Home
The Adventure of LoveSetelah semalaman membersihkan seisi rumahnya dari kekacauan yang dihasilkan Krystal dan yang lain pagi itu Amber masih setia meringkuk dalam selimutnya. Tidurnya yang damai terusik dengan kehadiran Krystal yang terus berusaha untuk membangunkannya.
"Amber~"
"..."
"Stupid~
"..."
"Llama~"
"..."
"Sayang~~"
"Hemm,"
Akhirnya Krystal mendapat respon setelah beberapa kali memekikkan nama prianya itu.
"Ayo bangun."
"Sebentar lagi." balas Amber dengan suara seraknya.
"Kamu tidak lupa kan hari ini kita akan ketemu siapa?"
"Kamu mengundang siapa lagi kali ini?"
"Bukan mengundang, tapi kita yang datang. Ibu menunggumu di rumah loh. Katanya kangen?"
Amber langsung membuka matanya saat Krystal mengingatkan rencana mereka untuk berkunjung ke rumah Miyoung, ibunya.
"Cepat bangun, sarapan, terus kita berangkat. Hem," Krystal mengecup kening, mengacak rambut Amber yang masih tertidur lesu dan segera keluar kamar. Menyiapkan pakaiannya untuk menginap beberapa hari di Mokpo.
Amber sibuk merapikan beberapa pakaiannya ke dalam tas gendong karena ia malas membawa koper dan ia berpikir jika di rumah Ibunya nanti pasti ada pakaiannya.
Keduanya bergegas menuju bandara dengan menggunakan taksi yang mereka pesan. Selama berada di atas awan Amber tak hentinya merasa risau akan pertemuannya dengan Ibu dan Hyungnya nanti. Akankah mereka bahagia, kecewa, atau malah ketakutan seperti Sulli, Luna, dan Henry.
Sesampainya di alamat yang mereka tuju Krystal dan Amber berjalan menuju rumah yang tak kecil dan tak besar itu.
Amber yang semakin risau berjalan di belakang Krystal yang terlihat sangat semangat.
Krystal membuka gerbang dan langsung masuk ke dalam rumah yang tak terkunci untuk mencari wanita paruh baya yang sudah ia anggap sebagai Ibu. Sementara Amber berkeliling melihat halaman depan yang cukup luas dengan beberapa tanaman hias yang tertanam dalam pot.
Tak berhenti disana saja, Amber juga mulai beranjak untuk melihat bunga-bunga yang berjejer rapi sepanjang jalan menuju halaman belakang. Langkah Amber terhenti kala ia melihat punggung seorang wanita yang sibuk menyirami tanamannya itu. Amber tersenyum dan ingin memanggilnya, tapi ia tak takin.
Miyoung yang awalnya menyirami tanaman dengan perasaan tenang itu dikagetkan dengan kehadiran seseorang yang ia anggap sangat mirip dengan putra kecilnya yang tak pulang dalam waktu yang lama. Tangannya yang menggenggam selang air terasa lemas hingga selang itu terjatuh di tanah. Dengan perlahan Miyoung mulai mendekati Amber yang masih terpaku ditempatnya.
"Ibu,"
Mendengar pria muda didepannya memanggil ia dengan sebutan ibu air mata Miyoung pun mulai meluncur keluar.
"Kenapa baru pulang Nak?" Miyoung mengelus pipi anaknya yang juga mulai menangis itu.
Amber yang merasa bersalah dan rindu pada wanita terpenting dalam hidupnya itu segera memeluk sang Ibu dan menangis. Meminta maaf karena telah membuatnya sedih dan khawatir.
Karena tak mendapati Miyoung didalam rumah Krystal beranjak keluar dengan Donghae yang kebetulan sedang bersantai di rumah.
"Ibu tadi di luar, apa tidak ketemu?"
"Oppa,! kalau ketemu di luar untuk apa aku lelah-lelah mengelilingi seisi rumah?!"
Donghae nyinyir mendengar jawaban sarkastik Krystal.
Langkah keduanya terhenti ketika mendapati sang Ibu tengah menangis dalam pelukan seorang pria muda.
"Ternyata sudah ketemu." lirih Krystal sambil tersenyum tipis.
"Siapa dia?"
"Sekarang giliran Oppa. Untung hari ini Oppa libur, jadi bisa ketemu sekalian."
"Ini hari sabtu nona muda! Semua perusahaan juga libur!"
"Ah benar juga. Haha."
Donghae yang awalnya berdebat sengit dengan Krystal mulai mengalihkan perhatiannya saat namanya disebut.
"Hyung!"
Donghae terpaku, alisnya menyatu hingga menampakkan wajah serius dengan mulutnya yang menganga. Amber beranjak dari tempatnya untuk menghampiri Donghae.
"Amber?" Donghae tak percaya dengan orang yang sedang memeluknya itu.
Krystal beranjak menemui Miyoung yang sedang berusaha tersenyum dengan air mata di pipinya.
Meja makan di rumah sederhana yang Miyoung tinggali bersama putra sulungnya malam itu terasa ramai dengan kehadiran putra bungsunya yang akhirnya pulang setelah sekian lama. Ia menyediakan semua makanan terbaiknya untuk memuaskan perut kedua putra dan calon mantunya.
Amber dengan lahap menyantap semua yang tersaji di meja hingga membuat Ibunya tersenyum bahagia.
"Maaf, aku sudah membuat Ibu khawatir."
"Kau pulang dengan keadaan sehat Ibu sudah sangat bersyukur." Miyoung meletakkan sepotong ikan di sendok Amber, dan ia segera melahapnya.
"Tapi aku tak sepenuhnya sehat." ucapan Amber membuat Miyoung dan Donghae tampak khawatir. Melihat hal itu Amber pun mulai menceritakan memorinya yang hilang hingga ia dan keluarga sendiri pun tak ingat.
"Benarkah??" pekik Donghae heran karena baru kali ini ia bertemu dengan seseorang yang menglami amnesia.
Amber mengangguk lesu sementara sang Ibu mulai mengeluarkan kalimat penenang untuk putranya.
"Kita bisa membuat memori baru lagi. Yang penting kau sudah pulang dengan keadaan yang sangat baik."
Amber tersenyum menatap mata teduh sang Ibu yang membuatnya merasa nyaman. Namun tak berselang lama senyuman itu berganti menjadi ringisan kesakitan karena Donghae memukul kepalanya walau tidak sekeras kelihatannya.
"Donghae,"
"Oppa...!!!"
Lirih Miyoung disusul dengan pekikan Krystal yang seakan tak terima prianya telah dipukul, meski oleh kakaknya sendiri.
"Kenapa Oppa melakukannya.? Kasihan Amber kan!!" Krystal mengelus kepala Amber yang masih setia merintih meski sudah tak sakit.
"Siapa tahu ingatannya akan kembali saat kita membenturkan kepalanya." jawab Donghae asal atas sikap bercandanya pada sang adik yang sudah lama ia rindukan dan tak ia ganggu.
Krystal nyinyir dan menyerang Donghae dengan caciannya sambil mengelus kepala Amber yang sedang tersenyum geli melihat sikap Krystal yang overact tapi imut.
Rumah yang awalnya sepi itu kini mulai ramai dengan Miyoung yang setia menyunggingkan senyumannya sambil menceritakan hal-hal yang Amber lupakan. Krystal duduk tepat disamping Amber sambil terus ikut mendengarkan cerita wanita paruh baya itu hingga ekspresinya berubah masam ketika Miyoung mulai menanyakan sesuatu pada anaknya.
"Jadi selama ini kau tinggal dimana? Siapa yang telah merawatmu hingga bisa sesehat ini setelah kecelakaan itu."
Amber terdiam, tiba-tiba ia tak berani melihat bahkan melirik Krystal yang nampaknya mulai kesal.
"Ah itu. Ada dua orang bersaudara yang telah menyelamatkan dan membantuku dengan memberikan tempat berlindung."
"Siapa mereka? Bisakah Ibu bertemu dengan mereka. Ibu ingin berterima kasih karena mereka sudah mau merawatmu."
Amber segera meraih tangan kanan Krystal dalam diam dan menggenggamnya dengan erat agar wanita itu tak beranjak dari duduknya.
"Namanya Jessica dan Chanyeol. Mereka telah membantu sangat banyak."
Krystal semakin terdiam kala nama Jessica disebut. Entah mengapa ia merasa jika Jessica telah bersalah karena sudah menahan Amber selama beberapa tahu di rumahnya. Selain itu emosinya mulai meninggi mengingat hubungan Amber dengan Jessica yang bisa dibilang sedang berkencan.
Krystal berjalan seorang diri ke toko terdekat untuk membeli beberapa camilan sekaligus untuk menghirup udara segar. Mencoba menenangkan hatinya yang memanas ketika Amber menceritakan sosok Jessica dan Chanyeol pada Ibu da
Comments