Our Turn

Salty Salt

“Chaeyoung!” panggil Momo yang membuatku tersadar dari lamunanku. Aku kemudian melihat ke arahnya dan mendapatinya sedang melirikku dengan sinis.

“Ada apa?” aku bertanya padanya. Tampaknya aku sudah terlalu lama mengabaikannya hingga wajahnya berubah seolah-olah ingin menerkamku.

“Aku tanya apa kau setuju kalau kita pergi makan jokbal?” tanyanya dengan kesal. Dahyun, yang berada di samping Momo, tampak melihatiku dari kaca spion. Ya, saat ini kami bertiga sedang berada dalam mobil Dahyun. Dahyun mengemudikan mobil, Momo berada di sampingnya, dan aku duduk di kursi belakang.

“Oh, ya yaa.. terserah kalian saja,” jawabku lalu kembali memandangi jalanan Seoul yang sedang kami lewati.

“Sepertinya ada yang mengganggu pikiranmu,” ujar Dahyun sambil sesekali melirikku lewat kaca spion. Aku hanya terdiam dan tidak ada niatan untuk mengomentari ucapan Dahyun. Tanpa aku menjawab pun, dia pasti sudah tahu jawabannya.

“Biarkan saja dia seperti itu sampai dia puas,” ucap Momo yang tampak sudah sangat kesal dengan sikapku saat ini. Namun, aku tidak memperdulikannya. Kejadian itu.. lebih menganggu pikiranku dibanding sikap kesal Momo.

 

FLASHBACK

 

“Mari kita buat kenangan yang lebih manis lagi,” lanjutnya sambil tersenyum. Kalimat itu membuatku membatu dan membisu. Rasanya otakku tidak dapat mencerna kalimat itu dengan baik. Apa maksud perkataannya itu? Jujur, aku juga tidak tahu.

Setelah sekian lama aku hanya terdiam, tiba-tiba Sana bangkit berdiri lalu mengangkat kantong plastik yang berisi beberapa kaleng birnya. Ia lalu tersenyum dengan lebar hingga matanya hampir tertutup. Melihatnya seperti itu membuat jantungku semakin berdebar-debar.

Kencan selanjutnya di Everland ya!” ucapnya dengan antusias. Ia lalu perlahan-lahan berjalan meninggalkanku. “Aku akan mengajak Jihyo juga. Kau ajak Tzuyu ya!” lanjutnya. Bahkan setelah ia menghilang dari hadapanku, aku tetap membatu dan membisu.

 

FLASHBACK END

 

Mengingat hal itu membuat jantungku terus berdebar-debar. Aku kemudian memegang dadaku dengan harapan itu dapat menenangkan jantungku. Namun, itu tidak ada gunanya. Jantungku tetap tidak mau tenang.

“Kau kenapa sekarang? Sakit jantung?” tanya Momo dengan sarkas. Pertanyaan itu langsung membuat Momo mendapat tatapan tajam dariku.

“Ada apa denganmu hari ini? Kau tampak sensi sekali,” komentarku yang lalu diikuti oleh suara dehaman dari Dahyun. “Apa?” tanyaku pada Dahyun.

“Biasalah.. kau mengerti, kan?” Dahyun mencoba menyampaikan pesan tersirat. Namun, aku tetap tidak menangkap pesan itu.

“Sudah, sudah! Lupakan hal tadi. Kita sudah sampai,” ujar Dahyun yang baru saja memarkirkan mobilnya.

Kami kemudian keluar dari mobil Dahyun dan memasuki sebuah restauran yang telah lama tidak kukunjungi. Restauran ini adalah restauran favorit Momo. Dulu aku sering ke tempat ini bersama Momo dan juga.. Jeongyeon. Mengingat nama itu membuatku bertanya-tanya apa Jeongyeon masih berhubungan dengan Momo?

“Lagi-lagi kau melamun,” ujar Dahyun yang saat ini sedang duduk di depanku. “Ada apa, huh? Tidak biasanya kau seperti ini,” lanjutnya.

“Momo,” panggilku.

“Hmm, kenapa?” jawab Momo yang tampak tidak antusias.

“Kenapa kau tidak bilang kalau Jeongyeon sudah putus dengan Sana?” aku langsung menanyakan pertanyaan yang sejak kemarin menganggu pikiranku. Nampaknya pertanyaan itu sangat mengejutkan kedua sahabatku. Mereka kemudian saling menatap dengan bingung untuk beberapa saat.

“Kenapa kau bisa tahu?” tanya Dahyun selepas sesi saling menatap itu.

“Aku sudah bertemu dengan Sana,” jawabku. Hal itu membuat empat mata, yang berada di depanku ini, terbuka dengan sangat lebar. “Kenapa kalian tidak menceritakan perbuatan br*ngsek orang itu, huh?” lanjutku sambil mengepalkan tanganku di atas meja.

“Kau tahu detailnya?” tanya Momo yang tampaknya mulai panik.

“Ya, aku tahu. Dia menghamili wanita lain, bukan? Karena itu Sana memutuskannya,” jawabku dengan penuh amarah.

“Apa ada hal lain yang kau ketahui?” tanya Momo lagi. Hal itu membingungkanku. Apa maksud pertanyaannya itu?

“Hal lain apa?” tanyaku dengan bingung.

“Oh, bukan apa-apa!” dengan terburu-buru Momo menjawab pertanyaanku itu. “Sungguh bukan apa-apa!” lanjutnya sambil menggelengkan kepalanya. Momo sangat tidak pandai dalam berbohong. Aku tahu ada yang sedang disembunyikannya.

Melihat bahwa Momo tidak akan mengatakan apapun padaku, aku melirik Dahyun dengan harapan dia berbaik hati mengatakan apa yang disembunyikan Momo. Namun, sepertinya dua sejoli ini memang tidak berniay mengatakannya padaku.

“A-aku tidak tahu apa-apa. Sungguh!” ujar Dahyun sambil melakukan peace sign.

“Baiklah..” ujarku lalu menghembuskan nafas panjang. Kurasa aku harus mencari tahu sendiri. “Lalu, bagaimana kabar Mina? Kudengar dia kembali ke Jepang,” aku mencoba memulai topik pembicaraan itu. Anehnya, wajah mereka semakin panik saat aku mengatakan itu.

“I-iya, dia kembali ke Jepang dan..” Momo tampak kesulitan menjawab pertanyaanku itu. Ini membuatku semakin bertanya-tanya apa saja yang terjadi selama aku pergi.

“Dan?” aku menunggu jawaban Momo. Bukan melanjutkan kalimatnya, dia malah memaling wajahnya ke arah Dahyun seolah-olah meminta pertolongan pada Dahyun. Aku kemudian menatapi Dahyun dengan harapan dia segera melanjutkan kalimat Momo.

“Baiklah, baiklah! Aku akan menceritakan semuanya padamu!” ujar Dahyun sambil mengangkat kedua tangannya seolah-olah dia sudah menyerah.

“Apa kau bilang?!” tanya Momo lalu memukul lengan Dahyun dengan keras.

“Ouch!” Dahyun merintih sambil mengelus lengannya yang telah memerah. “Tidak ada pilihan lain, bukan? Cepat atau lambat dia akan segera tahu!”

“Terserah padamu saja!” Momo membalas dengan kesal. Ia lalu menutup kedua telinganya dan matanya seolah-olah tidak ingin mengikuti pembicaraan kami lagi.

“Momo..” panggil Dahyun. Namun, panggilan itu diabaikan oleh Momo. “Baiklah, baiklah.. aku akan menceritakan semuanya padamu,” Dahyun tampak pasrah melihat sikap Momo.

Setelah perdebatan yang singkat itu berakhir, Dahyun menceritakan semuanya padaku. Menceritakan segala kejadian yang terjadi selama aku pergi. Hal itu membuatku sangat.. murka.

 

—————————————————————

***

@Tom Cafe

 

“Apa?!” Jihyo tampak terkejut mendengar perkataan Sana. “Double date katamu?!” tanya Jihyo yang masih tak percaya dengan apa yang didengarnya.

“Yap!” jawab Sana dengan antusias. “Kau tidak keberatan, kan?” tanya Sana.

“Sana.. aku tidak keberatan kalau kau pergi kencan dengan Chaeyoung. Tapi, aku tidak ingin berkencan dengan pria itu!” jawab Jihyo sambil memegang keningnya.

“Ini kesempatan kedua untukmu, Jihyo! Aku yakin kali ini pasti berhasil karna aku akan membantumu!” ujar Sana dengan begitu menggebu-gebu.

“Ehem! Apa kalian sudah selesai berdebat?” suara seorang pria tiba-tiba mengalihkan perhatian kedua wanita itu. “Aku sudah menunggu lama,” lanjut pria itu sambil memandangi jam yang ada di tangannya.

“Tzuyu?!” Sana dan Jihyo memanggil nama itu secara bersamaan. Mereka sangat terkejut ketika menyadari bahwa pria yang sedang berbicara dengan mereka adalah Tzuyu.

“Aku pesan cappucino,” ujar Tzuyu dengan datar. “Dan aku tidak keberatan untuk double date,” lanjutnya.

“Lihat! Tzuyu saja tidak keberatan! Ayolah Jihyo~” ujar Sana dengan imut.

“Kenapa kau selalu melibatkanku dalam setiap pekerjaanmu?” tanya Jihyo sambil menggelengkan kepalanya.

“Kali ini bukan pekerjaan. Aku memang ingin berkencan denganmu,” jawab Tzuyu sambil menatap Jihyo.

“Wow, kau dengar itu? Dia bilang ingn berkencan denganmu!” Sana tampak begitu antusias untuk jadi ‘mak comblang’ bagi Jihyo dan Tzuyu.

“Sana, tolong segara buatkan cappucino untuk orang ini,” pinta Jihyo sambil memejamkan kedua matanya. Sana, yang mengerti bahwa Jihyo sedang kesal, langsung menaati perkataan Jihyo dan meninggalkan mereka berdua.

“Ikutlah. Tidak ada salahnya untuk berjalan-jalan, bukan?” Tzuyu berusaha meyakinkan Jihyo. Namun, Jihyo tetap

“Tapi, Sana akan salah paham! Dia pikir kita..” ujar Jihyo sambil memegang keningnya yang terasa sakit.

“Kita memang seperti yang dipikirkan Sana. Hanya kau saja yang belum.. mengingatnya,” ujar Tzuyu sambil menatap Jihyo dengan sedih. “Ingatlah aku.. ratuku,” lanjutnya lalu memegang tangan Jihyo

 

***

FLASHBACK

 

Saat itu cuaca tampak begitu cerah. Sangat cocok untuk berjalan mengitari taman kerajaan yang begitu luas. Bersama dengan para dayang dan pengawalku, aku berjalan-jalan menikmati pemandangan indah di taman itu.

“Jisoo..” aku mendengar seseorang memanggil namaku. Aku kemudian memalingkan wajahku dan mendapati pemimpin dari negara ini sedang berdiri di sampingku.

“Yang Mulia..” sapaku sambil memberi hormat. Aku kemudian mendapat sebuah getokan di kepalaku.

“Sudah kubilang tidak usah bersikap formal denganku kalau tidak ada siapa-siapa,” ujar raja dari negeri ini yang tak lain adalah suamiku.

“Di sini ada banyak orang, Yang Mulia..” balasku sambil melirik orang-orang yang berada di sekitar kami.

“Oh.. berarti kita harus segera ke kamarku?” canda  orang yang paling berkuasa di negeri ini. Ia kemudian mendapat pukulan keras di lengannya. Tentu saja pukulan itu berasal dariku.

“Kau berani memukul seorang raja? Apa kau tidak takut akan mendapat hukuman mati dariku?” tanyanya sambil mengangkan daguku. Ia lalu memberi kecupan manis pada bibirku.

 

FLASHBACK END

 

Tiba-tiba sebuah ingatan terlintas di kepalaku. Entah ingatan itu berasal dari mana. Yang jelas semua itu terasa nyata. Semuanya seolah-olah aku yang mengalaminya. Apa memang aku yang mengalaminya? Kalau benar aku yang mengalaminya.. apakah itu masa laluku? Lalu, siapa ‘raja’ yang ada di ingatanku ini? Aku tidak bisa mengingat wajahnya dengan jelas.

“Ini cappuccino-mu,” ujar Sana sambil menyerahkan segelas cappuccino kepada Tzuyu.

“Dia bilang akan ikut,” ujar Tzuyu sambil menerima cappuccinoitu. Ia lalu membayar pesanannya itu padaku.

“Wow, sungguh?” tanya Sana dengan matanya yang berbinar-binar. Tzuyu hanya mengangguk dan pergi meninggalkan kami.

Sementara ia berjalan meninggalkan kafeku, aku terus memandanginya sambil memutar ulang ingatan itu. Aku terus bertanya-tanya ingatan apa itu. Kalau memang ingatan itu nyata, itu berarti aku adalah.. seorang ratu?!

 

—————————————————————

***

Di dalam sebuah mobil

 

“Paman Kim,” panggil Kyungwan sambil memandangi sebuah foto yang berada di tangannya. Foto itu terlipat hingga tidak terlihat dengan jelas foto apa yang dibawanya.

“Ada apa, tuan muda?” tanya Paman Kim yang sementata menyetir.

“Aku tahu ibuku..” pernyataan dari Kyungwan itu langsung membuat Paman Kim tertegun.

“Apa maksud tuan muda?” tanya Paman Kim yang masih tidak terlalu paham dengan perkataan Kyungwan. Kyungwan kemudian membuka lipatan yang ada pada foto itu dan memperlihatkan foto itu pada Paman Kim. Sesaat setelah melihat foto itu, Paman Kim langsung tidak dapat berkata apa-apa. Semua itu karena dia tahu siapa sosok yang berada di foto itu. Sosok yang berada dalam foto itu adalah.. Sana bersama Jeongyeon. Paman Kim mengenal sosok Sana sebagai kekasih Jeongyeon. Lebih teparnya mantan kekasih Jeongyeon.

“Eomma sangat cantik,” komentar Kyungwan.

“Dari mana tuan muda mendapat foto itu?” tanya Paman Kim dengan khawatir.

“Kamar Jeongyeon!” jawab Kyungwan.

“Tuan muda..” panggil Paman Kim dengan wajahnya yang tampak khawatir.

“Ya??” balas Kyungwan dengan polosnya.

“Jangan bilang pada Tuan Jeongyeon tentang ini ya? Dan segera kembalikan foto itu ke tempat tuan muda mengambilnya,” pinta Paman Kim.

“Aku tidak mau! Aku mau menyimpan foto ini!” Kyungwan bersikeras. Sejenak Paman Kim terdiam setelah mendengar jawaban Kyungwan. Ia berusaha mencari cara agar Kyungwan mau mengembalikan foto itu pada tempatnya.

“Oh! Apa tuan muda mau minum cokelat? Di dekat sini ada sebuah kafe yang menjual minuman cokelat yang enak!” ujar Paman Kim setelah mendapatkan sebuah ide.

“Mau!!” jawab Kyungwan dengan antusias.

“Tapi, ada satu syarat! Tuan muda harus mengembalikan foto itu,” Paman Kim berusaha membujuk Kyungwan.

“Hmm.. baiklah,” jawab Kyungwan dengan sedikit cemberut. “Yang penting aku mau minum cokelat!” lanjutnya dengan menggebu-gebu.

“Baiklah! Kita segera ke sana!” ujar Paman Kim dengan antusias. Paman Kim kemudian mengemudikan mobil yang mereka tumpangi menuju kafe itu.

 

@Tom Cafe

 

Paman Kim membukakan pintu untuk Kyungwan dan membiarkan Kyungwan memasuki kafe itu lebih dulu. Setelah Kyungwan memasuki kafe itu, Paman Kim mengikutinya dari belakang.

“Selamat datang!” terdengar suara yang menyambut mereka. Suara itu kemudian mengalihkan perhatian Paman Kim dan juga Kyungwan. Sesaat setelah melihat wajah yang menyambut mereka, mereka tampak sangat terkejut. Tidak ada yang menyangka bahwa mereka akan bertemu dengan seseorang yang baru saja mereka bicarakan.

“Eomma!!” teriak Kyungwan sambil berlari menuju Sana.

“Tuan muda! Tunggu!!” panggil Paman Kim sambil mengejar Kyungwan.

 

—————————

Oke mungkin next update bakalan tentang Sana yang berusaha jadi mak comblang(?) Gantian sama Tzuyu XD

Oh ya aku baru aja nulis ff baru lagi. Judulnya “Master of Love Affair”. Pairnya : saida dan namo. Ceritanya tentang perselingkuhan(?)

Jika tertarik, silakan mampir hehe
https://www.asianfanfics.com/story/view/1410149/master-of-love-affair

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
momomoguring
Spin-off: A Poem Titled You
https://www.asianfanfics.com/story/view/1411438/a-poem-titled-you
Mungkin ini termasuk spoiler(?)

Comments

You must be logged in to comment
poplarbear #1
Chapter 30: AAAAAAAAA will you someday update this story? :'))
poplarbear #2
Chapter 12: Soo... Jeongyeon knows about Chae's past??
poplarbear #3
Chapter 10: Wew cerita bagus gini kok upvotesnya kurang yah :')
poplarbear #4
Chapter 2: AAAAAAA
babibu #5
Chapter 30: ah elah jeong udah deh move on aja ntu bukan jodoh elu, gw tabok kalo bikin onar lagi jeong
ini lagi emaknya kyungwan siapa sih? masih kepo nih
Kim6Ex
#6
Chapter 29: Aarrrrrr ga sabar update trozzz min,,,,,
SanaCheeseKimbap_
#7
Chapter 29: PEDANG PEDANGAN HAHAHAHAH
oncezara #8
Chapter 28: aaaaa :'))
Kim6Ex
#9
Chapter 28: Ahh.... Hemmm..... Ga bisa ngomong apa2
babibu #10
Chapter 27: sianjir jitzu angst banget sihh yalord swedih banget gw, ini lagi ceyong nembak aja lemotnya bukan maen malah asal nyosor doang! belum nembak loh, oh ya tuhkan gw sempet lupa kalo nama aslinya sana itu mina