Secret

Salty Salt

Note: “ ‘...’ “ (petik dua dan petik satu)  menandakan perkataan dalam bahasa asing :)

 

—————————

Setelah satu minggu kami berlibur di Jepang, akhirnya kami semua, kecuali Jeongyeon, kembali ke Seoul. Jeongyeon tetap berada di Jepang karena ada urusan bisnis yang harus ditanganinya. Ini memang merupakan hal yang wajar bagi Jeongyeon sebagai penerus ayahnya.

Berbeda dengan Jeongyeon yang mengisi sisa liburannya dengan menangani bisnis ayahnya, aku mengisi sisa liburanku dengan berkerja paruh waktu.. di kafe milik Jihyo.

“Hoi, Chaeyoung!” panggil Jihyo yang membuatku tersadar dari lamunanku. “Cepat antarkan pesanan ini ke meja sebelah sana!”

“Iya, iya!” ucapku lalu bangkit berdiri dan mengantarkan pesanan itu sesuai dengan perintahnya.

 

Kring! Kring! Kring!

 

Suara bel itu menandakan ada pelanggan baru yang masuk. Tanpa berpikir panjang, aku memalingkan wajahku untuk melihat siapakah pelanggan itu. Ternyata pelanggan itu adalah seorang ibu dan anak kecil yang begitu imut. Aku pun langsung tersenyum saat melihat anak itu.

“Mau pesan apa?” aku melihat Jihyo sedang melayani mereka. “Ah, baiklah. Silakan duduk dulu. Kami akan mengantarkan pesanannya,” kulihat Jihyo telah selesai melayani mereka. (Di sini Chaeyoung hanya mendengar suara Jihyo karena suaranya yang besar XD)

Aku pun menghampiri Jihyo untuk menanyakan apa yang dipesan oleh ibu dan anak itu. Namun, siapa sangka aku mendapati Jihyo dalam keadaan yang tidak kuduga.

“Jihyo? Kenapa kau menangis?” aku bertanya pada Jihyo yang saat ini sedang membelakangi meja kasir.

“Ah, tidak apa-apa,” Jihyo berusaha untuk tegar.

Aku terdiam sejenak untuk memikirkan apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa dia menangis? Apa yang buatnya menangis? Apa jangan-jangan..

“Kau.. habis melihat masa lalu wanita itu?” aku bertanya padanya dengan volume yang sangat kecil. Ia lalu mengangguk pelan.

“Benar-benar.. sangat menyedihkan..” ucap Jihyo sambil terisak-isak.

“Sudah.. sudah..” ucapku sambil memeluk dan menepuk-nepuk pundak Jihyo. “Kau juga begini saat pertama kali bertemu denganku.”

 

—Flashback—

Waktu itu, aku sedang duduk di halaman belakang sekolahku. Sambil menikmati udara yang begitu sejuk, aku membaca buku yang kutulis tentang ingatan masa laluku. Ini adalah hal yang kulakukan sehari-hari. Merenungi setiap kenangan yang kulalui bersamanya.

“Huhuhu..” aku mendengar isak tangis seseorang. Aku pun langsung mengangkat wajahku untuk melihat siapakah yang menangis itu. Aku kemudian mendapati seorang gadis yang berdiri tak jauh dariku. Kulihat dia menatapiku sambil terisak-isak. Aku lalu menjadi khawatir.

“A-ada apa? Kenapa.. kau menangis?” aku bertanya dengan ragu-ragu.

Gadis itu mulai berjalan mendekatiku dan aku semakin menjadi khawatir. Perasaan tidak enak mulai meliputiku.

“K-kau.. baik-baik saja?” aku bertanya sekali lagi. Namun, gadis itu tidak menjawab pertanyaanku. Gadis itu akhirnya berdiri tepat di depanku. Aku pun menjadi gugup.

“Itu sangat menyedihkan..” dia berkata kepadaku. Aku pun menjadi bingung dengan perkataannya. “Pasti sangat berat, bukan?”

“Maksudmu..?”

“Kau prajurit Joseon yang pemberani..”

Seketika aku terkejut saat mendengar perkataan itu. Bagaimana.. bagaimana dia bisa tahu?

“B-bagaimana kau bisa tahu?”

“Aku bisa melihatnya.. aku bisa melihat masa lalumu..”

—Flashback End—

 

“Astaga, itu sangat memalukan. Kenapa kau mengingatkanku pada itu?” aku melihatnya mulai tersenyum.

“Saat itu, kupikir kau gadis yang aneh. Tiba-tiba saja menangis di depanku tanpa alasan,” ucapku berusaha menghiburnya.

“Habisnya itu sangat menyedihkan..”

“Siapa suruh kau melihatnya?” aku berusaha untuk bercanda dengannya.

“Aku juga tidak mau melihatnya, tapi tiba-tiba saja aku melihat semuanya. Ah, mengingat kejadian itu aku jadi malu” ucap Jihyo sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

“Sudah, sudah,” ucapku sambil menepuk-nepuk Jihyo.

 

Kring! Kring! Kring!

 

“Selamat da-..” ucapanku terhenti saat aku menyadari siapa yang masuk.

“Oh! Chaeyoung?”

 

—————————————————————

***

“Sana?” panggil Mina. “Dari tadi kau melamun terus. Ada apa?” Mina tampak khawatir melihatku.

“Ah, tidak ada apa-apa,” aku berbohong padanya.

“Sungguh? Sepertinya kau banyak pikiran.”

“Sungguh tidak ada apa-apa. Aku baik-baik saja,” aku berusaha meyakinkan Mina.

“Hmm, baiklah,” Mina tampak mempercayai perkataanku.

Sejujurnya, selama kurang lebih satu minggu ini, aku terus memikirkan mimpi-mimpi aneh itu. Mimpi-mimpi aneh itu terasa berbeda dengan mimpi-mimpi biasanya. Semua itu tidak terasa seperti mimpi. Semuanya terasa.. ‘aneh’. Terlebih lagi.. saat Chaeyoung mengatakan hal itu. Semakin membuaku bertanya-tanya akan mimpi itu. Apakah aku yang terlalu berlebihan?

 

—Flashback—

“ ‘Aku tidak mencintai gadis yang salah.’ Dia adalah satu-satunya orang yang bisa membuatku berkata begitu,” dengan jelas aku mendengar Chaeyoung berkata seperti itu. Sejenak aku terdiam dan tidak mampu untuk berkata apa-apa. Mengapa? adalah pertanyaan pertama yang muncul di benakku. Mengapa.. mengapa dia bisa mengatakan hal yang sama persis dengan yang ada di mimpiku? Jantungku mulai berdebar-debar karena hal itu.

“Sana?” Chaeyoung tampak keheranan melihatku. “Ada apa?”

“T-tidak ada apa-apa,” jawabku sambil tersenyum. “Kau sangat jago berbahasa Jepang ya,” aku berusaha mengalihkan pembicaraan.

“Ah, yah.. begitulah,” kulihat Chaeyoung yang tampak canggung.

Kami kemudian terdiam dan suasana menjadi canggung. Ugh, kurasa ini semua salahku. Aku yang membuat suasananya menjadi aneh begini.

“Sejujurnya.. kau mengingatkanku padanya,” Chaeyoung memulai pembicaraan lagi. “Kau sangat mirip dengannya.”

Jantungku semakin berdebar-debar saat mendengar perkataannya itu. Setiap perkataanya membuatku terus memikirkan mimi-mimpi itu. Apa ini cuma kebetulan? Apakah semuanya ini hanya kebetulan semata? Semuanya hanyalah mimpi, bukan?

—Flashback End—

 

***

“Sana?” aku memanggilnya lagi. Sepanjang hari dia terus melamun. Ini membuatku khawatir.

“Eh.. ah.. maaf, aku melamun lagi,” ucap Sana yang tampak kalang kabut. Aku tahu dia sedang menyembunyikan sesuatu dariku.

“Sana, kau ada masalah? Ceritakan saja padaku.”

“Aku tidak ada masalah. Sungguh!”

 

Buzz buzz

 

Pembicaraan kami terhenti karena ponselku berbunyi. Aku lalu menggapai ponselku yang kuletakkan di atas meja konter. Rupanya ada pesan masuk dan itu.. dari Jeongyeon.

 

From: Jeongyeon

Aku habis mengalami kejadian yang memalukan.. aku terpeleset karna kulit pisang T.T sudah seperti di film-film saja huhuhu..

 

Seketika aku tersenyum membaca pesan itu sembari membayangkan kejadian yang dialami Jeongyeon. Sana kemudian tampak keheranan melihatku. “Apa yang membuatmu tersenyum seperti itu?” tanyanya sambil menatapku dengan penuh keheranan.

 

“Ah, bukan apa-apa!” aku berusaha menutupi kebenaran.

“Oh.. aku tahu. Apakah ada seorang pria yang sedang mendekatimu?” tanya Sana dengan nada menggoda.

“Ah, tidak-tidak! Bukan seperti itu!” jawabku dengan gugup. “Tunggu sebentar. Aku mau membalas pesannya dulu.”

 

To: Jeongyeon

Kenapa bisa kau terjatuh? Kau hampir membuatku tertawa terbahak-bahak kekeke

 

Sejujurnya, semenjak kami kembali ke seoul, aku dan Jeongyeon selalu bertukar pesan seperti ini. Awalnya, Jeongyeon mengirimiku pesan karena ia ingin mencurhatkan segala masalah yang sedang dialaminya sekarang ini. Aku lalu berusaha memberikannya semangat dan dorongan untuk melewati semua itu. Lama-kelamaan topik pembicaraan kami berubah dari permasalahan Jeongyeon ke hal-hal simpel seperti yang baru dibahas Jeongyeon.

“Sudah beberapa hari ini Jeongyeon tidak menghubungi,” ucap Sana memulai pembicaraan lagi.

Aku terkejut saat mendengar hal itu. Sulit bagiku untuk mempercayai hal itu karena hampir setiap saat Jeongyeon selalu mengirimiku pesan.

“Sungguh? Apa dia tidak mengirimimu pesan?” tanyaku yang masih tak percaya.

“Iya, dia bahkan tidak membalas pesanku. Kurasa dia sangat sibuk,” jawab Sana yang tampak tak bersemangat.

 

Buzz buzz

 

Aku langsung melirik ponselku yang kupegang sejak membalas pesan Jeongyeon. Aku kemudian mendapati Jeongyeon telah membalas pesan yang kukirim sebelumnya.

 

From: Jeongyeon

Ada seseorang yang membuang kulit pisang di jalanan. Karena aku tidak melihatnya, aku jadi terpeleset T.T

 

Aku hampir tidak memperdulikan isi pesan Jeongyeon. Aku langsung membalas pesannya karena perasaan tidak enak yang kudapat setelah mendengar jawaban Sana.

 

To: Jeongyeon

Jeongyeon.. kenapa kau tidak membalas pesan Sana? Katanya, kau sudah tidak menghubunginya selama beberapa hari ini.

 

Buzz buzz

 

From: Jeongyeon

Sana mengirimiku pesan? Aku tidak melihatnya. Tunggu.. aku akan coba mengeceknya.

.

.

.

 

Buzz buzz

 

Ponsel Sana tiba-tiba berbunyi dan membuat Sana terkejut. Ia lalu  dengan cepat menggapai ponselnya yang diletakkannya di atas meja konter. Seketika rauh wajahnya berubah setelah melihat layar ponselnya.

“Jeongyeon akhirnya membalas pesanku!” ucap Sana dengan gembira.

 

Buzz buzz

 

From: Jeongyeon

To: Mina

Aku tidak melihat pesan Sana karena pesannya tertumpuk dengan pesan-pesan yang lain :( dan aku baru tahu kalau minggu depan dia akan berangkat! Padahal minggu depan aku akan kembali ke Seoul..

 

From: Mina

To: Jeongyeon

Apa? Bukannya kau akan kembali ke Seoul bulan depan?

 

From: Jeongyeon

To: Mina

Aku akan kembali ke Seoul untuk beberapa hari saja. Aku ada urusan di kantor cabang Seoul.

 

“Yah.. Jeongyeon akan kembali ke Seoul minggu depan di saat aku harus berangkat ke Jeju,” ucap Sana dengan murung.

Entah mengapa muncul perasaan bersalah di hatiku. Perasaan bersalah terhadap Sana. Aku merasa seperti.. mengkhianatinya.

 

—————————————————————

***

—Tom Cafe, 4.00 P.M.—

 

“Jadi, kita akan memulainya dari mana?” tanya Dahyun sambil menatapi orang-orang yang duduk bersamanya.

“Yah, baiklah. Chaeyoung, kau yang memulainya!” ucap Jihyo lalu menepuk pundak Chaeyoung.

“Aku?” tanya Chaeyoung yang kebingungan.

“Kau kan yang membuat kekacauan ini? Jadi, sebaiknya kau yang membereskannya,” jawab Jihyo dengan santai.

“Sejujurnya aku mengajak Dahyun ke sini untuk membahas hal ‘itu’ bersamanya. Tapi, karena ada Chaeyoung di sini..” ucap Momo yang kemudian disela oleh Jihyo.

“Dan ada aku juga. Asal kau tahu, aku juga mengetahui rahasia Chaeyoung,” jawab Jihyo dengan begitu santainya.

Mata Chaeyoung langsung terbuka lebar karena kaget mendengar jawaban Jihyo. Ia tidak menyangka Jihyo akan mengatakan hal itu di depan Momo.

“Kau juga mengetahuinya, Jihyo?!” tanya Momo dengan terkejut.

“Yah, begitulah. Kurasa kau satu-satunya orang yang tidak mengetahui rahasiaku dan Chaeyoung di sini,” ucap Jihyo sekali lagi dengan santainya.

“Rahasia..mu?” Momo tampak keherenan mendengar perkataan Jihyo.

“Apa sungguh tidak apa-apa mengatakan hal ini pada Momo?” tanya Chaeyoung yang tampak khawatir.

“Tidak apa-apa. Lagipula tidak enak rasanya kalau hanya Momo yang tidak mengetahui rahasiaku,” jawab Jihyo sambil menopang dagunya.

“Sebenarnya.. apa yang kalian bicarakan? Hanya aku yang tidak tahu? Berarti Dahyun juga mengetahuinya?” tanya Momo yang tampak kebingungan.

“Aku mengetahuinya dari Chaeyoung..” jawab Dahyun.

“Baiklah, biar aku saja yang memulai. Waktu kalian berlibur di Jepang, Sana menceritakan mimpinya padamu, bukan?” ucap Jihyo yang tampak mulai serius.

“B-bagaimana kau bisa tahu?” tanya Momo yang terkejut.

“Mimpi itu sama persis dengan yang diceritakan oleh Chaeyoung, bukan?” tanya Jihyo sambil menatap Momo dengan serius.

“I-iya.. tapi, bagaimana kau bisa tahu?” Momo masih terkejut dan kebingungan.

“Karena aku bisa membaca masa lalumu,” jawab Jihyo dengan santai sambil menyandarkan badannya pada sandaran sofa.

“Ha??” Momo semakin kebingungan karena jawaban Jihyo.

“Kau membuatnya tambah bingung, Jihyo,” ucap Chaeyoung pada Jihyo.

“Hmm, baiklah. Kau pasti tidak langsung percaya kepadaku. Mau kutebak warna pakaian dalam yang kau kenakan saat ini?” tanya Jihyo kepada Momo.

“Huh?!” Dahyun tampak terkejut mendengar pertanyaan Jihyo. Seketika Chaeyoung tertawa karena melihat ekspresi Dahyun.

“Ouch!” Chaeyoung berteriak kesakitan karena Dahyun menginjak kaki Chaeyoung dengan sengaja. “Maaf, maaf,” bisik Chaeyoung.

“Aku benar-benar tidak mengerti maksudmu, Jihyo,” Momo masih tampak kebingungan dan tidak memperdulikan kelakuan Chaeyoung dan Dahyun.

“Aku dan Chaeyoung sama-sama memiliki sebuah rahasia. Chaeyoung dapat mengingat kehidupan sebelumnya, sedangkan aku dapat membaca masa lalu seseorang. Sekarang ini, kau ingin memastikan apakah rahasia Chaeyoung itu benar, bukan?,” ujar Jihyo.

“Iya..” jawab Momo sambil menatapi Jihyo dengan serius.

“Dengan kemampuanku, aku bisa menjamin bahwa rahasia Chaeyoung itu benar. Tapi, apakah kau percaya dengan kemampuanku ini?” tanya Jihyo pada Momo. Momo hanya terdiam karena ia belum mempercayai Jihyo sepenuhnya.

“Jadi, mau kutebak warna pakaian dalammu?” tanya Jihyo sekali lagi.

“Haruskah.. pakaian dalam?” tanya Dahyun dengan wajahnya yang sudah memerah.

“Jihyo.. menurutku, pakaian dalam itu terlalu.. ekstrem,” bisik Chaeyoung kepada Jihyo.

.

.

.

“Baiklah, kalau begitu.. apa warna pakaian dalamku?” tanya Momo dengan serius.

“Ha?!!” ucap Chaeyoung dan Dahyun secara bersamaan.

 

—————————

Maaf atas adegan gaje di atas XD

Momo emang polos banget sih dan Jihyo terlalu.. ya gitu deh wkwk

Si Jihyo emang karakter favoritku sih di cerita ini ;)

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
momomoguring
Spin-off: A Poem Titled You
https://www.asianfanfics.com/story/view/1411438/a-poem-titled-you
Mungkin ini termasuk spoiler(?)

Comments

You must be logged in to comment
poplarbear #1
Chapter 30: AAAAAAAAA will you someday update this story? :'))
poplarbear #2
Chapter 12: Soo... Jeongyeon knows about Chae's past??
poplarbear #3
Chapter 10: Wew cerita bagus gini kok upvotesnya kurang yah :')
poplarbear #4
Chapter 2: AAAAAAA
babibu #5
Chapter 30: ah elah jeong udah deh move on aja ntu bukan jodoh elu, gw tabok kalo bikin onar lagi jeong
ini lagi emaknya kyungwan siapa sih? masih kepo nih
Kim6Ex
#6
Chapter 29: Aarrrrrr ga sabar update trozzz min,,,,,
SanaCheeseKimbap_
#7
Chapter 29: PEDANG PEDANGAN HAHAHAHAH
oncezara #8
Chapter 28: aaaaa :'))
Kim6Ex
#9
Chapter 28: Ahh.... Hemmm..... Ga bisa ngomong apa2
babibu #10
Chapter 27: sianjir jitzu angst banget sihh yalord swedih banget gw, ini lagi ceyong nembak aja lemotnya bukan maen malah asal nyosor doang! belum nembak loh, oh ya tuhkan gw sempet lupa kalo nama aslinya sana itu mina