, aku benar-benar senang kau memanggilku Oppa.” Luhan nyengir sambil menjulurkan satu roti kedepan wajah Jaehyun.

“Hah?” Jaehyun menerima roti Luhan dengan laga tak mengerti apapun.

“Adik kelas memanggilku sunbae atau si brengsek, hehehe...”

Luhan membuka bungkus rotinya dan menggigit roti itu sampai cokelatnya lumer sampai ke dagu. Jaehyun mengalihkan pandangan untuk mencegah hasrat terlarangnya yang ingin menjilati cokelat tersebut. Jaehyun pun menggigit rotinya dengan gugup dan berhati-hati.

“Asa! Ternyata rasanya enak sekali!!”

Luhan mulai heboh memuji kelembutan tekstur roti dan rasa cokelat nikmat yang meleleh dimulut, ia juga membahas tentang kekejaman kantin untuk anak-anak anti sosial yang sering kali tidak mendapatkan meja—Luhan menatap miris Jaehyun saat mengatakannya. Juga senior-senior berkuasa yang mengklaim meja sebagai tempatnya walaupun nyatanya Luhan dan teman-temannya juga mengklaim sebuah meja. Lalu pembahasan pun berlanjut pada pesta halloween yang ia sudah nanti-nantikan walaupun Luhan sendiri yakin acaranya tidak akan sesukses yang ia harapkan.

“Kenapa harus mengadakan pesta halloween sih? Memangnya ada unsur pendidikannya?” Jaehyun bertanya seenaknya, mengingat aturan-aturan konyol yang membuat ia dongkol.

“Tentu saja, krativitasmu diuji. Lalu yah... selebihnya bersenang-senang sih.”

“Aku heran kenapa sekolah menyetujui pelaksanaan pesta bodoh begini.”

“Kau tidak akan menyebutnya bodoh setelah sepuluh tahun kemudian saat kau mengingatnya kembali.” Luhan berbicara dingin sambil menyambar tumblr Jaehyun dan meneguk isinya sampai habis.

“Aku akan membuat orang-orang yang tidak datang menderita, jadi berhati-hatilah Jaehyun.” kemudian Luhan pun pergi dengan Jaehyun yang masih kesal karena air minumnya habis.

Gadis-gadis yang duduk diatas tikar memandang Jaehyun tak senang saat Jaehyun memikirkan mungkin mereka melihat ia mengobrol dengan Luhan tadi tanpa melewatkan satu adegan pun—walaupun yang ia dan Luhan lakukan hanya duduk sambil menyunyah roti.

*

Saat pulang sekolah murid-murid diributkan dengan kemunculan poster promosi ukuran jumbo untuk pesta halloween nanti dimajalah dinding. Anak laki-laki maupun anak perempuan saling berdesakan untuk melihat poster tersebut sambil berteriak-teriak. Jaehyun sama sekali tidak merasa tertarik.

Luhan dan antek-anteknya memerhatikan kerumunan dengan senyum mengembang. Sekilas Jaehyun merasa saat Luhan melihat kearahnya... Luhan sepertinya mengedipkan sebelah matanya pada Jaehyun. langsung saja pipi Jaehyun serasa dijalari api.

“Hebat! Ini sih bukan hanya pesta hall

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Baekkswag #1
Chapter 30: Dan kenyataanya sampai sekarang kai dan d.o mengalami hal ini... bedanya cuman lagi menunggu d.o jujur pada dirinya/terima kenyataan that he loving him too...??
Cbhhkscm #2
Chapter 30: Gila, suka banget ceritanya
baeeki6104 #3
Hoho baeek malu tapi mau
koko_loey #4
Chapter 1: Rahasiaa apa?? baru chapter 1 udah penasaran bgt gw?
koko_loey #5
Aku reader baru, izin baca yaa
unni_fanna #6
Chapter 13: Keren banget ff nya..bikin yang kayak gini lagi dong kak hehe.. semangat nulisnya ^^
can_tbeempty #7
Chapter 30: Wah baek menjerit2 kenapa tuh......Hahaha. Seru bgt thor ceritanya!! Suka bangeett!!!!
can_tbeempty #8
Chapter 15: Complicated sekali yaaa
keyhobbs
#9
Chapter 30: berakhir sudah..hihi~akhirnya baek ngakuin juga tuh... Eh eh tpi jaehyun ama luhan jadinya gmana??kyungsoo sama sulli juga?kok bisa tiba2 putus gitu aja kan kasian kyungsoo nya...
ikabaek12 #10
Chapter 30: Yess!!! Chanbaek!!! Selalu dihati!!! #CBHS Luv you author sayang keep writing ya, all of chan love all baekh :v hehe *kibarbenderachanbaek semangat terus ya buat ff chanbaek lagi ya ya ;) Fighting!! Sequel leh uga, :D