Vacation -part 2-

Salty Salt

—Kamar, 7.15 A.M.—

“Aku terus memimpikan hal itu.. tempatnya seperti pantai dan.. aku selalu melihat seseorang yang mirip dengan Chaeyoung,” ucap Sana sambil memeluk lututnya.

Aku masih terkejut dan tidak bisa berkata apa-apa. Rasanya sulit untuk mempercayai apa yang telah kudengar. Semuanya terdengar seperti cerita fiksi yang menjadi nyata. Mungkin memang aku lugu, tetapi bukan berarti aku mudah mempercayai suatu hal.

“Apa kau pernah menceritakannya ke orang lain selain aku?” aku bertanya untuk memastikan keraguanku.

“Tidak, kau orang pertama yang mengetahui hal ini. Aku bahkan tidak pernah menceritakannya pada Mina,” jawab Sana.

Ini. Sungguh. Gila. Apa yang sebenarnya sedang terjadi?

 

—Flashback—

“Kau.. tidak percaya padaku, kan?” tanya Chaeyoung kepadaku.

Aku hanya terdiam dan tidak mampu untuk menjawab pertanyaannya. Sulit bagiku untuk mempercayai semua hal itu. Kepalaku terasa tidak mampu untuk memproses semua informasi itu.

“Kau boleh tidak mempercayaiku, Momo. Tapi, aku harap kau merahasiakan ini dari semua orang.”

“Bukankah Dahyun sudah tahu tentang hal ini?”

“Dahyun memberitahumu?”

“Iya.. dia memberitahuku.”

Chaeyoung terdiam sejenak dan menatap langit yang dipenuhi oleh bintang pada malam itu. Entah mengapa dia tersenyum. Aku tidak bisa membaca pikirannya.

“Kalau begitu, tolong kalian jaga rahasia ini.”

—Flashback End—

 

“Momo?” panggil Sana menyadarkanku dari lamunanku. “Ada apa?”

“Ah, bukan apa-apa,” jawabku dengan sedikit gugup.

“Lupakan saja soal mimpi itu. Mungkin itu hanya sekedar mimpi yang aneh,” ucap Sana sambil berbaring di atas tempat tidur.

“Yah.. mungkin itu hanya sekedar.. mimpi,” ucapku dengan ragu-ragu.

“Hei, apa kau sadar kalau Mina dan Jeongyeon kemarin tampak sedikit.. canggung?” Sana berusaha mengalihkan topik pembicaraan.

“Ah, ya, aku menyadarinya juga. Mereka hampir tidak berbicara dengan satu sama lain kemarin.”

“Hmm.. jangan-jangan Jeongyeon berbuat ulah lagi. Awas saja!”

“Coba saja tanya pada Mina atau Jeongyeon.”

“Yah.. baiklah, aku akan menanyai mereka nanti.”

 

—————————————————————

***

—Pantai, 7.30 A.M.—

Udara yang begitu sejuk dan ombak yang tidak begitu besar telah membuat Mina terlena dengan suasana pantai. Ia duduk di atas pasir sambil menikmati ombak yang terus berdatangan ke arahnya. ‘Ah, rasanya sangat menenangkan,’ ucapnya dalam hati. Namun, semua ketenangan itu tidak berlangsung lama seperti yang diharapkannya.

“Mina?” panggil Jeongyeon.

Mina hanya terdiam dan tidak mau menjawab panggilan itu. Perasaanya masih bercampur aduk karena kejadian semalam. Rasa kesal dan rasa bersalah telah bercampur aduk membuatnya enggan untuk berbicara dengan Jeongyeon.

“Maafkan aku, Mina,” ucap Jeongyeon yang baru saja duduk di sebelah Mina. “Aku.. tidak tahu ada apa denganku kemarin.”

Sejenak tidak ada jawaban apapun dari Mina. Mina masih terlihat kesal dengan perbuatan Jeongyeon.

“Apa kau tahu betapa aku merasa bersalah karena ‘kecelakaan’ pada malam itu? Kenapa kau harus menambah rasa bersalahku lagi?” akhirnya Mina mau menanggapai Jeongyeon.

“Aku tidak bermaksud membuatmu merasa bersalah. Aku hanya..”

 

—Flashback—

Mina sontak terkejut dengan ciuman dadakan yang diberikan oleh Jeongyeon. Tanpa berpikir panjang, ia langsung mendorong Jeongyeon dengan kuat lalu menamparnya.

Plakk!!

“Apa kau gila?!” Mina membentak Jeongyeon. Ia lalu berjalan meninggalkan Jeongyeon yang masih terkejut dengan tamparan Mina.

—Flashback End—

 

“Kumohon maafkan aku. Kalau kau masih marah padaku, siapa lagi yang bisa membantuku di masa-masa terberatku ini?”

Mina hanya terdiam dan tidak menjawab pertanyaan Jeongyeon. Ia masih memikirkan apa yang harus dilakukannya. Rasa dilema meliputi dirinya.

“Berjanjilah padaku satu hal,” ucap Mina tanpa memandang Jeongyeon.

“Apa itu?”

“Berjanjilah padaku kau akan mengatakan yang sejujurnya pada Sana. Tentang wanita itu, tentang ‘kecelakaan’ itu, dan tentang ciuman kemarin.”

Jeongyeon terdiam dan tidak bisa berkata apapun. Ia merasa takut. Takut untuk mengatakan semua hal itu pada Sana. Ia tidak ingin membayangkan apa konsekuensi dari tindakan itu.

“Aku.. aku berjanji akan mengatakan semuanya asalkan kau memaafkanku,” ucap Jeongyeon sambil mengangkat satu jari kelingkingnya.

Mina terdiam sejenak sambil menatapi Jeongyeon yang tersenyum kepadanya. Entah mengapa hatinya luluh dengan senyuman itu. Ia pun mengaitkan jari kelingkinya dengan jari kelingking Jeongyeon.

“Ya.. aku akan memaafkanmu.”

“Mina!! Jeongyeon!! Sarapannya sudah siap!” teriak Momo memanggil mereka berdua. Jeongyeon lalu berdiri dan mengulurkan tangannya kepada Mina. Sambil tersenyum, ia berkata, “Ayo?”

—————————————————————

—Seoul, 10.00 A.M—

 

“Ini sudah kelima kalinya kau datang kemari. Bukankah urusanmu hanya dengan Chaeyoung?” tanya Jihyo sambil meletak segelas kopi ke atas meja.

“Memangnya aku tidak boleh bersantai?” Tzuyu bertanya balik.

“Baiklah.. selamat bersantai Mr. Cupid,” ucap Jihyo lalu berjalan meninggalkan Tzuyu.

‘Tunggu!’

Jihyo berhenti sejenak karena seolah-olah mendengar seseorang memanggilnya. Ia lalu berbalik dan mendapati Tzuyu sedang menatapinya. Jihyo pun tampak keheranan melihat Tzuyu.

‘Kemari.’

Lagi-lagi Jihyo mendengar ada suara yang memanggilnya. Namun, dia tidak melihat satu orang pun yang memanggilnya, termasuk Tzuyu. 

“Kau yang melakukan itu?” tanya Jihyo sambil berjalan menuju meja Tzuyu. Tzuyu hanya mengangguk.

“Duduklah. Tidak akan ada orang untuk beberapa saat,” ucap Tzuyu lalu menyesap kopinya.

“Memangnya kenapa kau memanggilku?” tanya Jihyo lalu duduk di depan Tzuyu.

Tzuyu hanya terdiam dan tidak menjawab pertanyaan Jihyo.

“Sudah kesekian kalinya kau mengabaikanku. Benar-benar susah untuk berbicara denganmu,” ucap Jihyo sambil menopang dagunya.

“Apa kau.. menderita karena hal ‘itu’?” tanya Tzuyu sambil menatap Jihyo.

“Maksudmu?”

“Kemampuanmu itu. Kau pasti sangat menderita karena itu, kan?”

Jihyo hanya terdiam karena tidak sanggup untuk menjawabnya.

“Sangat berat untuk mengetahui masa lalu orang lain, bukan?” Tzuyu bertanya kepada Jihyo.

“Yah.. apalagi saat mengetahui masa lalu seseorang yang begitu.. kelam,” jawab Jihyo dengan tatapan sedih.

“Dari semua orang yang pernah kau temui, siapa, yang menurutmu, memiliki masa lalu paling kelam?”

“Hmm.. aku pernah bertemu dengan seseorang dengan masa lalu yang sangat mengerikan. Tapi, yang paling menyedihkan.. kurasa adalah masa lalu Chaeyoung.”

Tzuyu terdiam sejenak sambil menatapi Jihyo. Ia seolah-olah ingin mengatakan sesuatu, tetapi tidak dapat mengatakannya.

“Kau.. tidak pernah mencoba untuk melihat masa lalumu sendiri?” tanya Tzuyu.

“Huh? Untuk apa? Aku mengingat jelas semua yang telah kulalui,” jawab Jihyo.

.

.

.

.

“Itu berarti.. kau tidak pernah melihat kehidupanmu yang sebelumnya, bukan?”

 

—————————————————————

—Jepang, 11.30 P.M—

“Ah, rasanya capek sekali,” ucap Jeongyeon sambil berbaring di atas tempat tidur. “Rasanya aku ingin langsung tidur saja.”

“Setidaknya ganti bajumu dulu,” ucap Chaeyoung lalu melemparkan pakaian tidur Jeongyeon.

“Iya, iya,” ucap Jeongyeon lalu segera bangkit untuk mengganti bajunya.

Setelah selesai mengganti bajunya, Jeongyeon langsung tidur tanpa menghiraukan Chaeyoung. Chaeyoung saat itu masih berbaring dan berusaha untuk tidur. Entah mengapa kejadian itu terus terulang di kepalanya.

***

Flashback

“Di kehidupan selanjutnya, mari bertemu lagi dan.. nikahi aku!” kata-kata terakhir yang diucapkannya sambil tersenyum kepadaku. Entah mengapa rasanya lebih sakit dari tertusuk pedang.

Flashback End

 

Aku berjalan keluar meninggalkan kamar untuk mencari udara segar. Aku tidak bisa tidur karena mengingat hal itu terus menerus. Entah ada apa denganku. Aku tidak bisa berhenti memikirkannya dan aku juga tidak tahu mengapa aku memikirkan hal itu terus menerus.

“Chaeyoung?”

Aku langsung membalikkan badanku dan kudapati dia.. wanita yang tidak pernah lepas dari pikiranku.

“Sana? Kenapa kau belum tidur?” aku bertanya padanya.

“Aku tidak bisa tidur, jadi aku ingin mencari udara segar di luar. Apa kau juga tidak bisa tidur?”

“Ah, iya, aku juga..”

“Kalau begitu, ayo kita duduk di luar sana!” dia langsung menarik keluar bersamanya.

Kami pun duduk di atas pasir sambil menikmati suara ombak dan pemandangan langit malam yang diterangi oleh bulan dan bintang. Persis dengan yang dulu sering kami lakukan.

“Entah mengapa aku merasa deja vu saat ini,” ucap Sana tanpa memalingkan wajahnya ke arahku. Hatiku langsung berdebar-debar saat mendengar hal itu. 

“Apa yang membuatmu tidak bisa tidur?” tanya Sana kepadaku.

“Entahlah.. aku hanya tidak bisa tidur,” jawabku. “Lalu, kau sendiri?”

“Aku tidak bisa tidur karena.. aku kepikiran mimpi-mimpi yang aneh.”

“Seperti yang kau mimpikan kemarin?”

“Iya.. seperti yang kumimpikan kemarin.”

Aku tidak ingin menanyainya lebih lanjut karena aku tidak ingin dia mengingat-ingat mimpi itu lagi. Aku pun berusaha mengalihkan topik pembicaraan.

“Apa kau suka dengan pantai?” tanyaku.

“Iya, tentu saja! Aku sangat suka dengan pantai,” jawabnya dengan antusias.

“Aku juga.. sangat suka dengan pantai,” ucapku sambil tersenyum.

“Ayahku dulu sangat sering membawaku ke pantai saat liburan. Itulah sebabnya aku sangat suka dengan pantai. Bagaimana denganmu?” dia tampak begitu antusias menanyaiku.

“Aku menyukai pantai karena.. aku bertemu dengan orang yang kusukai di pantai,” jawabku sambil menatapinya.

“Jadi, kau sungguh menyukai seseorang?! Ayo ceritakan padaku!” dia benar-benar antusias sama seperti dulu.

Aku tidak mencintai gadis yang salah. Dia adalah satu-satunya orang yang bisa membuatku berkata begitu,” ucapku sambil tersenyum.

Entah mengapa aku mendapati Sana terdiam dan tak mengucapkan satu kata pun. Ada apa dengannya?

 

——————————

Maaf karna updatenya lama dan chapter kali ini pendek :’) beberapa terakhir ini lg banyak urusan jd ga sempet update :(

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
momomoguring
Spin-off: A Poem Titled You
https://www.asianfanfics.com/story/view/1411438/a-poem-titled-you
Mungkin ini termasuk spoiler(?)

Comments

You must be logged in to comment
poplarbear #1
Chapter 30: AAAAAAAAA will you someday update this story? :'))
poplarbear #2
Chapter 12: Soo... Jeongyeon knows about Chae's past??
poplarbear #3
Chapter 10: Wew cerita bagus gini kok upvotesnya kurang yah :')
poplarbear #4
Chapter 2: AAAAAAA
babibu #5
Chapter 30: ah elah jeong udah deh move on aja ntu bukan jodoh elu, gw tabok kalo bikin onar lagi jeong
ini lagi emaknya kyungwan siapa sih? masih kepo nih
Kim6Ex
#6
Chapter 29: Aarrrrrr ga sabar update trozzz min,,,,,
SanaCheeseKimbap_
#7
Chapter 29: PEDANG PEDANGAN HAHAHAHAH
oncezara #8
Chapter 28: aaaaa :'))
Kim6Ex
#9
Chapter 28: Ahh.... Hemmm..... Ga bisa ngomong apa2
babibu #10
Chapter 27: sianjir jitzu angst banget sihh yalord swedih banget gw, ini lagi ceyong nembak aja lemotnya bukan maen malah asal nyosor doang! belum nembak loh, oh ya tuhkan gw sempet lupa kalo nama aslinya sana itu mina