Plan

Salty Salt

Chaeyoung memainkan jari-jarinya di atas meja sambil menatapi kedua sahabatnya yang berada di hadapannya. Ia masih menunggu penjelasan dari kedua sahabatnya itu, tetapi tidak ada satu pun dari mereka yang mau membuka mulut. Suasana pun menjadi canggung.

“Hei, kami tidak melakukan tindakan kriminal. Kenapa kau menatapi kami seperti itu?” tanya Dahyun berusaha mencairkan suasana.

“Kau bilang perutmu sakit, tapi masih sempat minum segelas kopi dengan orang ini?” tanya Chaeyoung dengan penuh curiga.

“Aku bertemu dengannya setelah dari toilet. Benarkan Dahyun?” jawab Momo berusaha menutupi kebenaran.

“Iya, benar!” jawab Dahyun berusaha meyakinkan.

“Ada sesuatu yang mengganjal dengan kalian. Apa kalian janjian untuk bertemu?” tanya Chaeyoung.

“Ah, tidak, tidak! Sungguh ini cuma kebetulan!” jawab Dahyun.

“Ehm, boleh aku tahu apa yang sedang terjadi saat ini?” tanya Mina menyela pembicaraan mereka bertiga.

“Ah! Aku lupa memperkenalkannya padamu. Ini Dahyun, sahabatku sejak kecil,” Chaeyoung memperkenalkan Dahyun pada Mina.

“Oh, jadi ini dia orang yang kau ceritakan, Momo?” tanya Mina pada Momo.

“Iya, ini dia orang yang kuceritakan itu. Perkenalkan Mina, sahabatku sejak kecil juga,” Momo memperkenalkan Mina pada Dahyun.

“Senang bertemu denganmu,” Dahyun mengulurkan tangannya.

“Senang bertemu denganmu juga,” Mina menerima uluran tangan Dahyun.

“Apa kalian tidak ingin memesan sesuatu?” tanya Momo.

Green tea latte!”jawab Chaeyoung dan Mina secara serentak.

Double date’ pun berlangsung. Namun, mungkin mereka tidak akan menyadarinya.

—————————————————————
Dengan tatapan kosong, Jeongyeon terus berjalan tanpa menghiraukan apapun yang ada di sekitarnya. Pikirannya dipenuhi oleh kejadian malam itu. Perasaan bersalah terus menghantuinya. Bagaimana jika ia ketahuan? Apakah ia harus terus menutupi kebenaran? Namun, ia tidak Sana hidup dalam kebohongan.

“Jeongyeon!” Sana menepuk pundak Jeongyeon.

“Huh?” Jeongyeon pun tersadar dari lamunannya.

“Kau tidak mendengarku!” ucap Sana dengan nada kesal.

“Ah, maaf.. memangnya tadi kau bilang apa?”

“Apa kau ada masalah? Dari tadi kau melamun terus.”

“Bukan apa-apa. Aku hanya memikirkan masalah kuliah.”

“Kalau ada apa-apa, kau harus menceritakannya padaku, Jeongyeon. Aku tidak ingin kau menanggungnya sendirian.”

“Tentu saja,” ucap Jeongyeon sambil tersenyum lalu menggenggam tangan Sana dan menciumnya.

‘Benar, aku harus mengatakan yang sebenarnya’ pikir Jeongyeon.

—————————————————————
******
“Maaf, aku terlambat,” ucapku kepada dua orang sahabatku yang telah menungguku lama.

“Urusan dengan dosen lagi?” tanya Jeongyeon.

“Ya, begitulah,” ucapku lalu duduk di depan mereka berdua.

“Memang murid teladan,” Momo mengomentari.

“Kau juga sering berurusan dengan dosen, Momo. Tapi dengan alasan yang beberda,” ucap Jeongyeon lalu menertawai Momo.

Momo langsung memukuli lengan Jeongyeon beberapa kali, tetapi Jeongyeon hanya menanggapinya dengan tawaan. Selalu saja seperti ini. Aku pun hanya bisa menertawai tingkah laku mereka dan menjadi penengah di antara mereka berdua. Kadang aku iri dengan mereka.

“Minggu depan sudah minggu ujian ya. Ah, rasanya aku belum siap,” ucap Momo.

“Belajar yang baik agar kau tidak perlu mengambil semester pendek lagi,” ucap Jeongyeon sambil mengacak-ngacak rambut Momo.

“Tentu saja!” ucap Momo dengan penuh semangat. “Oh, ya! Setelah minggu ujian, aku akan mengadakan pesta!”

“APA?” dengan serentak aku dan Jeongyeon mengucapkan hal yang sama.

Seorang Momo mengadakan pesta? Suatu hal yang tak pernah terlintas dipikiran kami. Dia begitu tidak menyukai pesta. Bagaimana mungkin dia ingin mengadakan pesta? Aku yakin Jeongyeon juga bertanya-tanya. Ini sangat mengejutkan.

“Kenapa kalian terkejut begitu?” tanya Momo dengan begitu polosnya.

“Mengadakan pesta? Kau saja tidak suka pesta. Bagaimana mungkin?” tanya Jeongyeon dengan heran.

“Sekali-kali aku ingin mencoba hal baru. Apa ada yang salah?” jawab Momo.

“Bukan hal yang salah, tapi ini sangat mengejutkan,” ucapku pada Momo.

“Iya, ini hal yang tidak pernah terpikirkan olehku,” sambung Jeongyeon.

“Terserah dengan apa yang kalian pikirkan. Intinya aku ingin kalian datang~” ucap Momo.

“Memangnya pesta apa yang ingin kau adakan?” aku bertanya dengan penasaran.

“Pertanyaan yang bagus! Aku akan mengadakan masquerade ball! Dan ingat kalian harus membawa pasangan masing-masing~” jawab Momo dengan semangat.

“Apa? Tapi aku tidak punya pasangan!” ucapku dengan terkejut.

“Tentu saja kau berpasangan dengan Momo, Chaeyoung,” ucap Jeongyeon sambil menopang dagunya.

“Siapa bilang aku akan berpasangan dengan Chaeyoung? Aku sudah punya orang lain yang akan kujadikan pasangan,” ucap Momo lalu mengedipkan matanya kepadaku.

“Gerekan yang sangat cepat,” aku mengomentari ucapan Momo.

“Wah, wah, siapa orang ini? Nampaknya ada yang kaliam sembunyikan dariku,” ucap Jeongyeon dengan curiga.

“Lihat saja di pestaku nanti!” Momo menunjukkan wajahnya yang berseri-seri.

“Lalu bagaimana denganku? Apa tidak boleh aku datang sendirian saja?” tanyaku.

“Apa kau lupa dengan Mina? Kau kan bisa mengajaknya jadi patnermu,” jawab Momo.

“Ah, benar! Dia juga pasti tidak punya pasangan,” Jeongyeon nampaknya setuju dengan pendapat Momo.

Mengajak Mina menjadi patnerku? Kurasa aku tidak punya pilihan lain. Tidak banyak wanita yang kukenal, apalagi yang dekat dengaku. Kurasa satu-satunya pilihanku hanyalah Mina walaupun aku pasti akan sangat canggung dengannya.

—————————————————————
*****
“Akhirnya, makanan datang!” ucap Sana sambil memegang sebuah kantung plastik berisi makanan. Ia lalu meletakkannya di atas meja.

“Makanannya sudah datang? Akhirnya!”ucap Mina yang baru saja keluar dari dapur.

Mina berjalan menuju Sana lalu membantunya mengeluarkan makanan-makanan itu dari plastik. Mereka kemudian duduk saling berhadapan dan mulai menikmati makanan yang mereka pesan itu. Saat itu tepat pukul dua belas siang dan mereka menghabiskan waktu istirahat mereka dengan makan siang sebelum kembali membuka toko mereka.

“Apa kau sudah tahu Momo akan mengadakan pesta?” tanya Sana memulai percakapan.

“Ah, iya, dia akan mengadakan pesta setelah mereka selesai ujian,” jawab Mina sambil menikmati makanan yang dipesannya.

“Menurutku sangat aneh tiba-tiba dia mau mengadakan pesta,” ucap Sana. “Tapi tidak ada salahnya juga sih.”

“Iya, aku juga cukup terkejut saat dia bilang mau mengadakan pesta. Tapi ada baiknya mereka refreshing setelah ujian.”

“Dan kau akan berpasangan dengan siapa? Kata Momo kita semua harus punya pasangan.”

“Ah, itu.. aku belum tahu akan mengajak siapa,” ucap Mina dengan sedikit tersipu malu.

“Kenapa kau tidak mengajak pria ‘itu’ saja?”

“Ha? Siapa maksudmu?”

“Aigoo, jangan pura-pura lupa begitu. Kenapa tidak mengajaknya? Orang yang menghabiskan malam denganmu itu?”

Seketika Mina terdiam dan tidak bisa berkata apa-apa. Dia hanya menatapi Sana dengan tatapan bersalah, tetapi Sana tidak menyadarinya. Mina teringat kembali akan malam itu. Malam yang menurutnya malam penuh dosa. Bagaimana mungkin dia tidur dengan pacar sahabatnya sendiri? Walaupun itu hanyalah ‘kecelakaan’, Minalah yang merasa paling bersalah.

“Ada apa denganmu, Mina?” tanya Sana yang keherenan melihat Mina yang terdiam begitu saja.

“Ah, bukan apa-apa,” jawab Mina sambil berusaha tersenyum.

Kring kring!

Semua perhatian mereka tertuju pada seorang pria yang baru saja masuk ke dalam toko mereka. Pria yang tak lain adalah Chaeyoung. Dengan senyuman lebarnya, Chaeyoung menyapa mereka berdua lalu berjalan menuju mereka. “Apa aku mengganggu kalian?” tanya Chaeyoung.

“Apa kau tidak melihat tanda ‘close’ yang berada di depan pintu itu?” tanya Sana dengan nada bercanda.

Chaeyoung berhenti sejenak lalu berkata, “Ah, maaf aku tidak melihatnya.” Ia kemudian membalikkan badannya dan bersiap-siap berjalan keluar. “Aku akan datang lagi nanti.”

“Hei, aku hanya bercanda!” ucap Sana sambil cekikikan. Chaeyoung yang mendengar itu tersenyum lalu membalikkan badannya lagi menghadap mereka.

“Aku tahu kau ingin mengusirku,” ucap Chaeyoung kepada Sana sambil tersenyum dengan lebar. Chaeyoung lalu kembali berjalan menuju mereka dan memilih untuk duduk bersama mereka.

Mina yang melihat itu merasakan sesuatu yang mengganjal di hatinya. Rasa cemburu dan iri hati. Melihat Sana dan Chaeyoung yang begitu akrab membuatnya ingin akrab dengan Chaeyoung juga. Namun, rasa canggung terus menghalanginya.

“Makan saja dulu. Aku akan menunggu kalian,” ucap Chaeyoung kepada mereka.

“Tumben kau datang begitu cepat, pelanggan setia~” ucap Sana sambil cekikikan.

“Hari ini kelasku selesai lebih awal dan tidak ada kegiatan lain yang harus kulakukan,” jawab Chaeyoung.

“Oh, ya, kau pasti akan berpasangan dengan Momo kan di pestanya nanti?” tanya Sana.

“Aku? Tidak, aku tidak akan berpasangan dengannya. Dia sudah berpasangan dengan orang lain,” jawab Chaeyoung.

“Apa? Dengan siapa? Lalu bagaimana denganmu?” tanya Sana dengan sangat terkejut.

“Dengan siapa Momo akan berpasangan, kurasa kau bisa mengetahuinya nanti. Lalu tentangku.. a-aku justru ingin mengajakmu.. Mina?” ucap Chaeyoung sambil menatap Mina.

“A-aku?” tanya Mina yang tersipu malu.

“Iya.. kalau kau tidak keberatan,” jawab Chaeyoung sambil tersenyum malu.

“Kurasa.. boleh,” ucap Mina yang dalam hatinya merasa begitu senang.

“Sungguh? Kukira kau tidak akan mau denganku,” ucap Chaeyoung sambil menggaruk-garuk bagian belakang kepalanya.

“Woah, jadi kita semua sudah punya pasangan ya,” ucap Sana sambil cekikikan.

“Kau pasti dengan Jeongyeon ya?” tanya Chaeyoung dengan sedikit harapan Sana akan menjawab hal lain yang tidak diduganya.

“Tentu saja, Chaeyoung~” jawab Sana sambil cekikikan. Chaeyoung hanya bisa tersenyum mendengar hal itu. Semua seperti dugaannya.

Ring! Ring! Ring!

“Oh, Jeongyeon menelponku! Aku permisi sebentar ya,” ucap Sana yang tampak begitu senang. Sana lalu berjalan ke dapur meninggalkan Mina dan Chaeyoung berdua. Keheningan pun mulai meliputi mereka.

“Ehm, kudengar minggu depan kalian sudah mulai ujian ya?” tanya Mina yang berada di samping Chaeyoung.

“Ah, iya..” jawab Chaeyoung dengan canggung.

“Aku tahu kau memang pintar, tapi aku tetap ingin menyemangatimu. Hwaiting!” ucap Mina menyemangati.

“Terima kasih, Mina,” ucap Chaeyoung dengan lembut sambil tersenyum dengan manis. Ini pertama kalinya sejak terakhir kali seseorang memberikan semangat kepada Chaeyoung. Karena kepintarannya, semua orang menganggap ujian bukan masalah bagi Chaeyoung. Itu sebabnya sangat jarang seseorang memberikan semangat kepadanya dan ucapan Mina barusan.. menjadi begitu berharga bagi Chaeyoung.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
momomoguring
Spin-off: A Poem Titled You
https://www.asianfanfics.com/story/view/1411438/a-poem-titled-you
Mungkin ini termasuk spoiler(?)

Comments

You must be logged in to comment
poplarbear #1
Chapter 30: AAAAAAAAA will you someday update this story? :'))
poplarbear #2
Chapter 12: Soo... Jeongyeon knows about Chae's past??
poplarbear #3
Chapter 10: Wew cerita bagus gini kok upvotesnya kurang yah :')
poplarbear #4
Chapter 2: AAAAAAA
babibu #5
Chapter 30: ah elah jeong udah deh move on aja ntu bukan jodoh elu, gw tabok kalo bikin onar lagi jeong
ini lagi emaknya kyungwan siapa sih? masih kepo nih
Kim6Ex
#6
Chapter 29: Aarrrrrr ga sabar update trozzz min,,,,,
SanaCheeseKimbap_
#7
Chapter 29: PEDANG PEDANGAN HAHAHAHAH
oncezara #8
Chapter 28: aaaaa :'))
Kim6Ex
#9
Chapter 28: Ahh.... Hemmm..... Ga bisa ngomong apa2
babibu #10
Chapter 27: sianjir jitzu angst banget sihh yalord swedih banget gw, ini lagi ceyong nembak aja lemotnya bukan maen malah asal nyosor doang! belum nembak loh, oh ya tuhkan gw sempet lupa kalo nama aslinya sana itu mina