Lungern

Kekasih Sepenggalah

           eng ing eng~~~

ronde baru, tahun baru, wajah baru dan tak ada Pacar baru~~

im back~~

LOL

semarak kemeriahan ualang tahun si magnae dan author tak kuasa memberi wonkyushipper hadiah berupa update.an Kekasih Sepenggalah di sela-sela jadwal padat dunia nyataku ^^

 

double trouble~~

gift selanjutnya,, Kekasih Sepenggalah juga akan di publish di FFn karena banyak diantara wks yang gak punya akun AFF daan gak bisa baca. sedih :(

semoga kalian seneng ya... yippiiii~~

 

            Drrrt. Drrrt.

            “Donghae-ya”

            “aku menemukannya, Kyuhyun. Siwon, aku menemukannya” ujar pria di seberang sana. Takdir yang menyenangkan.

            “aku tahu, Dongahe-ya. Aku tahu”

----

 

            Pukul 8 pagi, waktu Swiss.

            Kyuhyun melirik jam tangan kulit miliknya. Satu jam yang lalu pesawat yang ditumpangi nya mendarat di negara sejuta pemandangan. Pria pemilik mata bulat itu meringis. Disini dingin, sialan! Bahkan melebihi suhu dingin di negara tercintanya. Kyuhyun mengeratkan mantel cokelat selututnya. Ia berjalan pasti menuju pelataran peron tempat kedatangan kereta selanjutnya.

 

            “kau gila, Kyuhyun! Setidaknya katakan padaku bahwa kau akan pergi secepat ini!”

            “aku tak bisa menunggu lagi, Donghae!”

            “kau sudah memberitahu Kyuri?”

            “kau ingin dia terus menempeli aku seperti lintah agar bertemu dengan Siwon? hell no! Bahkan aku tak tahu tempat seperti apa alamat yang akan ku kunjungi ini”

            “lalu kenapa kau pergi, bodoh? Setidaknya persiapkan dirimu sematang mungkin. Bag-“

            “kau cerewet, hae! Sudah, aku pergi! Sampaikan pada Jaena, jangan merindukanku. Dan kupastikan masa depanmu suram jika berani menceritakan ini ada adikku!” Kyuhyun melotot tajam.

            “lalu pamanm?”

            “astaga!” Kyuhyun menepuk dahinya keras. Namun pikiran licik terlintas dibenaknya tak lama. “kan ada kau. Aku mengandalkanmu. Sahabatku!”

            “Yak, Kyuhyun! CHO KYUHYUN!”

 

            “khe khe khe” Kyuhyun terkekeh. Betapa malang nasib dokter tampan di Korea sana. Kyuhyun berani bertaruh Jung Il Woo pasti akan mencincang habis dirinya ketika kembali nanti. Meninggalkan perusahaan dan tanggung jawabnya tiba-tiba, dan seenaknya kabur ke luar negeri tanpa alasan yang jelas. Hell, Kyuhyun bukan berniat liburan di negeri antah-berantah ini. Tujuannya hanya satu. Menjemput kembali takdirnya.

            Lungern.

            Kyuhyun membaca papan penunjuk jalan yang baru saja dilewati ular besi yang ditumpanginya. Ya. Liu Wen dengan berat hati memberitahunya dimana kakaknya biasa menghabiskan waktu setiap jumat. Sebuah kota berjarak 80km dari Zurich. Kota besar tempatnya selama tiga tahun belakang. Bukan tanpa alasan gadis Cina itu memberitahunya. Yang benar saja! Setelah pertemuan dengan Nyonya Choi, ibu Siwon, Kyuhyun tak segan-segan melabrak gadis Cina itu di kantornya. Memohon dengan berlutut, merendahkan harga dirinya demi bertemu dengan sang penjagal hati. Katakan Kyuhyun gila. Ya. Dia memang sudah tak waras sejak kepergian pria bertangan dingin yang begitu dibencinya, dulu.

            Mata bulat itu memandang kaca kereta tempat separuh bahunya bersender. Jalan setapak di pinggiran sungai bebukitan hijau mulai tampak di pelupuk mata. Sekarang pukul sepuluh lebih. Pantas Kyuhyun merasa kebas di lututnya.Sudah dua jam ia terduduk di bangku penumpang demi mengunjungi desa kecil ini.

            “Siwon. kuharap kau disana, sayang” lirihnya.

----

 

            Srak. Srak. Srak.

            Kyuhyun menyeret kaki jenjangnya menapak di sepanjang jalan desa Lungern. Indah. Satu kata yang daritadi meluncur dari bibir sintal pria berkulit pucat itu. Mau kemana pria ini? danau Lungern jawabnya. Tempat yang sepemberitahuan Liu biasa dikunjungi kakaknya setiap jum’at.

            Kyuhyun tersenyum. Benar, desa ini sangat indah. Bukan hanya pemandangan alamnya, tetapi juga penduduk pribuminya. Kyuhyun tak berhenti tersenyum sejak tadi, dimana ia melihat pria tanggung berlarian mengejar sapi perah yang enggan menurut padanya. Kyuhyun tersenyum. Senyum tulus yang hampir tak pernah terlihat beberapa tahun ini. entah itu benar karena pemandangan yang disajikan Swiss dan segala isinya, atau karena seseorang yang ingin sekali dijumpainya.

            Tap.

            Sepatu kulit miliknya berhenti menapak. Sepasang kaki jenjang itu mematng di penghujung jalan setapak dekat rerumputan pinggiran danau Lungern.

            “Si- won”

            Suara rendah itu tercekat. Kyuhyun merasa lidahnya kelu dan kerongkongannya tak sedikitpun dihiasi air liur. Tak jauh dari tepi danau bening itu, duduk sesosok berpunggung lebar dengan rambut pendek hitamnya. Bahu yang dulu selalu menatap angkuh kini merosot lesu, kehilangan gairahnya. Meski jauh, Kyuhyun dapat melihat itu. Aura yang begitu minim meski pemiliknya tak bisa lepas dari kesan menawan. Sosok itu duduk di bangku pinggiran danau, memunggungi dirinya.

            Kyuhyun berlari, mengencangkan ototnya. Sungguh ia ingin menangis sekarang. Punggung lebar itu dapat dilihatnya kembali. Sebelum suara Nyonya Choi terngiang di telinganya. Kyuhyun berhenti. Ketakutan menghampirinya. Bagaimana jika Siwon melupakannya? Bagaimana jika pria itu telah menemukan sosok yang bisa menggantikan dirinya? Bagaimana jika-

            “andwe!” Kyuhyun menggelengkan kepalanya, kuat. Ia tak suka dengan pemikiran-pemikiran itu. Ya. Sudah tiga tahun dan ini kesempatan emas untuknya. Entah Siwon membencinya atau tidak, Kyuhyun tahu dia harus berusaha. Jika ia pernah gagal menjaga Jaena dalam hatinya, maka tak akan dibiarkan Siwon juga pergi karena kesalahannya.

            Tap. Tap. Tap.

            Kyuhyun melangkah di sepanjang rerumputan hijau  membentang. Nyaris tanpa suara. Pria pucat ini takut Siwon akan terkejut dan meninggalkannya. Kyuhyun tahu ia harus berhati-hati. Bagaimanapun juga hari ini tak ada dipemikiran keduanya.

            Kyuhyun disana. Berdiri di samping tangan kursi, bangku taman tempat sosok bermantel marun itu duduk. Tuhan! Kyuhyun hancur. Demi apapun, untuk kesekian kalinya. Dipikirnya hanya ia yang selama beberapa tahun ini hancur. Dipikirnya hanya ia yang terluka. Dan dipikirnya hanya ia yang selama ini menderita. Lihat! Lihat pria itu! Pria yang telah kau luluh lantakkan hatinya, Kyuhyun!

            Kyuhyun menjerit dalam hati. Ingin sekali ia merengkuh sosok bertubuh besar itu. Siwon, memakai newsboy cap abu-abu menutupi rambut hitamnya, tengah memandang jauh ke depan. Sebuah paparan keindahan Tuhan yang tersaji apik demi memuaskan mata ciptaanNya. Pungguh itu tampak lesu. Kakinya terbuka separuh, menjejak di rerumputan hijau yang membelai sepatu mahalnya. Siwon tetaplah Siwon. Brand dunia tetap melekat di dirinya tak peduli dimana dan darimana. Sekilas semua nampak baik-baik saja jika orang-orang melihat pakaiannya. Tapi ketika mata bertemu mata, siapapun tahu pria ini tidak dalam keadaan baik-baik saja. Wajahnya tirus dengan air muka yang seakan mati rasa. Sorot pandang gelap terukir di obsidiannya. Wajahnya benar-benar tak manusiawi untuk ukuran pria tampan yang dulu digandrungi banyak wanita.

            Kyuhyun meremat mantel cokelat yang dikenakannya. Ia menggeram marah entah pada siapa. Pria pucat itu menarik napas, dalam. Berusaha mengumpulkan kekuatan untuk memulai. Berperang dengan takdirnya.

            Srek.

            Kyuhyun mendudukkan tubuhnya. Tepat disamping pria bermantel marun yang mungkin lebih dulu beberapa jam terduduk disini daripadanya. Sebuah jarak yang mungkin terlalu gila untuk ukuran orang asing. Kyuhyun duduk menempel padanya. Dengan kulit bahu yang saling bersentuhan. Tak ingin bersuara, Kyuhyun berusaha menunggu Siwon akan menghadap padanya.

            Nyatanya? Sudah sepuluh menit mereka begini dan pria bermagra Choi itu tak kunjung menyadari eksistensinya. Ia sibuk menatap pengununang di seberang sungai bening penghambat mereka. Kyuhyun berdecak. Mulai kesal dengan keadaan, sehingga ia berinisiatif maju terlebih dulu.

            Pluk.

            “pemandangan yang indah, ya” jemari panjangnya menempel di atas paha kiri Siwon. Kyuhyun sungguh berani.

            Kepala itu menoleh, mencari sumber pengusik ketenangannya. Hingga obsidiannya menangkap sosok pucat yang duduk menempel di sebelah kanannya.

            Hhsssssshhhhh.

            Semilir angin musim semi berlalu di antara mereka. Menggoyangkan keheningan yang tercipta. Siwon disana, masih dengan tingkah bisunya. Menatap lamat sosok pucat yang berusaha dilupakannya.

            “Siw-“

            “Hyung! Siwon hyung~!”

            Kyuhyun terlonjak. Belum sempat ia memulai, sebuah suara menyentak kesadarannya.

            “hhssh.. hossh.. hyung!”

            Kyuhyun mendongak. Seorang pria berlarian ke arahnya. Ah tidak, tepatnya kepada pria di sampingnya. Mata bambi itu melotot sempurna, ketika jaraknya dengan kedua pria di bangku taman tempat Siwon biasa menghabiskan waktu semakin dekat. Sengaja ia meneriaki Siwon dari jauh ketika dilihatnya pria dewasa itu duduk bersama sosok lain. Demi apapun, sosok ini tahu, Siwon hyungnya tak pernah mau bersama orang lain kecuali keluarganya. Dan hari ini ia melihat ada sosok asing bersama hyung malangnya.

            “k-kau!” pemuda itu tercekat. Bagaimana bisa sosok fantasi hyungnya berada disana. Di Lungern. Jauh dari Korea. “ap- HYUNG!”

            Belum sempat pemuda itu membentak, ia lebih dulu dikejutnya dengan Siwon yang gemetar. Meringkuk mengeratkan cengkeraman tangannya pada mantel marunnya. Oh tidak! Jangan sekarang! Batinnya.

            “Siwon!” belum habis kekagetan Kyuhyun tentang sosok yang tiba-tiba menghampirinya, kini Siwon, pria yang begitu dicintainya luar-dalam, terjatuh- meringkuk mengenaskan. “astaga, Siwon!”

            “minggir kau!” bentak pemuda asing itu ketika Kyuhyun hendak merengkuh Siwon kedalam pelukannya. Mata muda itu berkilat benci padanya.

            “biarkan aku memban-“

            “pergi! Kau akan membuatnya semakin parah!” lagi, bentakan diterima Kyuhyun. “hyung! Bertahan hyung, kita akan pulang!”

            “Ch- Changmin” Kyuhyun terkesiap. Setelah tiga tahun, akhirnya ia kembali mendengar suara itu. “b- bawa aku pergi. Kumohon”

            Bang!

            Bagaikan dihantam  benda tumpul, Siwon menolaknya. Ya. Bukan Kyuhyun buta. Bukan Kyuhyun tuli. Perkataan Siwon sama dengan penolakan besar padanya.

            “kita akan pulang hyung. Kita akan pulang” pemuda yang dipanggil Changmin tadi berujar lembut, berusaha menenangkan hyung malangnya.

            Brrrm.

            Beberapa meter disana, sebuah taksi terparkir gesit. Pesanan pemuda bernama Changmin. Sosok itu sungguh lihai. Menelpon dengan cepat tanpa membiarkan sosok gemetar itu lepas dari rengkuhannya.

            Grep!

            “sudah kubilang ja-“

            “biarkan aku membantumu membopongnya! Akan membutuhkan waktu lama jika kau menyeretnya sendirian, Changmin!” Kyuhyun sedikit membentak. Memaksakan kehendak pada pemuda yang jauh lebih muda darinya.

            Changmin bungkam. Demi hyungnya, memang lebih baik jika ada yang membantu memapah sampai ke tepi jalan. Siwon dingin, bergetar. Itulah yang dirasakan Kyuhyun ketika menyentuk lengan kanan pria itu untuk pertama kalinya.

            “APA YANG KAU LAKUKAN!”

            Changmin. Lagi-lagi pemuda itu berteriak. Membuat Kyuhyun harus memejamkan matanya mendengar suara bising memekakkan telinga.

            “bisakah kau berujar sopan, nak!” tukas Kyuhyun.

            “siapa yang mengizinkanmu masuk? Keluar dari mobilku!”

            “ini taksi. Dan ini bukan mobilmu! Biarkan aku ikut bersamanya”

            “kau-!”

            “jalankan mobilnya!” Kyuhyun beujar dingin, memberi perintah pada supir taksi yang terlihat terganggu akan kehadiran mereka bertiga di mobilnya.

            “cih, hei tuan sok mengatur! Kau memerintah orang seperti tahu saja kemana aku akan membawanya”

            Kyuhyun bungkam. Mobil telah berjalan. Benar yang dikatakan Changmin. Ia bahkan tak tahu akan kemana.

            “Niederdorfstrasse 48, please” ujar Changmin setelah melayangkan senyum sinisnya pada Kyuhyun.

----

 

            “hyung~ noona~”

            Kembali suara merdu Changmin memekakkan telinga Kyuhyun. Demi tuhan, tak sampai satu menit taksi mereka berhasil menepi di sebuah pekarangan rumah, bocah itu kembali berulah. Ingin sekali Kyuhyun melayangkan tangan saktinya pada mulut lebar itu.

            “sudah kubilang jangan berteriak Changmin! ASTAGA SIWON!”

            Dari dalam rumah keluar seorang wanita dewasa dengan rambut lurus sebahu. Masih nampak cantik dan menawan dengan celemek merahnya.

            “APA YANG TERJADI? CEPAT BAWA MASUK!” ucapnya tegas. Sekilas ia menatap sosok lain yang menempel disebelah adiknya. Ia tak memandang awas sosok itu, pikirannya terlalu sibuk dengan Siwon yang kembali kambuh.

----

           

            “Siwon mengidap Scopophobia dan komplikasi lainnya. Sindrom-sindrom itu menambah daftar riwayat penyakit mentalnya. Kurasa kau juga tahu kalau Siwon itu mengidap-“

            “autis” Kyuhyun memotong. Kepalanya masih menunduk menatap buku-buku jari yang sedari tadi saling meremat.

            Bagaikan anak yang diadili orang tuanya, Kyuhyun duduk menciut di sofa besar kediaman  keluarga Jung. Niederdorfstrasse, nomer 48. Di seberang meja, duduk sepasang suami istri yang menatapnya penuh, dengan pandangan yang tak dapat diartikan. Beruntungnya, si wanita sedikit berbaik hati memberikan senyuman tipis untuk tamu mereka, akhirnya.          

            “aku Jaejoong. Han Jaejoong. Dan ini suamiku, Jung Yunho. Maaf jika kami berlaku dingin padamu. Hanya terlalu terkejut” ujarnya lembut, berusaha mencairkan suasana.

            Kyuhyun mendongak, mendengar suara merdu itu. Ya. Ketakutannya sedikit melunak. Wanita di hadapannya begitu keibuan meski Kyuhyun yakin usianya belum mencapai 40an. Kyuhyun berusaha mengulas senyum. Meski sulit dan terlihat aneh.

            “suamiku adalah dokter yang menangani Siwon, eng-“

            “Kyuhyun. panggil saja aku Kyuhyun” timpal Kyuhyun cepat. Ia tahu wanita itu kebingungan memberi panggilan untuknya.

            “tentu kami tahu namamu, Kyuhyun” kini suara bass milik sang suami yang mendominasi. Wajahnya terlihat lebih manusiawi dibanding pertama kali mereka bertemu tadi.

            “a- ah, maafkan aku” Kyuhyun kembali menunduk. Well, jiwa kelelakiannya menguap entah kemana mendapat tatapan lekat dari mata musang itu.

            “jangan takut pada suamiku, Kyuhyun. kau hanya terlihat sedikit,, err berbeda” Jaejoong kembali tersenyum menenangkan.

            “dia belum pergi?”

            Belum sempat Kyuhyun menanyakan darimana mereka tahu tentang dirinya, pemuda bermulut lebar itu kembali menginterupsi.

            “Changmin. Jaga tingkahmu di depan tamu kita” ujar sang kepala keluarga tegas. Pemuda yang di panggil Changmin tadi memutar bola matanya, malas.

            “dia bukan tamu kita, hyung. Dia yang memaksa masuk, mengikutiku seperti lintah”

            “Changmin. Berhenti sekarang juga atau kau tak dapat jatah makan untuk seminggu di rumah ini!”

            “noona~”

            Astaga! Pemuda sinis itu merengek. Apa yang baru saja disaksikan Kyuhyun? mata bulatnya mengedip beberapa kali. Takjub dengan tingkah bunglon bocah tiang itu. Ya. Changmin tinggi. Bahkan sangat tinggi. Apalagi dengan badan kurus seperti tiang miliknya. Memang Kyuhyun dapat melihat otot-otot kokoh di balik kemeja itu, tapi tak sebesar milik Siwon dan tuan Jung, kakaknya.

            “nah Kyuhyun, dimana kau tinggal?” suara berat milik Jung Yunho menginterupsi aksi ngambek adiknya. “aku hanya tak mengira warga Korea sepertimu tiba-tiba berdiri di hadapan rumahku”

            Kyuhyun menatap dokter pemilik mata musang itu, kemudian menunduk ragu. “aku belum mendapatkan penginapan” ujarnya malu.

            “astaga! Yang benar saja!” celetuk Jaejoong kaget. “kapan kau sampai?”

            “tadi pagi” Kyuhyun berujar lemah. Ya. Benar! Ia memang tak berbohong, dan enggan berbohong. Tapi Kyuhyun yang berujar lemah adalah tipu muslihat. Ia sengaja. Pria pemilik mata bulat ini sengaja melancarkan aksi memelasnya agar diizinkan tinggal seatap dengan kekasihnya. Kyuhyun tahu, berat baginya untuk menggapai Siwon kembali. Apalagi ketika mereka terpisah dan ada Changmin si anak bawel yang mengekor di belakang kekasihnya.

            Tuan Jung dan Jaejoong terkesiap. Sungguh nekat pria ini, batinnya. Changmin pun mengernyit tak suka. Bisa saya pria ini mengada-ada.

            “astaga! Kau begitu- nekad” lirih Jaejoong. “dan dimana kopermu?”

            “aku hanya membawa tubuhku dan dompetku”

            Lagi. Wanita cantik itu membekap mulutnya tak percaya. “demi Tuhan, Kyuhyun! Korea-Swiss itu sangat jauh, dan kau tak menyiapkan apapun!”

            “di dekat sini ada hotel tempat kau bisa menginap, Kyuhyun.” Tuan Jung bersuara. Ia bukan tak memiliki hati untuk tidak menampung Kyuhyun di rumah ini. “maafkan aku, tapi di rumah ini hanya ada 3 kamar, dan aku yakin Changmin tidak akan mau berbagi ranjang denganmu”

            “siapa juga yang mau seranjang dengan makhluk jadi-jadian ini!” ujar Changmin cepat.

            “Changmin..” Changmin diam dan merengut. Tatapan mematikan kakak iparnya selalu berhasil membuatnya ciut.

            “ti- tidak apa-apa. Aku mengerti” ujar Kyuhyun lemah. “tapi- bisakah kalian mengizinkanku untuk menemuinya. Kumohon”

            “tidak bisa! Siwon hyung akan kembali sakit jika bertemu denganmu lagi. Tak puaskah kau  me-“

            “Changmin! Diam dan masuk kamar!”

            Suara tegas sang kakak kembali membungkan pemuda ini. Changmin menggeram. Ia berbalik, berjalan cepat memasuki sebuah kamar dan sedikit membanting pintu dari dalam. Bukan ke kamarnya, melainkan kamar hyung malangnya.

            “well, Kyuhyun. aku tak bisa berpura-pura ramah padamu, meskipun disini kau terhitung sebagai tamu” Kyuhyun tercekat. “apa yang dikatakan adikku benar. Separah apapun aku menutup mata, kau tetaplah sumber dari segala keadaan pasienku. Aku tak bisa membiarkanmu tinggal lama bersama Siwon”

            Lidah Kyuhyun kelu. Ia enggan menatap sepasang suami-istri di hadapannya. Setiap kalimat dokter Jung begitu menamparnya. “tapi aku juga tak bisa membiarkan saudara sebumi ku tersesat di negara yang tak pernah ia jamah. Aku akan mengurus penginapanmu”

            Jung Yunho berdiri, hendak meninggalkan istrinya dan Kyuhyun di ruang tamu keluarga, sebelum suara sang tamu kembali mengusiknya.

            “ta-tapi. Sebelum kalian mengusirku. Bisakah aku melihat Siwon? kumohon”

            Jung Yunho berbalik. Menatap Kyuhyun dengan wajah datarnya. “kami tidak mengusirmu, Kyuhyun. Hanya saja aku tak bisa mengizinkanmu untuk 24 jam berada di sekeliling Siwon. terlalu mengejutkan untukku dan untuknya. Dan aku hanya mengurus penginapan untukku selama tinggal disini”

            Kyuhyun memerah. Ia sungguh malu dengan pemikiran minornya. “a-ah. Maaf, dan terima kasih”

            Jung Yunho hanya mengangguk, dan berlalu menuju ruang lain yang membawanya keluar dari rumah nyaman miliknya. Menyisakan Kyuhyun dan Jaejoong, istrinya.

            “maafkan sikap Changmin, Kyuhyun. dia hanya terlalu menyayangi Siwon” wanita itu tersenyum hangat. Membuat Kyuhyun tak kuasa untuk ikut tersenyum.

            “aku mengerti, eum”

            “panggil saja noona. Sama seperti Changmin memanggilku. Aku lebih tua beberapa tahun darimu”

            “ah- umm. Baiklah, noona. Terima kasih mau menerimaku.”

            “kau tamuku, Kyuhyun. dan juga saudara sebangsaku. Tentu aku harus menyambut hangat siapapun yang masuk ke rumah ini” lagi. Jaejoong tersenyum. “nah, bukankah kau ingin melihat Siwon? tetapi jangan sampai mengusik ketenangannya, ne”

            “bolehkah?”

            “sebelum suamiku kembali.” Jaejoong beranjak dari sofanya. Berjalan menuju ruang kecil di bagian belakang rumah.

----

 

            Cklek.

            Suara pintu menutup dari dalam. Changmin, pemuda itu kembali memberengut. Bibir lebarnya mengerucut tak suka, dengan kening bertaut.

            Cih! Pasti noona yang mengizinkannya masuk. Batinnya.

            Srek.

            Kyuhyun duduk di pinggiran ranjang tempat Siwon terlelap. Wajah itu pias, jauh dari kata damai.

            “aku tak ingin berteriak disini. Tapi bisakah kau menyingkirkan tangan kotormu dari hyungku?” ujar Changmin dingin. Kyuhyun tak mempedulikannya. Ia terus menatap lekat sosok yang terbaring di sampingnya. Kyuhyun menyeka buliran keringat yang kembali mengairi wajah tampan itu.

            “berapa umurmu, Changmin?” ujar Kyuhyun tenang. meski tangannya tak henti mengusap sayang permukaan kulit wajah Siwon. Changmin mencebik. Peringatannya tak diindahkan.

            “dua puluh dua. Ouch!”

            Sebuah jitakan keras mendarat dengan hina di kepala pemuda jangkung itu. Siapa lagi pelakunya kalau bukan pria pucat yang tadi masih sibuk mengusap sayang wajah kekasihnya. “maka panggil aku hyung mulai sekarang. Kau begitu kurang ajar meneriakiku sejak awal!”

            Katakan Changmin terkesiap. Mata bulat itu menatap horor padanya. Seperti kucing betina yang siap kawin. Ohh, Changmin merasa bulu kuduknya meremang seketika.

            “ekk eehkmm. Kenapa aku harus melakukan itu?” sergahnya pongah. Jujur Changmin tak suka dengan aura tamunya saat ini.

            “karena aku lebih tua darimu. Dan tak akan pernah sungkan untuk mematahkan lehermu jika tingkahmu tak mencerminkan wajah manismu!”

            Changmin memerah seketika. Apa ia baru saja dipuji? What the hell?! Dipuji oleh seorang pria yang notabennya lebih tua darinya. Dan apa tadi? Kyuhyun mengatakan dirinya manis? Oh no!! Changmin tau dia sangat tampan dan jauh dari kata manis.

            “yak! Aku ini tam-“

            “apa kau menyukainya?”

            Changmin mengernyit. Tak mengerti perkataan tamu asingnya.

            “aku bukan tipe pembagi pada sesuatu yang menjadi milikku, nak. Tetapi terima kasih selama ini kau mau melindungi kekasihku”

            “khe khe khe” Changmin terkekeh. Barulah ia sadar maksudnya. “Kyuhyun-sshi, tidakkah kau malu dengan ucapanmu?”

            Gerakan tangan Kyuhyun terhenti. Ia menatap penuh pemuda di ujung seberang ranjang.

            “siapa yang kau maksud milikmu? Apa hyungku yang sedang terbaring ini? tidakkah kau lupa siapa yang menjatuhkannya sampai ke titik terdalam keterpurukannya?” Changmin memandang dalam, iris mata Kyuhyun. “tiga tahun. Entah apa yang terjadi pada kalian di Korea sana. Tapi ketika pertama aku  melihatnya, dia jauh dari kata manusia. Terluka jauh dari kata baik-baik saja. Ti-“

            “Kyuhyun” suara Changmin terhenti oleh interupsi dari bibir pintu. “aku sudah mengurus penginapanmu. Kurasa sudah cukup kunjunganmu hari ini” disana Yunho menatapnya dengan raut tak tertebak.

            “Changmin, dengar.” Kyuhyun berusaha menegarkan suaranya, setelah Yunho berlalu, kembali meninggalkan mereka. “seberapapun kau membenci diriku dan akupun tak menyukaimu. Tapi aku bersyukur Siwon bertemu keluarga seperti kalian. Dan aku membutuhkan semua ceritam selama 3 tahun belakang tentang Siwon dan keadaannya. Aku- aku begitu bodoh karena menyakitinya”

            Changmin terdiam. Ia melihat mata bulat pria yang lebih tua beberapa tahun diatasnya mulai berkaca-kaca dan memerah. Sungguh Changmin benci orang menangis. Kyuhyun mengalihkan pandangannya kembali pada sosok yang masih setia memejamkan mata.

            “Siwon, maaf, aku tak bisa berada disekitarm terlalu lama. Percayalah, sayang. Aku akan memperbaiki semuanya dan menumbuhkan kmbali cintamu padaku”

            Cup!

            Bibir sintal miliknya mengecup dalam bibir joker yang membeku. Kyuhyun tak kuasa melumat kuat daging kenyal itu demi melepas kerinduannya. Air mata pun tak kuasa lepas dari benteng pertahanannya. Kyuhyun menangis. Menghujami wajah pias itu dengan ciuman sarat kerinduan darinya.

            “aku pergi”

            Kyuhyun berjalan gontai menuju pintu. Menyisakan Changmin yang menatap punggungnya sampai menghilang dibalik pintu. Pemuda dewasa awal ini merasakan mual di perutnya. Menyaksikan secara langsung pria yang mencium pria lainnya. Sarat dengan kerinduan dan cinta.

            “oh Tuhan, selamatkan mataku. Ini salah” lirihnya.

 

nah, semoga banyak yang numpang nampang di kolom komentar yan~~

aku rindu dengan kalian..

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Arifa17 #1
Chapter 41: Tetep ku tunggu kak
alfireindra #2
Chapter 40: Author lanjt
cacanaruchan #3
Chapter 41: ka ditunggu update selanjutnya, ga sabar banget hihihi semangat kaa
PathofLight
#4
Chapter 41: semangatttttttttt
Dust17 #5
Chapter 39: Masih nungguin sekali 🧘🏻‍♀️
hani1709
#6
Chapter 40: Disapa author nya 1 th yg lalu,, update lg ntar th dpn lg ya eonn 😹😹
Lizy01 #7
Chapter 40: ya ampun kak di lanjut atuh ceritanya, ini kita para reader kekasih sepenggalah masih nungguin sampe lumutan, berasa digantung brp lama kyk jemuran :(
hani1709
#8
Chapter 40: Kak..kirain mau dilanjutin cerita nya,, qt dah nunggu ampe tahunan nih bwt baca kelanjutannya
Chotuyun #9
Chapter 40: Lanjut Dong hehehe
fukuyasachi #10
Chapter 40: Yaampun kemana aja aku, ceritanya sebagus ini 😭👍
Ditunggu kelanjutannya ya kakk 🥰💙