Party

Salty Salt

Note: maaf udah lama banget ga update. Jadi, ini buat kalian yang udah agak lupa sama ceritanya.

Previous: Momo berniat untuk mengadakan pesta setelah ujian. Hal itu membuat semua sahabatnya terkejut. Momo mewajibkan semua orang untuk memiliki pasangan. Mau tidak mau, akhirnya Chaeyoung mengajak Mina untuk menjadi pasangannya.

*** untuk pergantian sudut pandang.

———————————————————————————

 

Minggu ujian telah berakhir dan tidak terasa hari ini adalah hari di mana Momo akan mengadakan masquerade ball. Hari yang menurutku sangat mendebarkan. Bagaimana tidak? Ini pertama kalinya aku mengajak seorang wanita menjadi pasanganku untuk sebuah pesta. Rasanya seperti kencan pertama? Aku juga tidak tahu pasti karena aku tidak pernah berkencan dengan seorang wanita. Ya, aku tidak pernah berkencan bahkan dengan Mina sekalipun karena tentu saja pada zaman itu belum mengenal istilah berkencan.

Buzz buzz

From: Mina
Apa kau sungguhan ingin menjemputku?

To: Mina
Ya, tentu saja. Sudah kewajibanku sebagai partnermu untuk menjemputmu ;)

From: Mina
Baiklah, aku akan menunggumu ;)

Aku tidak membalas pesannya lagi dan langsung berjalan menuju kamar mandi untuk bersiap-siap. Demi hari ini, aku menyewa sebuah mobil agar dapat menjemput Mina. Aku tidak ingin dia malu karena memiliki pasangan yang tidak punya kendaraan sepertiku. Apalagi teman-teman Momo adalah orang-orang yang berkecukupan. Ya, lebih tepatnya kalian bisa menyebut mereka ‘konglomerat’.

—————————————————————
***
Ting tong! Ting tong!

“Ya, aku akan segera keluar!” teriak Sana yang tampak terburu-buru.

“Sana, handphone-mu!” panggil Mina yang melihat handphone Sana tergeletak di atas meja.

“Oh, ya!” ucap Sana yang hampir saja melupakan handphone-nya. “Aku duluan ya! Dahh~”

Mina hanya menggelengkan kepalanya melihat sahabatnya yang begitu ceroboh itu. Ia lalu berjalan menuju sofa dan mendudukinya. Kini adalah gilirannya untuk menunggu pasangannya. Dengan perasaan gugup, ia berharap agar Chaeyoung segera datang agar mereka tidak terlambat. Namun, sesekali dia berharap agar Chaeyoung tidak datang begitu cepat karena hatinya masih belum siap untuk bertemu dengannya.

Ting tong! Ting tong!

Sontak Mina menjadi panik karena mendengar bunyi bel itu. Ia menjadi semakin gugup dan terdiam sejenak. Namun, ia tidak bisa membuat Chaeyoung menunggu lebih lama lagi. Ia pun mengumpulkan segala keberaniannya lalu membuka pintu apartemennya itu. Tanpa basa basi lagi, Chaeyoung langsung memberikan senyuman termanisnya kepada Mina. Seluruh wajah Mina pun memerah bagaikan diberikan pemerah pipi. Ia sangat tersipu malu.

“Wah, ternyata kau mengenakan dress itu,” ucap Chaeyoung sambil tersenyum manis.

“Apakah cocok?” tanya Mina dengan gugup.

“Tentu saja! Kau sangat cantik dengan dress itu,” jawab Chaeyoung sambil mengacungkam jempolnya.

“Terima kasih..” ucap Mina dengan pelan.

“Jadi, ayo kita pergi sekarang,” ucap Chaeyoung sambil mengulurkan tangannya.

“Baiklah,” ucap Mina sambil tersenyum dan meraih tangan Chaeyoung.

Mereka berdua lalu berjalan dan memasuki sebuah lift. Di dalam lift itu, tampak suasana yang begitu canggung. Tak ada satu pun yang berkata-kata sampai pada akhirnya Mina menyadari sesuatu yang menurutnya aneh.

“Lantai basement? Kenapa kita ke sana?” tanya Mina dengan heran.

“Memangnya ada yang salah?” Chaeyoung menanyainya balik sambil tersenyum.

Mina terdiam sejenak memikirkan alasan mengapa Chaeyoung membawanya ke lantai basement, tempat parkiran mobil. Satu alasan pun muncul di benaknya dan tanpa ragu ia langsung menanyakan hal itu kepada Chaeyoung. “Kau membawa mobil?” tanyanya dengan nada sedikit terkejut.

“Yap! Khusus hari ini, aku membawa mobil agar dapat menjemputmu,” jawab Chaeyoung dengan antusias.

“Tapi kan kita bisa naik taksi?” tanya Mina yang merasa bersalah karena telah merepotkan Chaeyoung.

“Tidak etis rasanya kalau aku mengajak wanita secantik dirimu untuk naik taksi,” ucap Chaeyoung menggodai Mina.

Mina semakin tersipu malu dengan godaan yang diberikan Chaeyoung itu. Walaupun tak pernah berkencan dengan seorang wanita pun, bukan berarti Chaeyoung tidak lihai dalam menggoda wanita. Ia hanyalah orang yang setia dan hanya satu yang ada di hatinya, yaitu Mina. Itulah yang membuatnya tidak pernah menyentuh wanita lain.

—————————————————————
***
Hotel XXXX, 7.00 P.M.

Segera setelah aku mematikan mesin mobilku, aku berlari keluar dan membukakan pintu untuk Mina. Aku meraih tangannya layaknya meraih tangan seorang putri yang akan turun dari keretanya. Entah apakah yang kuperbuat ini sedikit berlebihan atau tidak. Ya, kurasa memang aku sedikit berlebihan hari ini. Namun, tidak ada salahnya, bukan?

“Jadi, apa kau sudah siap?” aku menanyai Mina sambil tersenyum.

“Ya.. kurasa begitu,” jawab Mina dengan suaranya yang begitu lembut.

***
Ballroom, 7.25 P.M.

Ruangan tampak begitu ramai dengan orang-orang yang sedang berdansa dengan pasangan mereka masing-masing. Begitu pula dengan Momo yang saat ini sedang berdansa dengan Dahyun. Dahyun tampak sedikit canggung, tetapi tidak untuk Momo yang tampak begitu santai. Di sisi lain, Sana dan Jeongyeon sedang duduk dan menikmati minuman mereka. Tentu aja sambil bercakap-cakap dengan satu sama lain.

“Apa kau tahu soal pria yang bersama Momo itu?” tanya Sana sambil memerhatikan Dahyun yang sedang berdansa dengan Momo.

“Hmm.. tidak, dia tidak pernah menceritakannya padaku,” jawab Jeongyeon yang juga sedang memerhatikan Dahyun.

“Sangat mengejutkan, bukan? Tiba-tiba dia mengadakan sebuah pesta dan membawa seorang pria bersamanya,” ucap Sana dengan nada heran.

“Kurasa ini ada hubungannya dengan Chaeyoung.”

“Chaeyoung? Kenapa bisa?”

“Kalau tidak salah, pria itu adalah teman Chaeyoung sejak kecil dan Chaeyoung yang mengenalkannya pada Momo.”

“Tapi.. bukankah mereka saling suka?”

“Siapa? Momo dan Chaeyoung? Itu tidak mungkin!” ucap Jeongyeon sambil terbahak-bahak.

“Sungguh? Tapi aku merasa mereka sangat serasi..”

“Sebenarnya Chaeyoung.. sudah ada seseorang di hatinya..” ucap Jeongyeon sambil menatap Sana dengan tatapan yang sedih.

“Wah.. jadi, selama ini Chaeyoung sudah menyukai orang lain? Lalu kenapa dia tidak mengajak orang yang disukainya itu ke pesta ini?” tanya Sana dengan antusias.

“Kurasa dia pasti sangat ingin mengajaknya, tapi itu tidak mungkin.”

“Memangnya kenapa?”

“Hmmm.. kau tak perlu tahu. Itu privasi Chaeyoung,” ucap Jeongyeon dengan senyum yang kecut.

***
Dengan penuh penasaran, aku terus memerhatikan kedua sahabatku yang sednag berbincang-bincang itu. Aku ingin tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Apakah semuanya baik-baik saja? Apa aku perlu membantunya? Begitu banyak pertanyaan dan kekhawatiran di benakku.

“Hei, Momo.. apa kau masih memerhatikan mereka?” bisik Dahyun.

“Tentu saja dan aku semakin penasaran dengan apa yang mereka bicarakan saat ini,” jawabku tanpa mengalihkan perhatianku dari mereka.

“Aigoo.. kau benar-benar sangat antusias dengan hal ini.”

“Tentu saja! Aku bahkan rela mengadakan pesta hanya untuk hal ini.”

“Padahal kau kan bisa mengajak mereka ke taman hiburan atau semacamnya. Tidak perlu sampai mengadakan pesta seperti ini.”

“Tidak, itu tidak akan berhasil. Lagipula hal ini memang telah diimpi-impikan Mina sejak dulu.”

“Yah.. baiklah, tuan putri,” ucap Dahyun sambil mencubit kedua pipiku. “Bagaimana kalau kau berhenti sejenak dan menikmati waktu kita?”

“Baiklah, kalau itu maumu,” ucapku lalu melingkari lehernya dengan lenganku. Aku bisa melihatnya menjadi canggung dan wajahnya yang mulai memerah. “Shall we?”

***
Sejenak aku terdiam karena tidak tahu harus berkata apa lagi. Suasana canggung mulai meliputi kami. Sesekali aku melirik ke arahnya dan nampaknya ia juga sedang memikirkan topik pembicaraan, sama sepertiku. Entah karena kami yang terlalu gugup atau memang sudah tidak ada lagi yang dapat kami bicarakan.

“Hmm.. sejak dulu aku selalu ingin datang ke pesta seperti ini,” ucap Mina mencarikan suasana. “Memakai topeng dan berdansa dengan seseorang.. rasanya romantis, bukan?”

Tanpa berpikir panjang, aku langsung mengulurkan tanganku. Sambil tersenyum, aku pun berkata, “Kalau begitu, mari berdansa?”

Mina meraih tanganku sambil tersenyum manis. Kami pun berdansa layaknya pasangan yang lain. Sesekali aku salah melangkahkan kakiku karena sebenarnya aku tak pandai dalam berdansa. Mina pun hanya tertawa kecil saat itu terjadi.

“Maaf, aku payah dalam berdansa,” ucapku dengan sedikit malu.

“Bukan masalah bagiku,” ucapnya sambil ternyum.

Dengan iringan lagu yang sangat indah, kami terus berdansa sambil menikmati suana pesta yang begitu romantis. Tak kuhiraukan sekelilingku dan hanya fokus untuk berdansa. Namun, hal itu tidak berlangsung lama karena mataku telah menangkap sesuatu yang tidak bisa kuhindari. Tatapan mata itu.. tatapan mata yang tidak akan pernah kulupakan. Mata kami bertemu di tengah iringan lagu dansa yang begitu lembut. Ya, aku melihat Sana. Dengan wajahnya yang tertutup oleh topeng, aku dapat langsung mengenalinya.

“Chaeyoung?” panggil Mina yang tampak kebingungan melihatku.

“Ah, maafkan aku,” ucapku sesaat setelah tersadar dari lamunanku.

“Bagaimana kalau kita pergi mengambil minum?”

“Hmm.. ya, kurasa ide yang bagus.”

***
Buzz buzz

From: XXXX
Kumohon angkatlah atau akan kubeberkan kepada media.


Jeongyeon tampak tidak tenang saat mendapatkan pesan itu. Kekhawatiran dan kegelisahan tampak terlihat jelas di wajahnya. Tentu saja, hal itu tidak dapat disembunyikannya dari Sana yang berada di sampingnya.

“Jeongyeon? Ada apa? Dari tadi kulihat ada yang menelponmu. Kenapa tidak kau angkat?” tanya Sana yang mulai tampak khawatir.

“Bukan hal penting,” jawab Jeongyeon dengan singkat.

“Kalau bukan hal penting, kenapa dari tadi dia menelponmu?” tanya Sana yang semakin penasaran.

Jeongyeon terdiam sejenak untuk memikirkan tindakan apa yang harus dilakukannya dan jawaban apa yang harus diberikannya pada Sana. Itu pun semakin membuat Sana khawatir dan bertanya-tanya.

“Jeongyeon?” panggil Sana.

“Aku.. aku akan pergi sebentar..” ucap Jeongyeon lalu meninggalkan Sana.

Jeongyeon pun berjalan keluar dari hotel itu dan mendapati sebuah taman kecil yang tidak jauh dari situ. Ia lalu menduduki sebuah bangku yang berada di taman itu. Dengan penuh amarah, ia langsung menelpon nomor yang sedaritadi menghubunginya terus.

“APA YANG KAU INGINKAN?!” ucap Jeongyeon dengan penuh amarah.

“Apa kau tidak takut aku akan membeberkan semua ini pada media?” ucap seorang wanita dengan nada mengancam.

“Bukan kah kau sudah menerima uang dariku? Kau mau apa lagi?” ucap Jeongyeon dengan nada kesal.

“Ya, aku memang sudah menerimanya, tapi aku tetap ingin kau mengakuinya sebagai anakmu.”

“Apa?! Itu tidak mungkin!”

“Jadi, kau siap aku membeberkan semuanya pada media?”

“Dasar wanita j*****!!” ucap Jeongyeon lalu memutus panggilan itu.

Tanpa berpikir panjang, Jeongyeon langsung menghubungi anak buahnya. Dengan penuh amarah dan meledak-ledak, ia memarahi anak buahnya itu dan melimpahkan semua kesalahan pada mereka.

“Kenapa dia bisa mengetahui nomorku, hah?!” tanya Jeongyeon yang meledak-ledak.

“K-kami juga tidak tahu, boss..” jawab salah satu anak buahnya.

“Aku tidak mau tahu kalian harus menghancurkan semua barang bukti yang dimiliki wanita j***** itu atau kalian dipecat!!”

Jeongyeon langsung mematikan panggilan itu dan tidak memperdulikan anak buahnya. Ia lalu duduk termenung dan memikirkan segala sesuatu yang sudah terjadi. Amarah yang dimilikinya lama-lama berubah menjadi sebuah kesedihan. Ia kemudian menangis karena perasaan bersalahnya. Terasa berat beban yang dirasakannya apalagi dia harus menanggung semua sendiri.

“Sana.. maafkan aku..”

—————————————————————
Ballroom, 8.35 P.M

Buzz buzz

From: Jeongyeon
Mina.. apa kau ada di dalam? Bisa kah kau keluar sebentar? Aku berada di taman yang tidak jauh dari hotel.

To: Jeongyeon
Ada apa??

From: Jeongyeon
Aku membutuhkanmu sekarang.

 

“Eh, Chaeyoung.. kurasa aku ada keperluan sebentar. Apa tidak apa-apa kalau aku meninggalkanmu?” tanya Mina dengan ragu-ragu.

“Memangnya ada apa?” tanya Chaeyoung.

“Sepertinya temanku ingin menghubungiku dan kurasa ini sangat penting. Jadi, aku ingin keluar sebentar.”

“Oh, baiklah. Hubungi aku kalau ada masalah.”

“Terima kasih, Chaeyoung”

Mina pun meninggalkan Chaeyoung dan berlari menuju taman yang dikatakan Jeongyeon. Di situ ia mendapati Jeongyeon dalam keadaan yang sangat kacau. Tanpa ragu, ia pun duduk di samping Jeongyeon dan memegang pundaknya.

“Ada apa?” tanya Mina dengan khawatir.

“Mina.. aku bingung barus berbuat apa..” jawab Jeongyeon sambil terisak-isak.

—————————————————————
Ballroom, 8.40 P.M.

“Kurasa waktuku sudah tiba,” ucap seorang pria berjas hitam.

“Sekarang? Lalu apa yang harus kulakukan?” tanya seorang wanita.

“Kau diam saja di situ,” jawab pria itu dengan dingin.

“Apa? Lalu kenapa kau mengajakku kalau aku hanya duduk diam dan menontonmu saja?”

“Diamlah.”

“Ya, ya, baiklah, Mr. Cupid.”

 

———————————————————————————

Menurut kalian, siapakah dua orang itu? Wkwk

Sebelumnya, aku bilang ingin nulis ulang cerita ini. Tapi, setelah dipikir-pikir ceritanya udah terlanjur panjang. Jadi, akhirnya aku memutuskan untuk lanjut cerita ini dan mungkin akan ada sedikit perbaikan :)

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
momomoguring
Spin-off: A Poem Titled You
https://www.asianfanfics.com/story/view/1411438/a-poem-titled-you
Mungkin ini termasuk spoiler(?)

Comments

You must be logged in to comment
poplarbear #1
Chapter 30: AAAAAAAAA will you someday update this story? :'))
poplarbear #2
Chapter 12: Soo... Jeongyeon knows about Chae's past??
poplarbear #3
Chapter 10: Wew cerita bagus gini kok upvotesnya kurang yah :')
poplarbear #4
Chapter 2: AAAAAAA
babibu #5
Chapter 30: ah elah jeong udah deh move on aja ntu bukan jodoh elu, gw tabok kalo bikin onar lagi jeong
ini lagi emaknya kyungwan siapa sih? masih kepo nih
Kim6Ex
#6
Chapter 29: Aarrrrrr ga sabar update trozzz min,,,,,
SanaCheeseKimbap_
#7
Chapter 29: PEDANG PEDANGAN HAHAHAHAH
oncezara #8
Chapter 28: aaaaa :'))
Kim6Ex
#9
Chapter 28: Ahh.... Hemmm..... Ga bisa ngomong apa2
babibu #10
Chapter 27: sianjir jitzu angst banget sihh yalord swedih banget gw, ini lagi ceyong nembak aja lemotnya bukan maen malah asal nyosor doang! belum nembak loh, oh ya tuhkan gw sempet lupa kalo nama aslinya sana itu mina