019

Digging Chanyeol's Secret
Please Subscribe to read the full chapter

“Apa yang membuat kalian datang terlambat?”

Baekhyun maupun Kyungsoo kelihatan sama-sama terkejut ketika mereka melihat Chanyeol tiba-tiba muncul di depan pintu setelah keduanya baru saja keluar dari ruang osis untuk mengambil kostum halloween. Tidak benar-benar muncul begitu saja sih, sebetulnya Chanyeol sudah menunggu mereka diluar sedari tadi.

Chanyeol melipat kedua tangannya di depan dada, satu bahunya menyender ke dinding. Alisnya terangkat satu masih terlihat menuntut jawaban.

“Haish, mengagetkan saja.” Kyungsoo mengurut dada sambil menutup pintu. Ia mencibir lalu membuat gestur untuk memukul Chanyeol sambil memonyongkan bibir, tapi tidak jadi karena ia melihat di kejauhan Sulli sedang mengawasinya. Tangan Kyungsoo yang masih terangkat diudara dilambaikan pada pacarnya tersebut, gadis itu hanya tersenyum—manis sekali dibandingkan dengan cengiran bodoh yang terpampang di wajah Kyungsoo saat ini.

Baekhyun memutar bola mata memikirkan kok bisa-bisanya sih kelakuan Kyungsoo berubah begitu dalam sekejap hanya setelah sedetik melihat Sulli, ckck.

“Sudahlah, aku tahu, aku tahu. Pergi sana!” Baekhyun menoyor kepala Kyungsoo dan mendorongnya sedikit, Kyungsoo terhuyung tapi anak itu tetap nyengir bodoh pada sahabatnya.

“Duluan ya,” Kyungsoo melambai pada Chanyeol dan Baekhyun sambil berjalan kearah Sulli yang kelihatan sedang mengawasi kesekitaran dengan malu-malu, karena yeah... Kyungsoo berjalan terlalu bersemangat sehingga kentara sekali menarik perhatian orang lain. Sesekali anak itu menengok kearah kedua sahabat dibelakangnya untuk meladeni candaan Baekhyun.

Saat Kyungsoo melambaikan tangan, Chanyeol balas melambai dengan kalem—terkesan sangat keren dan berwibawa—sedangkan Baekhyun... anak itu membuat gestur menendang udara seakan-akan dia sedang menendang bokong Kyungsoo. Kyungsoo mencibir dengan cibiran paling menyebalkan yang bisa ia buat dengan wajahnya, Baekhyun kemudian menimpali dengan kekehan yang membuat Kyungsoo nyengir lagi. Mereka mirip sekali dengan anak taman kanak-kanak yang saling mengejek.

Chanyeol hanya diam memerhatikan tingkah Baekhyun dan Kyungsoo tersebut. Jujur saja ia merasa iri, keduanya jadi semakin dekat setelah ketiadaan Chanyeol diantara lingkar persahabatan mereka. Baekhyun seharusnya lebih dekat dengan Chanyeol, dulu Baekhyun selalu lebih dekat dengannya... dulu.

“Jadi apa yang membuat kalian datang terlambat?”

Baekhyun masih memandangi Kyungsoo dan Sulli yang sekarang sedang bercengkrama ringan sambil bertukar senyum. Ia baru tersadar lagi saat mendengar suara Chanyeol, baiklah dia tadi sedang melamun memikirkan betapa manisnya Kyungsoo dan Sulli, membayangkan bagaimana kalau itu dia dan... Ya ampun, seharusnya Baekhyun tidak membayangkan yang bukan-bukan.

“Biasalah, maraton film.”

“Maraton film? Yang benar saja! Jaehyun bilang kau berangkat ke rumah Kyungsoo jam 9 malam. Berapa film yang kau tonton? Jam berapa kau tidur? Jam berapa—”

Chanyeol tak peduli ia hampir kehilangan nafas saat memberondongi Baekhyun dengan pertanyaan-pertanyaan, tapi masalahnya Chanyeol akhirnya sadar juga kalau ia sudah melampaui batas. Ia tak akan terkejut jika Baekhyun menatap jijik padanya setelah ini.

“Yeaaaah...”

Mengejutkan, Baekhyun hanya mengangkat bahu lalu berjalan santai mendahului Chanyeol yang masih terdiam ditempatnya—ngomong-ngomong, mulut Chanyeol masih sedikit terbuka karena ia begitu saja berhenti bicara, juga terkejut karena Baekhyun tidak langsung membentaknya untuk tutup mulut. Baekhyun sama sekali tidak protes karena  Chanyeol kelihatannya memberikan kekhawatiran berlebih terhadap dirinya—biasanya Baekhyun langsung merasa tak nyaman dan ngambek.

Chanyeol diam-diam menghela nafas lega dan berjalan mengiringi Baekhyun.

Kemudian tiba-tiba saja Baekhyun mendelik pada Chanyeol penuh curiga, “Dan kenapa kau peduli?”

Hal tersebut membuat Chanyeol sedikit terlonjak karena kaget—karena pertanyaannya juga sih. Mungkin Baekhyun baru sadar akan perhatian Chanyeol.

Bibir Baekhyun mungkin menunjukan cibiran, tapi entah bagaimana ia juga terlihat seperti menahan senyum. Atau itu hanya bayangan di kepala Chanyeol saja yang ingin melihat Baekhyun begitu.

‘Aish, tentu saja ia masih terganggu dengan perhatian berlebih begitu.’

Chanyeol mendengus dan bergumam tidak jelas pada dirinya sendiri sebelum dia mengatakan, “Jaehyun mengkhawatirkanmu, kau tahu? Ku kira kalian masih tidak saling bicara. Benar kan?”

Chanyeol lega saat Baekhyun mengangguk-anggukan kepalanya dengan pelan. Sama sekali tidak kelihatan mau mengamuk, menyanggah, atau mencari-cari kesalahan  Chanyeol.

“Jadi kau hanya peduli pada Jaehyun, begitu?” Baekhyun mendelik pada Chanyeol lagi, sekarang bibir Baekhyun tidak tampak sedang menahan tersenyum sama sekali.

‘Hah, mati kau Park Chanyeol! apa yang akan kau katakan padanya?’

Chanyeol tidak bisa mengatakan kalau persahabatannya dengan Baekhyun berjalan seperti semula sebelum pernyataan bodoh itu ia lontarkan. Baekhyun mungkin saja benar-benar memaafkannya—seperti yang Chanyeol yakini sekarang. Baekhyun tidak sering merengut, tidak banyak mengeluh, dan ia kelihatan tidak terganggu oleh keberadaan Chanyeol seperti sebelumnya. Chanyeol sangat bersyukur untuk itu, tapi hubungan mereka jadi sedikit canggung—baiklah bisa dibilang sangat canggung. Baekhyun jadi agak pendiam dan membatasi diri, ia tidak banyak bicara dan kebanyakan melamun kalau sedang berada didekat Chanyeol, kalaupun tertawa, ia akan tertawa pelan atau bahkan menahannya. Chanyeol tentu saja bisa mengerti posisi Baekhyun. Chanyeol merasa sangat bersalah karena ia telah membuat keputusan bodoh dengan mengungkapkan perasaannya pada Baekhyun. Ia telah membuat semuanya berubah; persahabatannya, Baekhyun, Kyungsoo... bahkan dirinya sendiri. Baekhyun tidak menginginkan semua ini, tentu saja. Chanyeol tahu Baekhyun tidak pernah berkeinginan untuk membenci Chanyeol seperti yang Kyungsoo katakan padanya. Mengingat itu ia merasa sungguh menjijikan dan menyesal.

“Tentu saja aku peduli, kau kan temanku.”

Chanyeol senang melihat Baekhyun tersenyum karena perkataannya.

*

Chanyeol harus menahan dirinya agar ia tidak terlihat terlalu puas saat Baekhyun menyentuhnya, atau sederhana... melakukan kontak fisik seperti memegang tangan, merangkul, tertawa sambil memukul-mukul lengan, atau kadang menendang. Baekhyun mempunyai kebiasaan berbicara sambil menggunakan tubuhnya untuk mengekspresikan diri. Ia juga sering menyentuh lawan bicaranya saat mengobrol, seringnya sih memukul.

Chanyeol senang saat Baekhyun dengan—seperti—tanpa beban mengajaknya makan siang bersama. ‘Kemajuan yang lumayan pesat’ pikir Chanyeol. Kyungsoo sepertinya akan bersama Sulli sepanjang waktu istirahat dan Jaehyun sedang sibuk mendiskusikan kostum halloween dengan Krystal Jung teman kelas sebelah. Baekhyun mulai banyak bicara saat mereka makan, sangat banyak sampai Chanyeol merasa sungguh bahagia dan hampir tidak bisa menahan dirinya untuk mengekspresikan kegembiraan.

Dulu ia menganggap tertawa seperti ini bersama Baekhyun tidak akan pernah terjadi lagi, dulu ia hanya bisa berharap kalau ia tidak akan pernah melupakan kenangannya bersama Baekhyun. Tapi lihatlah sekarang, Baekhyun sedang bercerita seru tentang menangkap ayam tetangga yang masuk ke halaman rumahnya.

“Dan kau tahu? ibuku terus menjerit-jerit karena takut ayam. Aku tidak punya pilihan selain berusaha menangkapnya walaupun aku juga takut. Trus ayam itu terbang dan kukunya mencakar wajahku, aku menangis lalu ibuku jadi berambisi menangkap ayam itu dan berambisi menggorengnya. Hahaha, kau tahu? aku masih berusia enam tahun waktu itu, hahahahahahaha.”

Baekhyun memukuli lengan Chanyeol, sesekali ia memukuli meja dengan air mata tawa tergenang di pelupuk. Ia tidak menyangka hal konyol tersebut masih terdengar begitu lucu, apalagi kenangan insiden ayam itu ikut berputar dikepalanya, membuatnya semakin jelas saja.

Cerita itu sebenarnya sudah pernah diceritakan Baekhyun pada Chanyeol dulu, mungkin Baekhyun tidak ingat. Tapi bagaimanapun Chanyeol tertawa, karena jujur saja hal tersebut sungguh lucu, mungkin karena Baekhyun yang bercerita? Atau ia hanya merasa bahagia sampai rasanya ingin tertawa?

Hal seperti sekarang sungguh sangat berharga, mengobrol dan tertawa berdua dengan Baekhyun. Chanyeol tak bisa tidak menyesal atas pengakuannya terhadap Baekhyun dulu, dia terlalu percaya diri bahwa Baekhyun juga mungkin merasakan hal yang sama terhadapnya. Tapi ternyata tidak seperti itu. Chanyeol tadinya berpikiran bahwa ia bisa mencintai siapa saja dan dicintai siapa saja, ia benar-benar menghayati ‘siapa saja’ itu secara harfiah. Dia tidak terlalu memikirkan bahwa cinta sesama jenis adalah hal yang tidak umum. Dia hanya menyukai Baekhyun dan ingin mengetahui kalau Baekhyun juga menyukainya—karena sepertinya Baekhyun juga menyukai Chanyeol, tapi keadaannya malah tidak seperti yang ia inginkan. Setelah ia banyak berpikir, selalu bersama Baekhyun lah yang ternyata paling penting untuk Chanyeol—bersama orang yang ia sayangi...

.

Chanyeol memutuskan untuk menyimpan perasaannya pada Baekhyun untuk dirinya sendiri, lagian dia sudah punya Jaehyun sekarang. Jaehyun sudah lebih dari cukup, Chanyeol tahu itu. Jaehyun mungkin dikirimkan Tuhan khusus pada Chanyeol untuk menggantikan Baekhyun. Memikirkan itu ia jadi geli sendiri, bagaimana kadang-kadang ia melihat terlalu banyak Baekhyun pada sosok gadis itu—yang membuat Chanyeol susah move on dan memikirkan Baekhyun terus menerus. Tapi Chanyeol harus mengingat kalau Jaehyun berbeda—dia perempuan, Park Chanyeol!

“Ck, aku tadi melihatmu dan Baekhyun duduk berdua di kantin.” Jaehyun tiba-tiba saja muncul. Ia duduk dibangkunya sambil merengut. Kelihatan dari ekspresinya dia akan mengeluh panjang lebar pada Chanyeol.

‘Panjang umur! Baru saja aku memikirkanmu.’

Chanyeol mengikuti setiap gerakan yang Jaehyun buat dengan pandangannya, ia tersenyum saat ia menyadari kalau Jaehyun juga ternyata punya kebiasaan susah diam seperti Baekhyun.

Jaehyun menarik bangkunya kedepan, lalu mendorongnya lagi kebelakang. Tangannya dengan gelisah memukul-mukul pelan permukaan meja.

“Aish, kau benar-benar baikan dengannya sampai lupa kalau kau punya aku, hm? Kau bahkan tadi mengabaikanku!” Jaehyun manyun, tangannya masih bergerak-gerak diatas meja.

Mata Chanyeol membulat—kebiasaannya dulu hingga sekarang setiap kali ia terkejut atau tidak mau mengakui sesuatu.

“Kapan aku melakukannya? aku tadi tidak melihatmu.”

Hal tersebut hanya membuat Jaehyun mencibir sengit, pukulan ringan mulai ia layangkan ke lengan Chanyeol.

“Yah! Kau tidak menyadarinya? Hm? Terlalu asik dengan tengan lama?” pukulan Jaehyun semakin keras, bibirnya masih manyun, dan Chanyeol tak bisa berbuat apa-apa selain merintih. Diam-diam ia nyengir juga, membayangkan kalau itu Baekhyun.

‘Haish, kau harus berhenti memikirkan Baekhyun, Park Chanyeol!’

“Ya! Ya! Hentikan, sakit!”

“Kau tidak tahu-aku tadi-memanggilmu-berkali-kali-tapi kau-tidak menoleh.” Jaehyun memutus-mutus dan memberikan penekanan pada kata-katanya setiap kali ia mendaratkan pukulan pada lengan Chanyeol.

“Baiklah, maafkan aku,” Chanyeol memohon. Suaranya sudah ia buat semenderita mungkin.

“Aku bahkan berteriak memanggilmu tadi. Sungguh memalukan.” Jaehyun berhenti memukul Chanyeol untuk menangkup wajahnya yang memerah, mungkin terbayang kejadian tadi saat Jaehyun memanggil-manggil Chanyeol tapi pacarnya itu malah sibuk ketawa-ketiwi dengan Baekhyun.

Chanyeol memandang Jaehyun merasa sedikit bersalah. Tangannya yang sehat mengelus-elus lengannya yang tadi dipukuli gadis itu.

“Aku tahu itu tidak sakit.” Jaehyun mendelik pada Chanyeol yang masih memegang lengannya seakan-akan lengan itu patah, anak itu bahkan merintih pilu yang membuat Jaehyun semakin menatap mencemooh.

“Ya! Memangnya aku iron man?!”

“Hehe, Maaf. Traktir aku makan es krim sepulang sekolah oke? Luhan bilang kalian bebas dari latihan band hari ini.”

Chanyeol benar-benar penasaran bagaimana Jaehyun mengubah ekspresinya dengan drastis dalam waktu beberapa detik. ‘Apa dia bipolar?’ Tadi ia sangat menyebalkan, merengengek, mengeluh, cemberut, sedetik setelahnya ia sudah menatap Chanyeol penuh harap sambil mengedip-ngedipkan mata menggoda keimanan.

‘Ah Sudahlah,’ Chanyeol memutar bola matanya.

.

“Hyung, kalau pun kau mau memberi libur latihan band, kau seharusnya tidak memaksa kami latihan sepak bola.”

Baekhyun merengek mengikuti Luhan yang berada didepannya. Kyungsoo kelihatannya senang-senang saja tentang ide latihan bola tersebut. Ia malah sedang tersenyum membayangkan dirinya berlarian dilapangan hijau dengan keren sedangkan pacarnya menonton di tribun sambil berteriak menyemangatinya.

Please Subscribe to read the full chapter

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Baekkswag #1
Chapter 30: Dan kenyataanya sampai sekarang kai dan d.o mengalami hal ini... bedanya cuman lagi menunggu d.o jujur pada dirinya/terima kenyataan that he loving him too...??
Cbhhkscm #2
Chapter 30: Gila, suka banget ceritanya
baeeki6104 #3
Hoho baeek malu tapi mau
koko_loey #4
Chapter 1: Rahasiaa apa?? baru chapter 1 udah penasaran bgt gw?
koko_loey #5
Aku reader baru, izin baca yaa
unni_fanna #6
Chapter 13: Keren banget ff nya..bikin yang kayak gini lagi dong kak hehe.. semangat nulisnya ^^
can_tbeempty #7
Chapter 30: Wah baek menjerit2 kenapa tuh......Hahaha. Seru bgt thor ceritanya!! Suka bangeett!!!!
can_tbeempty #8
Chapter 15: Complicated sekali yaaa
keyhobbs
#9
Chapter 30: berakhir sudah..hihi~akhirnya baek ngakuin juga tuh... Eh eh tpi jaehyun ama luhan jadinya gmana??kyungsoo sama sulli juga?kok bisa tiba2 putus gitu aja kan kasian kyungsoo nya...
ikabaek12 #10
Chapter 30: Yess!!! Chanbaek!!! Selalu dihati!!! #CBHS Luv you author sayang keep writing ya, all of chan love all baekh :v hehe *kibarbenderachanbaek semangat terus ya buat ff chanbaek lagi ya ya ;) Fighting!! Sequel leh uga, :D