Mistake

Salty Salt

Krekk

“Mina?” Sana tampak begitu senang mendengar suara pintu terbuka.

“Sana? Apa kau sudah sehat?” tanya Mina yang baru saja pulang.

“Ahh, akhirnya kau pulang,” ucap Sana lalu tiba-tiba datang memeluk Mina.

“Kau seperti sudah lama tidak melihatku saja,” ucap Mina sambil tertawa.

“Hei, Mina..” ucap Sana dengan nada serius.

“Hmm, ya?” tanya Mina.

“Dengan siapa kau menghabiskan malammu, huh?” tanya Sana dengan tatapan menggodai.

“Apa?” Mina mulai tampak panik.

“Aku bisa melihat kiss mark itu, Mina,” ucap Sana dengan nada menggodai.

K-kiss.. mark?” Mina berusaha tampak polos.

“Aigoo, siapa lelaki beruntung itu?” tanya Sana sambil cekikikan.

“Aku tidak menghabiskan malamku dengan siapa-siapa, Sana,” jawab Mina berusaha menyembunyikan kebenaran.

“Lalu apa itu yang di lehermu?” Sana berusaha agar Mina mengakuinya.

“I-ini? Mu-mungkin hanya gigitan nyamuk?” Mina menjawab dengan terbata-bata.

“Nyamuk di musim dingin?” Sana semakin menggodai Mina. “Baiklah, aku tidak akan memaksamu lagi. Tapi, jangan lupa ceritakan padaku ya.”

Mina boleh bernafas lega untuk sementara ini, tetapi perasaan khawatir dan bersalah terus meliputinya. Tidur dengan kekasih sahabatnya sendiri? Tidak pernah terlintas dalam benaknya untuk melakukan hal itu. Namun, minuman keras telah menghilangkan kesadarannya dan membuatnya bertindak di luar keinginannya.

Flashback
Mina terbangun dari tidurnya dan hal pertama yang didapatinya adalah seorang laki-laki yang duduk di pinggir tempat tidur tanpa mengenakan busana. Tanpa berpikir panjang, Mina langsung melihat apa yang berada di bawah selimut dan ternyata semua seperti dugaannya.

“Kau sudah bangun?” tanya pria itu yang hanya menampakkan punggungnya kepada Mina.

“Jeo-jeongyeon?!” Mina terkejut mendengar suara itu.

“Maaf.. maafkan aku.. aku tidak bermaksud seperti ini,” ucap Jeongyeon dengan nada bersalah.

“A-apa yang terjadi semalam?” tanya Mina.

“Kau mabuk dan aku juga, lalu kita.. ah, aku benci diriku sendiri,” ucap Jeongyeon sambil memukul-mukul kepalanya sendiri.

Mina langsung bangkit dan menahan Jeongyeon untuk menyakiti dirinya sendiri. Yang ia lakukan selanjutnya adalah memeluk Jeongyeon dari belakang dan berusaha menenangkannya. Mina tahu itu bukanlah sepenuhnya kesalahan Jeongyeon.

“Tidak apa-apa. Ini bukan salahmu, Jeongyeon,” Mina berusaha menenangkan Jeongyeon.

“Bagaimana aku harus menghadapi wajah Sana sekarang?” tanya Jeongyeon lalu berpaling ke arah Mina.

“Anggaplah semua ini tidak pernah terjadi. Lupakan semuanya,” Mina menyentuh pipi kanan Jeongyeon dengan tangannya.

“Ini kedua kalinya aku melakukan kesalahan seperti ini..” Jeongyeon menyandarkan dahinya pada bahu Mina.

“Maksudmu kau pernah tidur dengan wanita lain?” tanya Mina.

“Iya dan aku telah menghamilinya. Aku pria br*ngsek, kan?” Jeongyeon menangis di bahu Mina.

Mina tidak ingin berkata apa-apa karena ia tahu yang dibutuhkan Jeongyeon bukanlah makian dan hujatan, tetapi ketenangan. Mina pun memeluk Jeongyeon dan mengecup bahunya dengan harapan agar dia bisa menjadi tenang.

Flashback End
—————————————————————
******
Keesokan harinya

Ting tong! Ting tong!

Mendengar suara bel itu, aku langsung berlari menuju pintu lalu membukanya. Betapa terkejutnya aku saat mendapati Sana berada di hadapanku dengan senyuman yang terpasang di wajahnya. Tidak perlu diragukan lagi, jantungku pasti berdebar-debar karena kehadirannya.

“S-sana?” aku menatapinya dengan heran.

Strawberry cheesecake untukmu!” ucapnya sambil menunjukkan sebuah kantong plastik bening berisi kotak kue.

“Astaga, Sana.. yang kemarin itu aku hanya bercanda,” ucapku sambil tertawa.

“Walaupun kau hanya bercanda, aku tetap akan memberikan ini padamu,” ucapnya dengan senyumannya yang begitu manis. “Bolehkah aku masuk dan kita menikmati strawberry cheesecake ini? Atau kau ingin menikmati dua potong kue ini sendirian?”

“Kurasa aku tak akan menghabiskan itu sendirian,” aku mempersilakan Sana memasuki apartemenku.

Kami berdua pun menikmati kue itu bersama di dalam apartemenku. Aku tidak bisa menyangkal perasaan gembira yang kurasakan. Jantungku pun seakan-akan ingin keluar dari dadaku. Aku tidak tahu apakah Sana menyadari hal itu atau tidak.

“Chaeyoung?” panggilnya.

“Ya?” jawabku sambil menikmati strawberry cheesecake buatannya.

“Kau tampak senang hari ini,” ucapnya sambil tersenyum. Oh, tidak.. dia menyadarinya!

“Kurasa semua ini berkat strawberry cheesecake,” jawabku sambil mengangkat piringku dengan strawberry cheesecake di atasnya.

“Jadi, ini bukan karena kehadiranku ya?” tanya Sana blak-blakan. Apakah aku terlalu terlihat jelas?

“Eh.. tentu saja karena kehadiranmu juga,” aku menjawabnya dengan canggung.

“Baguslah,” ucapnya sambil cekikikan.

“Oh, ya.. tumben kalian menutup toko.”

“Karena kemarin aku sakit, aku dan Mina memilih untuk menutup toko hari ini.”

“Kurasa itu pilihan yang bagus. Kalian butuh istirahat juga.”

“Ya, begitulah.”

Sejenak suasana menjadi hening dan yang kami lakukan hanyalah menikmati kue kami. Sesekali aku memerhatikan wajahnya tanpa ia sadari. Dulu maupun sekarang, dia tidak pernah berubah. Bukan hanya wajahnya yang tetap sama, sikapnya pun masih sama. Itu membuat perasaanku pun tetap sama terhadapnya walaupun ia sama sekali tak mengingatku.

“Chaeyoung..” ia memanggilku dengan tatapan seriusnya.

“Ada apa?” tanyaku.

“Apa kau pernah berpikir tentang pernikahan?”

“Perni.. kahan?”

“Ya, apa kau sudah memikirkan hal itu?”

Flashback
Setiap malam, aku selalu duduk di pantai menikmati hembusan angin malam dan suara ombak yang begitu merdu di telingaku. Entah mengapa hal itu sangat menyenangkan untukku. Itu menjadi salah satu hal yang membuatku bersyukur terdampar di tempat itu.

Bah!” seseorang tiba-tiba memelukku dari belakang. Aku memalingkan wajahku untuk melihat siapa pelakunya dan ternyata aku mendapati Mina tersenyum padaku.

Kau mengagetkanku, Mina!” ucapku padanya.

Maafkan aku,” ucapnya sambil cekikikan.

Ia lalu melepaskan pelukannya dan duduk di sampingku. Untuk waktu yang cukup lama, kami tidak mengeluarkan sepatah kata pun dan hanya menikmati suara ombak dan hembusan angin. Aku sangat menyukai momen itu. Berdua bersama gadis yang kucintai.

Chaeyoung..” panggilnya lalu menyandarkan kepalanya pada pundakku.

Ya?” jawabku.

Apa kau pernah berpikir tentang ‘pernikahan’?” tanyanya kepadaku.

Maaf, aku belum pernah mendengar kata ‘pernikahan’ sebelumnya. Bisa jelaskan kepadaku?” tanyaku dengan polos.

Dia mengangkat kepalanya dari pundakku lalu menatapku. Namun, dia tidak langsung menjawab pertanyaanku, melainkan dia menertawaiku. Aku pun menjadi bingung dan keheranan melihatnya. Ini membuatku bertanya-tanya apa arti ‘pernikahan’ itu.

Kurasa para pedagang di sana tidak pernah membahas tentang ‘pernikahan’,“ ucapnya sambil berusaha menahan tawanya.

Jadi, apa itu ‘pernikahan’?” masih dengan polosnya aku bertanya.

Ketika seorang laki-laki dan perempuan menetapkan untuk hidup bersama dan berkeluarga. Apa kau paham?” jelasnya kepadaku. Ah, akhirnya aku memahami maksudnya.

Ah, aku mengerti sekarang. Kami menyebutnya dengan pernikahan.”

“Pernikahan? Kalau begitu, apa kau sudah pernah memikirkan hal itu?

Sejujurnya, aku sedang memikirkannya,” aku menjawabnya dengan santai.

Kau sudah berpikir untuk menikah? Apa ada gadis yang kau sukai?” tanyanya dengan penuh semangat ingin tahu.

Tampaknya kau begitu penasaran.”

Tentu saja! Aku harus tahu siapa gadis yang kau sukai.

Belum saatnya, Mina.”

Mengapa aku belum boleh mengetahuinya? Ayolah, beritahu aku!”

Mengapa kau begitu penasaran?”

Karena.. aku ingin menikahimu!

Aku sontak kaget mendengar hal itu dan langsung menatapnya dengan serius. Kulihat matanya berkaca-kaca seakan-akan ingin menangis. Aku pun menjadi heran sekaligus panik. Apa aku membuatnya sedih? Apa aku telah menyakiti perasaanya?

Kumohon jangan menangis, Mina. Gadis yang ingin ku-..” ucapanku terpotong oleh pelukannya yang begitu tiba-tiba. Dia memelukku dengan sangat erat dan menangis di dadaku.

Apa gadis itu jauh lebih baik daripada aku? Apa yang kurang dariku? Aku bisa memperbaikinya, Chaeyoung!

Tidak ada yang kurang darimu dan gadis itu tidak jauh lebih baik daripadamu.”

Lalu apa kau mau menikahiku?” dia menatapku dengan tatapan berbinar-binar.

Tentu saja, Mina. Kaulah gadis itu,” ucapku lalu mengecup keningnya.

Flashback End

“Hmm, Chaeyoung?” panggilan itu menyadarkanku dari lamunanku.

“Eh.. aku belum memikirkan hal itu,” jawabku.

“Hmm.. menurutmu, apakah aku terlalu cepat untuk memikirkan hal itu?”

“Kau sudah berpikir untuk menikah?”

“Sejujurnya, ya..”

“Dengan Jeongyeon?” aku mengajukan pertanyaan yang paling bodoh.

“Tentu saja, Chaeyoung. Dengan siapa lagi kalau bukan dengannya?” Sana tertawa mendengar pertanyaanku. Betapa kata-katanya telah menusuk dadaku.

“Pertanyaanku bodoh sekali ya,” ucapku lalu menertawakan diriku sendiri.

“Kau terdengar mengharapkan jawaban yang lain, Chaeyoung. Apa kau ingin aku menjawab namamu?” candanya. Ya, aku tahu dia bercanda.

“Setelah itu, Jeongyeon akan menghabisiku dan kau tak akan melihatku lagi,” candaku.

Ring ring! Ring ring!

Kulihat handphone Sana berbunyi dan ia segera mengambil handphonenya itu. Wajah mulai berseri-seri setelah melihat nama yang tertera pada layar handphonenya itu. Aku tahu itu pasti panggilan dari Jeongyeon. Siapa lagi yang bisa membuatnya sampai tersenyum seperti itu? Jelas bukan aku.

“Jeongyeon~~” Sana menjawab panggilan itu. “Apa? Kau sudah di depan apartemen Chaeyoung? Baiklah, aku akan segera keluar.”

Sana mengakhiri panggilan itu lalu menatapku. Aku tahu sebentar lagi dia akan berkata bahwa dia harus pergi. Namun, hatiku kecilku menolak untuk membiarkannya pergi. Aku egois, bukan?

“Kau akan pergi sekarang?” tanyaku. Aku terus berharap dia menjawab tidak.

“Iya, aku harus pergi sekarang. Jeongyeon sudah menungguku di luar,” jawabnya yang tampak tidak sabar untuk segera keluar.

“Hmm, baiklah,” hanya itu yang bisa kukatakan. Kekecewaan pun meliputiku.

Setelah Sana selesai menyantap kue miliknya, kami berdua berjalan menuju pintu lalu aku membukakan pintu itu untuknya. Dia langsung berlari memeluk Jeongyeon yang saat itu telah berada di depan apartemenku. Kegembiraannya tampak jelas dari wajahnya.

“Kami pergi dulu ya, Chaeyoung,” pamit Sana lalu mereka berdua berjalan meninggalkanku.

Ada yang aneh dengan Jeongyeon hari ini. Dia tidak sedikit pun tersenyum padaku. Dia juga menatapku dengan tatapan yang aneh. Bisa kubilang aku seperti melihat api yang membara dalam bola matanya. Tatapan cemburu. Ya, dia tampak cemburu denganku. Dia bahkan tidak menyapaku atau pamit denganku.

—————————————————————
******
Tempat Parkir

Akhirnya, kami menemukan mobilku dan hal pertama yang kulakukan bukan membukakan pintu untuknya, melainkan menarik pinggangnya lalu menciumnya. Aku bisa melihat ekpresi terkejutnya, tetapi aku mengabaikannya. Yang ingin kulakukan hanyalah menyatakan bahwa dia milikku.

“Jeo-..” aku tidak membiarkan dia mengucapkan sepatah kata pun. Mulutku terus bermain dengan mulutnya dan lidahku mulai mengeksplorasi mulutnya.

“Saranghae..” aku menyandarkan dahiku pada dahinya.

“Ada apa denganmu, Jeongyeon?” ucapnya sambil tersenyum.

“Saranghae, Sana..” sekali lagi aku mengucapkan hal itu. Aku ingin dia menyadari bahwa aku tidak bisa kehilangan dirinya. Sejak hari itu, perasaan bersalah dan takut terus meliputiku. Aku takut dia akan mengetahui semuanya. Aku takut dia akan meninggalkanku. Aku takut Chaeyoung akan merebutnya dariku..

“Nado saranghae,” dia menarik kerah baju lalu kami berciuman lagi.

—————————————————————
*****
“Chaeyoung!” aku melihat Momo dan Mina memanggilku di tengah kerumunan orang.

Aku pun berjalan menuju mereka yang telah menunggu sejak tadi. Saat ini, aku berada di mall karena Momo tiba-tiba saja mengajakku. Ehm.. kurasa bukan mengajakku lagi, melainkan memaksaku. Entah ada apa sampai dia begitu menginginkanku untuk datang.

“Ada apa?” tanyaku sesaat setelah berhadapan dengan mereka.

“Ayo kita jalan!” ucap Momo dengan begitu semangat.

Beginilah akhirnya aku menjadi ekor mereka yang mengikuti mereka ke mana pun mereka pergi. Mereka pergi ke toko baju, aku pun mengikuti mereka walaupun tak ada yang kulakukan di sana. Hanya melihati mereka mencari baju yang mereka senangi. Sesekali Momo bertanya padaku apakah baju dipilihnya bagus atau tidak dan aku hanya mengiyakan tanpa berpikir panjang.

“Kalau yang ini?” tanya Momo sambil menujukkan padaku sebuah dress berwarna pink.

“Bagus, bagus,” ucapku yang hanya sekilas melihat dress itu.

Setelah itu, Momo menghilang dari penglihatanku bersama dress itu. Entah dia pergi ke mana dan aku tidak memperdulikannya. Aku hanya berjalan mengelilingi toko itu sambil menunggu mereka selesai. Inilah salah satu alasan aku tak suka jalan dengan para perempuan.

“Chaeyoung, coba lihat kemari,” panggil Momo dari belakangku.

Aku pun berbalik dan mendapati sesuatu yang mengejutkanku. Mungkin lebih tepatnya sesuatu yang membuatku terpesona. Aku mendapati Mina memakai dress yang ditunjukkan Momo padaku sebelumnya. Sungguh dress itu membuat Mina tampak cantik dan elegan. Aku tidak bisa menyangkal bahwa aku terus melihatinya.

“Apa.. dress ini cocok denganku?” tanya Mina dengan canggung.

Aku langsung mengacungkan kedua jempolku dan mengangguk-nganggukkan kepalaku. Aku berbohong bila aku mengatakan aku biasa saja melihatnya dengan dress itu. Sungguh aku menyukainya dengan dress itu!

“Berarti kita beli dress ini!” ucap Momo lalu menarik Mina pergi.

Setelah membeli dress itu, kami mulai berjalan lagi mengelingi mall itu. Kurasa kakiku mulai lelah mengikuti mereka yang berjalan ke sana ke mari. Aku tidak mengerti mengapa mereka berdua tidak merasa lelah sama sekali. Ugh, aku merasa lemah sebagai mantan prajurit Joseon.

“Hmm.. bisakah kita berhenti sejenak?,” ucap Momo menghentikan langkah kami. Akhirnya, aku bisa beristirhat sejenak.

“Ada apa?” tanya Mina yang terlihat heran.

“Kalian jalan duluan saja. Perutku tiba-tiba terasa sakit. Nanti akan kususul,” ucap Momo lalu pergi begitu saja.

“Tadi kalian habis makan apa?” tanyaku penasaran.

“Hmm.. kurasa kami hanya makan jajangmyeon?” jawab Mina yang tampak ragu.

******

Aku berjalan meninggalkan mereka dengan perasaan senang sambil membayangkan bagaiman mereka berdua akan berjalan bersama. Sakit perut? Siapa yang sakit perut? Itu hanya alasanku agar biasa meninggalkan mereka berdua. Ini semua memang rencanaku sejak awal. Alasannya?

Flashback
Waktu itu aku dan Mina sedang menonton sebuah reality show di apartemenku. Tak ada satu pun dari kami yang berbicara. Kami hanya fokus pada tontonan kami sambil menikmati cemilan yang kami beli. Namun, keheningan itu tidak bisa bertahan lama karena Mina mulai mengatakan sesuatu.

“Kau sungguh tidak menyukai Chaeyoung?” pertanyaan Mina yang membuatku bertanya-tanya apa maksudnya dia bertanya seperti itu.

“Jelas aku menyukainya!” jawabku dengan semangat.

“Jadi, kau menyukainya?” tanya Mina yang tampak terkejut.

“Iya, tentu saja. Aku menyukainya sebagai sahabat terbaikku!” ucapku lalu tertawa.

Kulihat Mina tersenyum mendengar jawabanku. Ini membuatku bertanya-tanya ada apa denganya. Mengapa tiba-tiba dia bertanya seperti itu? Perasaan curiga pun muncul dalam diriku.

“Kau menyukainya?” aku bertanya secara blak-blakan.

“Eh?! Ah.. eh.. b-bukan begitu. Aku hanya..” dia tidak dapat menjawab pertanyaanku dengan baik.

“Aku mengerti sekarang kenapa kau bertanya apakah kami berpacaran pada waktu itu,” aku mulai menggodainya. Bisa kulihat wajahnya mulai memerah karena perkataanku itu.

“Yah.. kurasa aku menyukainya?” ucapnya dengan canggung.

“Aigoo, kau harus lihat wajahmu sekarang,” ucapku lalu menertawainya.

Flashback End

“Momo?” panggilan itu menyadarkanku dari lamunanku.

“Oh, Dahyun!” ucapku yang kaget melihat Dahyun.

“Kenapa kau sendirian di sini?” tanyanya dengan heran.

Aku mulai tersenyum dengan lebar.

—————————————————————
******
Canggung! Canggung! Ini sungguh canggung! Tak ada satu pun dari kami yang memulai pembicaraan. Kami pun berjalan tanpa arah. Berjalan tanpa tujuan. Aku ingin memecah keheningan di antara kami, namun entah aku merasa begitu ragu. Apa yang harus kulakukan?

“Nampaknya kita begitu canggung ya,” ucap Mina lalu tersenyum dengan lebar.

“Iya.. begitulah,” ucapku dengan gugup.

Percakapan kami berakhir dengan begitu cepat. Keheningan meliputi kami lagi dan aku tidak menyukainya. Aku berusaha mencari topik pembicaraan sambil kami berjalan tanpa arah. Syukurlah, aku menemukan sesuatu.

“Uhm, Mina.. bagaimana kau bisa bertemu dengan Momo?” aku bertanya untuk memulai pembicaraan lagi.

“Aku bertemu dengannya saat baru pindah ke Korea. Rumahnya tepat di sebelah rumahku. Dia adalah teman pertamaku di Korea,” jawabnya sambil tersenyum.

“Lalu bagaimana dengan Jeongyeon dan Sana?” aku semakin penasaran.

“Aku bertemu dengan mereka karena mereka sering main ke rumah Momo. Mereka bertiga bersekolah di tempat yang sama.”

“Ah, memangnya kau bersekolah di tempat yang berbeda?”

“Iya, sekolahku berbeda dengan sekolah mereka. Tapi tetap saja kami selalu bermain bersama.”

“Wah, menurutku kalian sangat berjodoh. Seperti semuanya telah diatur?”

“Benarkah?” ucapnya sambil cekikikan.

Pembicaraan kami terus berlanjut hingga akhirnya kami melewati sebuah kedai kopi yang menarik perhatian kami.

“Khusus hari ini, kami memberi potongan harga untuk setiap pasangan!” kulihat seorang pemuda sedang mempromosikan kedai kopi itu. “Hei, kalian pasangan yang serasi! Maukah berkunjung ke kedai kopi kami?”

“Eh.. kami bukan..” ucap Mina yang kemudian terpotong oleh ucapanku.

“Boleh, boleh!” aku begitu semangat karena potongan harga itu. Aku bukan Jeongyeon maupun Momo yang merupakan anak orang kaya. Jadi, wajar aku suka dengan potongan harga.

—————————————————————
******
Beberapa saat sebelumya..

“Sebenarnya aku tidak sendirian. Aku datang bersama Chaeyoung dan seorang temanku lagi,” jawabku pada Dahyun.

“Oh, lalu mereka di mana?” tanya Dahyun.

“Mereka kutinggalkan berdua,” aku tersenyum lebar mengingat rencana hebatku.

“Senyumanmu begitu mencurigakan. Mau minum kopi denganku? Dan kau bisa menceritakan semuanya padaku.”

“Boleh!”

@Kedai Kopi

“Ah, begitu ceritanya,” kulihat Dahyun tak bisa berhenti tertawa. “Setidaknya kau membantunya untuk move on.”

“Oh! Kau tahu soal wanita yang disukainya?” tanyaku penasaran.

“Tentu saja. Aku kan sudah bersahabat dengannya dari kecil.”

“Apa kau pernah bertemu dengan wanita itu?”

“Sejujurnya, tidak. Tapi aku tahu wajahnya. Chaeyoung pernah menunjukkannya padaku.”

“Wah, apakah dia cantik?”

“Iya, kau cantik,” ucap Dahyun menggodai.

“Yang aku tanyakan adalah wanita itu, bukan aku,” ucapku dengan nada kesal.

“Iya, kau sangat cantik,” lagi-lagi dia menggodaiku.

“Dasar..”

“Apa kau tahu? Chaeyoung tidak pernah menyentuh wanita lain karena begitu setianya pada wanita itu. Aku salut padanya!”

Tidak pernah menyentuh wanita lain? Kata-kata itu telah mengingatku pada suatu kejadian yang membuatku syok.

Flashback
Aku terbangun karena mendengar seseorang membuka pintu. Kulihat Chaeyoung menghilang dan kamar Sana terbuka. Aku pun perlahan-lahan berjalan untuk mengintip apakah Chaeyoung berada di kamar Sana. Seperti yang kusangka, Chaeyoung berada di dalam kamar Sana. Namun, hal yang tidak kusangka adalah apa yang diperbuatnya.

Semoga kau cepat sembuh,” aku mendengar dengan jelas dia mengucapkan hal itu dalam bahasa Jepang. Aku pun melihat dengan sangat jelas apa yang diperbuatnya setelah itu. Dia mencium kening Sana.

Flashback End

“Momo?” Dahyun melambai-lambaikan tangan kanannya di depan wajahku.

“Ah, maafkan aku,” ucapku setelah tersadar dari lamunanku.

“Nampaknya kau tidak tahu apa-apa soal wanita yang dicintai Chaeyoung. Aku bingung kenapa dia belum menceritakan hal itu padamu.”

“Ehm, Dahyun.. beberapa hari yang lalu aku..”

Kring kring kring!

Bunyi lonceng itu mengalihkan perhatianku ke arah pintu dan kudapati.. Chaeyoung dan Mina memasuki kedai kopi ini!

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
momomoguring
Spin-off: A Poem Titled You
https://www.asianfanfics.com/story/view/1411438/a-poem-titled-you
Mungkin ini termasuk spoiler(?)

Comments

You must be logged in to comment
poplarbear #1
Chapter 30: AAAAAAAAA will you someday update this story? :'))
poplarbear #2
Chapter 12: Soo... Jeongyeon knows about Chae's past??
poplarbear #3
Chapter 10: Wew cerita bagus gini kok upvotesnya kurang yah :')
poplarbear #4
Chapter 2: AAAAAAA
babibu #5
Chapter 30: ah elah jeong udah deh move on aja ntu bukan jodoh elu, gw tabok kalo bikin onar lagi jeong
ini lagi emaknya kyungwan siapa sih? masih kepo nih
Kim6Ex
#6
Chapter 29: Aarrrrrr ga sabar update trozzz min,,,,,
SanaCheeseKimbap_
#7
Chapter 29: PEDANG PEDANGAN HAHAHAHAH
oncezara #8
Chapter 28: aaaaa :'))
Kim6Ex
#9
Chapter 28: Ahh.... Hemmm..... Ga bisa ngomong apa2
babibu #10
Chapter 27: sianjir jitzu angst banget sihh yalord swedih banget gw, ini lagi ceyong nembak aja lemotnya bukan maen malah asal nyosor doang! belum nembak loh, oh ya tuhkan gw sempet lupa kalo nama aslinya sana itu mina