I Will
The Adventure of LoveAmber dan Donghae duduk bersebelahan di salah satu ruang kerja dokter yang bertugas di rumah sakit tempat ibu mereka dirawat. Keduanya dengan seksama mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut dokter pria itu. Risau yang mereka rasakan akhir-akhir ini semakin menjadi setelah dokter itu menyelesaikan penjelasannya mengenai kondisi Miyoung.
"Hyung,"
"Ibu bukan orang yang lemah. Jangan tunjukkan wajah seperti itu didepannya."
Amber mengangguk lesu, tak yakin mampu melakukan permintaan kakaknya itu.
Amber duduk dengan tenang di sebuah kursi yang ada di salah satu lorong rumah sakit. Krystal yang baru datang sepulang kerja itu langsung menghampiri Amber dan duduk disampingnya.
"Kau sudah makan?"
Amber menggeleng, sementara Krystal hanya menghela nafas melihat mata sayu dan senyum palsu yang sedang Amber pasang.
"Tadi di jalan aku beli makan. Masuk yuh, kita makan bersama di dalam."
Amber menggenggam tangan kiri Krystal dalam diam. Ia beberapa kali menghela nafas hingga membuat Krystal merasa frustasi.
Tanpa aba-aba Krystal langsung memukul kepala Amber dengan tangan kanannya.
"Yah, apa yang kau lakukan?" ucap Amber dengan ekspresi dan nada suara bingungnya.
"Sudah aku bilang kan semuanya akan baik-baik saja. Ibu akan kembali sehat jadi jangan seperti itu.!!" pekik Krystal yang merasa jenuh melihat Amber tak bersemangat.
Krystal segera berdiri dan berkacak pinggang, menatap tajam pada Amber yang masih duduk dengan wajah terkejutnya.
"Sekali lagi aku melihatmu seperti itu aku akan membunuhmu. Mengerti?!!"
Karena ketakutan tanpa sadar Amber pun mulai menganggukkan kepalanya.
"Sekarang ayo masuk dan makan.!!" lanjut Krystal kemudian menggeret paksa Amber masuk ke dalam ruangan Miyoung.
Ruangan yang awalnya sepi itu kini ramai dengan suara Krystal dan Miyoung yang saling bertukar cerita. Suasana ramai itu kian bertambah dengan Victoria yang baru saja bergabung sepulang dari kerjanya itu.
Berbeda dengan para wanita itu Amber dan Donghae terlihat sedikit murung dengan sedikitnya suara yang mereka keluarkan. Namun diantara keduanya Amber lah yang paling diam.
Krystal menatap tajam pada Amber yang berdiam diri. Ia kemudiam memekik memanggil nama prianya itu.
"Amber!!"
"Hem?"
"Aku akan membunuhmu." ucap Krystal dingin.
Seluruh pasang mata disana menatap ngeri setelah mendengar kalimat tiba-tiba yang Krystal ucapkan dengan nada dingin itu. Amber kemudian tersenyum canggung untuk memecah keheningan yang ada.
"D-dia hanya bercanda. Ha, haha."
Semua orang disana pun mengikuti tawa canggung Amber sambil menatap aneh pada kedua sejoli itu.
Amber segera berdiri dari duduknya, mencoba mengajak Krystal keluar untuk bicara dengan menggeret lengannya. Namun Krystal tak ikut begitu saja, ia menghempaskan tangan Amber dan menatap Miyoung yang masih bingung dengan keadaan disana.
"Ibu. Aku ingin Ibu mengatakan sesuatu padanya." tunjuk Krystal pada Amber tanpa menoleh.
"Apa?"
"Katakan padanya. Berjanjilah padanya, pada kami kalau Ibu akan kembali sehat dan akan hidup bersama dengan kami untuk waktu yang sangat lama."
Krystal pun mulai mengeluarkan semua perasaannya dengan lantang agar semua orang disana berhenti memikirkan kemungkinan terburuk yang bahkan belum tentu akan terjadi.
"Iya, Ibu janji. Ibu akan melakukannya." lirih Miyoung ragu setelah Krystal menyelesaikan kalimat panjangnya itu.
"Dan kau! Berhenti memainkan makananmu seperti itu. Makanlah dengan baik, jika tidak kau juga akan sakit."
Amber memilih diam dan tak menjawab ucapan Krystal.
"Yah, Amber Liu!! Kau tidak dengar?!"
"Iya, iya. Aku tahu.! Berisik." Amber kembali menuju tempatnya tadi dan mulai melahap makanan yang sedari tadi hanya ia mainkan.
Semua orang disana mulai tertawa melihat Amber yang seakan tak berkutik jika Krystal sudah memberikan titah kepadanya.
Setelah beberapa saat menghabiskan waktu di rumah sakit Krystal pun beranjak pulang dengan diikuti oleh Amber yang berjalan di belakangnya.
Sesekali Krystal menoleh karena takut jika tiba-tiba Amber akan marah padanya.
"Aku sudah sampai, kembalilah." ucap Krystal ragu setelah sampai di depan mobilnya.
"Mana kuncinya? Aku akan pulang bersamamu."
"Eh? Kau tidak menginap disini?"
"Ibu menyuruhku istirahat di rumah."
"Ah," Krystal pun memberikan kuncinya dan keduanya mulai masuk ke dalam mobil.
"Berani sekali kau mengatakan akan membunuhku di depan Ibu. Kau ingin dipecat jadi calon mantunya huh?"
"Tentu saja takut, kau tidak tahu apa jantungku berdetak kencang sedari tadi."
"Terus kenapa kau bicara seperti itu?"
"Aku tak ingin kalian pesimis. Aku dengar dari dokter Kim kalau Ibu bisa kembali sehat jika dioperasi. Tapi Ibu menolak karena takut jikalau operasi itu gagal."
Amber mengernyit bingung, setahunya dokter yang merawat Ibunya adalah dokter Park Bogeum.
"Dokter Kim bilang dia punya seorang teman yang bisa mengoperasi Ibu. Tapi saat ini dia sedang tak di Korea. Tugas kita sekarang adalah membujuk Ibu agar mau di operasi. Oleh karena itu angkat kepalamu, yakinlah jika Ibu akan sehat lagi."
Amber merasa sangat beruntung bisa memiliki seorang wanita seperti Krystal. Meski nyatanya kadang wanita itu cukup cerewet dan mengerikan jika sedang marah.
Amber tersenyum tipis kemudian mengecup bibir Krystal sebagai rasa bahagia dan terima kasihnya.
"Apa ini? Kenapa kau menciumku?"
Comments