Night

Salty Salt

Note: mungkin sedikit mengandung unsur dewasa(?)

 

Aku menggigil dan suhu badanku sangat tinggi. Walaupun aku membungkus diriku dengan selimut yang sangat tebal, aku tetap saja merasa dingin. Sejak tadi pagi aku mengalami demam dan hingga kini tak kunjung membaik. Aku sudah minum obat, tetapi serasa tidak berpengaruh apa-apa.

“Sana, apa kau yakin aku dapat membiarkanmu sendirian di sini?” tanya Mina yang tampak khawatir.

“Tidak apa-apa. Sebentar lagi pasti membaik,” ucapku sambil berusaha tersenyum.

Ting tong! Ting tong!

“Jeongyeon pasti sudah datang,” ucap Mina lalu segera membukakan pintu.

Sejujurnya aku masih merasa lemah, tetapi aku tidak ingin merepotkan Mina. Dia tampak begitu senang saat mendengar Nayeon akan mengadakan pesta. Oleh karena itu, aku tidak boleh menghalanginya untuk pergi. Kurasa aku hanya perlu tidur dan besok aku boleh pulih kembali.

“Sana? Kau baik-baik saja?” Jeongyeon langsung menghampiriku saat melihatku terbaring tak berdaya.

“Aku baik-baik saja. Kalian berdua pergilah,” aku menyuruh mereka untuk segera pergi.

“Aigoo, lalu siapa akan mengurusmu?” tanya Jeongyeon dengan khawatir.

“Aku bisa mengurus diriku sendiri, Jeongyeon,” jawabku berusaha meyakinkannya.

“Aku tidak akan pergi ke pesta. Aku akan menjagamu di sini,” Jeongyeon meragukanku.

“Pergilah, Jeongyeon. Kalau ada apa-apa, aku bisa menelpon Momo untuk datang kemari,” sekali lagi aku berusaha membujuk mereka untuk pergi.

“Sebaiknya aku menelpon Momo untuk datang ke sini,” ucap Mina lalu segera menghubungi Momo.

“Kalau begitu, kau jangan lupa minum obat dan langsung istirahat ya,” ucap Jeongyeo sambil mengelus-ngelus kepalaku.

“Ya, Jeongie~” aku berusaha memberikan senyuman terbaikku.

“Katanya dia akan segera kemari,” ucap Mina setelah menelpon Momo.

“Kalau begitu, kami pergi ya,” ucap Jeongyeon lalu mencium keningku.

Aku melihat mereka berdua berjalan meninggalkanku dan pergi ke pesta itu. Ah, betapa menyenangkannya jika aku dapat ikut. Namun, yang bisa kulakukan saat ini hanyalah menutup mataku dan kembali tidur. Ugh, mengapa aku harus jatuh sakit di saat-saat seperti ini?

~~~
Dengan penuh kegembiraan, aku berlari dan membawakan mereka bekal. Sejak semalam mereka bekerja menjala ikan dan pagi ini mereka baru saja selesai dengan pekerjaan mereka. Ini adalah kegiatanku setiap harinya dan aku selalu saja gembira saat bertemu mereka di pagi hari.

Ayah! Chaeyoung!” teriakku memanggil mereka.

Aku terus berlari tanpa menghiraukan lingkungan sekitarku. Sampai akhirnya terjatuh karena tersandung oleh batu. Chaeyoung langsung menghampiriku dan dia tampak begitu panik. Tidak ingin membuatnya khawatir, aku langsung bangkit berdiri dan tersenyum padanya.

Tidak apa-apa, Chaeyoung,” ucapku sambil tersenyum. Tiba-tiba Chaeyoung memelukku dan membisikkan sesuatu di telingaku, “Saranghae, ****..”

~~~
Perlahan-lahan aku membuka mataku dan kurasakan kepalaku yang begitu pusing. Penglihatanku menjadi kabur dan aku tetap menggigil. Aku pun menarik selimut hingga menutupi seluruh badanku. Aku benar-benar merasa tak berdaya.

“Sana? Kau sudah bangun?”

Aku baru tersadar akan kehadiran seseorang di sampingku. Aku pun langsung memalingkan wajahku ke arah orang itu dan kudapati Chaeyoung sedang duduk di samping tempat tidurku. Aku benar-benar terkejut dia bisa berada sini dan aku tidak tahu bagaimana caranya dia memasuki apartemenku.

“Chaeyoung?” suaraku tampak begitu lemah.

“Momo sedang memasakkan bubur untukmu,” ucap Chaeyoung kepadaku.

Aku berusaha bangkit karena aku tidak ingin terlihat lemah di depan Chaeyoung. Namun, Chaeyoung menahanku untuk bangkit dan dia tampak khawatir denganku. Wajahnya seakan-akan mengatakan ‘aku tidak tega melihatmu sakit.’

“Aku tidak apa-apa, Chaeyoung,” ucapku sambil tersenyum.

Tepat saat itulah aku teringat akan mimpi yang baru saja kumimpikan. Dengan jelas aku melihat Chaeyoung dalam mimpi itu dan dia.. memelukku? Aku tidak tahu mengapa jantungku tiba-tiba berdebar mengingat mimpi itu. Anehnya lagi, mimpi itu terasa begitu nyata.

“Sana, tetaplah berbaring. Jangan memaksakan dirimu,” ucapnya dengan nada khawatir.

“Baiklah,” aku hanya bisa mematuhinya.

“Apa Sana sudah.. Oh, rupanya kau sudah bangun,” ucap Momo yang baru saja memasuki kamarku sambil memegang semangkuk bubur dan segelas air.

Kulihat Chaeyoung menyingkir dan akhirnya Momo duduk di sampingku. Momo membantuku untukku bangkit dan dia membantuku pula untuk makan. Chaeyoung hanya berdiri dari kejauhan sambil melihatiku. Sesekali aku mendapatinya tersenyum entah karena apa dan anehnya aku senang melihatnya tersenyum.

******
Aku hanya melihatinya dari kejauhan dan sesekali aku tersenyum mengingat wanita yang kucintai sekarang berada di hadapakanku. Aku telah lama menantikannya sampai-sampai aku hampir putus asa. Namun, penantian yang panjang itu akhirnya membuahkan hasil. Meskipun aku tahu aku tak akan bisa bersamanya. Setidaknya aku bisa melihatnya dari jauh.

“Aku akan berada di sini bersama Chaeyoung sampai Mina pulang,” ucap Momo kepada Sana.

“Apa? Kalian tidak perlu menunggu Mina pulang. Aku akan baik-baik saja,” ucap Sana.

“Tidak, Sana. Kami akan tetap di sini sampai Mina pulang,” ucap Momo dengan serius.

“Ah, itu akan sangat merepotkan kalian,” ucap Sana yang tampak sungkan.

“Tenang saja, Sana. Besok hari Minggu. Tidak ada yang perlu kau khawatirkan,” ucapku meyakinkannya.

“Sebaiknya kau segera tidur agar obatmu dapat bekerja dengan baik,” pinta Momo.

“Hmm.. baiklah,” ucap Sana mematuhi perkataan Momo.

Aku dan Momo meninggalkan kamar Sana dan membiarkannya beristirahat di dalam. Kami lalu memilih untuk duduk di sofa dan beristirahat sebentar. Namun, kata sebentar itu berubah menjadi lama karena kami terlelap di atas sofa.

2.05 A.M.

Aku terbangun dan tersadar bahwa ini sudah tengah malam. Kulihat Momo masih tertelap dan aku tidak tega untuk membangunkannya. Aku pun berjalan menuju kamar Sana untuk memastikannya baik-baik saja. Ternyata kudapati dia masih terlelap juga. Aku lalu berjalan mendekatinya dan melihat wajahnya dalam jarak dekat. Betapa aku rindu melihatnya tertidur seperti ini.

Mina, semoga kau cepat sembuh,” ucapku lalu mencium keningnya.

******
Tanpa Chaeyoung sadari, ia lupa menutup pintu kamar Sana dan ternyata Momo telah terbangun karenanya. Dari kejauhan, Momo pun telah menyaksikan segala yang diperbuat Chaeyoung.

—————————————————————
******
Hotel XXXX, 2.15 A.M.

“Jeongyeon!” panggil Nayeon sambil menepuk pundakku.

“Ada apa?” tanyaku yang mulai tampak tak sadarkan diri karena minuman keras.

“Tolong bawa Mina ke kamar. Tampak dia sudah sangat mabuk. Ini kunci kamarnya,” ucap Nayeon sembari menyerahkan sebuah kunci kamar.

“Kenapa harus aku?” tanyaku dengan heran.

“Yah, kalian kan datang bersama, jadi kurasa kau yang harus bertanggung jawab,” ucapnya lalu pergi meninggalkanku begitu saja.

Tidak ada yang bisa kulakukan selain menaati apa yang dikatakan Nayeon. Aku pun menghampiri Mina dan kudapati dia dalam keadaan mabuk berat. Wajah begitu merah karena minuman keras yang diminumnya. Tanpa basa-basi lagi, aku langsung mengendong Mina layaknya aku menggendong seorang pengantin. Semua orang tampak melihatiku dan aku menjadi pusat perhatian. Entah mengapa aku tak peduli dengan hal itu dan menghiraukan mereka begitu saja.

Kamar 103, 2.30 A.M.

“Kurasa ini kamarnya..” gumamku sambil memandangi nomor kamar itu.

Aku pun membuka pintu kamar itu lalu masuk ke dalamnya. Aku langsung membaringkan Mina di atas tempat tidur dan melepaskan high heels yang dikenakannya. Aku kemudian menutupinya dengan selimut dan membiarkannya tertidur pulas.

“Ah, aku lelah..” gumamku lalu berbaring di tempat yang tersisa dari tempat tidur itu. “Kurasa menutup mataku sejenak tidak akan masalah.”

Aku pun terlelap di samping Mina.
—————————————————————
******
Apartemen Sana, 6.38 A.M.

Sinar matahari yang begitu cerah telah membangunkanku dari tidurku. Hal pertama yang kulakukan adalah mengecek pukul berapa sekarang. Ah, ternyata sudah pagi. Aku pun beranjak dari tempat tidurku dan berjalan keluar kamarku. Kudapati Momo dan Chaeyoung sedang memasak di dapur.

“Kalian belum pulang?” tanyaku terkejut.

“Kurasa Mina menginap, jadi dia belum pulang,” ucap Mina sembari sibuk memasak.

“Apa kau sudah merasa baikkan?” tanya Chaeyoung sambil menatapku.

“Iya, aku sudah merasa baikkan,” jawabku sambil tersenyum.

“Baguslah kalau begitu,” ucap Chaeyoung dengan wajahnya yang tampak lega. “Duduklah, Sana. Kami sedang memasakkan makanan untukmu.”

“Baiklah,” aku menaati perkataan Chaeyoung. “Terima kasih karena kalian mau merawatku.”

“Tidak ada yang gratis, Sana. Kau harus mentraktirku strawberry cheesecake,” ucap Chaeyoung lalu mengedipkan satu matanya.

Aku tertawa melihat tingkah lakunya dan tiba-tiba jantungku mulai berdebar lagi. Entah mengapa akhir-akhir ini aku selalu begini. Saat berada di dekat Chaeyoung, jantungku terus berdebar-debar. Aku merasa ini sesuatu yang salah, tetapi aku tak bisa berbuat apa-apa.

“Dasar..” Momo memukul kepala Chaeyoung dengan sebuah sendok sup.

“Ouch.. kau kejam sekali,” ucap Chaeyoung sambil mengusap-ngusap kepalanya.

“Lanjutkan pekerjaanmu atau kupukul lagi,” ucap Momo dengan sendok sup dalam genggaman tangannya.

“Iya, nyonya..” ucap Chaeyoung yang kemudian mendapat sebuah pukulan lagi dari Momo. “Kenapa lagi? Aku kan menaati perkataanmu.”

“Diam..” ucap Momo dengan nada yang menyeramkan.

“Pasangan yang serasi,” ucapku sambil cekikikan melihat mereka.

“Tidak akan pernah!!” ucap Mereka dengan serentak.

—————————————————————
******
Kamar 103, 8.12 A.M.

Aku terbangun dan bisa kurasakan seseorang berada dalam rangkulan tanganku. Perlahan-lahan aku membuka mataku dan melihat ke sekelilingku. Saat itulah, aku baru menyadari sesuatu. Mina berada dalam rangkulan tanganku dan.. dapat kulihat bahunya yang terbuka tanpa sehelai kain pun. Tanpa berpikir panjang, aku langsung mengangkat selimut dan kudapati sesuatu hal yang tak pernah kuinginkan. Aku tak berbusana. Astaga.. apa yang terjadi semalam?

Flashback
Dalam keadaan setengah sadar, aku bisa merasakan tubuh kami saling bersentuhan dan wajah kami benar-benar sangat dekat. Tanpa berpikir lagi, aku menangkap bibir Mina dengan bibirku. Mina kemudian membalas ciumanku itu dan kami berciuman dalam waktu cukup lama. Kami lalu berhenti dan berusaha mengambil nafas sejenak. Setelah itu, kami berciuman lagi dan seiring waktu berjalan, aku perlahan-lahan berada di atas Mina. Aku bahkan mengecup lehernya hingga memunculkan bekas merah. Ya, kami bercinta malam itu.

Flashback End

“Oh, ..” aku mengerutkan keningku lalu mengutuki diriku sendiri.

———————

Too complicated(?) maaf kalau ceritanya makin gaje XD

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
momomoguring
Spin-off: A Poem Titled You
https://www.asianfanfics.com/story/view/1411438/a-poem-titled-you
Mungkin ini termasuk spoiler(?)

Comments

You must be logged in to comment
poplarbear #1
Chapter 30: AAAAAAAAA will you someday update this story? :'))
poplarbear #2
Chapter 12: Soo... Jeongyeon knows about Chae's past??
poplarbear #3
Chapter 10: Wew cerita bagus gini kok upvotesnya kurang yah :')
poplarbear #4
Chapter 2: AAAAAAA
babibu #5
Chapter 30: ah elah jeong udah deh move on aja ntu bukan jodoh elu, gw tabok kalo bikin onar lagi jeong
ini lagi emaknya kyungwan siapa sih? masih kepo nih
Kim6Ex
#6
Chapter 29: Aarrrrrr ga sabar update trozzz min,,,,,
SanaCheeseKimbap_
#7
Chapter 29: PEDANG PEDANGAN HAHAHAHAH
oncezara #8
Chapter 28: aaaaa :'))
Kim6Ex
#9
Chapter 28: Ahh.... Hemmm..... Ga bisa ngomong apa2
babibu #10
Chapter 27: sianjir jitzu angst banget sihh yalord swedih banget gw, ini lagi ceyong nembak aja lemotnya bukan maen malah asal nyosor doang! belum nembak loh, oh ya tuhkan gw sempet lupa kalo nama aslinya sana itu mina