Jelly

Salty Salt

Note: aku harap kalian ga bingung bacanya ㅋㅋㅋ

 

Kring kring!

“Selamat da- Oh, Chaeyoung!” Sana terkejut melihat kedatangan Chaeyoung.

“Apa kau bosan melihatku?” tanya Chaeyoung sambil tertawa.

“Itu tidak mungkin, Chaeng~ Jadi, kau mau pesan apa?”

“Sepotong strawberry cheesecake dan segelas teh hangat.”

“Nampaknya kau sangat menyukai kue itu,” ucap Sana sembari tersenyum.

“Itu adalah kue favoritku sejak kecil,” ucap Chaeyoung sambil tersenyum malu. “Lima ribu won, bukan?”

“Ah, tidak perlu. Khusus hari ini, gratis untukmu, pelanggan setia~” ucap Sana sambil cekikikan.

“Aigoo, aku jadi tidak enak pada kalian. Biarkan aku membayarnya,” Chaeyoung bersikeras ingin membayar pesanannya.

“Tidak usah, Chaeyoung. Duduklah dan tunggu saja pesananmu~” Sana langsung berjalan ke dapur dan meninggalkan Chaeyoung sendirian.

Chaeyoung hanya bisa tersenyum dan menaati apa yang dikatakan Sana. Sambil menunggu pesanannya, ia menikmati pemandangan yang berada di balik kaca jendela toko itu. Begitu banyak anak-anak berlari ke sana ke mari saat itu. Penuh tawa dan kegembiraan. Tanpa sadar Chaeyoung mulai tersenyum karena hal itu.

“Sangat menyenangkan ya melihat anak-anak yang berlarian seperti itu,” ucap Sana sambil meletakkan pesanan Chaeyoung di atas meja.

“Oh! Maaf aku tidak menyadarimu,” ucap Chaeyoung yang baru menyadari Sana telah berada di sampingnya.

“Bagaimana kuliahmu?” tanya Sana yang saat itu memilih untuk duduk di hadapan Chaeyoung.

“Semuanya baik-baik saja,” jawab Chaeyoung lalu menyesap teh hangat yang dipesannya.

“Kurasa tidak akan ada masalah untuk orang pintar sepertimu,” ucap Sana lalu tersenyum kepada Chaeyoung.

“Sejujurnya aku tidak sehebat yang dikatakan Jeongyeon ataupun Momo. Aku tahu mereka pasti mengatakannya secara berlebihan.”

“Kurasa kaulah yang terlalu rendah hati, Chaeyoung,” Sana menopang dagunya sambil menatap Chaeyoung dengan intensif.

“Benarkah? Terima kasih.”

“Aku juga berterima kasih karena kau selalu datang ke toko kami setiap hari.”

“Toko kalian dekat dengan apartemenku dan aku memang sangat suka dengan strawberry cheesecake yang kalian buat.”

“Pelanggan setia kami yang pertama~”

“Tenang saja. Aku akan selalu jadi pelanggang setia kalian,” Chaeyoung tersenyum dengan lebar.

“Chaeyoung, apa aku boleh jujur?”

“Tentu saja. Pertanyaanmu sangat aneh, Mina.. ehm, maksudku Sana..”

“Kau sering salah menyebut namaku, Chaeyoung,” Sana cekikikan melihat tingkah laku Chaeyoung.

“Ah, maafkan aku,” Chaeyoung hanya bisa menertawai dirinya sendiri.

“Kau sangat atraktif, Chaeyoung. Apa kau menyadari hal itu?”

Sejenak Chaeyoung terdiam mendengar hal itu. Dengan wajah kebingungan, ia menatap Sana yang saat itu sedang menatapnya juga. Wajahnya memerah dan jantungnya mulai berdebar dengan sangat kencang. Ia tahu perkataan Sana tak bermakna apapun, tetapi mendengar hal itu dari wanita yang dicintainya, bagaimana mungkin tidak tersipu malu?

“Apa tidak ada perempuan yang pernah menyatakan perasaannya padamu?” tanya Sana masih sambil menatap Chaeyoung.

“Hmm.. kurasa tidak?” Chaeyoung menjawabnya dengan ragu-ragu.

“Itu sangat aneh. Apa hanya aku saja yang mendapatimu sangat atraktif?” ucap Sana lalu tertawa.

“Entahlah?” hanya itu yang bisa dikatakan Chaeyoung.

“Oh, ya! Apa hari sabtu ini kau kosong?” Sana bertanya dengan penuh semangat

“Ya.. kurasa begitu. Ada apa?”

“Mari kita berkencan!”

“Apa?!”

“Ya, berkencan di tempat ini selama empat belas jam. Apa kau mau?”

“Empat belas.. jam? Ah, aku mengerti sekarang. Kau ingin aku membantumu mengurus toko ini, kan?”

“Wajahmu sangat lucu saat kubilang berkencan. Ya, hari sabtu ini, Mina harus pergi ke suatu tempat. Jadi, apa kau bisa?”

“Hmm, kurasa bisa. Seharusnya kau langsung saja menanyakan hal ini kepadaku.”

“Aku senang menggodaimu,” ucap Sana sambil cekikikan.

“Dasar..” gumam Chaeyoung lalu mengacak-ngacak rambut Sana.

‘Kau selalu saja menggodaiku, Mina,’ ucap Chaeyoung dalam hatinya sambil tersenyum.

“Tapi aku jujur soal kau sangat atraktif, Chaeyoung,” ucap Sana dengan senyumannya yang tak terelakkan.

—————————————————————
*****
Apa sebaiknya aku coba mengiriminya pesan? Apa dia tidak akan merasa terusik? Apa dia akan menganggapku pengganggu? Ah, ini membuatku gila. Sejak beberapa hari yang lalu, aku hanya bergumul dengan hal ini. Aku ingin mengiriminya pesan, tetapi aku takut dia akan merasa terganggu. Apa kucoba saja? Kim Dahyun, kau pasti bisa!

To: Momo <3
Ini aku Dahyun. Bagaimana kabarmu? ><

Akhirnya, aku berhasil mengirimkan pesan itu. Dengan jantung yang berdebar-debar, aku menunggu balasan pesan darinya. Apa dia akan membalas pesan dariku? Aku hanya bisa berguling-guling di atas tempat tidurku untuk melampiaskan segala perasaan senang dan gelisah ini. Sudah lama sekali aku tidak merasakan hal ini. Jatuh cinta? Entahlah, aku tidak ingin mengambil kesimpulan dengan begitu cepat.

Buzz buzz

From: Momo <3
Aku baik-baik saja. Bagaimana dengan kabarmu?

Aku mendapat balasan darinya! Aku mendapat balasan darinya! Ah, aku tidak menyangka dia akan membalas secepat ini. Aku harus jawab apa sekarang? Tidak mungkin aku hanya menjawab baik-baik saja, kan? Jika kulakukan itu, pasti semua ini akan cepat berakhir. Berpikirlah, Kim Dahyun!

To: Momo <3
Aku juga baik-baik saja. Apa yang sedang kau lakukan sekarang?

Hanya pertanyaan itu yang terlintas di kepalaku. Aku mulai merasa khawatir Momo akan merasa terganggu oleh pesan dariku. Apa sebaiknya aku tidak usah mengiriminya pesan lagi? Cukup kuakhir sampai di sini saja? Namun, aku tahu hati kecilku masih ingin berbincang dengannya.

From: Momo <3
Aku sedang menonton TV. Apa kau tidak tidur?

Aku menarik nafasku dalam-dalam lalu menghembuskannya. Perlahan-lahan aku mulai mengetik pesan terakhir untuknya. Pesan terakhir untuk malam ini. Aku berpikir untuk tidak mengganggunya lebih jauh lagi pada malam ini. Setelah selesai mengetik pesan itu, aku mulai mengumpulkan segala keberanianku untuk mengirim pesan itu.

“Aku tidak ingin hidup selibat, jadi aku harus bisa,” gumamku sebelum mengirim pesan itu.

To: Momo <3
Sebentar lagi aku akan tidur. Oh, ya.. apa kau sibuk hari sabtu nanti? Kalau kau tidak keberatan, maukah kau jalan denganku? :)

5 menit.. 10 menit.. dan 15 menit telah berlalu. Kurasa aku telah menghancurkan semua ini. Dia tidak akan pernah membalasku lagi. Ah, betapa bodohnya aku. Seharusnya aku tidak mengirim pesan bodoh itu. Tidak ada yang bisa kuperbuat lagi sekarang.

Buzz buzz

From: Momo <3
Boleh saja.

Dua kata yang membawa kebahagiaan bagiku. Akhirnya, dia membalas pesanku! Seperti anak kecil, aku melompat-lompat di atas tempat tidurku. Dengan keras, aku pun terus meneriakan ‘Yes! Yes!’. Dapat kurasakan wajahku memerah dan udara semakin terasa panas. Aku yakin keributan yang kubuat ini dapat terdengar sampai di luar kamarku, tetapi untung saja aku tinggal sendirian.

—————————————————————
******
Mendengarkan lagu sambil membaca buku kegemaranku adalah hal yang paling nikmat untuk dilakukan di malam hari. Suasana terasa begitu tenang dan aku seperti berada dalam duniaku sendiri. Tidak ada yang dapat menggangguku di malam hari seperti ini. Ya, awalnya aku berpikir begitu sampai pada akhirnya seseorang datang mengusik ketenanganku.

Ting tong! Ting tong!

“Chaeyoung! Chaeyoung! Bukalah!”

“Itu pasti Dahyun,” gumamku lalu menghela nafas.

Dengan malas, aku berjalan menuju pintu lalu membukakannya. Kudapati Dahyun dengan wajahnya yang berseri-seri. Aku yakin ada sesuatu yang baik terjadi padanya dan dia pasti ingin menceritakannya padaku. Dasar Dahyun..

“Chaeyoung!!!” Dahyun tiba-tiba memelukku dengan gembira.

“Kau benar-benar mengganggu ketenanganku,” ucapku dengan sedikit nada kesal.

“Izinkan aku tidur di sini, ya?”

“Aigoo, tidak!” aku berusaha berusaha menutup pintuku kembali.

“Eits.. ada sesuatu yang ingin kuceritakan padamu. Ayolah, Chaeyoung..” ucapnya dengan wajah memelas.

“Dasar.. masuklah.”

“Ah, kau baik sekali!!” lagi-lagi dia memelukku.

Dengan penuh kegembiraan, dia masuk ke dalam apartemenku lalu duduk di sofaku. Aku hanya bisa menghela nafas lalu mengikutinya. Aku tahu dia pasti akan bercerita panjang lebar. Entah apa yang membuat senang begini sampai-sampai dia mau menginap di tempatku. Dasar bocah satu ini..

“Jadi, apa?” tanyaku tampak tidak tertarik.

“Dia membalas pesanku!” jawabnya dengan gembira.

“Siapa?”

“Tentu saja Momo! Ah, aku senang sekali~”

“Benarkah? Kau sudah mengirim pesan padanya?” aku mulai tertarik dengan pembicaraan ini.

“Iya, aku barusan mengiriminya pesan dan dia membalasku!”

“Lalu? Apa yang terjadi setelah itu?”

“Aku mengajaknya jalan!”

“Dan?”

“Dia mau! Chaeyoung, bagaimana ini? Tolong aku!” Dahyun tampak mulai panik.

“Jadi, ini alasanmu datang ke sini. Memangnya kapan?”

“Hari sabtu ini. Kira-kira aku harus membawanya ke mana? Tempat seperti apa yang disukainya?”

“Tenang, tenang. Kau tidak perlu panik begitu. Bawa saja dia ke tempat karaoke. Dia pasti senang.”

“Karaoke? Tapi aku tidak bisa menyanyi.”

“Tenang saja, dia tidak akan peduli dengan hal itu. Percayalah padaku. Kau ingin membawanya ke tempat yang disukainya, kan?”

“Tapi bagaimana kalau dia jadi..”

“Sstt..” aku menutup mulutnya dengan satu jari telunjukku. “Tenanglah dan jadilah dirimu sendiri,” ucapku sambil tersenyum.

Kulihat Dahyun menghela nafasnya lalu menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa. Dia tampak berusaha menenangkan dirinya. Aku pun mengerti perasaannya. Sudah lama dia tidak berhubungan dengan perempuan seperti ini. Rasa gugup pasti meliputinya. Sama seperti saat aku bertemu lagi dengan Mina.

“Sejujurnya Dahyun.. aku juga sedang merasa gugup.”

“Karena?”

“Hari sabtu ini, aku akan membantu Sana untuk mengurus tokonya. Mina ada urusan lain jadi Sana meminta tolong padaku.”

“Itu berarti kau akan berdua saja dengan Sana?!” Dahyun tampak bersemangat kembali.

“Ya.. begitulah.”

“Woah.. itu kesempatan yang bagus!”

“Kesempatan untuk apa?”

“Tentu saja untuk lebih dekat dengannya!”

“Dahyun.. sudah kubilang aku tidak akan menganggu hubungan Sana dengan Jeongyeon.”

“Hei, aku kan tidak bilang untuk lebih dekat dengannya secara romantis.”

“Entahlah, Dahyun. Sejujurnya aku sedang berusaha menjaga jarak dengannya, tapi kurasa aku tidak bisa.”

“Nah, itu kan masalahnya? Kau tahu dia sudah punya pacar, tapi hatimu berkata lain, bukan?”

“Iya, kurasa begitu. Aku benar-benar bukan sahabat yang baik. Bisa-bisanya aku menyukai kekasih sahabatku sendiri.”

“Tapi itu bukan salahmu, Chaeyoung. Semua ini memang terlalu rumit.”

“Ya, andaikan aku tidak pernah mengingat masa laluku..”

—————————————————————
******
Sabtu, 7.35 P.M.

“Jadi, kau membawaku ke tempat karaoke?” tanya Momo sambil melihat ke arahku.

“Bukankah kau suka pergi karaoke?” aku menanyainya balik.

“Pasti Chaeyoung yang memberitahumu. Kalau begitu, ayo masuk!” Momo tiba-tiba menarik tanganku dengan penuh semangat.

Nampaknya ia begitu senang saat mengetahui aku membawanya ke tempat karaoke. Senyuman tak terlepas dari wajahnya sejak kami sampai ke tempat ini. Jantungku pun mulai berdebar-debar dan bisa kurasakan wajahku yang mulai memerah. Apalagi saat dia tiba-tiba menarik tanganku seperti itu.

“Kau tampak begitu senang ya?” aku bertanya padanya.

“Terima kasih kau membawaku ke sini,” jawabnya lalu tersenyum padaku.

“Syukurlah omongan Chaeyoung dapat dipercaya,” ucapku lalu tanpa sadar aku mengelus-elus kepalanya.

“Ah, maafkan aku!” ucapku saat tersadar dengan apa yang kulakukan. Bisa kurasakan wajahku yang semakin memanas.

“Tidak apa-apa,” ucapnya sambil cekikikan. “Apa kau tahu? Wajahmu sekarang sudah seperti tomat.”

“Ah, benarkah? Aku benar-benar malu,” ucapku sambil berusaha menutupi wajahku. Dia pun tertawa melihatku yang tersipu malu seperti ini. Ah, entah mengapa aku begitu senang melihat tawanya. Apakah aku memang sudah jatuh cinta lagi?

—————————————————————
******
8.20 P.M.

“Ini pesanan Anda,” ucapku sambil menyerahkan sebuah kotak besar berisi kue. “Terima kasih atas kunjungannya.”

Pelanggan itu tersenyum kepadaku lalu berjalan meninggalkan toko ini. Aku pun kembali duduk sambil menunggu kedatangan pelanggan lainnya. Hari ini cukup melelahkan bagiku. Ini pertama kalinya aku berkerja di sebuah toko dan ternyata tidak semudah yang kubayangkan.

“Segelas teh?” tanya Sana sambil menyerahkan segelas teh padaku.

“Terima kasih banyak,” ucapku sambil tersenyum.

“Apa kau masih sanggup? Kelihatannya kau sudah lelah.”

“Tenang saja, aku masih sanggup,” aku mengedipkan satu mataku kepada Sana.

“Baiklah, baiklah,” Sana mengacak-ngacak rambutku lalu pergi ke dapur.

Kring kring!

“Selamat da.. tang..” aku terkejut melihat siapa yang datang.

“Aku pesan apapun yang menurutmu enak,” ucapnya dengan ingin lalu berjalan menuju sebuah kursi.

“Hmm.. baiklah,” hanya itu yang bisa kuucapkan. “Makan di sini?”

“Bagaimana kabarmu?” dia tidak menjawab pertanyaanku.

“Aku baik-baik saja. Jadi, apa Anda akan makan di sini?”

“Panggil aku Tzuyu.”

“Hmm.. baiklah. Tzuyu, apa kau akan makan di sini?”

“Angin akan berhembus sangat kencang nanti malam,” lagi-lagi dia tidak menjawab pertanyaanku. Jujur aku mulai kesal padanya.

“Benarkah? Dari mana kau mengetahuinya?” aku bertanya padanya dengan nada tidak tertarik.

“Aku akan makan di sini. Aku harap kau segera membawa pesananku,” entah mengapa dia tiba-tiba mengganti topik pembicaraan. Oke, aku tidak mengerti dengan jalan pikiran orang ini.

—————————————————————
******
8.40 P.M.

“떨리는 목소리 맘대로 안돼
I can’t control my trembling voice
빨개지는 볼마저도
Even my reddening cheeks
감출 수가 없잖아
I can’t hide it
애써 쿨한 척 담담하게 보여도
I try to act cool but
이런 내 맘 숨길 수 없어 널
I can’t hide my heart
사랑하나 봐
I think I love you”

Aku menyanyikan bait itu sambil memandang Momo yang berada di depanku. Aku tidak bisa menyembunyikan rasa kegembiraanku dan aku bertingkah gila di hadapannya.

“Kau lucu sekali, Dahyun,” ucapnya sambil tertawa. Aku senang melihatnya tertawa seperti itu dan itu membuatku bertingkah semakin gila.

“원하잖아
I want you
몰래 하루 종일 니 생각만 하잖아
I secretly think about you all day
너만 볼래
I wanna only look at you
망설이지 마 붙잡아줘
Don’t hesitate, hold me
둘만의 Love line
On our love line
두 손을 꼭 잡고
With our hands held
말해줘 그대 나와 같은 마음이라고
Tell me you feel the same way
너와 함께
With you
I’m loving loving loving loving
Loving that love line”

Aku memberikan tanganku kepada Momo sambil menyanyikan bait itu. Aku tidak berharap dia akan menerima uluran tanganku. Aku hanya ingin menyampaikan perasaanku. Itulah yang kupikirkan, tetapi semua tidak seperti yang kusangka.

“Ini kan yang kau mau?” tanyanya sambil menerima uluran tanganku. “Aku senang melihat wajah tomatmu,” dia berbisik di telinga kananku.

Lagi-lagi dia berhasil membuatku tersipu malu. Wajahku memerah dan udara tiba-tiba terasa panas. Jantungku berdebar dengan kencang melihat tatapannya. Apa dia sedang mengerjaiku? Entah mengapa aku merasa ter-bully. Ugh, bagaimana aku harus menyembunyikan wajahku sekarang?

“Terima kasih untuk malam ini, Dahyun,” bisiknya lagi di telingaku. Bisikan yang sungguh membuatku merinding.

“Kau sungguh mengerjaiku,” ucapku lalu mengacak-ngacak rambutnya.

—————————————————————
******
10.23 P.M.

Angin berhembus dengan sangat kencang membuat kami terjebak dalam toko. Tidak ada yang bisa kami lakukan selain menunggu angin reda. Akhirnya, aku dan Chaeyoung memilih untuk duduk sambil menikmati strawberry cheesecake yang kubuat. Pada awalnya, suasana begitu hening dan tidak ada salah satu dari kami yang mau memulai pembicaraan. Kami hanya memandang ke arah luar sambil memakan kue kami masing-masing. Sesekali aku memandangi Chaeyoung tanpa dia sadari.

“Apartemenmu dekat dari sini. Kenapa kau tidak pulang saja?” tanyaku sambil menopang daguku.

“Lalu kau bagaimana?” dia menanyaiku balik sambil menatapiku.

“Aku bisa menunggu di sini,” aku tersenyum padanya.

“Kalau begitu, aku juga menunggu di sini,” ucapnya lalu kembali memandang ke arah luar.

Aku mengamati wajahnya dan entah mengapa kudapati dia begitu menarik. Matanya begitu indah, bibirnya pun begitu y, dan struktur wajahnya tampak begitu manly. Tak lupa tahi lalat di wajahnya itu membuat dia sangat imut. Setelah mengamati wajahnya, aku pun mengamati postur tubuhnya. Tubuhnya sangat bagus dan tampak kekar. Kurasa dia rajin berolahraga.

“Kenapa kau memandangiku seperti itu?” pertanyaannya membuatku tersadar dengan apa yang kulakukan.

“Eh.. b-bukan apa-apa,” ucapku dengan canggung. Wajahku terasa mulai memanas.

“Wajahmu memerah. Apa kau sakit?” tanyanya sambil meletakkan tangannya di dahiku. Entah mengapa tiba-tiba jantungku berdebar-debar.

“T-tidak.. aku baik-baik saja,” ucapku terbatah-batah.

“Ada apa denganmu?” tanyanya sambil mengacak-ngacak rambutku.

Entah mengapa jantungku terus berdebar-debar. Ada sesuatu yang aneh denganku. Tidak pernah aku berdebar seperti ini, kecuali aku berada di dekat Jeongyeon. Ini pertama kalinya aku berdebar karena pria lain selain Jeongyeon. Ini salah.. aku tidak boleh seperti ini.

——————————————

bagaimana dengan Jeongyeon? XD

untuk chapter selanjutnya, aku udah buatin preview ㅋㅋㅋ

 

PREVIEW

“Chaeyoung!” bisa kurasakan seseorang sedang memelukku dari belakang.

“Aigoo, kau mengagetkanku,” aku berhadapan dengannya lalu mengelus kepalanya.

“Mana ciuman untukku?” tanyanya sambil menatapku. Aku pun mencium pipi kirinya, tetapi dia tampak belum puas. “Aku mau yang di sini,” ucapnya sambil menunjuk bibirnya.

“Kalau aku tidak mau, bagaimana?” aku mempermainkannya.

“Ah, kau terlalu lama,” tiba-tiba dia mencium bibirku. Aku pun membalas ciumannya dan ciuman itu terus berlanjut untuk beberapa saat.

“Sana, terima kasih,” ucapku sambil tersenyum.

“Untuk apa?” dia bertanya padaku dengan keheranan.

“Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih,” ucapku lalu menciumnya lagi.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
momomoguring
Spin-off: A Poem Titled You
https://www.asianfanfics.com/story/view/1411438/a-poem-titled-you
Mungkin ini termasuk spoiler(?)

Comments

You must be logged in to comment
poplarbear #1
Chapter 30: AAAAAAAAA will you someday update this story? :'))
poplarbear #2
Chapter 12: Soo... Jeongyeon knows about Chae's past??
poplarbear #3
Chapter 10: Wew cerita bagus gini kok upvotesnya kurang yah :')
poplarbear #4
Chapter 2: AAAAAAA
babibu #5
Chapter 30: ah elah jeong udah deh move on aja ntu bukan jodoh elu, gw tabok kalo bikin onar lagi jeong
ini lagi emaknya kyungwan siapa sih? masih kepo nih
Kim6Ex
#6
Chapter 29: Aarrrrrr ga sabar update trozzz min,,,,,
SanaCheeseKimbap_
#7
Chapter 29: PEDANG PEDANGAN HAHAHAHAH
oncezara #8
Chapter 28: aaaaa :'))
Kim6Ex
#9
Chapter 28: Ahh.... Hemmm..... Ga bisa ngomong apa2
babibu #10
Chapter 27: sianjir jitzu angst banget sihh yalord swedih banget gw, ini lagi ceyong nembak aja lemotnya bukan maen malah asal nyosor doang! belum nembak loh, oh ya tuhkan gw sempet lupa kalo nama aslinya sana itu mina