Heartbeat

Salty Salt

Note: ****** tanda pergantian sudut pandang :)

 

 

“Apa ada tambahan lagi?” tanya seorang pelayan yang sedang melayani kami.

“Cukup itu saja,” jawab Jeongyeon lalu tersenyum pada pelayan itu.

“Mohon ditunggu sebentar ya,” ucap pelayan itu lalu pergi meninggalkan kami.

“Sudah lama tidak bertemu dengan kalian ya. Asal kalian tahu, aku sangat merindukan kalian. Apalagi yang satu ini,” ucap Jeongyeon lalu mencubit pipi kekasihnya itu.

Di luar aku tersenyum, tetapi di dalam aku menangis. Betapa aku ingin mencubit pipinya seperti itu. Betapa aku ingin dia menatapku dengan tatapan yang seperti itu. Namun, apa daya yang bisa kulakukan? Aku bukan siapa-siapa lagi untuknya. Sekarang semua sudah berbeda. Ah, seharusnya aku senang dapat melihatnya lagi, tetapi aku tidak bisa menyangakal betapa hati ini terasa begitu sakit.

“Aku juga sangat merindukan kalian. Semuanya terasa berbeda tanpa kalian” ucap Sana yang tak bisa menyembunyikan kegembiraannya.

“Jadi, kalian akan buka usaha di sini, kan?” tanya Momo memastikan.

“Iya, kami akan buka usaha di sini. Kami sedang mencoba mengurusnya perlahan-lahan,” ucap Mina yang berada di samping Sana.

“Tenang saja, kami pasti akan membantu kalian. Yang satu ini juga dapat diandalkan,” ucap Jeongyeon sambil menepuk-nepuk pundakku.

“Iya, jangan khawatir. Aku orang yang bisa diandalkan,” ucapku lalu tersenyum pada mereka.

“Nampaknya kau orang yang ramah ya, Chaeyoung,” ucap Sana dengan suaranya yang sangat kurindukan.

“Jangan sungkan untuk minta tolong padanya. Dia orang yang baik. Aku yakin kalian bisa cepat akrab dengannya,” ucap Momo lalu tersenyum padaku. Aku pun membalas senyumannya.

“Ehmm.. ada hal yang ingin kutanyakan dari tadi. Apa kalian pacaran?” tanya Mina dengan penasaran.

“Tidaakk!!” dengan serentak aku dan Momo menjawab.

“Jangan tanya aku alasannya,” ucap Jeongyeon sambil mengangkat kedua tangannya tanda tak mengerti apa-apa.

“Padahal kalian terlihat serasi, kenapa tidak pacaran saja?” tanya Sana.

“Ehmm..”

Jelas aku punya alasan. Namun, mustahil untuk kukatakan di depan mereka. Tidak mungkin aku mengatakan bahwa Sana adalah wanita yang kucintai sedangkan kita baru saja bertemu. Aku pasti akan dikira gila oleh mereka dan Jeongyeon pasti akan menghabisiku. Aku tidak mungkin segila itu untuk mengatakan semuanya.

“Lihat mereka sendiri pun tidak bisa menjawab,” ucap Jeongyeon sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. “Kenapa kalian tidak mencoba saja? Kurasa kalian cocok kok.”

“Kami berdua punya alasan tersendiri. Jadi, biarkanlah kami tetap seperti ini. Benarkan, Chaeng?” tanya Momo sambil melihat ke arahku.

“Iya, benar. Biarkan kami menentukan sendiri apa yang kami akan jalani,” jawabku sambil tersenyum.

“Ya, sudahlah. Aku hanya menyarankan saja. Sebagai seorang sahabat, aku akan tetap mendukung apa pun yang kalian pilih,” ucap Jeongyeon.

Percakapan ini terus berlanjut hingga kami selesai makan. Setelah itu, aku mengantar Momo dan Mina pulang, sedangkan Jeongyeon pergi bersama Sana. Aku yakin Jeongyeon ingin melepas rasa rindunya terhadap Sana. Aku pun juga ingin, tetapi saiapakah aku baginya sekarang? Hanya seseorang yang baru dikenalnya.

—————————————————————
******
“Jeongyeon, di mana kau menyimpan barangnya? Ini sudah larut malam dan aku harus segera pulang,” ucap Sana yang tampak mencari sesuatu.

“Pulang? Siapa bilang aku akan membiarkanmu pulang?” tanya Jeongyeon lalu memeluk Sana dari belakang. “Kau tahu betapa aku merindukanmu?”

“Jeongyeon, aku lelah. Bisakah di lain waktu saja?” Sana berusaha menolak Jeongyeon.

“Apa kau tidak merindukanku?” tanya Jeonyeon lalu mencium leher Sana. “Aku merindukanmu, Sana.”

“Dasar tidak sabaran,” ucap Sana lalu membalikkan badannya. Kedua lengan Sana melingkari leher Jeongyeon dan dengan sigap Sana menangkap bibir Jeongyeon. Mereka membiarkan naluri dan insting mereka yang menguasai. Hal itu membawa mereka sampai bercinta pada malam itu.

******
—————————————————————
Sinar matahari pagi membangunkanku dari tidurku. Perlahan-lahan aku membuka mataku dan bisa kurasakan sakit kepala yang luar biasa. Apa yang terjadi padaku semalam? Aku benar-benar tidak ingat apa-apa. Kurasa aku terlalu banyak minum. Tunggu dulu.. siapa yang membawaku kemari? Nampaknya ini bukan apartemenku.

“Rupanya kau sudah bangun,” aku mendengar seseorang berbicara padaku.

Aku melihat ke arah datangnya suara itu dan kudapati sesosok wanita berdiri di depan pintu. Di situlah aku sadar aku berada di apartemen Momo dan tentu saja orang yang berbicara denganku tadi adalah Momo. Rupanya dia yang membawaku kemari. Semoga aku tidak berbuat ulah semalam.

“Kau yang membawaku kemari?” tanyaku penasaran.

“Tentu saja. Siapa lagi? Asal kau tahu, semalam kau benar-benar sangat merepotkan. Kau mabuk berat,” jawab Momo dengan sedikit kesal.

“Maafkan aku. Apa aku tadi malam membuat kekacauan?” tanyaku dengan nada bersalah.

“Sepanjang malam kau terus berkata, ‘Aku prajurit Joseon, aku prajurit Joseon’ dan hampir memukuli setiap orang yang kau lihat,” jawab Momo mencertiakan kejadian semalam.

“Astaga, aku sudah gila,” ucapku lalu menutupi wajahku dengan kedua tanganku.

“Kau ada masalah apa? Sepertinya ada sesuatu yang kau sembunyikan dariku,” ucap Momo dengan khawatir.

“Tidak apa-apa. Aku hanya kebanyakan minum. Kau tidak perlu khawatir,” jawabku berusaha menenangkannya.

“Apa ini ada hubungannya dengan orang yang kau sukai?” tanya Momo yang mencoba menebak permasalahanku.

“Dari mana kau tahu aku menyukai seseorang?” tanyaku dengan terkejut.

“Dari tingkah lakumu. Aku sudah menyadarinya sejak lama walaupun kau tidak pernah mau menceritakannya,” jawab Momo.

“Mungkin sudah saatnya aku menceritakan sedikit tentang hal ini. Ya, kau benar ini ada hubungannya dengan orang yang kusukai.”

“Jadi, apa yang terjadi?”

“Sudah lama aku tidak bertemu dengannya dan aku sangat merindukannya.”

“Jadi, kemarin kau pergi minum karena kau sangat merindukannya?”

“Sebenarnya aku baru saja bertemu dengannya.”

“Kau sudah bertemu dengannya? Lalu apa yang terjadi?”

“Semuanya sudah berubah. Aku tidak berarti lagi baginya.”

“Oh, rupanya begitu. Dia sudah menjadi milik orang lain ya?”

“Iya, kau benar.”

“Aku mengerti perasaanmu. Aku pun mengalami hal yang sama saat ini.”

“Kau juga sedang menyukai seseorang?”

“Baiklah, ini saatnya aku menceritakannya padamu. Ya, saat ini aku sedang menyukai seseorang dan kau pasti mengenalnya dengan baik.”

“Siapa?”

“Selama aku kuliah, aku hanya jalan dengan dua pria. Menurutmu siapa yang aku sukai?”

“Kau.. menyukai Jeongyeon?”

“Yap, kau benar sekali. Aku menyukainya, tapi aku tak bisa berbuat apa-apa.”

“Sejak kapan kau.. menyukainya?”

“Sejak SMA aku sudah menyukainya. Namun, aku terlalu takut untuk mengungkapkannya. Hal itu menjadi salah satu penyesalanku.”

“Ah, aku mengerti sekarang..”

“Hal yang terpenting bagiku adalah bisa melihatnya tersenyum. Itu sudah cukup untuk membuatku bahagia.”

“Kau benar. Hanya melihatnya tersenyum, sudah membuatku bahagia.”

“Oleh karena itu, jangan berlarut-larut dalam kesedihan. Aku yakin kau orang yang kuat, Chaeng.”

“Iya, tentu saja. Terima kasih, Momoring.”

“Oh, ya! Aku sudah menyiapkan sarapan untukmu. Makanlah dulu. Setelah itu, apa kau bisa menolongku?”

“Tentu saja. Apa yang bisa kubantu?”

“Ada barang yang perlu diantarkan ke apartemen Sana dan Mina. Karena aku ada urusan lain, nampaknya aku tidak bisa mengantarkannya.”

“Baiklah, aku akan mengantarkannya untukmu.”

“Terima kasih, Chaengie~”

—————————————————————
Ting tong! Ting Tong!

“Tunggu sebentar!”

Jantungku terus berdebar-debar. Aku gugup jika harus bertemu dengan Sana. Apa yang harus kulakukan? Apa yang harus kukatakan padanya? Pertanyaan itu terus muncul di benakku. Aku tidak bisa bersikap normal. Perasaanku bercampur aduk. Ah, ini benar-benar membuatku gila.

Krekk

“Oh, Chaeyoung! Ayo masuklah dulu,” ucap Mina mempersilakanku masuk.

“Ehmm.. aku hanya ingin mengantarkan barang ini,” ucapku lalu menyerahkan barang yang dititip oleh Momo.

“Ah, rupanya Momo menitipkannya padamu. Ayo masuklah sebentar. Kau sudah jauh-jauh datang kemari,” ucap Mina sambil tersenyum padaku.

Dengan jantung yang terus berdebar dan perasaan yang bercampur aduk, aku masuk ke dalam apartemen mereka. Bisa kulihat apartemen mereka yang begitu bersih dan rapih. Apartemen mereka juga cukup besar dan tampak mewah. Aku yakin sangat nyaman untuk tinggal di tempat ini.

“Chaeyeoung, duduklah dulu. Akan kuambilkan minuman dan kue untukmu,” ucap Mina lalu berjalan menuju dapur.

“Ah, tidak usah repot-repot. Aku hanya datang untuk mengantarkan barang itu,” ucapku mencegah Mina merepotkan dirinya.

“Tapi kau tetap saja seorang tamu. Sudah sepantasnya aku menjamumu. Ini cobalah kue yang barusan kubuat,” ucap Mina sambil meletakkan sebuah kue dan minuman di atas meja.

“Ah, terima kasih banyak,” ucapku lalu membungkuk di depan Mina sebagai rasa terima kasihku.

“Kau tidak perlu sampai seperti itu, Chaeyoung,” ucap Mina sambil tertawa.

“Oh, ya. Aku dari tadi tidak meliha Mi- ehmm.. maksudku Sana. Dia sedang tidak ada di sini?”

“Dari semalam dia belum pulang. Mungkin sebentar lagi dia akan sampai di sini.”

“Ah, rupanya begitu.”

Aku sudah menduga ini sejak semalam. Jeongyeon pasti tidak membiarkannya pulang. Hahaha.. Aku hanya bisa tertawa dalam hati. Menertawakan diriku yang amat kasian ini. Mengapa aku harus mengingat semuanya? Pasti akan lebih jika aku tidak mengingat apa-apa. Ini membuatku gila. Apakah memang aku sudah gila?

“Mina! Aku pulang!”

Aku mengenali suara itu. Suara yang dulu sering memanggil namaku. Dulu aku begitu senang saat sudah mendengarnya. Itu pertanda dia akan menghampiriku dan membawakanku sebuah bekal. Betapa aku merindukan masa-masa itu.

“Oh, ada Chaeyoung!” ucap Sana yang terlihat kaget melihatku.

“Iya, dia baru saja mengantarkan barang kita,” ucap Mina menjelaskan.

“Ah, Momo menitipkannya padamu?” tanya Sana padaku.

“Iya, katanya dia ada urusan lain jadi tidak bisa mengantarkannya pada kalian,” aku menjawab pertanyaan Sana.

“Ah, maaf merepotkanmu,” ucap Sana dengan senyuman yang begitu manis.

“Tidak apa-apa. Aku juga tidak ada kegiatan hari ini,” ucapku.

Jeongyeon di mana?” tanya Mina dalam bahasa Jepang.

Dia langsung balik setelah mengantarku,” jawab Sana juga dalam bahasa Jepang.

Oh, baiklah. Kau tidak apa-apa kalau aku meninggalkanmu sendirian dengan Chaeyoung? Aku harus pergi ke suatu tempat sekarang,” ucap Mina yang tampak bersiap-siap untuk pergi.

Ah, tentu saja. Berhati-hatilah di jalan, Minari,” ucapnya sambil tersenyum.

“Aku pergi dulu ya. Dahh,” ucap Mina lalu pergi meninggalkan kami berdua.

Nampaknya aku merepotkan kalian,” tanpa sadar aku berbicara dalam bahasa Jepang.

“Wah, kau bisa berbahasa Jepang?” tanya Sana dengan terkejut.

“Ha? Eh.. ya, aku bisa sedikit,” ucapku setelah aku tersadar akan apa yang kukatakan sebelumnya.

Sana mulai berjalan mendekatiku. Saat itulah jantungku mulai berdetak dengan kencang. Benar-benar sangat kencang hingga terasa akan keluar dari dadaku. Walaupun empat ratus tahun telah berlalu, dia masih bisa membuatku seperti ini. Perasaanku tidak pernah berubah terhadapnya. Masih tetap sama dan tidak akan berubah.

“Aku tidak pernah menyangka kau bisa berbahasa Jepang,” ucapnya yang sekarang sedang duduk di hadapanku.

“Ya.. a-aku hanya bisa sedikit,” ucapku yang tampak canggung.

“Aku rasa bahasa Jepangmu sangat lancar. Kau tampak seperti orang yang pernah tinggal di Jepang,” ucapnya dengan nada curiga.

“A-ah, aku belum pernah ke sana! Sejak dulu aku hanya tinggal di Korea,” entah apakah ini termasuk berbohong atau tidak.

“Lalu kenapa kau bisa berbahasa Jepang?” Tanyanya dengan heran.

Flashback
Langit tampak indah dengan benda-benda langit yang meneranginya. Saat itu aku hanya duduk dan menikmati suara ombak yang terdengar seperti lagu untukku. Ketenanvan telah meliputiku. Aku seperti sedang berada di duniaku sendiri.

Chaeyoung!!” aku mendengar dia memanggilku.

Kulihat dia berlari ke arahku. Wajahnya tampak berseri-seri dan aku hanya bisa tersenyum melihatnya. Setelah berada di sampingku, dia tiba-tiba memelukku dan membuatku terkejut.

A-apa yang kau lakukan?” tanyaku dengan gugup.

Aku hanya ingin memelukmu saja,” jawabnya dengan polos.

Kau memang aneh,” ucapku lalu mengelus-ngelus kepalanya.

Aku senang saat kau mengelus-ngelus kepalaku,” sekali lagi jawaban polosnya membuatku tertawa.

Aku belum pernah bertemu orang sepertimu sebelumnya. Kau sangat lucu,” ucapku sambil tersenyum.

Aku memang langka dan hanya bisa ditemukan di tempat ini,” ucapnya dengan penuh kepercayaan diri.

Ya, aku tahu itu.”

“Ehm.. Chaeyoung..”

“Ada apa?”

“Mengapa kau bisa berbahasa Jepang?”

“Dulu aku sering berhubungan dengan para pedagang. Jadi, aku belajar bahasa Jepang dari mereka.”

“Kalau begitu, aku harus belajar dari para pedagang juga!”

“Apa maksud perkataanmu?”

“Kalau kau bisa berbicara dalam bahasaku, aku pun harus bisa berbicara dalam bahasamu.”

“Untuk apa? Kurasa kita sudah bisa berkomunikasi dengan baik, bukan?”

“Itu karena.. aku ingin mengenalmu lebih dekat? Aku merasa aku bisa mengenalmu lebih dekat dengan mempelajari bahasamu.”

“Aku tidak mencintai gadis yang salah.”

“Kau bilang apa barusan?”

“Bukan apa-apa, Mina.”

Flashback End

“Ehmm.. itu karena aku mencoba untuk mempelajarinya sejak SMA,” lagi-lagi aku berbohong.

“Oh, kau memang hebat seperti yang dikatakan oleh Jeongyeon dan Momo,” ucapnya dengan kagum.

“Terima kasih,” hanya itu yang bisa kuucapkan.

“Kau tampak canggung denganku. Apa ada yang membuatmu kurang nyaman?”

“Ah, aku memang seperti ini saat bertemu orang baru.”

“Oh, benarkah? Sejujurnya aku juga seperti itu, tapi entah kenapa aku merasa seperti sudah mengenalmu dari dulu.”

“Mungkin karena kita pernah bertemu di kehidupan sebelumnya?”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
momomoguring
Spin-off: A Poem Titled You
https://www.asianfanfics.com/story/view/1411438/a-poem-titled-you
Mungkin ini termasuk spoiler(?)

Comments

You must be logged in to comment
poplarbear #1
Chapter 30: AAAAAAAAA will you someday update this story? :'))
poplarbear #2
Chapter 12: Soo... Jeongyeon knows about Chae's past??
poplarbear #3
Chapter 10: Wew cerita bagus gini kok upvotesnya kurang yah :')
poplarbear #4
Chapter 2: AAAAAAA
babibu #5
Chapter 30: ah elah jeong udah deh move on aja ntu bukan jodoh elu, gw tabok kalo bikin onar lagi jeong
ini lagi emaknya kyungwan siapa sih? masih kepo nih
Kim6Ex
#6
Chapter 29: Aarrrrrr ga sabar update trozzz min,,,,,
SanaCheeseKimbap_
#7
Chapter 29: PEDANG PEDANGAN HAHAHAHAH
oncezara #8
Chapter 28: aaaaa :'))
Kim6Ex
#9
Chapter 28: Ahh.... Hemmm..... Ga bisa ngomong apa2
babibu #10
Chapter 27: sianjir jitzu angst banget sihh yalord swedih banget gw, ini lagi ceyong nembak aja lemotnya bukan maen malah asal nyosor doang! belum nembak loh, oh ya tuhkan gw sempet lupa kalo nama aslinya sana itu mina