Prologue

Musim panas tahun 2008 di Seoul, Korea Selatan,  Incheon Airport. Udara panas menyelimuti kota Seoul yang sedang mengalami musim panas, membuat kedua gadis yang baru saja tiba di kota itu mengeluh kepanasan. Keduanya dikelilingi oleh beberapa MIB alias bodyguard yang menarik perhatian para pengunjung bandara.

Gadis yang berambut panjang dan bergelombang merasa tidak enak dengan segala perhatian yang tertuju padanya sedangkan gadis yang berambut dark blue pendek hanya masa bodoh dengan segala perhatian yang didapatnya. Mata azurenya terlihat bosan.

“Uh, aku merasa self-conscious, Toki,” kata gadis berambut panjang itu kepada gadis di sebelahnya yang lebih tinggi bak seorang model.

“Salahkan Paman Lorry untuk memanggil para man in black ini, Yongso-ah. Aku pun tidak menyukainya,” sahut gadis bermata azure itu.

Gadis yang dipanggil Yongso atau lengkapnya Song Yongso itu hanya bisa mendesah pasrah. Mereka pun kembali melanjutkan perjalanan mereka menuju mobil limousine yang akan mengantarkan mereka ke sebuah gedung tinggi. Tulisan di depannya tertulis ‘LME’.

‘Jadi inikah kantor LME cabang Korea Selatan? Sepertinya struktur bangunannya sama dengan struktur bangunan di Jepang yang pernah kukunjungi,’ kata Yongso dalam hati.

“Yongso-ah, dari sini kau bisa kembali sendiri ke rumah orangtuamu ‘kan?” tanya gadis bermata azure yang bernama Toki.

“Toki-ah, kau seperti seorang suami yang mengusir istrinya agar pulang kembali kepada orangtuanya,” celoteh Yongso sambil mendelik ke arah Toki. Barulah ia menjawab, “Tentu saja aku bisa, memang kau pikir aku masih anak kecil? Ingat, rumahnya ada di Chungdamdong!”

“Aku tahu, hati-hatilah di jalan. Jangan kecantol sama cowok jahat di jalan ya,” kata Toki dengan maksud menggoda Yongso.

“Katakan hal itu kepada dirimu sendiri! Bye bye, Toki-ah~!” seru Yongso lalu pergi setelah berpelukan dengan Toki.

Keduanya memang sepupuan tapi sayangnya berbeda kebangsaan. Song Yongso memang berkebangsaan Korea sedangkan Toki berkebangsaan Jepang tapi blasteran Jepang campur Inggris. Keduanya sepupu yang dihubungkan dari kakek buyut mereka yang berkebangsaan Jepang tapi selalu suka pergi berjalan-jalan ke seluruh negeri dan jadilah keturunan-keturunannya yang saling berbeda kebangsaan tetapi tetap satu jua.

Song Yongso baru saja lulus dari Universitas Tokyo Februari lalu dan baru sempat kembali ke tanah kelahirannya musim panas ini karena permintaan sepupunya itu yang mempunyai pekerjaan di Korea saat mulai musim panas ini. Untuk sementara ini Yongso masih menjadi pengangguran di usia kesembilanbelas tahunnya ini. Yongso memiliki rambut panjang dengan style yang selalu digelombangkan. Wajah Asianya begitu kental karena ayah dan ibunya merupakan orang asli Asia dengan kulitnya yang putih kekuning-kuningan langsat. Yongso termasuk bertubuh tinggi dan ramping dengan tinggi sekitar 165 sentimeter lebih. Ia tidak terlalu kurus dan juga tidak terlalu gemuk. Yongso memiliki wajah baby face keturunan dari kakek buyutnya sehingga walaupun dirinya sudah berusia 19 tahun kadang-kadang ia akan dikira baru berusia 15 tahun.

Sepupunya Yongso, Toki atau lengkapnya Toki Kuzuryu lebih berbeda lagi dengannya. Toki memiliki rambut pendek lurus berwarna dark brown aslinya namun dicat menjadi berwarna dark blue karena pekerjaannya. Berbeda dengan Yongso yang wajah Asianya begitu kental, kalau Toki berkulit seperti orang eropid. Kulitnya putih hampir pucat dan bisa dikira hantu bila tidak ada sedikit warna kuning langsat pada kulitnya. Wajahnya memang bule Asia tapi lebih berat ke Asianya dengan jejak keturunan baby face yang membuatnya terlihat lebih muda. Tapi Toki benar-benar terlihat bulenya dari mata alice blue yang sudah seperti azure itu—kalau kata Yongso sih Toki itu hampir nggak punya mata karena warna matanya terlalu terang. Sebenarnya warna mata Toki berbeda sebelah yang sebelah kiri, warnanya sedikit lebih keperakan atau light blue steel, tapi warna matanya yang berbeda itu ditutupi dengan soft lens azure. Tubuhnya tinggi dan langsing dengan tinggi sekitar 170 sentimeter lebih. Tapi bagi Yongso, Toki itu terlalu kurus seperti tengkorak berjalan. Tapi bagi Toki, Yongso itu bagaikan babi yang berevolusi menjadi capung karena waktu masih kecil Yongso itu chubby. Keduanya memang senang saling ledek-meledek.

Setidaknya gadis bule Asia satu ini tidak pengangguran seperti sepupunya. Toki sejak masih bayi sudah bekerja sebagai model yang lalu berkembang dan ia menjajah dunia entertainment. Yup, Toki seorang artis… Aktris Hollywood, penyanyi Internasional yang sudah dikenal di seluruh negeri, dan model Internasional yang menyabet brand-brand terkenal (Gila, serakah amat… yah, namanya juga fanfic). Makanya para MIB, ehem, bodyguard itu ada untuk menjaga nona artis satu ini. Dengan nama panggung Kyra Lv Toki tidak ada yang tidak mengenal namanya. Walaupun dia artis bukan berarti gadis ini tidak berpendidikan tinggi. Toki sudah menyelesaikan kuliahnya jauuuuuh sebelum Yongso masuk Universitas. Dua gadis ini bisa dibilang jenius karena bisa lulus cepat. Tapi menurut Yongso, Toki lebih gila lagi karena menyelesaikan kuliahnya dalam 4 jurusan dalam kurun waktu 12 tahun dan gadis itu sekarang sedang menulis tesis medisnya.

Kedua gadis sepupuan ini sama-sama jago berbahasa asing. Yongso dengan bahasa nasionalnya Korea dan bahasa asing yang ia kuasai adalah bahasa Inggris dan Jepang(setelah mati-matian diajarin oleh Toki biar bisa kuliah di Universitas Tokyo) dengan sedikit bahasa Perancis dan Mandarin. Toki dengan bahasa nasionalnya bahasa Inggris dengan aksen British karena dia lahir di Inggris dan bahasa Jepang yang tidak lama setelah ia lahir ia pelajari. Bahasa asing yang dikuasainya tidak terhitung karena dirinya selalu keliling dunia karena pekerjaannya. Yongso sering memanggil Toki sebagai Mrs. Native Speaker dalam bahasa Korea tapi Toki kadang-kadang suka pura-pura tidak mengerti. Ada satu bahasa yang otomatis harus mereka kuasai, yaitu bahasa Indonesia seperti yang sedang dipakai oleh pengarang….

Ketika sedang berjalan menuju rumah orangtuanya di Chungdamdong, melewati komplek apartemen yang Yongso sangat benci untuk melewatinya. Sudah empat tahun lamanya Yongso tidak benar-benar pulang karena biasanya orangtuanya yang datang mengunjungi Yongso di Jepang sekalian liburan. Ketika sedang asyik bernostalgia Yongso tidak melihat jalan dan malah menubruk orang di depannya yang datang berlawanan arah. Yongso malah jatuh lalu menyandung tas kopernya hingga terjeblak dengan tidak anggunnya.

“Joesonghabnida(maaf)… Apakah kau tidak apa-apa?” kata orang yang menabraknya.

Sambil mengaduh kesakitan Yongso bangkit berdiri sambil dibantu oleh orang yang ditabrak/menabraknya(sama-sama nabrak sih…). “Aduduh… jangan-jangan ini kutukan dari Toki lagi,” dumel Yongso.

“Agassi, apakah kau tidak apa-apa?” tanya orang itu lagi.

“Yah! Kalau jalan lihat-lihat! Kau bisa menabrak nenek-nenek bila kau tidak hati-hati!” bentak Yongso emosi karena rasa sakit pada pantatnya. Kasihan orang yang dibentak oleh Yongso ini yang ternyata seorang pemuda.

“Agassi sendiri kalau jalan tidak lihat-lihat malah melamun,” balas pemuda itu agak merasa pasrah dan takut(?!) karena dibentak oleh Yongso.

“Inilah kenapa aku benci anak muda, bisanya hanya mengelak!” kata Yongso sambil marah-marah lalu pergi meninggalkan pemuda yang masih tercengang dengan ledakannya Yongso.

Teman-teman pemuda itu memanggilnya, “Oi, Eunyukkie! Cepatlah!”

“Oi, tunggu aku!!” sahut pemuda itu sambil berlari menyusul teman-temannya.