Kebohongan Manis

Kekasih Sepenggalah

Halo,

Haha akhirnya diriku keluar Goa lagi ya?

 

Terima kasih sudah menunggu. Dan selamat ulang Tahun untuk Shipper tercinta kita ^^

 

As info, aku bertahap pindah ke wattpad juga dengan cerita dan alur yang sama. Tapi karena butuh waktu, dan membalas kesetiaan para readers disini jadilah aku update kembali. Mueheheh.

 

Terima kasih yang sudah baca dan kuharap 6,600 kata yang tertulis dalam chapter ini cukup untuk menebus kerinduan dan kegalauan kalian.

 

Terima kasih yang sudah bertahan 5 tahun lamanya. Dan tak bosan, wellcome new comers!

 

Happy reading and long last with Wonkyu~

 

---

 

Kekasih Sepenggalah

.

.

.

 

 

KRAAPTT.

Kertas persegi berwarna cokelat kekuningan malang. Dirinya yang mulus tak bercacat begitu keluar dari sarangnya harus mengalami nasib naas kini. Remuk redam dalam rematan pria bersurai hitam legam.

 

“kau membohongiku, Jung” lirihnya.

 

----

 

Tiin.. tiin...

 Deringan klakson dan deru lalu lalang mobil menghampiri pendengaran Siwon, Pria yang berdiri kaku di depan sebuah gate penjemputan bandar udara. Ya. Pria ini menanti shuttle car yang sudah dipesannya melalui agen transportasi di bandara beberapa saat lalu. Jangan tanya wajah itu. Datar tak terbaca. Bagaikan patung selamat datang yang sengaja dibuat oleh pihak Bandara untuk dinikmati oleh para pelancongnya.

 

Tak berselang lama, berhenti sebuah sedan taksi di hadapannya. Dengan pengemudi yang segera berlari, siap membukakan pintu untuk tuannya.

 

“barang anda, Tuan?” tanyanya ramah.

“tak ada” jawab Siwon sekenanya. Hell, dia memang tak ada persiapan untuk ini. Hanya mengikuti langkah kakinya.

 

Si pengemudi mengkerut heran, ia rasa.. pria ini telah mengalami perjalanan yang cukup jauh. Tapi nampaknya tak ada persiapan sedikitpun. Terlihat dari setelan armany mahal yang melekat di tubuh sempurnanya. Pria ini nampak seperti akan pergi bekerja. Hell, siapa yang akan pergi bekerja tetapi malah berdiri di terminal kedatangan internasional? Entahlah. Itu bukan urusannya.

 

“jadi, tujuan anda, Tuan?” tanya si pengemudi lagi setelah meredakan perdebatan yang sempat hinggap di kepala pintarnya. Ia memasang sabuk pengaman dan melirik si penumpang dari sudut mata birunya.

 

“Luzern”

 

----

 

“semoga hari anda menyenangkan, Tuan” salam si pengemudi ketika Siwon menutup pintu mobilnya dari luar. Ternyata meskipun kaku, ia pria dermawan. Batin si supir taksi. Tak ayal, pria bermuka datar itu memberinya tip berlebih sebagai ucapan terima kasih.

 

“hm” Siwon hanya mengangguk sekilas, dan sedan taksi itu berlalu dari hadapannya.

 

Siwon berbalik. Menatap papan nama yang ada di sudut jalan. Niederdorfstrasse.

Tempat ini tak banyak berubah. Masih asri dan mungkin sedikit lebih ramai dengan bertambahnya kafe-kafe kecil di pinggiran jalan. Siwon tersenyum sekilas. Tempat ini adalah rumah keduanya. Tempat ia menghambiskan hampir separuh hidupnya untuk terapi penyembuhan penyakit yang diidapnya.

 

Siwon melangkah mantap. Niederdorfstrasse 48 yang menjadi tujuannya. Tujuannya untuk menghakimi seseorang.

 

Seseorang? Entahlah. Ini murni kebohongan seseorang atau kebohongan massal sebuah keluarga.

.

.

 

Ting. Tong.

Bell rumah bernomer 48 itu berbunyi. Tak butuh waktu lama untuk mendengar sahutan merdu dari salah seorang pemilik rumah yang begitu pria ini kenali.

 

“sebentar!” teriak Jaejoong dari arah dapur. Ia sedang menyiapkan makan malam untuk adik terbengalnya. “siapa sih yang bertandang sore-sore?” gerutunya.

 

“oh, astaga!” pekik Jaejoong. Melihat siapa yang ada dibalik layar intercomnya.

 

“ada apa noona?” itu Changmin. Pemuda bersurai eboni dengan badan atletis yang baru saja masuk dari kebun belakang. Dilihatnya mata kakak iparnya itu membola, tanpa suara sambil menunjuk-nunjuk ke arah intercom rumah.

 

Changmin yang penasaran mengekori jejak sang kakak. Mengintip dibalik intercom dan detik selanjutnya juga meniru si wanita yang lebih tua darinya. Mulutnya menganga lebar dengan bola mata yang siap keluar.

 

“hei, idiot!”

 Itu Yunho. Geli dengan kelakuan dua makhluk yang bisa dikatakan ajaib dalam rumahnya. “apa yang kalian lakukan di depan pintu? Cepat bersiap aku lapar” pongahnya. Menuruni anak tangga dengan kaki jenjangnya.

 

Changmin disana. Tak mengindahkan cemooh kakaknya. Ada hal yang lebih menggemparkan daripada itu. Sosok dibalik intercom, yang sampai kapanpun tak akan siap mereka terima. Sosok itu masih sama. Dingin dengan wajah datarnya.

 

“sayang..” lirih Jaejoong pada suaminya. Yunho terdiam menyelidik, membaca raut wajah sang istri dan selanjutnya tanpa perlu ditanya, ia tahu siapa sosok yang tengah dipandangi si adik dari balik intercom.

 

“huufft” Yunho menghembuskan nafas kasar. Pria itu menatap dua orang tersayangnya. “kalian masuklah. Tunggu kami di ruang makan. Biar aku yang membukakan pintu”

 

Tanpa perintah dua kali, Changmin menarik kakak iparnya menjauhi pintu. Masuk ke salah satu lorong tempat mereka bersiap untuk makan malam.

 

Cklek.

Yunho membuka pintu rumah dan langsung dihadiahi tatapan dingin dari tamu agung. Tamu yang sebenarnya tidak akan siap mereka temui sampai kapanpun.

 

“masuklah, diluar dingin” ujar Yunho datar. Menutupi getaran di matanya. Yunho takut? Tentu saja! Ada beberapa kebohongan yang telah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir pada sosok di hadapannya.

 

Siwon, si tamu agung? Tanpa mau menyapa dengan ramah sudah berlalu lebih dulu masuk ke dalam rumah. Tak banyak berubah, pikirnya. Hanya beberapa perabotan antik baru dan cat rumah yang sudah berganti untuk menutupi pergantian jaman yang memakan usia dari bangunan rumah ini.

 

Kaki jenjang yang diselimuti celana bahan armany itu melenggok anggun memasuki lorong yang sama dengan dua makhluk lain penghuni rumah ini. Ruang makan. Ia yakin dua mahkluk itu sedang bersembunyi disana.

 

“h-hai” sapa Jaejoong kaku. Dia menyapa Siwon dari balik kursninya. Jangan lupakan tangannya yang bergetar sambil memegang kuat garpu. Sedangkan Changmin? Oh pemuda itu bahkan berpura-pura sibuk mengelap peralatan makannya tengan tissue.

 

“duduklah, Siwon” itu sang suami. Jaejoong hampir bernafas lega sebelum.

 

Brakk.

Changmin memejamkan mata. Takut dan kaget mendengar tulang bertemu meja.

 

“dimana dia?” geram Siwon.

 

“duduklah. Dan biarkan perutmu diisi. Baru kita bicara” ujar Yunho tak kalah datar.

 

Jaejoong dengan cepat kembali merapihkan peralatan makan yang tadi sempat dihantam Siwon. Berpura-pura seolah tak pernah terjadi amukan sebelumnya. Mereka memulai makan dengan tenang tanpa pembicaraan apapun. Siwon mengikuti mereka. Ia akan mengisi perut kosongnya akibat perjalanan jauh. Setidaknya ia harus mengamuk dengan tenaga ekstra nantinya.

 

Changmin. Dirasa, pria ini pasti punya andil besar. Tak diragukan lagi oleh Siwon. Sampai detik ini pemuda bermata rusa itu masih enggan menampakkan batang hidungnya. Makan dengan pelan dan wajah yang terus setia menatap meja.

.

.

.

 

“jangan menyudutkan Changmin” ujar Yunho. Mereka kini tengah berada di ruang keluarga. Tanpa saling tatap. Hanya sibuk melihat api yang menari-nari di balik tungku perapian. Udara di Luzern memang cukup menusuk jika sang malam menguasai. Siwon masih setia diam. Menanti penjelasan dari kepala keluarga. Hanya ada dirinya, Yunho dan Changmin disini. Jaejoong sudah diungsikan ke kamar. Takut-takut ada pertumpahan darah nantinya. Yunho tak akan mengizinkan wanitanya terlibat dalam pertengkaran keluarga. Biarkan para pria yang menyelesaikan. Atau lebih tepatnya, biarkan dirinya yang menyelesaikan. Changmin? Ia yakin bahkan adiknya sudah bersiap menangis sekarang.

“Kyuhyun tidak bersama kami sekarang” ada jeda yang dibuat sang dokter. Menimang-nimang kata terbaik yang hendak ia keluarkan. “ia menetap di Munich. Bersama anaknya”

 

Bang!

Bagai dihantam palu. Siwon merasa nyawanya mengambang. Munich dan anak adalah dua suku kata yang asing baginya. Matanya berkunang, tetapi otaknya memaksakan kehendak untuk tetap bertahan. Biar bagaimanapun keluarga Jung berhutang pejelasan padanya. Mata tajam itu menatap nyalang ke satu-satunya pria bersurai eboni yang mengkerut di seberang meja.

 

Pembohong!

 

Lima tahun. Lima tahun ia bersabar. Lima tahun pula ia berada dalam lingkar kebohongan. Selama ini Kyuhyun tak pernah mau menunjukkan batang hidungnya. Selama itu pula ia hanya sesekali mendapat kabar dari Yunho tentang kondisi terkasihnya. Lima tahun terakhir, ia hanya berkomunikasi dengan Changmin. Pemuda yang kini, menurut kebohongannya telah menjadi teman yang baik bagi Kyuhyun selama masa penyembuhannya. Pemuda itu selalu berkata apa yang ingin Siwon dengar. Bahwa Kyuhyunnya baik-baik saja dan tengah menjalani masa pengobatan. Hell. Lima tahun! Yang benar saja? Selama ini pemimpin terarogan di Choi Grup itu berhasil dibohongi oleh pemuda ingusan? Pengobatan apanya, kalau bahkan, batang hidung saja Kyuhyun tak nampak di rumah ini.

 

“jangan salahkan Changmin, Siwon! Ia tak sepenuhnya berbohong disini” Yunho makin mendesah kasar. Adiknya sudah mati ketakutan. Dan dia sudah bersiap dengan amukan pria Choi di sampingnya.

 

“tahun pertama adalah yang terberat bagi Kyuhyun dan juga” lagi. Yunho kembali berpikir kata yang tepat untuk menjelaskan ke pria di sampingnya. Ia tak mau memancing kemarahan Siwon, tetapi tak mungkin juga menutupi semuanya sekarang. “dan juga kami. maaf. Dia memang mengikutiku kesini. Tetapi tidak untuk pengobatan. Semua terasa sulit, Siwon”.

 

Kepala keluarga Jung itu menatap lekat Siwon, yang ternyata juga menatap ke arahnya. Mendengarkan cerita dengan seksama. Seolah kata demi kata dari bibir tebal itu adalah yang paling berharga baginya. “Kyuhyun tak dapat menerima dirinya. Ia merasa jijik dengan semua yang telah ia alami. Kyuhyun, anak itu terus menyalahkan dirinya. Tentang keluarganya yang harus menderita dan menanggung malu, dan juga kau. Yang harus menceburkan diri ke dalam dosa”

 

“dia mencintaimu, Siwon” sorot mata musang itu meredup, berusaha menyampaikan kejujuran. “tapi ia juga mengutuk dirinya. Ia membenci semua yang ada pada dirinya” Yunho menerawang jauh. Wajahnya gamang teringat masa lalu. “Kyuhyun terus berusaha melukai dirinya sendiri. Ia tak terkendali. Kami bahkan tak pernah mengizinkan dia untuk dimanapun sendiri. Maafkan Changmin yang mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja. Aku yang menyuruhnya. Aku tak ingin kau kembali kambuh. Cukup urusanku dengan Kyuhyun yang belum tuntas, aku tak ingin menambah urusan denganmu” tutur Yunho.

 

“bisa dikatakan, Kyuhyun mengalami titik tergilanya kala itu. Tak hanya melukai diri sendiri, ini juga berdampak pada Changmin dan Jaejoong. Jika harus ku katakan dengan jelas- tak sedikit istri dan adikku mengalami luka serupa akibat perbuatan kekasihmu”

 

“hiks..” Siwon berpaling. Menatap pria termuda diruangan itu. Meskipun menunduk, dapat Siwon lihat bahu itu bergetar. “Kyuhyun, dia.. bahkan lebih malang darimu Siwon hyung” itu Changmin, dengan suara serak menahan tangisnya. “Kyuhyun terus berteriak dan memaki dirinya. Ia benci melihat tubuhnya sendiri. Ia benci melihatku dan Jaejoong noona yang dapat hidup normal dengan pilihan kami. Ia membenci dirinya yang terlahir sama denganmu. Terlebih, dengan penyimpangan yang terjadi padanya. Ia telah mengecewakan keluarga dan mendiang orang tuanya. Kyuhyun, berkali-kali menyakiti dirinya sendiri. Ia tak ingin tubuhnya, tapi ia tak bisa mati. Ia juga tak punya nyali untuk bertemu kedua orang tuanya. Hikss maaf. Maaf-“

 

“cukup Chwang! Bukan sepenuhnya salahmu. Tenangkan dirimu” Yunho mengepalkan tangan, membuat buku-buku jarinya memutih. Ia tak ingin adiknya terus menyalahkan diri sendiri. Ini keputusan mereka bersama.

 

“Kyuhyun mengkonsumsi obat penenang selama tahun pertama. Hanya dengan cara itu kami bisa mengendalikan emosinya. Saat keadaannya stabil, ia akan duduk berjam-jam di pinggiran danau Jenewa. Menikmati dirinya yang begitu kecil menantang alam. Begitulah Kyuhyun. Ia kehilangan banyak berat badan. Tubuhnya hanya tinggal tulang dan tak terawat. Ia tak mengizinkan siapapun untuk merawat penampilannya. Yang ia tahu, ia hanya ingin mengakhiri hidup. Hingga-“

 

Siwon kembali menatap Yunho lamat. Apakah Kyuhyun bertemu dengan orang lain setelahnya? Apakah Kyuhyun bertemu dengan seseorang yang kini mengubah hidupnya? Apakah itu alasan kenapa pria pucat itu tak ada disini sekarang?

 

“hingga ia menemukan sosok yang kini mengubah dunianya.” Mati kutu. adalah hal yang mungkin dapat menjelaskan wajah Siwon saat ini. Pias tak terelakkan. “maaf Siwon, tak memberitahumu hal ini. Percayalah, kami semua butuh waktu untuk menyampaikan kebenaran ini padamu. Aku- juga bingung jika harus menjelaskan dari titik mana padamu. Lagipula aku tak ingin menghancurkan kebahagiaan Kyuhyun. Ia perlahan membuka diri, dan lebih mau menerima kenyataan”

 

“siapa dia?” ujar siwon datar. Tak ada kemarahan disana. Hanya sorot mata kosong menatap lantai. Kyuhyun hancur- terbelenggu dosan hitam karenanya. Disaat ada secercah harapan, dan itu bukan darinya- haruskah ia marah? Haruskan ia tetap egois dengan mempertahankan Kyuhyun disisinya? Sementara seseorang yang kembali mengisi gairah kehidupan kekasihnya adalah bukan dirinya. Haruskah?

 

“namanya Sehun” jawab Yunho.

 

“Choi Sehun!” timpal Changmin. Mata yang sedari tadi menunduk itu kini menatap tajam sosok datar yang seolah akan terpuruk itu. “demi Tuhan, jika kau benar pintar dan mengindahkan kata-kataku maka harusnya kau menyadari sesuatu!” bentaknya.

 

Siwon bukannya tak marah. Lebih tepatnya tak berdaya, ketimbang meladeni pria seperti Changmin, ia lebih memilih menerpurukkan dirinya kedalam realita yang disampaikan Yunho.

 

“dia seorang bayi, Siwon” lembut Yunho. Siwon menegang. Dengan cepat wajah pria itu terangkat. Kembali menatap Yunho. Kini sosok Changmin juga berada di sudut matanya. “Choi Sehun. Begitulah Kyuhyun menamai dirinya” kini senyum itu tak dapat dihindari lagi oleh Yunho. “kurasa- apakah adik tercintaku sudah siap mengambil alih penjelasan?” Yunho melirik jahil ke arah Changmin yang terperanjat seakan tak siap. “kurasa dia yang lebih tahu detilnya daripada aku”

 

Kau! Jelaskan!

Begitulah kira-kira arti tatapan yang dilayangkan Siwon padanya. Jung muda itu mencebik. Kesal sekaligus takut akibat ulah kakaknya. Dia yakin seribu persen dokter handal itu mampu menjelaskannya sendiri. Kenapa kini ia yang diseret-seret. Oh salahkan masa lalu yang melibatkan dirinya hampir menjadi lakon utama.

 

“hyung, hari menjelang senja. Sudah terlalu lama kau berdiam disini” cicit Changmin. Ia dari mobil. Jengah menunggu berlama-lama. Hal yang menjadi kebiasaan baru dalam kesehariannya. Kyuhyun yang mengamuk, melukai dirinya. Ikut menghajar Changmin yang berusaha menenangkannya. Dan berakhir terkendali dibawah obat penenang Yunho. Jika sudah begitu, pria bermarga Cho itu akan meminta Changmin menemaninya ke danau Jenewa. Tempat ia dulu pertama kali menemui Siwon di negeri ini.

 

Kyuhyun tak mengindahkan. Ia masih setia memandangi pegunungan di seberang danau. Memandangi lukisan alam yang disajikan Tuhan secara gratis untuknya. Ia ingin merekam itu semua dalam otak kecilnya. Toh ketika mati nanti, yang dilihatnya hanya siksaan dan api neraka. Ia jamin itu. Kehidupan yang layak untuk pendosa sepertinya.

 

“pulanglah jika kau bosan, Chwang. Aku akan pulang jika sudah lelah” jawab pria itu sekenanya. Tak ingin melihat raut kesal si teman bicara, Kyuhyun beranjak dari tempat duduknya dan melangkah menyusuri rerumputan. Beranjak ke arah rumah-rumah pedesaan disana.

 

“tsk! Pulang apanya- inikan sangat jauh dari rumah” gerutu Changmin. Lagi-lagi ia harus mengalah. Diseretnya kaki indah itu mengekori jejak Kyuhyun. Meski tak rela.

 

Yah. Memang benar Jenewa itu anugerah Tuhan. Desa ini sungguh alami bak negeri dongeng, tetapi jika harus melihatnnya hingga tiap hari? Pasti bosan juga. Sama sepertinya saat ini. Hanya ada danau sebening kaca, rerumputan hijau. Perumahan kayu di atas bukit sana, dan gundukan yang tengah menangis di atas kap mobilnya.

 

Tunggu-

Kap mobilnya???

 

Sejak kapan?

 

Changmin berlari menaiki undakan jalan berbatu dan kembali ke pinggir jalan. Tempat ia memarkirkan mobilnya. Nafas pemuda itu memburu.

 

Oeekk.. oekkk.

 

Makin dekat, makin jelas pula tangisan yang berasal dari gundukan itu.

 

Tap. Tap.

Berhasil. Ia sampai, tetap disamping mobilnya. Dan- demi Tuhan!! BAYI?

 

“KYUHYUN HYUUUUUNG!”

 

Pekikan itu menghentikan langkah Kyuhyun. Demi Tuhan ia hanya ingin mengelus kambing di peternakan milik paman Sam dekat danau. Kyuhyun menoleh, tak bisa mengacuhkan Changmin yang berteriak histeris. Dilihatnya dari ujung jalan sana, meskipun tak jelas, tubuh tegang Changmin membutuhkan pertolongan darinya.

 

Hati Kyuhyun tak enak. Sesuatu terjadi pada pemuda itu. Kyuhyun biasanya tak mempedulikan Changmin yang berteriak kesal dan merengek padanya. Tapi kali ini Kyuhyun tahu ada yang tidak beres dan tak dapat diatasi oleh pemuda jangkung bermata rusa itu. Bergegas Kyuhyun kembali menuju arah mobil keluarga Jung terparkir.

 

“Chwang, ada apa?” Kyuhyun terengah. Ia tak pernah berjalan terburu seperti ini sebelumnya. Setidaknya setelah sekian lama.

 

“H- hyunngh” Changmin berbalik ke arahnya. Wajah itu pucat tak dapat menutupi ketakutannya.

 

Kyuhyun menggeser tubuh pemuda yang lebih jangkung darinya. Dan seketika mata bulatnya membola. Disana, sesosok bayi yang masih segar berdarah dan tali pusar yang belum terpotong diam menatapnya.

 

“a-apa dia mati? Hyung apa dia mati? Demi Tuhan tadi dia menangis keras dan- dan”

 

“Chwang!” bentak Kyuhyun. “Kendalikan dirimu dan mari segera ke rumah sakit”

 

“hah? A- apa?”

 

“sekarang Chwang! Rumah sakit!”

 

Entah sejak kapan, gundukan bayi itu tak terlihat lagi di atas kap mobilnya. Kyuhyun juga sudah terduduk gelisah di samping kursi pengemudi. Tangan pucat ringkih itu gemetaran menyelimuti si bayi merah dengan syal tebal yang tadi melilit leher jenjangnya.

 

“Jung Changmin! Demi Tuhan!” bentak Kyuhyun dari dalam mobil. Seperti orang linglung, Changmin berlari ke sisi pengemudi. Mengemudikan mobilnya dengan kecepatan di luar nalar. Bukan maunya. Itu perintah Kyuhyun.

.

.

“RUMAH SAKIT?” pekik Jaejoong. Yunho yang mendengar dari kebun belakang langsung bergegas memasuki rumah. Jaejoong masih dengan wajah piasnya memegangi horn telepon yang tertempel di telinganya.

 

“ada apa?” tanya Yunho. Ini hari libur, ia tidak bekerja. Istrinya masih dengan wajah terkejutnya menutup sambungan telepon.

 

“Ch- Chwang bilang ia dan Kyuhyun di- di rumah sakit” BRUGH. Dan selanjutnya, dapat ditebak. Wanita itu jatuh pingsan.

 

“Changmin!” pria yang disebutkan namanya menoleh. Itu kakaknya, dan juga kakak ipar kesayangannya. Mereka cukup terlambat untuk datang sebenarnya. Bukan mau Yunho. Tapi ia terpaksa mengurusi adegan pingsan istrinya dulu baru ke rumah sakit memastikan keadaan Changmin dan Kyuhyun. Di pinggiran pintu UGD dapat dia lihat adiknya tampak baik-baik saja tanpa cacat sedikitpun. Apakah Kyuhyun?

 

“h- hyung!” Changmin terbata. Yunho langsung merengkuh pundak adiknya. Memeriksa apa yang salah disini? “ba- bayi.. berdarah!” Changmin masih meracau tak jelas. Jemari panjangnya menunjuk-nunjuk ke ruang UGD di sampingnya.

 

Dahi Yunho mengernyit. Apa yang coba disampaikan oleh adiknya?

 

Ding!

Lampu penanda ruangan telah selesai digunakan menyala. Tak berjarak lama, seorang dokter keluar dari dalam ruangan sambil membuka pelindung mulut dan tangannya.

 

“Mr. Jung?” agak terkejut dengan keluarga pasien yang menunggu di luar.

 

“ah, Mr. Enstein. Bagaimana keadaan Kyuhyun?”

 

“Kyuhyun? Apa bayi merah itu sudah memiliki nama?”

 

“bayi?” kerut Yunho

 

“ya, bayi yang dibawa kemari pasca melahirkan. Oh, aku lupa, tolong berikan penanganan pada ibunya. Kita belum memeriksa apapun, dia hanya diam memandangi anaknya yang berlumuran darah“ ujar sang dokter beralih pada perawat yang membawa peralatan medis keluar dari ruangan.

 

“tunggu- tunggu! Bayi? Ibu?” seperti orang linglung. Yunho memotong ucapan dokter paruh baya itu dan menatap Changmin bergantian.

 

“kau menghamili anak orang?” tanya Jaejoong yang bersiap akan kembali pingsan.

 

“bukan.. Kyuhyun hyung-“

 

“hah? Kyuhyun menghamili anak orang?” pekik Yunho.

 

“hyung! Dengarkan. Kyuhyun hyung di dalam bersama bayi” geram Changmin yang seolah tak diberi sesempatan bicara.

 

Yunho mendobrak masuk. Ini juga rumah sakit tempatnya bekerja. Tak heran ia begitu percaya diri merangsek masuk tanpa izin.

 

Disana. Di atas kasur medis, terbaring sosok mungil yang sudah memakai baju dan selimut lengkap ala rumah sakit. Kyuhyun duduk disampingnya. Masih memunggungi sosok Yunho yang terpaku di dekat pintu. Pundak ringkih itu tampak tenang, masih setia menatap sosok malaikat di atas tempat tidur.

 

Yunho melangkah pelan. Diikuti oleh Jaejoong yang entah kapan bahkan memotang jalannya. Bergegas menghambur ke sisi kosong ranjang medis itu.

 

“ya- ya Tuhan!” Jaejoong memekik tertahan. Ia masih cukup waras sedang berada dimana. Changmin tadi sudah menjelaskannya meskipun terbata. Di atas sana, terbaring sosok mungil yang baru saja mendapat menanganan medis. Tidur dengan nyaman enggan membuka mata. Kulitnya putih dengan guratan-guratan kemerahan pertanda ia baru saja menyapa dunia. Dan jangan lupakan hidung bangir dan garis mata orientalnya yang makin memperindah sosok tak berdosa itu.

 

Kyuhyun disana, masih memperhatikan sosok mungil yang setia terlelap. Entah sejak kapan bibir tebalnya terus mengembang lembut memberikan senyum kehangatan untuk bayi yang langsung dicintainya sejak pandangan pertama. “dia sempurna” bisiknya. Entah pada siapa.

 

 

“sejak hari itu kehidupan Kyuhyun kembali. Ia perlahan mau berbaikan dengan takdir. Sehun. Choi Sehun. Itulah nama yang ia sematkan untuk sosok mungil itu. Kyuhyun memutuskan untuk merawat Sehun dengan tangannya sendiri. Tapi-“

 

Changmin melirik kakaknya yang masih setia membisu sejak ia mulai menceritakan kejadian masa lalu yang terjadi di keluarga ini. Hufft Changmin mendesah. Percuma. Sepertinya kakaknya ini memang memojokkan dirinya untuk bercerita langsung.

 

“Maaf Siwon hyung. Ini juga bagian dari kebohonganku. Maaf karena aku tidak bisa menolak permintaan Kyuhyun” Changmin kembali menunduk. “karena kehadiran Sehun dan komitmennya untuk merawat bayi itu, Kyuhyun benar-benar melakoni perannya sebagai seorang ibu”

 

Changmin tak melanjutkan. Ia menunggu reaksi Siwon. Dan nyatanya, Siwon masih tak bisa mencerna jalan cerita. Matanya masih setia memandang polos pada kedua Jung bersaudara ini. “lalu apa?” tanyanya.

 

“haaahh” Changmin mendesah kasar. “Siwon hyung, harusnya kau paham dengan makna merawat sebagai seorang ibu” tutur Changmin lagi.

 

“Jika ia merawat bayi itu, lalu apa masalahnya?”

 

Changmin dan Yunho saling bersitatap. Lalu mendesah bersamaan. Nyatanya, penerus Choi Grup ini masih belum memahami intisari cerita. Mau marah? Jelas. Ingin sekali Changmin melemparkan salah satu balok kayu bekas perapian ke wajah stoic itu.

 

“Kyuhyun yang sekarang berbeda dengan yang kau kenal dulu” Siwon mengalihkan atensinya pada Yunho yang akhirnya kembali bersuara. “itulah alasan utama kenapa ia dan kami semua tak siap memberitahumu. Kyuhyun benar-benar memulai kehidupan barunya di tanah yang baru. Dimana tak seorangpun mengenal dan menghakimi pilihan hidupnya. Kyuhyun kini telah menjadi seorang ibu, Siwon”

 

Kata final, penutup perbincangan berat mereka malam ini. Yunho beranjak dari tempat duduknya. Melirik sekilas pada sosok adiknya. “antarkan dia jika sudah siap menghadapi kenyataan, Chwang” imbuhnya.

---

 

Jajalan kota Munich ramai seperti biasanya. Mobil dan bus berlalu lalang sibuk menjalani aktivitas pagi di kota pelancong ini. Ya, salah satu kota teramah di Jerman untuk tempat tinggal pelancong. Dua orang kaku yang terduduk di dalam mobil mewah hanya diam menikmati perjalanan. Entah bisa dikatakan menikmati atau tidak, karena sejak empat jam lalu meninggalkan rumah, Changmin yang berada di balik kemudi tak sepatah katapun diajak berbicara oleh penumpang agungnya.

 

Ya. Tadi pagi. Oh tidak, subuh mungkin. Siwon membangunkannya dan memintanya untuk bertemu Kyuhyun. Tak ada nada amarah ataupun kekesalan yang ia lihat dari sosok itu semenjak akhir dari perbincangan berat mereka semalam. Tapi jika dibilang Siwon menerima kenyataan sepertinya tidak juga. Entahlah, Jung muda itu hanya mengerang frustasi. Orang disampingnya ini tak mengumbar aura apapun. Batu.

 

Kuda hitam itu terus melaju ke jalanan yang mulai lengang. Bergerak menuju pemukiman, sedikit menjauh dari hiruk pikuk kota.

 

“kau dimana?” nada cempreng Changmin terdengar, membuat sosok disampingnya menegang. Tak perlu ditanya, Siwon pasti tahu siapa yang menjadi lawan bicara pemuda itu dari seberang sana.

 

Tak ada percakapan lanjutan. Changmin kembali fokus pada jalanan dengan sebelah tangan yang masih setia menggenggam ponselnya. Perlahan kuda hitam itu kembali menuju jalanan yang agak sedikit ramai meskipun kesan rindang masih menemani perjalanan mereka. Tak lama, kuda hitam itu melaju makin pelan dan akhirnya berhenti di sebuah pusat perbelanjaan.

 

Vollkorner.

Papan besar yang bertengger dibangunan cukup megah itu mengakui namanya. Bukan di tengah kota, namun tak bisa dikatakan terpencil juga.

 

“Kyuhyun di dalam” itu Changmin. Yang akhirnya berani memulai percakapan duluan. “temuilah dia, dan maaf aku tak bisa menemanimu, Hyung. Aku masih belum mengumpulkan banyak nyawaku untuk bertahan menghadapi amukannya. Dia- yang sekarang itu bagiku lebih mengerikan”.

 

Segurat senyuman halus terpatri di wajah rupawan Siwon. Meskipun matanya memandang ke arah bangunan swalayan, telinganya tetap mendengar penuh minat setiap perkataan Jung Changmin.

 

“Hyung” lirih Changmin. Siwon akhirnya merelakan arah pandangannya menuju pemuda yang dengan berat hati jauh-jauh mengantarnya kemari. “berjanjilah. Meskipun kau belum dapat menerima keadaannya, berjanjilah untuk selalu percaya bahwa dia tetap Kyuhyunmu yang dulu. Kyuhyun yang sepenuh hati mencintaimu- dengan apa dan bagaimanapun keadaannya sekarang”

 

Mata mereka bertemu. Raut ketakutan itu masih ada. Tapi Siwon terkesan dengan adik yang juga begitu disayanginya ini. Pemuda ini, masih berusaha memberanikan diri untuk membuatnya percaya dengan apa dan siapa itu Kyuhyun. Lagi. Siwon kembali tersenyum. Tangan itu untuk pertama kalinya, setelah sekian lama- mengusak sayang surai eboni Changmin.

 

“terima kasih. Dan sampai disini, biarkan aku yang memutuskan, Changmin. Kembalilah” Siwon menutup pintu mobil dari luar. Tak menoleh lagi ke arah si pengemudi. Tubuh tegapnya berjalan mantap memasuki area swalayan. Belajar sendiri untuk menemui sosok yang begitu ia rindukan selama lima tahun terakhir.

 

“ku harap kau berbesar hati menerima takdirmu Hyung. Berbahagialah”

---

 

Dan Siwon menyesal. Menyesal kenapa dengan percaya diri berlebih ia membiarkan Changmin pergi tanpa memberi tahu seperti apa sosok Kyuhyun yang sekarang. Siwon mencintai Kyuhyun? Demi apapun, pastinya! Tapi lima tahun, bung! Tanpa komunikasi, dan hanya bermodalkan kebohongan manis dari tuturan Changmin tak pelak membuat Siwon ragu. Bagaimana ia menemukan Kyuhyunnya. Demi Neptunus! Siwon menyesalkan swalayan ini yang begitu besar, padat akan barang dan riuh rendah gosipan pengunjung. Siwon lupa, jika tempat yang ditapakinya kini adalah sarangnya ibu-ibu pesolek dan berhormon lebih soal gosip.

 

Langkah yang awalnya mantap kini mulai mengendur. Ia harus mulai darimana untuk mencari Kyuhyun? Dan tidak menutup kemungkinan kan jika pria itu sudah selesai belanja dan pulang? Tidak. Tidak! Siwon menggeleng meyakinkan dirinya sendiri. Hanya ada pintu besar tempatnya tadi merangsek masuk. Dan selama ia berjalan. Tak sedetikpun ia melihat sosok Kyuhyun berseliweran di depannya. Ia pasti masih disini, batinnya.

 

“ayah” Siwon mematung. Ia tidak tuli. “ayah, kau kah itu?” suara khas anak-anak kembali mengalun. Siwon dengan kaku menoleh kesamping. Bagai gerakan slow motion, disana, di dekat rak sereal berdiri sesosok balita dengan kulit pucat bak porselen tengah memeluk sekotak besar sereal coklat. Matanya yang kecil mengerjap penuh minat. “ibu! Ibu! Ayah datang, bu!”

 

Hei! Siwon belum mengungkapkan apapun tetapi anak itu seenak jidatnya mengklaim dirinya sebagai seorang ayah dan berlari meninggalkannya. Belum sempat Siwon memanggil, memberikan klarifikasi bahwa ia bukanlah ayah dari anak itu, tapi mendadak lidahnya kelu melihat siapa sosok dibelakang anak yang sialnya kembali menuju ke arahnya dengan menggeret paksa troli belanjaan sang ibu.

 

“Sehun! Astaga nak, jangan teriak-teriak! Ibu kan-“ wanita itu tergopoh-gopoh mengimbangi laju anaknya yang entah kenapa begitu bersemangat menggeret dirinya ke arah rak sereal. Oh dia tahu, ini hanya akal-akalan sang anak yang nantinya akan memasang wajah memelas- memohon untuk dibelikan sekotak sereal besar dengan serial avengers dikotakya. Ia pastikan tidak!

 

“ibu! Lihat! Ayah datang! Ayah pulang, ibu!” Sehun melompat kegirangan berbanding terbalik dengan sang ibu yang tak lain dan tak bukan adalah sosok seorang Cho Kyuhyun.

 

“ibu?” Sehun menggumam. Diputarnya tubuh kecil itu menghadap kearah ibunya yang berada dibalik troli belanja. Ibunya tak bergeming sedikitpun. Menatap nanar pada sosok yang dipanggilnya ayah. Mata bulat si kecil kemudian turut memandang sosok pria maskulin di seberang sana. Yang wownya, juga mematung seperti sang ibu. Apa barusan nona Elsa menyemburkan mantranya? Batin si anak yang memang sedang digandrungi oleh serial Frozen.

 

Tap. Tap.

Yang sehun lihat, si ayah lah yang akhirnya pertama kali terbebas dari sihir nona Elsa. Pria berperawakan tinggi tegap dengan kulit kuning kecoklatan itu mendekat ke arahnya. Mengambil kotak sereal yang tadi tak sengaja ditinggalkan Sehun ketika berlari menjauhi dirinya.

 

Tep.

Siwon meletakkan kotak sereal bergambar hero ke dalam troli belanja Kyuhyun.

 

Hup!

“ahahah” Sehun tertawa senang ketika sosok tinggi besar itu mengangkatnya ke udara. Memastikan si balita bertengger aman dalam gendongannya.

 

“ada lagi yang belum kau dapatkan?” tanya sosok itu santai pada balita di gendongannya.

 

“susu! Susu Sehun!” pekik sang anak semangat. “karena ayah disini, boleh Sehun dapat susu cokelat dengan hadiah Olaf disana?”riangnya.

 

“tentu” timpal Siwon sekenanya. Ia mengambil alih troli belanjaan Kyuhyun dan dengan sebelah tangan mendorongnya menuju koridor yang ditunjuk sang anak.

 

“ti-tidak mungkin” Kyuhyun masih mematung disana. Masih belum mempercayai kedatangan Siwon yang tiba-tiba. Pria itu tanpa kabar dan dengan seenak jidatnya muncul dalam kehidupannya. Belum sedetik, Kyuhyun kembali dihempaskan oleh kenyataan. Bukan Siwon, dialah yang selama ini menghilang. Menghindar dari masa lalunya.

.

.

.

 

“terima kasih, dan silahkan datang kembali” ujar petugas kasir setelah Siwon membayar seluruh belanjaan. Sehun sudah tidak lagi berada di gendongannya. Anak itu memaksa turun dan membantunya untuk mengangkat kantung-kantung belanjaan di tangan sang ayah. Mengalah, untuk kedua kali setelah dengan Kyuhyun, Siwon membiarkan sang anak memegang sendiri kantung sereal idamannya.

 

“ibu! Kenapa masih disana?” pekik Sehun tak tahu diri. Ia cukup heran kenapa mantra nona Elsa begitu lama mempengaruhi ibunya. Setahunya, ibunya bilang ini musim semi, bukan musin salju. Lalu kenapa ibunya masih setia membeku?

 

Siwon tersenyum. Meski samar. Ia tahu, pria pucat itu pasti sangat shock melihat kehadirannya. Sama seperti the Jungs sialan. Mereka berhutang banyak kebohongan padanya. Bicara soal pria, ah nampaknya Siwon harus meralat dan memperbaiki cara pandangnya sekarang. Yang terdiam mematung disana bukan lagi Cho Kyuhyunnya. Bukan lagi pemuda bersurai eboni dengan mata tajam yang mendelik ke arahnya apabila tengah merajuk, bukan lagi pria tampan kebanggaan Cho Kyuri yang selalu dielu-elukannya sebagai pria yang digilai wanita. Dia yang kini, hanyalah Kyuhyun- ibu dari Choi Sehun.

 

“jadi, dimana mobilnya?” ujar Siwon lebih kepada Sehun. Hanya bocah itu yang dapat dijadikan lawan bicara sekarang. Sementara Kyuhyun berjalan takut-takutan di belakang mereka.

 

“kita kan tidak punya mobil, ayah! Hanya orang kaya yang punya” celetuk Sehun polos. Oke, ingatkan Siwon bahwa ini bukan negaranya. Ia bahkan nekat jauh-jauh datang ke negara ini hanya dengan setelah jas armany yang melekat di tubuh tegapnya. Dan ingatkan juga bahwa ia sama sekali belum berganti baju dari kemarin. Apalagi mobil? Apa yang dia harapkan dari Kyuhyun yang single parent di negara antah berantah ini.

 

“ahaha” Siwon tertawa canggung. Terlihat sekali jika dipaksakan. “jadi, taksi?”

 

“taksi? Apa ibu tidak pernah memarahi ayah? Itukan mahal! Taksi itu hanya boleh kita gunakan saat akan kondangan saja, ayah” bijak Sehun menceramahi. Well, sekali lagi ingatkan Siwon untuk mencatat baik-baik dalam memorinya bahwa Choi Sehun, lawan bicaranya saat ini mewarisi mulut pongah ibunya.

 

“karena kau bersamaku, maka- itu taksi! Taksi!” teriak Siwon, menandai sedan biru yang akan melintas di depannya.

 

Seperti yang diharapkan, kuda biru itu berhenti tepat di trotoar tempatnya berdiri. Memasukkan belanjaan ke dalam bagasi mobil dan menyamankan Sehun duduk di samping kursi kemudi.

 

“wow! Kita benar naik taksi tanpa harus menunggu kondangan? Wow hebat!” celoteh Sehun yang kini dipasangi seatbelt oleh sang ayah. Sang juru kemudi hanya tertawa gemas melihat bocah seusia Sehun yang ternyata pandai bicara.

 

“naiklah” ujar Siwon sekenanya. Jujur ia bingung harus berekspresi bagaimana terhadap Kyuhyun. Toh, sosok itu sampai sekarang juga tak membuka suaranya.

 

Kyuhyun dengan enggan ikut masuk ke dalam mobil melalui pintu yang sudah dibukakan oleh Siwon. Ia sedikit bergetar ketika bau tubuh pria itu menghampiri indra penciumannya. Kyuhyun bergegas masuk. Tidak mau terlalu lama di dekat Siwon. Bisa gila dia!

 

Dan Tuhan mengabulkan kegilaannya. Siwon duduk tepat disampingnya. Sial! Dia melupakan sosok anaknya yang sekali lagi terus terlonjak riang disamping kursi kemudi ketika kuda biru itu perlahan melaju membelah jalanan.

 

“jadi, tujuan kita tuan?” tanya si pengemudi ramah.

 

“rumah Sehun, paman!” celetuk Sehun. Jangan lupakan kalau ia hanyalah sosok balita pada usianya. Jawaban polos itu meluncur dengan indahnya. Bersemangat menjawab pertanyaan paman supir.

 

Siwon sebenarnya ingin tersenyum geli melihat ekspresi dua manusia beda usia di depan, tetapi karena perasaannya datang di waktu yang salah- sebisa mungkin Siwon memasang wajah datarnya.

 

“nyonya? Tuan?” tanya si supir lagi.

 

“Solln, persimpangan Ascholdingerstr” jawab Kyuhyun kaku.

---

 

“terima kasih” ujar Siwon setelah melakukan transaksi pembayaran dengan si supir. Sedan taksi itu lalu pergi meninggalkan jalanan Solln, menyisakan Siwon yang berdiri kaku di depan pekarangan sebuah rumah. Sederhana namun asri. Kelihatan jika Kyuhyun merawatnya dengan baik.

 

“Sehun Pulaaaang!” suara cempreng si anak kembali menggema. Berlari semangat pada jalan setapak di pekarangan rumah. Ibunya? Masih sibuk menyusun kantung-kantung belanjaan di pinggir trotoar. Tadi Siwon tak membantunya sama sekali mengeluarkan barang-barang belanjaan mereka dari bagasi mobil. Cukup menyebalkan memang.

 

“ah, maaf. Mari kubantu” Siwon yang sadar situasi langsung bergegas ke arah Kyuhyun yang nampak kerepotan.

 

“IBU! KUNCINYA!” pekik sang anak di depan pintu.

 

“masuklah duluan” itu Kyuhyun, yang akhirnya memulai pembicaraan. Ia masih setia berpura-pura sibuk dengan kantung belanjaan. Jemari lentiknya menyerahkan sebuah kunci yang berhasil ia dapatkan dari dalam tasnya.

 

“kau saja” sahut Siwon sekenanya. Ia sudah cukup senang Kyuhyun mau berbicara padanya. Tidak seperti tadi yang menganggapnya hantu pembawa musibah. “tak baik wanita membawa yang berat-berat”

 

Demi Tuhan, Siwon hanya berusaha mencairkan suasana. Tapi yang ada, Kyuhyun malah mematung karenanya. Siwon salah lagi?

 

“IBUUUUU!”

 

Kyuhyun terlonjak. Sehun mulai merengek dan akan repot jika tangis si bocah pecah. Dengan tergopoh bahkan hampir tersandung, Kyuhyun berlari melewati setapak rumah. Well, ucapkan terima kasih pada Sehun, Siwon. Setidaknya mereka berdua kembali terlepas dari suasana canggung seperti tadi.

 

Siwon meringis kecil melihat Kyuhyun yang hampir tersandung. Ia mengikuti secara perlahan dari belakang, sambil menenteng seluruh belanjaan yang tadi dilupakan Kyuhyun.

 

“habis belanja Jagoan?” itu Debora, tetangga samping rumah yang juga sebenarnya pemilik rumah yang ditumpangi Kyuhyun. Ya, Kyuhyun hanyalah penyewa di rumah kecil itu. Demi apapun ia tak akan sanggup membeli bahkan hanya sepetak tanahpun di negeri ini. Catat bahwa biaya housing disini di luar nalar manusia baginya. Hanya penduduk asli dan orang kaya yang bisa.

 

“Debora!” lonjak Sehun senang. Wanita itu tergelak ketika sosok manis Sehun berlarian ke pagar samping tempatnya berjinjit.

 

“astaga! Semangat sekali Sehun kecil kita!” Debora masih terkikik senang melihat bokong lucu khas balita milik Sehun. Sungguh lucu cara berlari anak itu.

 

“ibu” sosok lain dari dalam rumah berjalan keluar, mendengar kikikan ibunya dan suara cempreng khas milik tetangganya.

“hai Loey!” teriak Sehun lagi. “lihat aku bawa apa! Satu kotak sereal Avengers! Yeay!” sehun terduduk di rumput dekat pagar pembatas dirinya dan tentangga tanpa mengindahkan celana yang kotor karena ulahnya. Dengan semangat bocah pucat itu mengeluarkan kotak besar dari dalam kantung belanjaan. Ada Iron Man dan Thor menghiasi sampul gambarnya.

 

“wow hebat!” ujar Debora menimpali. Ikut hiperbola mengimbangi celotehan si kecil. Sementara si anak hanya memandang datar sehun dan ibunya yang terkesan berlebihan. Bocah gembul yang dipanggil Loey tadi hanya diam sambil mengelus anjing kecil hitam dalam pelukannya.

 

“Apa madam Choi kalah taruhan sampai kau mendapatkan sereal impianmu, nak?” goda Debora

 

“yang benar saja! Ini ayah yang belikan, kok. Kalau ibu mana mau” sergah Sehun sewot.

 

“ayah?” Debora mengernyit. Ah! Pria itu kah? Dia baru menyadari ada sosok tinggi tegap yang membawa kantung belanjaan menyusuri setapak pekarangan rumah, sementara Kyuhyun masih sibuk membuka pintu. Agak aneh memang, kok susah sekali membuka pintu rumahnya? Apa macet?

Oh tidak. Hanya saja Kyuhyun masih gemetaran, sehingga gagal fokus. Sepertinya ia butuh Aqua.

 

“madam Choi, apa pintunya macet?” ujar Debora masih setia dari balik pagar kayu rumahnya. Loey si anak sudah berjongkok sama seperti Sehun, memandangi balita itu- kesulitan membuka perekat mainan dari kotak serealnya.

 

Dia memanggil Kyuhyun dengan marga Choi? Hati Siwon berdesir hangat. Jadi Kyuhyun memakai marganya selama ini? Raut kesenangan tak dapat ditutupi oleh Siwon. Beruntung Kyuhyun tak melihatnya dan langsung masuk ke dalam rumah setelah tersenyum ke pemilik rumah.

 

“halo” sapa Debora lagi. Karena Siwon, bukannya mendekat kearah pintu rumah, tapi malah berbelok ke arahnya. Masih dengan kantung belanja yang tergenggam penuh di tangannya.

 

“hai” ujar Siwon berusaha terlihat ramah. “aku Siwon, Choi Siwon”

 

“wow, tak heran Sehun punya wajah yang rupawan, ternyata ayahnya memang jiplakan super hero!” canda Debora yang tak dapat dihindari Siwon. Pria itu ikut tergelak dengan lelucon garing tetangganya. “aku Debora, tetangga sekaligus pemilik rumah ini. dan ini Loey anakku.” Ujarnya masih dalam mood ramah.

 

“halo jagoan” sapa Siwon pada anak tambun disamping Debora. Sedangkan yang disapa hanya memandangnya sekilas lalu kembali berfokus pada mainan Sehun.

 

“ayah, susah!” Sehun mencebik. Tak berhasil melepaskan jagoan-jagoannya dari selotip perekat.

 

“Sehun, masuk!” teriak Kyuhyun dari dalam rumah. Heran, apa dulu Kyuhyun pernah memakan TOA hingga suaranya dapat menggema sekeras itu? Kalau Siwon, bukannya kaget dia justru senang. Lama- lama sekali akhirnya bisa mendengar lagi teriakan dari sosok yang dicintainya.

 

“madam Choi itu, apa memang suka berteriak dari dulu? Suaranya jika sudah marah mengerikan sekali. Seperti pecatan polisi” bisik Debora

Siwon tak henti tergelak. Sepertinya Kyuhyun berada dilingkungan yang tepat untuk hidup barunya. “well, sepertinya dia memang mantan tentara” mereka kembali tergelak. Namun Debora, si tetangga bergegas menyuruh Siwon dan Sehun untuk masuk ke dalam rumah sebelum si nyonya kembali dengan auman yang lebih ganas.

 

“tidak biasanya ibu berteriak?” gumam Sehun ketika kaki kecil itu menapak ke arah dapur. Siwon terkekeh melihat celana anak itu benar-benar ternodai oleh rerumputan dan debu. “ibu kenapa marah? Kan Sehun hanya menunjukkan mainan pada Loey dan Debora?” sungut Sehun. Tak terima diteriaki seperti tadi.

 

“kau ini. Kalau mau main di dalam rumah, lihat pantatmu jadi kotor begini kan!” omel Kyuhyun lagi. Jemari-jemari pucatnya mengibaskan kotoran yang ada di celana si balita.

 

“ayah, ibu memarahiku” Sehun mengadu. Oke. Mata bulat Kyuhyun membola. Anak ini benar-benar! Ini adalah kali pertamanya ia bertemu sosok tinggi tegap itu. Tapi sudah berani minta macam-macam dan mengadu yang tidak-tidak. Oh, kepala Kyuhyun ingin pecah rasanya!

 

“kau ini. Sejak kapan jadi tukang adu?” pelotot Kyuhyun, Sehun bergidik tahu jika ibunya marah betulan. “cepat ganti celanamu dan bersiap makan disini!” Kyuhyun berdiri dari jongkoknya, kembali ke arah kompor dan memunggungi Siwon yang masih berdiri mematung memandangi tingkah aneh ibu dan anak ini. “bawa ayahmu sekalian untuk mandi”

 

Tahu darimana dia kalau aku belum mandi? Batin Siwon

 

“baunya seperti orang belum mandi beberapa hari” cibir Kyuhyun.

.

.

.

 Disinilah Siwon berada. Di dalam kamar kecil milik Kyuhyun dan Sehun. Anak itu sudah selesai berganti celana. Pintar. Puji Siwon tulus. Siwon masih memandangi lemari pakaian yang dibukakan Sehun untuknya. Masih terpana dengan benda-benda yang ada disana. Didalam sana, terlipat baju-baju miliknya selama tinggal di Luzern. Hatinya kembali menghangat. Apa Kyuhyun selama ini menunggunya?

 

“ibu itu aneh” Siwon menoleh. Meletakkan seluruh atensinya pada bocah yang seenak jidatnya memanggilnya ayah. “ibu setiap minggu akan mencuci baju ayah padahal ayah tak pernah pulang” Sehun bersungut. Teringat akan kelakukan absurd ibunya.

 

Celotehan ringan namun berefek besar pada pria dewasa satunya. Ya. Satu jam adalah waktu yang cukup untuk mencintai anak ini. Choi Sehun. Anak yang lahir dari hatinya.

.

.

.

Sluuurp

Kyuhyun menatap sayang anaknya yang bersemangat makan. Mungkinkah Sehun selama ini benar-benar merindukan sosok ayah? Ya. Kyuhyun tidak cukup bodoh untuk mengenali anak yang dirawatnya dari bayi merah. Anak itu memang ceria tetapi selalu bertingkah sok dewasa sebagai pelindung ibunya. Kini dunia bagai jungkir balik. Sehun benar-benar melakoni dirinya sebagai seorang balita. Merengek dan mengadu pada sang ayah. Hal yang sangat jarang ia perlihatkan bahkan pada paman Changmin dan Yunho sekalipun. Dia manja? Tentu saja dia manja pada mereka. Tapi tak seintens saat Siwon berada disini.

 

Dari balik rambut panjangnya, Kyuhyun mencuri pandang pada sosok yang kini juga tak kalah lahap memakan nasi goreng buatanya. Kyuhyun yakin nasi gorengnya tak seenak itu, tapi pria di seberang meja itu seperti orang yang tak makan berhari-hari. Kyuhyun benci mengakuinya, tapi Siwon dan Sehun sama. Mereka kembaran lintas usia.

 

“sehun”

 

Suara siapa itu? Batin Siwon. Ketiga penghuni rumah kompak melihat ke sumber suara.

 

“Loey, makan bersama nak?” tanya Kyuhyun lembut. Si bocah tambun mendekat ke arahnya. Ia masih memandang awas pada sosok Siwon. Maklum saja, ini kali pertamanya bertemu kepala keluarga Choi itu.

 

“Loey sudah makan bibi” cicit Loey. Duduk di samping kursi Kyuhyun. Dimana Sehun? Jangan ditanya, pasti di sebelah ayahnya.

 

“sayang sekali, padahal bibi punya ayam goreng kesukaanmu”

 

“Loey makan!”

 

Siwon tersenyum. Kembali ia membuka buku catatan dalam otaknya. Patut diingat, anak-anak, otak dan hatinya tidak sejalan.

 

“ugghh kenyang!” Keluh Sehun sambil mengusap perut buncitnya. “terima kasih ibu atas makanan lezatnya hari ini” bocah itu tersenyum manis memperlihatkan gigi susunya yang lucu dan mata kecilnya yang seperti menghilang ditelan kegembiraan.

 

“kau mendidik Sehun dengan baik” Siwon memulai percakapan. Setelah entah berapa menit yang mereka habiskan dalam kesunyian selepas kepergian Loey yang mengajak Sehun main ke rumahnya.

 

“terima kasih” Kyuhyun rasa ia harus menimpali meskipun seadanya. Ya. Jujur ia bingung, takut, dan tidak akan pernah siap untuk hari ini. Hari dimana ia harus bertemu dengan masa lalunya. Hari dimana entah sadar atau tidak, ia harus bertemu kembali dengan sosok yang begitu dirindukannya. Lima tahun bukan waktu yang sedikit. Ada sekitar 1800 hari yang harus ia lalui dengan menelan pil kerinduan. Dan kini sosok itu ada disini. Siap memporak-porandakan keteguhan yang sedikit-demi sedikit ia bangun untuk memulai hidup baru. Melupakan masa kelamnya.

 

Srekk.

Kyuhyun menegang. Siwon menyentuh helai rambutnya. Dan hei! Sejak kapan pria itu berpindah tempat duduk?

 

“apa ini asli?”

 

“akhh” pekik Kyuhyun ketika dengan tidak berperikemanusiaan Siwon menarik rambutnya. Mata bulat itu membola, menatap nyalang pada pemilik jemari yang masih setia mengelus-elus rambutnya sambil terkekeh. Pria ini, benar-benar! Geram Kyuhyun.

 

Siwon masih setia tersenyum. Memandang hangat pada sosok indah yang menatap matanya nyalang. Hati pria itu menghangat setelah sekian lama beku. Kisah hidup suram seolah tak pernah ada sebelumnya. Jika dulu Siwon menatap sosok ini dengan gairah yang meletup-letup, kini tidak kawan! Yang ada hanya kehangatan yang menggeligit menyebar keseluruh ruas tubuhnya.

 

Bukan! Bukannya Siwon tak mencintai Kyuhyun lagi. Perasaannya lebih terkendali kini. Tak ada rasa sakit dan gairah berlebih seperti yang dirasakannya dulu. Kini hanya ketenangan dan kehangatan. Siwon juga heran, niatnya adalah untuk bertempur dengan masa kini. Menghakimi Kyuhyun dengan segala kebohongan manisnya. Tapi apa? Setelah bersitatap dengan sosok disampingnya dan menemukan bocah kecil lucu yang bersikap diluar usianya? Siwon jatuh cinta.

 

Dipandanginya lagi lamat-lamat wanita yang mengaku sebagai ibu dari Choi Sehun ini. Ya, dia bukan lagi Cho Kyuhyun. Pria yang mengalihkan seluruh atensi Choi Siwon. Pria pucat menawan yang mau-maunya ikut terjerat dalam dunia kelam miliknya. Dihadapannya kini ada sosok indah dengan mata besar bersurai hitam panjang yang juga tengah menatapnya. Bulu mata lentiknya tak berubah. Hidung bangirnya. Kulit pucatnya. Leher jenjangnya. Kyuhyun mungkin banyak berubah, tubuhnya terlihat lebih lembut dan anggun, apalagi efek gaun sederhana yang dikenakannya. Kakinya putih, mulus tak bercelah, dan bibir sintalnya lebih berwarna dibantu oleh riasan dunia.

 

Siwon kembali membelai surai panjang Kyuhyun. Kali ini lebih kentara dan penuh kasih. “kau berubah, Kyuhyun” Kyuhyun menegang. Inilah yang ia takutkan. “tapi aku suka” imbuh Siwon kemudian.

 

Kyuhyun? Jangan ditanya. Ada jurang? Rasanya ia mau lompat saja. Siapa yang tidak gila? Dirinya seolah dipojokkan di pinggir jurang- dan Siwon, pria itu menyediakan matras empuk di dasarnya.

 

see ya see you..

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Arifa17 #1
Chapter 41: Tetep ku tunggu kak
alfireindra #2
Chapter 40: Author lanjt
cacanaruchan #3
Chapter 41: ka ditunggu update selanjutnya, ga sabar banget hihihi semangat kaa
PathofLight
#4
Chapter 41: semangatttttttttt
Dust17 #5
Chapter 39: Masih nungguin sekali 🧘🏻‍♀️
hani1709
#6
Chapter 40: Disapa author nya 1 th yg lalu,, update lg ntar th dpn lg ya eonn 😹😹
Lizy01 #7
Chapter 40: ya ampun kak di lanjut atuh ceritanya, ini kita para reader kekasih sepenggalah masih nungguin sampe lumutan, berasa digantung brp lama kyk jemuran :(
hani1709
#8
Chapter 40: Kak..kirain mau dilanjutin cerita nya,, qt dah nunggu ampe tahunan nih bwt baca kelanjutannya
Chotuyun #9
Chapter 40: Lanjut Dong hehehe
fukuyasachi #10
Chapter 40: Yaampun kemana aja aku, ceritanya sebagus ini 😭👍
Ditunggu kelanjutannya ya kakk 🥰💙