Moment

Salty Salt

Ballroom, 8.40 P.M.

Aku terus menunggu dan menunggu, tetapi Jeongyeon tak kunjung datang. Aku pun semakin khawatir jika ada masalah besar yang sedang dihadapinya. Aku duduk dengan gelisah sambil memerhatikan orang-orang yang sedang berdansa dan bercakap-cakap dengan satu sama lain. Kegelisahanku ini akhirnya membawaku untuk mengambil segelas minum beralkohol. Setelah aku mengambil minuman itu, aku pun berjalan kembali menuju tempat dudukku. Di situlah aku..

Bukk!!

“Ah! Maafkan aku!” ucapku dengan panik. Kulihat seluruh minumanku membasahi jas seorang pria.

“Apa kau tidak punya mata?” tanya orang itu dengan dingin.

“Aku sungguh minta maaf!” ucapku sambil membungkuk-bungkuk.

“Permisi, ada apa ini?” tanya seorang pria lain dengan suaranya yang tak asing bagiku.

“Apakah dia pasanganmu? Tolong ajari dia cara menggunakan matanya dengan benar,” ucap pria itu lalu pergi begitu saja.

Aku pun mengangkat kepalaku dan kudapati seorang pria dengan figur yang tak asing bagiku. “Apa kau baik-baik saja?” tanya pria itu dengan suaranya yang khas. Aku dapat langsung mengenalinya tanpa harus melihat wajah yang berada di balik topeng itu.

“Chaeyoung?” tanyaku untuk memastikan.

“Iya, aku Chaeyoung. Kau tidak apa-apa, Sana?” ucapnya kepadaku.

“Ah, iya, aku baik-baik saja. Maaf, aku begitu ceroboh.”

“Ini bukan salahmu. Lagipula di sini memang gelap. Omong-omong, di mana Jeongyeon?”

“Ah, dia sedang keluar sebentar,” ucapku lalu terdiam sejenak memerhatikan sekelilingku. “Lalu, kau sendiri bukankah bersama Mina?”

“Mina juga sedang keluar. Dia bilang temannya ingin menghubunginya.”

“Oh, begitu.. bagaimana kalau kau duduk bersamaku saja?”

“Hmm.. kurasa ide yang bagus.”


***
Dengan jasnya yang telah dilumuri minuman beralkohol, pria itu kembali duduk ke tempatnya. Wanita, yang merupakan pasangannya, pun tertawa melihatnya. “Selamat! Kau sekarang jadi basah kuyub,” ucap wanita masih sambil tertawa. Namun, pria itu tetap tidak menghiraukannya dan bersikap dingin.

“Aku akan mengganti jasku. Kau tetaplah di sini,” ucap pria itu dengan dingin.

“Ya, ya, aku sudah mendengarkanmu dari tadi,” ucap wanita itu.

Untuk kedua kalinya, pria itu meninggalkan wanita itu sendirian. Wanita itu pun menghela nafas karena merasa bosan dan tak bisa melakukan apapun. Ia iri melihat pasangan lain yang berdansa dan bercakap-cakap dengan satu sama lain. Yang bisa dilakukanya hanyalah duduk dan menonton mereka.

“Jihyo? Apa itu kau?” panggil seseorang.

Wanita, yang bermana Jihyo, itu pun memalingkan wajahnya ke arah datangnya suara. Dilihatnya seorang wanita bergaun paling indah di pesta itu. Tentu saja, siapa lagi kalau bukan sang pemilik pesta, Momo.

“Momo? Wah, sudah lama tidak bertemu denganmu!” ucap Jihyo tampak senang.

“Apa kau sendirian? Di mana pasanganmu?” tanya Momo.

“Dia sedang mengambil jas baru. Jasnya baru saja tersiram minuman.”

“Ah.. kalau begitu, bolehkah aku dan pasanganku duduk denganmu?”

“Oh, ya, tentu saja.”

Momo dan Dahyun pun duduk bersama Jihyo dan mereka mulai bercakap-cakap. Sebenarnya, Dahyun telah mengenal Jihyo karena sebelumnya Chaeyoung pernah menceritakannya dan Jihyo mengenal Dahyun dari masa lalu Chaeyoung yang dilihatnya dengan kemampuannya. Namun, mereka tetap berpura-pura baru saling mengenal di depan Momo.

“Ah, jadi kau satu SMA dengan Momo. Itu berarti kau mengenal Chaeyoung?” tanya Dahyun seolah-olah tidak mengetahui apa-apa.

“Iya, tentu saja. Kami dulu sekelas,” jawab Jihyo sambil tersenyum.

“Jadi, di mana pasanganmu? Kurasa ini sudah cukup lama dan dia belum datang juga,” tanya Momo dengan penasaran.

“Ah, entahlah. Aku tidak tau,” jawab Jihyo dengan ketus.

“Jangan bilang kalian sedang bertengkar?” tanya Momo yang semakin penasaran.

“Tidak, tidak. Kami tidak sedang bertengkar. Kura-.. kurasa dia ada di belakangmu sekarang.”

Tanpa berpikri panjang, Momo dan Dahyun langsung menghadap ke belakang dan mendapati sesosok pria berjas biru sedang melihati mereka. Pria itu pun langsung berjalan dan duduk di samping Jihyo. Tanpa ada ucapan salam atau apapun, pria itu hanya melihati mereka berdua dengan tatapan yang dingin. Suasana pun menjadi canggung.

“Eh, jadi kau pasangan Jihyo? Perkenalkan namaku Momo,” ucap Momo lalu mengulurkan tangannya.

Pria itu hanya berdiam diri dan tak melakukan apapun. Akhirnya, Jihyon pun menjadi kesal dan menginjak kaki pria itu. Pria itu langsung menatap Jihyo dengan tatapan yang sinis. Mereka pun berbicara melalui tatapan mata.

‘Perkenalkan dirimu!’ tatapan mata Jihyo seolah-olah mengatakan hal itu pada pria itu.

‘Untuk apa?’ pria itu menjawab dengan tatapan matanya.

‘Apa kau mau mati? Cepat perkenalkan dirimu!’ tatapan mata Jihyo terlihat semakin kesal. Akhirnya, pria itu pun menyerah dan memperkenalkan dirinya.

“Tzuyu. Senang bertemu denganmu,” ucap pria itu dengan dingin lalu meraih tangan Momo.

“Ah, perkenalkan juga pasangaku ini, Dahyun,” ucap Momo.

“Senang bertemu denganmu,” ucap Dahyun lalu mengulurkan tangannya. Tzuyu hanya meraih tangan Dahyun tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Ini membuat Dahyun tampak canggung dengan Tzuyu.

“Jadi, apa kalian pacaran?” tanya Momo dengan penasaran.

“Tidak! Itu tidak mungkin!” jawab Jihyo dengan refleks.

“Lalu kalian hanya berteman?” tanya Momo.

“I-iya, begitulah..” jawab Jihyo.

“Jadi, apa Jihyo yang mengajakmu ke pesta ini?” tanya Momo kepada Tzuyu.

“Tentu saja,” jawab Tzuyu dengan singkat.

Jihyo langsung menatap Tzuyu dengan terkejut. Tatapan itu seolah-olah menunjukkan ia tidak bisa menerima jawaban itu. Namun, ia tidak bisa berkata apa-apa. Lebih tepatnya ia tidak bisa mengatakan kebenarannya.

Flashback
Saat itu, Jihyo sedang bersiap-siap untuk membuka kafenya. Tiba-tiba terdengar suara dari arah pintu dan sesesorang memasuki kafenya. Orang itu kemudian duduk di salah satu meja yang ada di kafe itu. Ya, tentu saja orang itu adalah Tzuyu.

“Ah, maaf, kami masihbelum buka saat ini,” ucap Jihyo pada Tzuyu. Jihyo lalu memerhatikan wajah Tzuyu yang tampak familiar. Ia lalu dengan refleks memakai kemampuannya untuk melihat masa lalu. Namun, hasilnya nihil. Ia tidak bisa membaca masa lalu Tzuyu.

“Bukankah sangat tidak sopan untuk melihat masa lalu orang lain?” tanya Tzuyu dengan dingin.

“D-dari mana kau tahu?” tanya Jihyo dengan terkejut.

“Aku tahu semua tentangmu,” jawab Tzuyu.

“S-siapa kau?” tanya Jihyo yang mulai tampak ketakutan.

“Kau sudah bertemu denganku sebelumnya. Aku si pria mantel yang bersama Chaeyoung itu.”

“Oh! Ya, ya, aku mengingatmu!”

“Kurasa kau juga sudah tahu kalau aku pernah bertemu dengan Chaeyoung di kehidupan sebelumnya.”

“Ah, iya, kau salah satu prajurit dinasti Ming..? Tunggu sebentar.. apa kau memiliki kemampuan yang sama denganku?”

“Iya, tapi aku tidak sama denganmu.”

“Sungguh? Wah, akhirnya aku menemukan seseorang yang senasib denganku.”

“Kau sudah menerima undangan itu, bukan?”

“Undangan apa?”

Masquerade ball.

“Oh, iya! Aku baru saja menerimanya.”

“Berpasanganlah denganku.”

“Huh?!”

Flashback End

—————————————————————
***
Taman, 9.10 P.M.

Aku telah menceritakan semuanya pada Mina. Semua permasalahanku secara mendetail. Tentang malam itu, tentang wanita itu, tentang anak yang dikandungnya. Semuanya kuceritakan pada Mina. Aku tidak tahu harus menceritakan semua ini pada siapa lagi kalau bukan Mina. Dialah satu-satunya dapat kupercaya untuk membantuku.

“Kau harus segera memberitahukan ini pada Sana,” ucapnya sambil memegang tanganku dengan erat.

“Tidak.. tidak bisa.. aku tidak bisa..” ucapku dengan nada pasrah.

“Aku yakin Sana akan mengerti. Dia sangat mempercayaimu. Akan menghancurkan kepercayaannya jika dia mengetahui hal ini dari orang lain.”

“Tapi.. bagaimana kalau tidak? Dia pasti akan meninggalkanku..”

“Aku tahu kau sangat khawatir dia akan meninggalkanmu, tapi aku yakin semuanya akan lebih baik jika kau mengatakannya segera.”

“Tapi aku belum siap..”

“Kalau begitu, persiapkanlah hatimu dulu. Aku akan selalu mendukungmu,” ucapnya lalu memelukku dengan erat. Pelukannya benar-benar memberikanku kehangatan yang luar biasa. Aku pun menangis dalam pelukannya.

—————————————————————
***
Ballroom, 9.15 P.M.

Setengah jam lebih telah berlalu, tetapi Mina belum kembali juga. Begitu pun dengan Jeongyeon. Akhirnya, aku terus bercakap-cakap dengan Sana sambil menunggu mereka kembali. Rasa kekhawatiran ada dalam hatiku, tetapi tidak sebesar kegembiraanku karena dapat berbicara dengan Sana. Kalian bisa mengataiku jahat karena aku hampir mengabaikan pasanganku sendiri.

“Apa kau pernah datang ke pesta seperti ini sebelumnya?” tanyaku dengan penasaran.

“Sebenarnya, ini adalah pengalaman pertamaku. Biasanya aku hanya melihat pesta seperti ini di tv,” jawabnya sambil tertawa.

“Memang tidak banyak yang mengadakan pesta seperti ini,” ucapku sambil tersenyum. Kami kemudian terdiam sejenak sambil memerhatikan orang-orang yang masih berdansa. Aku pun mengumpulkan segala keberanianku untuk mengajaknya berdansa.

“Hmm.. jika kau tidak keberatan, bolehkah aku berdansa denganmu?” tanyaku dengan sedikit ragu-ragu.

“Oh, tentu saja!” jawabnya dengan semangat.

Dengan sedikit gugup, aku mengulurkanku dan dia pun menerimanya. Aku kemudian membawanya ke lantai dansa dan di situ kami berdua mulai berdansa dengan iringan lagu yang berbeda dari sebelumnya. Entah mengapa rasanya sangat berbeda saat aku berdansa dengan Sana. Bisa kubilang aku merasa lebih nyaman.

“Maaf, karena aku tidak jago dalam berdansa,” ucapku sedikit tersipu malu.

“Itu bukan masalah. Justru aku senang berdansa denganmu. Kau dapat berdansa dengan nyaman,” ucapnya sambil tersenyum.

“Terima kasih karena mau berdansa denganku,” ucapku sambil tersenyum manis.

Kami pun berdansa bagaikan hanya ada kami berdua di lantai dansa. Ya, sebenarnya mungkin cuma aku yang merasakan hal itu. Aku tidak tahu apa yang dirasakan Sana saat berdansa denganku. Apakah sebenarnya dia tidak nyaman? Haruskah aku menanyainya?

“Sana, apa kau benar-benar nyaman berdansa denganku?” tanyaku dengan sedikit khawatir.

“Kenapa kau bertanya begitu?” dia menanyaiku balik.

“Aku khawatir kau tidak nyaman. Apa sungguh tidak apa-apa?”

“Sejujurnya, aku bukan tipe orang yang mudah bergaul dengan seorang pria. Tapi anehnya.. aku merasa berbeda denganmu.”

Cukup dengan mendengar jawaban itu saja, telah membuat hatiku menjadi lebih tenang. Aku tidak bertanya apapun lagi padanya dan membiarkan alunan musik mengiringi kami berdansa. Rasanya aku ingin menghentikan waktu karena aku tahu betapa langkanya momen ini.

 


“Dasar kep*rat!!” aku mendengar seseorang meneriakiku.

Bukkk!!

Sebuah kepalan tangan mendarat tepat di wajahku.

—————————————————————
***
Semua orang tampak terkejut dengan kejadian itu. Semua iringan musik pun dihentikan dan mulai terdengar bisikan orang-orang yang mengomentari kejadian itu. Chaeyoung, yang terjatuh karena pukulan itu, berusaha untuk bangkit kembali dan Sana pun langsung membantu Chaeyoung.

“Apa yang kau lakukan, Jeongyeon?!” tanya Sana dengan emosi.

“Ikut denganku!!” teriak Jeongyeon lalu menarik Sana dengan kuat.

“Lepaskan aku!!” Sana berusaha melepaskan genggaman Jeongyeon. Namun, genggamannya sangat kuat dan akhirnya Sana membiarkan Jeongyeon membawanya.

“Chaeyoung, apa kau tidak apa-apa?” tanya Mina yang sebelumnya datang bersamaan dengan Jeongyeon.

“Aku tidak apa-apa,” jawab Chaeyoung sambil berusaha tersenyum. Namun, ia tidak bisa menyembunyikan rasa sakit dari luka di mulutnya itu.

“Sebaiknya kita pulang saja,” ucap Mina dengan khawatir.

Chaeyoung hanya mengangguk lalu berjalan bersama Mina meninggalkan ruangan itu.
Chaeyoung masih tampak begitu shock karena kejadian itu. Dia tidak bisa berkata apa-apa dan masih memikirkan bagaimana semua itu terjadi. Apa karena dia berdansa dengan Sana? Jeongyeon marah karena pacarnya berdansa dengan pria lain? Seketika rasa bersalah meliputi dirinya.

“Chaeyoung.. jangan terlalu dipikirkan,” ucap Mina yang mengetahui apa yang dipikirkan Chaeyoung.

“Nampaknya memang aku yang salah,” ucap Chaeyoung.

“Tidak, kau tidak salah apa-apa. Jeongyeon memang.. sedang ada masalah saat ini. Jadi, dia tidak bisa mengendalikan emosinya.”

“Apa kau bertemu dengannya tadi?”

“Sejujurnya.. tadi aku pergi bertemu dengan Jeongyeon.”

“Boleh aku tahu apa yang sebenarnya terjadi?”

Mina terdiam sejenak karena ia tahu bahwa ia tidak bisa mengatakan hal ini pada Chaeyoung. Chaeyoung, yang melihat itu, mengerti bahwa Mina tak bisa mengatakannya.

“Kurasa itu bukan suatu hal yang harus kuketahui. Tapi terima kasih telah membuatku setidaknya lebih tenang,” ucap Chaeyoung sambil berusaha tersenyum. “Jadi, mari kita pulang?”

“Iya, baiklah,” ucap Mina lalu tersenyum.

“Maaf, karena semua jadi kacau begini.”

“Sudah kubilang ini bukan salahmu. Lagipula aku sudah cukup senang hari ini.”

Chaeyoung tiba-tiba mengelus kepala Mina dan itu membuat Mina menjadi tersipu malu.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
momomoguring
Spin-off: A Poem Titled You
https://www.asianfanfics.com/story/view/1411438/a-poem-titled-you
Mungkin ini termasuk spoiler(?)

Comments

You must be logged in to comment
poplarbear #1
Chapter 30: AAAAAAAAA will you someday update this story? :'))
poplarbear #2
Chapter 12: Soo... Jeongyeon knows about Chae's past??
poplarbear #3
Chapter 10: Wew cerita bagus gini kok upvotesnya kurang yah :')
poplarbear #4
Chapter 2: AAAAAAA
babibu #5
Chapter 30: ah elah jeong udah deh move on aja ntu bukan jodoh elu, gw tabok kalo bikin onar lagi jeong
ini lagi emaknya kyungwan siapa sih? masih kepo nih
Kim6Ex
#6
Chapter 29: Aarrrrrr ga sabar update trozzz min,,,,,
SanaCheeseKimbap_
#7
Chapter 29: PEDANG PEDANGAN HAHAHAHAH
oncezara #8
Chapter 28: aaaaa :'))
Kim6Ex
#9
Chapter 28: Ahh.... Hemmm..... Ga bisa ngomong apa2
babibu #10
Chapter 27: sianjir jitzu angst banget sihh yalord swedih banget gw, ini lagi ceyong nembak aja lemotnya bukan maen malah asal nyosor doang! belum nembak loh, oh ya tuhkan gw sempet lupa kalo nama aslinya sana itu mina