Chapter 19

Irresistible

Satu minggu berlalu. Aku tidak pernah bertemu Liam. Saat aku berada di gedung musik aku juga tidak pernah melihatnya. Teman-temannya juga tidak terlihat. Aku memang tidak pernah berlama-lama di gedung musik sejak kejadian malam itu. Aku takut untuk bertemu Liam. Kalau kelasku sudah selesai aku langsung pulang. Sama seperti hari ini. Aku keluar dari kelasku di gedung musik bersama Blanca.

"Kau datang nanti malam?" tanya Blanca saat kami berjalan meninggalkan ruang kelas.

"Nanti malam?" aku mencoba mengingat-ingat apa ada suatu acara nanti malam, tetapi aku tidak mengingat apapun.

"Goldsmiths. Merupakan lawan yang cukup berat untuk RH."

Oh, ya, Goldsmiths. Nanti malam RH akan melawan Goldsmiths. Semi final aku rasa. "Oh, aku hampir saja lupa." Jawabku sambil sedikit tertawa. "Aku tidak tahu akan datang atau tidak. Aku hanya datang sekali di awal pertandingan. Aku tidak mengikutinya."

"Kau harus datang. Malam ini sangat seru. Kalau kita menang, RH akan bertemu Birkbeck di final. Lebih seru!" Blanca terdengar sangat bersemangat. "Dan seperti biasanya, Louis terlihat sangat keren!"

"I know right." Jawabku sambil mengingat bagaimana kerennya Louis bermain di lapangan di pertandingan yang lalu aku lihat dan aku tersenyum sendiri.

"See you tonight, Cam!"

Akhirnya kami berpisah di lapangan parkir. Aku berjalan menuju mobilku. Aku membuka pintu mobilku tetapi tidak jadi naik ke dalamnya karena ada yang memanggilku. Aku menoleh ke arah suara tersebut. Aku melihat Louis yang sedikit berlari menghampiriku. Aku menutup kembali pintu mobilku.

"Cam..." kata Louis sambil sedikit mengatur nafasnya.

"Hai, Lou. Ada apa? Sudah lama aku tidak melihatmu."

"Aku juga baru saja melihatmu makanya aku langsung memanggilmu. Kau tak pernah lihat pertandingan UL Trophy lagi?"

"Aku tidak mengikuti jadwal pertandingan RH, Lou." Aku tertawa kecil. "Tapi aku dengar nanti malam kalian melawan Goldsmiths?"

"Yes. Datanglah." Louis tersenyum ke arahku. "Kau langsung pulang?" Aku menganggukkan kepalaku. "Kau tidak ada acara setelah ini?"

"Aku rasa belum ada, Lou. Kau mau mengajakku pergi?" Kali ini aku bersikap to the point.

Louis tertawa. "Lunch?"

"Sure!"

Louis mengajakku ke mobilnya. Kami masuk ke dalam mobil dan Louis mulai mengendarai mobil meninggalkan kampus.

"Kau mau ajak aku kemana, Lou?"

"EAT." Jawab Louis sambil tersenyum penuh arti.

"Don't say it, Lou." Aku menghela nafas.

"Yes, Oxford Street." Lagi-lagi senyuman itu.

"No..." Aku menyandarkan tubuhku di kursi. "Kau sengaja, Lou." Louis hanya tersenyum kepadaku. EAT adalah salah satu restaurant di Oxford Street. Tepatnya di lantai dasar Topshop Store. "Kau pikir akan lucu aku makan di suatu tempat yang terdapat wajahku dimana-mana?" Kami berdua tertawa.

Akhirnya kami sampai. Kami turun dari mobil dan berjalan menuju Topshop. Aku mengambil kacamata hitamku dari dalam tasku dan memakainya.

"No!" Louis melepaskan kacamataku. "Jangan pakai ini."

"Lou, berikan padaku."

"Asal kau janji tidak akan memakainya."

"Okay." Jawabku terpaksa dan mengambil kacamataku dari tangan Louis. Aku mengembalikannya ke dalam tasku. Aku merasakan beberapa orang yang sadar kalau wajah-wajah di gedung ini adalah aku. Mereka memperhatikanku. Tetapi aku pura-pura tidak tahu dan terus berjalan bersama Louis.

Aku memesan Chicken Avocado Bacon Sandwiches dan Pink Lemonade, Louis memesan Hot Rolls Bristish Back Bacon dan Four Berries Almond Smoothie.

"Hampir semua orang memperhatikanmu, Cam." Kata Louis sambil menahan tawa.

"Kau sengaja kan?"

"Sorry. Tapi lihatlah. Kau model yang sangat menarik." Louis kembali tersenyum padaku.

"Well, thank you." Kataku lalu meneguk minumanku.

Kami menyantap makanan kami.

"Jadi bagaimana kau dan Liam?"

Aku hampir saja tersedak mendengarnya. Aku tidak ingin mengatakan apapun pada Louis tentang kejadian malam itu. "Ya begitulah."

"Dua hari yang lalu, sepertinya, Liam rapat untuk Fashion Week. Tapi, dia tidak bersamamu. Kau tidak ikut?"

"Kau tahu, Matthew, dia menyuruh Liam agar melibatkan Fashion Club. Jadi aku biarkan Liam bersama Stella untuk mengurusnya. Aku tidak ikut bersama Liam lagi." Aku menyantap potongan terakhir sandwich ku. Louis sudah menghabiskan makanannya lebih dulu.

"Sayang sekali. Aku rasa Stella tidak bisa apa-apa."

"Tentu dia bisa. Dia ketua Fashion Club." Aku meneguk minumanku sampai habis.

Louis memajukan tubuhnya mendekatiku. "Kau tidak ada masalah dengan Liam kan?" kali ini Louis terdengar serius.

"Tentu tidak. Semua baik-baik saja." Ya, aku berbohong.

Louis kembali menyandarkan tubuhnya ke kursi. "Aku rasa Liam sedikit berubah akhir-akhir ini. Dia menjadi lebih tertutup. Entah hanya aku yang merasakan atau Harry dan Niall juga. Aku belum membicarakannya dengan mereka."

"Mungkin dia hanya terlalu sibuk dengan urusannya?" Apa mungkin Liam berubah karena malam itu? Aku rasa tidak mungkin.

Louis tersenyum sambil mengakat bahunya. "Jadi, kau datang kan nanti malam?"

Aku menganggukkan kepalaku dan tersenyum.

-

C : Kim, kau mau menonton RH melawan Goldsmiths?

K : Aku tidak ada rencana malam ini. Kalau kau mau, ayo, aku ikut bersamamu.

C : Tentu. Satu jam lagi akan kujemput. Aku bersiap-siap dulu.

K : See ya!

Aku menutup teleponku. Aku segera mandi dan bersiap-siap. Pertandingan kali ini di lapangan RH. Aku mengenakan celana panjang denim milik Paige, dan sweatshirt hitam milik H&M. Aku menyisir rambutku dan membiarkannya terurai alami. Aku memakai sneakers putih milik Keds.

Kim sudah duduk di kursi terasnya saat aku sampai di rumahnya. Kim langsung berjalan masuk ke dalam mobilku. Aku melajukan mobilku.

"Apa yang membuatmu tiba-tiba ingin nonton?"

"Semi final? Goldsmiths? Katanya lawan yang cukup berat."

Kim tertawa.

"Apa yang lucu?"

"Tidak, bukan itu alasanmu. Biar aku tebak. Louis? Louis yang menyuruhmu datang kan?"

"Tidak, Kim..." Aku tersenyum. Aku tidak bisa bohong pada Kim.

"Apa kau sekarang menyukai Louis? Bagaimana dengan Liam?"

Aku lupa. Aku sama sekali tidak cerita pada Kim tentang malam itu. Aku benar-benar hanya menyimpannya untukku sendiri.

"Kim, aku rasa ada yang belum aku ceritakan padamu."

"Jangan bilang kau sungguh-sungguh menyukai Louis sekarang? Apa itu ceritanya?"

"Tentu tidak." Aku tertawa kecil. "Bukan, Kim..."

Belum sempat aku bercerita kami sudah sampai di lapangan RH. Aku memarkir mobilku.

"Kau harus cerita setelah ini."

"Promise."

Kami turun dari mobil dan berjalan masuk ke tribun. Kami mencari-cari tempat yang enak sampai pada kami mendengar ada yang memanggil Kim. Kami pun menoleh. Harry. Dia memberikan kode untuk duduk bersamanya. Ada beberapa kursi kosong di samping Harry. Kim pun langsung berjalan menghampiri Harry dan aku mengikutinya. Niall dan Liam ada di dua kursi sebelah kiri Harry. Aku dan Kim duduk di dua kursi sebelah kanan Harry.

"Kalian tidak bilang kalau mau datang? Kan kita bisa pergi bersama seperti waktu lalu." Kata Harry.

"Cam yang mengajakku tiba-tiba." Jawab Kim.

"Aku dengan pertandingan kali ini seru, jadi aku datang." Sambungku.

Harry hanya mengacungkan jempolnya pada kami dan tersenyum lalu kembali fokus ke lapangan. Pertandingan pun dimulai. Aku sama sekali tidak fokus pada pertandingan. Pikiranku melayang kemana-mana. Aku terus memutar ulang kejadian malam itu di otakku. Aku sangat ingin sekali menoleh ke kiri dan melihat Liam. Tapi aku tidak berani. Kim pun menyadari bahwa pikiranku tidak disini bersamaku.

"Cam? Kau kenapa?" Tanya Kim sambil menyikut lengan kiriku.

Aku menoleh padanya. "Aku? Aku tidak apa-apa."

"Kau tidak menyimak pertandingan, Cam. Kita semua bersorak saat Louis memasukkan bola ke gawang Goldsmiths dan kau hanya diam saja?" Oh, Louis sudah mencetak gol rupanya. Aku bahkan tidak menyadarinya.

"Oh, aku..."

"Kau ingin bicara? Kita bisa keluar dari sini sekarang." Kim memotong kata-kataku. "Aku tahu ada sesuatu yang terjadi."

"Tidak, Kim. tidak apa-apa. Kita nonton saja dulu sampai selesai." Aku tersenyum pada Kim.

"Okay." Jawab Kim dengan nada tidak yakin.

Setengah babak pun berlalu. Jeda antar babak bisa kami manfaatkan untuk ke toilet atau apapun.

"Aku dan Harry mau mencari minuman. Kau mau titip?" tanya Kim.

"Diet coke, thanks." Di luar lapangan memang ada yang menjual minuman. Biasanya mereka menjual sampai ke tribun tapi kali ini mereka tidak berkeliling entah kenapa.

Harry dan Kim pun pergi. Tinggal aku, dua kursi kosong di kiriku, Liam, dan Niall. Aku mendengar Niall bilang sesuatu tentang toilet pada Liam. Niall beranjak dari kursi, mungkin dia mau ke toilet. Aku tidak tahu apa Niall sengaja meninggalkan aku dan Liam hanya berdua atau bagaimana. Niall tersenyum kepadaku saat melewatiku dan berlalu.

Aku diam dan memandang ke lapangan. Aku sama sekali tidak mau menoleh ke arah Liam. Aku dapat melihat dari ekor mataku Liam beranjak dari kursinya. Ya Tuhan, dia akan meninggalkanku juga disini sendirian. Pasti dia tidak mau hanya berdua denganku disini. Liam berjalan dari kursinya yang terletak di paling ujung. Ternyata aku salah, Liam berhenti tepat di depan kursi sebelah kiriku, kursi Kim, dan dia duduk disitu. Aku tetap tidak mau menoleh tetapi jantungku berdegup lebih kencang.

"Hai." Sapaan Liam yang akhirnya membuat aku mau menoleh ke arahnya. Liam tersenyum kepadaku. Apa dia sudah melupakan kejadian malam itu? Apa dia tidak marah padaku? Aku membalas senyumannya. "Apa mereka sengaja meninggalkan kita berdua disini?" Kata-kata Liam membuat aku sedikit terkejut. "Kau tahu, sama seperti waktu lalu kita pergi bersama menonton pertandingan ini, dan mereka sengaja membuat kita duduk berdua di kursi tengah?"

"Oh." Aku sedikit tertawa. "Kau berpikir begitu?"

Liam mengangkat bahunya. "Mungkin saja."

"Aku kira kau marah padaku. Aku tidak menyangka kau akan menghampiriku dan menyapaku."

Belum sempat Liam merespon kata-kataku, Harry dan Kim kembali dengan beberapa minuman. Seperti biasa Harry tersenyum jahil saat melihat kami berdua. Kim meberikan diet coke padaku dan berjelan melewati kami. Harry duduk disebelah Liam, Kim duduk di sebelah Harry. Niall pun datang duduk di sebelah Kim. Tidak lama kemudian pertandingan dilanjutkan.

Akhirnya pertandingan selesai dengan skor 1-0 untuk RH. Benar-benar susah melawan pertahanan dari Goldsmiths. Begitu juga dengan mereka. RH jelas memiliki pertahan lebih kuat karena RH bisa mencetak 1 gol. Final hari Sabtu RH melawan Birkbeck, katanya ini lebih seru lagi.

Seperti yang lalu kami menghampiri Louis saat yang lain mulai meninggalkan tribun lapangan. Kami memberi selamat kepada mereka. Louis tampak senang melihatku datang. Setelah mengucapkan selamat dan sedikit berbincang-bincang kami berpamitan dan meninggalkan lapangan.

"Harry, kalian bisa tunggu sebentar? Aku mau bicara sebentar dengan Cam." Kata-kata Liam menghentikan langkah kami semua. Aku pun terkejut mendengarnya.

Harry melihat ke arahku dengan senyumannnya yang menyebalkan. "Sure!"

"Kim..."

"Take your time!" Kim memotong kata-kataku dan mengedipkan satu matanya.

Kim, Harry dan Niall meninggalkan tribun. Aku dan Liam masih disini. Liam mengajakku duduk di salah satu barisan kursi di tribun.

"Aku memang marah padamu, Cam." Liam berkata-kata tepat saat kami duduk di kursi tribun. "Tetapi tidak seharusnya aku seperti itu. Aku mungkin emosi. Aku bahkan tidak mengantarmu turun dari mobil seperti yang biasa aku lakukan."

"Aku minta maaf, Liam. Aku juga emosi saat itu. Aku juga kesal."

Liam tersenyum kepadaku. "Maafkan aku juga, Cam."

Kami terdiam sesaat.

"Kau datang pertandingan final nanti? Kalau kau mau, aku akan menjemputmu."

Aku menganggukkan kepalaku. "Iya, aku mau." Aku tersenyum pada Liam. "Liam, kau tahu, aku menyesali kata-kataku saat itu. Tapi aku rasa itu sudah tidak masalah lagi. Semoga Fashion Week akan sukses nanti."

Liam tersenyum. "Tentu saja akan sukses dengan ide-idemu dalam setiap rangkaian acaranya." Kata Liam sambil mengacak pelan rambutku yang terurai dan mendatangkan kupu-kupu di dalam perutku.

Aku dan Liam berjalan menuju lapangan parkir sambil mencari Harry, Niall, dan Kim. Aku melihat mereka sedang berbincang-bincang di samping mobil Harry. Kami pun menghampiri mereka.

“Kim.” Aku memanggil Kim saat mendekati mereka. Mereka bertiga menoleh ke arahku dan Liam.

“Sudah selesai?” tanya Harry.

“Kim, ayo kita pulang.” Aku mengajak Kim tanpa menghiraukan Harry.

Hello...” Harry melambai-lambaikan tangannya di depan wajahku dan membuatku ingin tertawa tapi aku menahannya. “Liam, apa aku tidak terlihat?”

Liam tertawa dan membuatku melepaskan tawaku. “Kau menyebalkan, Harry.” Kataku pada Harry.

Kim menggeleng-gelengkan kepalanya dan mendekatiku. “Ayo.”

Kami berpamitan dengan Liam, Harry, dan Niall lalu berjalan ke mobilku.

“Jadi, apa ceitanya?” tanya Kim saat aku mulai mengendarai mobilku meninggalkan lapangan.

Aku menceritakan lengkap kejadian malam itu pada Kim. “Tetapi aku rasa sudah tidak masalah lagi. Sudah kami bahas tadi.” Aku tersenyum pada Kim. “Dan hari Sabtu besok Liam akan menjemputku melihat pertandingan final.”

“Lalu aku akan bersama Harry dan Niall.” Kami berdua tertawa.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet