Chapter 2

Irresistible

Beep... beep... beep...

Aku terbangun. Aku mematikan alarmku dan segera bersiap-siap untuk kelas pagiku. Aku berjalan menuju ruang makan dan melihat Dad, Ava, dan Jo sudah duduk di meja makan menikmati sarapan. Aku mengambil roti panggang yang sudah disiapkan mom untukku.

"Apakah kamu terlambat, sayang?" Tanya dad melihat aku yang terburu-buru.

"Hampir." jawabku singkat dan mencium pipinya dan pipi kedua adikku "Bye!" aku meninggalkan ruang makan dan segera mengendarai mobilku ke kampus. Aku melahap gigitan terakhir roti panggangku dan memarkir mobilku.

Aku berjalan menyusuri koridor menuju kelas. Kulihat kelasku masih sepi, hanya 4-5 orang saja. Aku sudah tau aku adalah orang terakhir yang datang, ternyata tidak. Sesesorang berteriak dari arah belakangku, salah satu dari mereka yang lebih dulu datang sebelumku tadi.

"Payne!"

Aku terkejut mendengarnya. Payne? Payne siapa? Aku tidak tahu ada Payne lain selain Liam Payne di fakultas ini. Aku sangat ingin menoleh ke belakang melihat siapa yang berteriak itu. Tetapi tiba-tiba ada hal lain yang mengalihkanku. Liam Payne. Ya, satu-satunya Laim Payne yang kukenal memasuki kelasku dengan tertawa. Sepertinya tertawa dengan seseorang di belakangku yang memanggilnya tadi. Hanya satu yang terlintas dipikiranku. Apa aku salah kelas? Salah jadwal? Kelas apa ini? Aku tidak ada kelas musik hari ini. Hanya kelas drama. Aku mengambil organizerku dari dalam tas dan melihat jadwal kelasku. Berulang-ulang kubaca jadwalku dan tidak ada yang salah. Ruangan pun juga, aku tidak salah ruangan. Terus kenapa ada Liam disini? Ingin rasanya aku keluar kelas. Beberapa orang lagi masuk ke dalam kelas, dan aku sangat lega melihat Blanca. Blanca adalah teman dekatku di Drama & Music. Blanca berjalan kearahku dan duduk di sebelahku.

"Aku pikir aku salah jadwal" keluhku pada Blanca.

"Karena ada beberapa orang asing yang tidak seharusnya berada di kelas ini?" Tanya Blanca sambil mengarahkan ibu jarinya diam-diam kearah belakang tempat duduk kami. Lebih tepatnya ke arah Liam dan beberapa orang di belakang kami.

"Ya.. apa yang mereka lakukan disini?" tanyaku heran. Blanca mengerutkan keningnya.

"Kamu tidak dengar pengumuman?"

Aku semakin heran. "Pengumuman apa? Aku datang sedikit telat dan seharusnya kelas sudah penuh tapi hanya ada orang-orang itu."

"Kamu tahu, Organisasi Kampus...Mereka sepertinya akan mengadakan sosialisasi program setahun kedepan." Blanca mencoba menjelaskan padaku.

"Tapi, bagaimana dengan Prof. Hanken? Seharusnya tidak ada kelas?"

"Prof. Hanken mengijinkan mereka untuk mengisi kelas dengan sosialisasi itu. Jadi pertemuan kali ini diisi oleh mereka tapi presensi kita tetap dihitung."

Aku memutar bola mataku dan menghela nafas.

Beberapa menit kemudian kelas mulai penuh. Liam dan orang-orang dibelakangku tadi menuruni tangga dan sepertinya mulai menyiapkan presentasi mereka di meja depan. Aku dapat melihat mereka yang dibelakangku tadi, aku mengetahui beberapa dari mereka. Tiga orang diantaranya adalah sahabat-sahabat Liam, sepertinya. Karena mereka selalu berempat sejak pertama bersekolah disini. Dari awal mereka berempat memang seperti kelompok yang dikagumi dan banyak dibicarakan oleh gadis-gadis Royal Holloway. Dua orang lainnya sepertinya President dan Co President juga. Student Union di Royal Holloway dipimpin oleh seorang President dan memliki dua orang Co President yang membawahi bidang-bidang yang berbeda. Yang aku pikir sekarang, apa yang dilakukan tiga orang teman Liam itu disini? Mereka kan bukan salah satu dari organisasi. Apa hanya untuk memberi dukungan pada Liam? Terlihat terlalu berlebihan rasanya.

Akhirnya forum sosialisasi ini dimulai. Aku sangat bosan. Aku tidak tertarik. Aku memainkan handphoneku. Dan tiba saat bagian Liam untuk berbicara dan menyampaikan program kerjanya. AKu rasa aku sudah tidak bosan lagi dan aku mulai memperhatikan forum ini, lebih tepatnya aku hanya memperhatikan Liam tanpa mencoba memahami apa yang dia bicarakan. Setelah beberapa menit Liam mulai memperkenalkan ketiga temannya. Ternyata mereka adalah ketua baru dari beberapa cabang olahraga dibawah Liam. Karena mereka miliki jadwal kosong juga jadi mereka dapat ikut sosialisasi. Mungkin yang lainnya ada kelas jadi tidak dapat ikut, dan kebetulan sekali yang bisa ikut adalah teman-temannya sendiri.

Niall Horan, ketua Polo Club. Louis Tomlinson, ketua Football Club dan juga merupakan kaptennya. Harry Styles, yang satu ini ternyata bukan bidang olah raga. Aku ulangi. Harry Styles, Student Action's Volunteer Coordinator. Aku mengakui keempat cowok ini memang layak dikagumi, yah aku termasuk salah satu pengagum salah satu dari mereka. Mereka berpenampilan menarik dan gaya mereka berbeda satu dengan lainnya. Terlebih kalau mereka berempat berjalan bersamaan menyusuri koridor. Sepertinya semua gadis-gadis yang dilalui di koridor langsung meleleh.

Tidak terasa forum sosialisasi sudah selesai. Mereka mengucapkan terima kasih. Semua orang mulai berjalan keluar kelas. Aku dan Blanca beranjak dari kursi dan menuruni tangga dan berjalan menuju pintu keluar. Tiba-tiba, aduh! Dengan bodohnya kakiku tersandung kabel proyektor yang melintang di lantai. Belum sempat aku terjatuh ternyata ada yang menahanku. Aku mengangkat wajahku. Liam, ya dia yang menahanku dengan kedua tangannya agak aku tidak terjatuh. Jantungku terasa berhenti sejenak. Is this even real? Aku masih terus menatap wajahnya tidak percaya. Ini pertama kalinya aku berada sedekat ini dengan Liam.

"Hei, kau tidak apa-apa? Maaf, tidak seharusnya kubiarkan kabel itu terpasang melintang di jalan." Katanya sambil melepaskan kedua tangannya dari lengan dan pundakku. Dia tersenyum menatapku. Oh tidak, senyum itu. Aku tidak dapat membayangkan semerah apa wajahku saat ini.

"Oh ya aku tidak apa-apa. Aku tidak melihatnya, oh aku tidak hati-hati." Aku dapat merasakan jantungku berdegup lebih kencang. I'm talking to him. Repeat. I'm talking to him. Dia tersenyum lagi padaku dan berjalan kearah soket listrik di dinding sebelah kanan dan mencabut colokan proyektor. Aku tidak tahu kenapa aku masih berdiri diam disini. Aku rasa Blanca sudah berjalan didepanku dan tidak tahu kalau aku tersandung. Aku melihat Liam berjalan kembali ke arahku sambil menggulung kabel proyektor yang melintang di lantai.

"Bagaimana menurutmu untuk program kerja kami? Kau menyimaknya kan?" Tanya Liam sambil merapikan barang-barang yang mereka gunakan untuk presentasi tadi.

Aku bingung harus menjawab apa. Aku sama sekali tidak mengingat satu katapun yang dia katakan tadi. Sungguh, aku sama sekali tidak memperhatikan.

"Ya aku pikir itu bagus, semoga semuanya dapat berjalan sesuai rencana." Jawabku asal. Aku sangat ini pergi dari sini tetapi entah mengapa seperti ada yang menahanku untuk tetap berdiri disini.

"Kau mengikuti salah satu klub olah raga disini? Atau klub lainnya? Theatre mungkin?" kenapa dia terus mengajakku bicara? Apa karena aku terus berdiri sini?

"Tidak. Aku tidak mengikuti satupun kegiatan ekstra di kampus ini." Aku tertawa kecil. Tidak tahu apakah aku harus malu atau tidak dengan jawabanku. Aku dapat melihat satu persatu orang-orang disini berjalan ke luar kelas. Aku rasa sekarang tinggal ada aku, Liam, dan tiga orang teman Liam yang berdiri tidak jauh di belakang Liam. Mereka seperti sedang asik mengobrol sendiri tanpa memperhatikanku yang sedang mrngobrol berdua dengan Liam disini. Aku semakin ingin cepat-cepat keluar dari kelas ini sebelum aku merasa tampak bodoh entah apa yang akan kulakukan nanti di depan Liam.

"Kau tidak suka olah raga?" Liam tampak heran. "Tunggu.. aku rasa kita pernah bertemu sebelumnya. Kau mengikuti beberapa kelas di music juga ya? Kalau aku tidak salah ingat."

Oh Tuhan, dia mengingatku.

"Suka. Aku mengikuti Gymnastic dulu di high school. Tapi setelah lulus aku tidak menekuninya lagi. Kau masih ingat? Iya, kita pernah satu kelas di salah satu kelas music di tahun pertama."

"Ingatanku lumayan kuat juga" dia tertawa. Wajahnya terlihat sangat lucu ketika dia tertawa. Aku suka sekali. "Gymnastic? Wow keren. Seingatku belum ada cabang untuk Gymnastic. Aku rasa akan bagus kalau kau mau memulainya. Maksudku membuka cabang Gymnastic untuk Royal Holloway dan kita lihat apakah banyak yang tertarik untuk mengikutinya."

Apa? Dia menyaranku untuk membuka cabang Gymnastic disini? Aku tidak tahu apakah ini hal yang bagus atau tidak. Tapi untuk sekarang aku tidak bisa, walaupun seorang Liam Payne yang menyarankan itu.

"Yang benar saja? Aku bahkan sudah tidak mengingat satupun teknik-tekniknya."

Aku dan Liam tertawa bersamaan. Aku masih tidak percaya ini terjadi.

"Tetapi aku serius. Kalau kau berubah pikiran kau bisa menghubungiku."

"Okay. Aku rasa aku harus pergi. Aku ada kelas setengah jam lagi." Sebenarnya aku tidak ada kelas lagi. Tidak tau kenapa aku tiba-tiba berkata seperti itu.

"Oh iya aku juga harus ke departemen lain untuk melanjutkan sosialisasi. Maaf, boleh aku tau namamu?"

Apa yang terjadi hari ini? Kenapa semua hal yang tidak pernah kubayangkan terjadi saat ini. Sekarang Liam ingin tahu namaku. Tiba-tiba aku merasakan jantungku yang kembali berdegup kencang.

"Cameron. Cameron DeLonge. Aku harus pergi. Semoga sukses program kerjamu. Bye, Liam." Aku segera pergi keluar dari kelas sebelum Liam merespon kata-kataku. Aku merasa lebih tenang biarpun aku masih merasakan jantungku yang masih belum normal.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet