Chapter 24

Irresistible

 

Hari ini adalah hari ketiga Fashion Week. Hari pertama aku akan berjalan di runway dengan kostum milik Birkbeck. Aku tidak hadir di hari pertama dan kedua Fashion Week. Aku berjalan menuju backstage melewati main hall yang sudah setengah penuh terisi. Dad, Mom, dan adik-adikku akan datang juga melihatku. Aku memasuki backstage yang sudah di bagi-bagi menjadi make up room dan dressing room. Aku masuk ke dalam make up room dan melihat Jess sedang merias salah satu runway model.

“Hai, Jess.”

“Cam, hai. Gantilah bajumu dengan robe yang sudah disediakan di dressing room lalu kemari untuk dirias.” Kata Jess sambil melihatku sejenak lalu kembali merias wajah model itu.

Aku mengganti baju ku dengan robe hitam berbahan satin yang sudah disediakan. Aku kembali ke make up room dan duduk di salah satu kursi di depan sebuah cermin. Rambutku mulai di tata sebagian. Kemudian Jess merias wajahku dan penata rambut menyelsaikan tata rambutku. Aku kembali ke dressing room dan mengenakan kostum yang sudah disiapkan untukku. Mini dress dengan dasar putih dilapisi rajutan merah bermotif lingkaran, biker jacket kulit warna hitam dengan bulu-bulu putih halus di bagian ujung lengan, bawah jaket dan kerah jaket, dan sepatu boots berhak berbahan suede warna biru dongker dengan hiasan tembelan berwarna merah dan cokelat yang membalut kaki ku hingga setengah paha. Aku memandang bayanganku di cermin yang memantulkan seluruh tubuhku.

Aku mulai berjalan di runway yang menyala-nyala seiring dengan musik up beat yang mengiringku berjalan. Lampu sorot mulai menyorotku. Aku mulai tersenyum lebar melihat ke arah kanan dan kiriku. Aku melihat Dad, Mom, adik-adikku dan melambaikan tanganku ke arah mereka. Aku sampai di ujung runway. Aku dapat melihat Liam yang berdiri jauh dibelakang deretan kursi-kursi penonton. Liam melihat ke arahku tetapi dengan pandangan kosong, aku tersenyum melihatnya tapi dia hanya diam. Aku kembali berjalan menuju backstage.

“Kau sangat keren!” Jess menyambutku dan memelukku.

Thanks, Jess. Make up mu juga membuatku keren. Kau sudah selesai?”

Jess manganggukkan kepalanya. “Aku tadi melihat Liam di luar. Kau tak ingin menghampirinya?”

“Aku masih tidak tahu.” Aku mengangkat kedua bahuku.

Aku dan Jess melihat fashion show yang sedang berlangsung di TV yang sudah di pasang di backstage yang sudah dihubungkan dengan kamera yang menyorot kami di runway. Setelah model dengan kostum terakhir berjalan di runway, aku kembali bersiap-siap untuk berjalan di runway bersama dengan semua model dengan masing-masing kostumnya untuk menutup fashion show hari ini.

Aku mengganti baju ku dan keluar dari dressing room. Jess sudah menungguku.

“Kim tidak datang kemari?” tanya Jess sambil kami berjalan keluar dari backstage.

“Aku tidak tahu, tapi aku tidak melihatnya tadi waktu aku berjalan di runway.”

“Cam! Jess!” aku melihat Kim berlari ke arah kami diikuti Harry yang berjalan di belakangnya.

“Kim? Kau datang?” tanya ku heran. “Kau tidak membalas teks ku saat aku bertanya.”

“Karena aku sudah disini. Tentu aku datang. Kau cantik sekali.”

“Semua karena make up Jess.” Aku mengedipkan satu mataku pada Jess.

“Kau datang kemari bersama Harry?” tanya Jess.

Kim menganggukkan kepalanya. “Bersama yang lainnya.”

“Hai.” Harry menyapa kami saat ia mendekati kami.

“Harry, dimana yang lainnya?” tanya Jess.

“Kau mencari yang lainnya atau hanya mencari Louis?”

Aku memutar bola mataku pada Harry.

Okay, dimana Louis?” Jess melipat kedua tangannya.

Here.” Jawab Louis yang iba-tiba sudah berdiri di belakang Jess.

Jess menoleh ke belakang. “Lou! Bagaimana bisa kau tiba-tiba berada di belakangku?” Louis hanya mengedipkan satu matanya pada Jess. Lagi-lagi aku sangat senang melihat mereka. Aku merasa Jess jauh lebih baik untuk Louis dari pada aku. Tentu saja.

“Aku rasa Niall dan Liam tadi dibelakang kita, tapi dimana mereka?” tanya Kim pada Harry.

Harry menoleh ke belakang dan seperti berusaha mencari dimana mereka tertinggal lalu kembali menoleh ke arah kami dan mengangkat kedua bahunya.

“Hey hey!” Entah dari mana datangnya tiba-tiba Niall bergabung dengan kami diantara aku dan Harry. “Jadi mau kemana kita sekarang?” Niall merangkul pundakku dan Harry.

“Aku rasa aku ingin langsung pulang saja. Besok aku harus tampil lagi.” Jawabku sambil berharap Liam juga bergabung diantara kami tapi tak kunjung datang.

“Kau yakin? Makan malam mungkin?” Niall meyakinkanku.

Come on, Cam. Yuk?” ajak Jess sedikit memaksaku.

Well, okay.” Kami pun berjalan keluar dari main hall. “Dimana Liam?” akhirnya aku bertanya karena dia tidak datang-datang bergabung dengan kami.

“Mungkin dia masih sibuk mengurus sesuatu?” jawab Louis.

“Aku akan kembali ke dalam mencari Liam.” Aku berjalan meninggalkan mereka kembali masuk ke dalam gedung. Para tamu sudah berpulangan. Hanya tinggal segelintir orang saja. Aku melihat ke seluruh sudut dan tidak dapat menemukan Liam. Aku berjalan ke backstage. Aku rasa hanya ada beberapa panitia disini. Aku keluar dari backstage dan berjalan menuju pintu belakang main hall. Aku membuka pintu dan akhirnya menemukan Liam disana. Liam duduk di salah satu bangku yang ada disana. Liam memandang ke arah depan tidak sadar kalau aku ada disini. Aku mendekat dan duduk di sampingnya.

“Liam.”

“Cam?” Liam terlihat terkejut melihatku.

“Apa yang kau lakukan disini? Aku mencarimu kemana-mana.”

“Aku hanya... ingin disini saja. Tadi terlalu ramai di dalam. Ada apa mencariku?”

“Kami mau makan malam bersama-sama. Yuk?”

“Oh, ya, aku rasa aku lapar. Dimana yang lain?”

“Menunggu kita di luar main hall.”

Liam tersenyum padaku lalu beranjak dari tempat duduknya, begitu juga pun aku. Kami berjalan ke depan pintu main hall. Tidak menemukan mereka lagi disana.

“Kau yakin mereka menunggu kita disini?”

Aku mengambil handphoneku dari dalam tas dan ada satu pesan. Aku membukanya.

From : Kimmy

We’re waiting you guys at Nando’s. Goodge Street. Sorry :p

Aku menghela nafas.

“Ada apa?” Liam bertanya lagi. Aku menunjukkan teks dari Kim pada Liam. Liam tertawa. “Mereka meninggalkan kita?” Liam kembali tertawa. Akhirnya aku melihat lagi dia tertawa.

“Kau mau menyetir?” Aku menunjukkan kunci mobilku padanya.

“Tentu.” Liam mengambil kunci mobil dari tanganku. “Dimana kau parkir mobilmu?”

Aku berjalan ke arah mobilku, Liam mengikutiku. Liam mulai mengendarai mobilku. Goodge Street sangat dekat dari sini. Hanya sekitar lima menit kalau lalu lintas tidak padat. Kami tidak banyak bicara sepanjang perjalanan. Sebentar saja kami sudah sampai di Nando’s.

“Liam.” Aku memegang tangannya sehingga menahannya untuk membuka pintu mobil.

Liam menoleh kearahku dengan ekspresi bertanya-tanya. “Cam? Ada apa?”

Aku melepaskan genggaman tanganku. “Aku... hanya ingin memastikan apa semua baik-baik saja.”

“Apa maksudmu?”

“Kau dan aku.”

Liam mengerutkan keningnya. “Tentu semua baik-baik saja. Tidak ada sesuatu yang terjadi di antara kita kan?”

Aku bingung harus menanggapi bagaimana pertanyaan Liam. Karena menurutku memiliki dua arti, entah berarti yang sesungguhnya atau tidak.

Yeah, sure...” Aku menjawab dengan ragu lalu turun dari mobil.

Aku dan Liam bergabung dengan yang lainnya. Kami mulai menyantap Jumbo Platter yang sudah dipesan. Setelah selesai kami pulang. Liam bergabung dengan yang lainnya. Aku mengendarai mobilku sendirian. Sebenarnya Kim dan Jess menawarkan untuk ikut bersamaku tapi aku rasa aku ingin sendiri.

-

Hari keempat Fashion Week. Hari ini aku akan berjalan di runway dengan kostum milik Courtauld. Hari ini sama saja dengan kemarin. Aku datang ke main hall, mempersiapkan semuanya. Kostumku kali ini lebih sederhana dari kemarin. Hanya 1 piece saja. Gold Sequin Romper yang terlihat menjadi sangat mewah di tubuhku. Di lengkapi dengan kalung rantai emas di leherku dan ankle strap heels bermotif leopard.

Fashion show berjalan lancar seperti kemarin. Aku keluar dari backstage mencari Jess yang sudah tidak ada di backstage. Aku melihat handphoneku siapa tahu ada teks dari Jess tetapi tidak ada apa-apa. Aku berjalan melalui tamu-tamu yang mulai berjalan ke luar main hall. Aku tidak dapat menemukan Jess.

“Cameron!” seseorang mencolek pundakku dari belakang dan aku menoleh melihat Melanie berdiri di belakangku sambil tersenyum lebar.

“Hai, Mel! Kau datang?”

“Seperti yang aku bilang, mungkin aku akan datang untuk melihat-lihat. Baju yang kau pakai, aku sangat menyukainya. Kau mencari seseorang?”

“Iya, aku mencari Jess, atau Kim kalau dia hadir. Apa kau sempat melihat mereka?”

Mel menggelengkan kepalanya lalu tiba-tiba menarikku keluar melalui pintu belakang main hall.

“Ada apa, Mel?” tanya ku heran.

Mel duduk di salah satu bangku yang ada. “Stella. Semoga dia tidak melihatku.”

Aku duduk di samping Mel. “Stella? Kau punya masalah dengan dia?”

“Aku tidak merasa memiliki masalah dengan siapapun, Cam. Aku selalu bersikap baik pada siapapun. Tapi entah mengapa dia sangat jahat padaku.”

“Jahat? Apa yang dia lakukan padamu?” Aku semakin penasaran. Kenapa Stella sangat suka mencari masalah dengan semua orang?

“Kau ingat yang aku bilang aku tidak membuka stand di kampus seperti idemu?”

“Dan kau membuka kedai di Oxford? Aku ingat, ada apa?”

“Itu semua karena Stella. Stella memfitnahku. Stella dan sahabat-sahabatnya melaporkanku kepada presiden Student Union kalau juice ku tidak enak dan tidak bersih yang menyebabkan mereka sakit. Dan Stella sangat niat membuat bukti-bukti palsu kalau bahan-bahan yang aku pakai tidak layak.”

“Stella melakukan itu padamu? Kenapa dia tega sekali padamu?”

Mel mengangkat kedua bahunya. “Katanya karena aku mencoba mendapatkan Liam.”

Aku langsung menghela nafasku. “Ya, tentunya.”

“Cam? Apa maksudmu? Aku tidak ada apa-apa dengan Liam. Aku hanya butuh bantuannya dan dia membantuku dengan sepenuh hati. Aku sama sekali tidak ada maksud yang lebih. Biarpun aku memilikinya, Stella tidak berhak melakukannya. Stella tidak ada hubungan apa-apa kan dengan Liam?” Mel melipat kedua tangannya.

Aku tertawa kecil. “Dia juga mencoba mencari masalah denganku. Dengan latar belakang yang sama.”

“Oh ya? Apa yang dia lakukan?”

“Dia belum sampai pada melakukan sesuatu hal padaku. Tetapi dia sudah memulainya. Aku sangat malas untuk membahasnya.”

“Aku mengerti, kau tidak perlu bercerita padaku. Aku sangat tau apa yang kau rasakan.”

“Kembali padamu, kau tidak membantah?”

Mel tersenyum. “Aku tidak mau memperpanjang masalah, Cam. Tapi aku beruntung karena bisinisku saat ini menjadi lebih baik.”

“Apa Liam tau tentang hal ini?”

“Tidak, aku tidak bilang padanya. Kalau aku bilang padanya pasti dia akan melaporkan Stella ke presiden SU.”

“Mel...” Aku tersenyum padanya.

“Cam!” Aku melihat ke arah pintu belakang main hall yang terbuka dan Jess. “Disini kau rupanya. Ayo kita pulang. Hai, Mel.”

“Hai, Jess.” Sapa Mel pada Jess.

“Aku mencarimu juga dan tidak menemukanmu. Ayo.” Aku dan Mel beranjak dari bangku.

-

Aku melawatkan Fashion Week hari kelima dan kembali aku akan berjalan di runway pada hari ini, hari keenam, dengan kostum milik Queen Mary. Kali ini aku mengenakan gaun panjang berwarna cream dengan lapisan kain kaca tipis bermotif pada bagian roknya. Pinggangku dihiasi sabuk kecil dengan warna cream juga dan dihiasi tiga bunga kecil berjejer berwarna pink muda di bagian tengahnya. Sedangkan kakiku tampak indah dengan pump heels warna pink muda senada dengan warna bunga di pinggangku. Aku melihat diriku di cermin tampak sangat anggun.

Aku turun dari runway ke backstage. Selesai juga tugasku untuk Fashion Week kali ini. Aku melihat Kim yang ada di backstage bersama Jess. Aku menghampiri mereka.

“Kim! Kau disini?”

“Ya, seperti yang kau lihat. Cepat ganti bajumu dan kita pergi dari sini.”

“Pergi? Kemana?”

“Kau masih punya masalah yang belum kau selsaikan.” Kata Jess sambil menarikku ke dressing room. Aku mengganti baju ku, membereskan barang-barangku dan keluar dari backstage bersama Kim dan Jess.

Okay, sekarang kita mencari Liam.”

“Jess!” Aku menghentikan langkahku yang membuat Jess dan Kim juga menghentikan langkahnya satu langkah di depanku dan menoleh ke belakang. Mereka menghampiriku. “Aku tidak mau bertemu dengannya.”

“Tapi kau bersamanya ke Nando’s dan kau tidak apa-apa.” Kata Kim.

Yeah, tapi aku hanya tidak ingin untuk saat ini. Aku merasa tidak nyaman bersamanya.”

Is everything okay here?” tiba-tiba Louis muncul di hadapan kami.

A-okay.” Jawab Jess sambil tersenyum yakin pada Louis.

Okay, kami menunggu di luar main hall.” Louis berlalu.

“Apa ini? Kalian sudah merencanakan sesuatu?” tanyaku sedikit bingung.

“Tidak, Cam. Hanya seperti biasa. Pergi ke suatu tempat bersama-sama. Makan malam?” jawab Kim.

“Aku tidak lapar. Aku pulang saja.” Aku kembali berjalan, Kim dan Jess mensejajarkan langkah mereka denganku.

“Cam...”

“Aku tahu kalian mencoba membantuku agar aku tidak terus memikirkannya.” Aku memotong kata-kata Jess. “Tapi sekarang aku tidak ingin. Aku ingin istirahat, dan aku juga tidak lapar.”

Kami sudah berada di luar main hall dan Harry menghampiri kami.

Come on. Kalian lama sekali.”

“Harry, Cam ingin istirahat. Jadi aku rasa kami pulang saja.” Kata Kim pada Harry.

“Kim, Jess, kalian pergi saja tidak apa-apa.”

We’re not going without you.” Jess melingkarkan tangannya di tangan kananku.

“Ada apa, Cam? Kau sakit? Atau bagaimana?” tanya Harry. “Perlu aku panggil Liam kemari?” tanya Harry sambil menahan tawanya.

“Harry!” aku mengecilkan suaraku tapi masih terdengar tegas.

“Hey, Li! Come here!” tiba-tiba Harry memanggil Liam. Lagi-lagi bikin kacau dasar manusia menyebalkan. Apa yang harus aku lakukan kalau Liam kemari?

Liam berjalan mendekat ke arah kami. “Ada apa?”

“Kami rasa hanya kau yang bisa membujuknya untuk ikut pergi bersama-sama.” Jawab Harry sambil menarik tangan Kim dan berjalan menjauhi kami diikuti oleh Jess.

Aku tidak ingin melihat wajah Liam, tidak ingin berkata-kata apapun juga. Aku terus menundukkan kepalaku.

“Hey, Cam.” Liam menyentuh daguku dan mengangkat wajahku sehingga aku menatapnya. “Kau tidak apa-apa?” Aku tidak percaya Liam kembali bersikap manis padaku. Tidak seperti beberapa hari yang lalu. Apa dia hanya berpura-pura?

“Eh... Tidak apa-apa. Aku hanya lelah dan tidak lapar, aku rasa.”

“Kau yakin tidak mau ikut dengan kami? Kau menyetir mobil sendiri?”

Aku menganggukkan kepalaku yang menjawab semua pertanyaan Liam.

Okay, pamitlah dengan yang lain. Aku akan mengantarmu ke mobil.”

Liam sama sekali tidak berusaha membujukku untuk ikut, tetapi dia mau mengantarku ke mobil seperti yang biasa dia lakukan. Aku menurut apa kata Liam, berpamit dengan yang lain yang terlihat sedikit kecewa karena aku lebih memilih untuk pulang ke rumah. Aku berjalan ke tempat mobilku diparkir diiring oleh Liam.

“Hati-hati ya, Cam.” Kata Liam saat kami sampai di samping pintu kemudi mobilku.

“Liam, boleh aku bertanya sesuatu padamu?”

Anything.” Liam tersenyum padaku dan membuatku ingin menarik pertanyaanku tadi. Aku sama sekali tidak ingin merusak suasana ini, dimana Liam sudah kembali bersikap manis padaku entah pura-pura atau tidak. Aku hanya memandang wajahnya. “Ada apa, Cam? Apa yang ingin kau tanyakan?”

“Aku hanya... bertanya-tanya. Kau yang membuatku ada disini. Kau yang membuatku berjalan sebagai runway model. Tetapi, aku hanya bingung. Setelah semua selesai. Tiga kali aku berjalan di atas runway. Dan kau tidak mengatakan satu kata pun padaku. Bukan aku ingin kau memujiku, aku hanya...” aku tidak bisa melanjutkan kata-kataku. Aku tidak tau bagaimana mengungkapkannya. Aku hanya berharap dia tidak menjawab semua karena kata-kataku pada Stella waktu itu.

“Oh, Cam... Aku sangat ingin bicara padamu tapi aku tidak sempat.”

Bohong. Ya, aku dapat membaca kebohongan di wajahnya. Sungguh jawaban yang tidak masuk akal. “Tidak sempat? Kita bersama-sama ke Nando’s dan kau hanya diam sepanjang perjalanan. Itu juga termasuk tidak sempat?”

“Cam, kau lelah, aku mengerti. Pulang lah. Jangan terlalu banyak berpikir. Sampai jumpa besok di penutupan. Take care, Cam.” Liam meninggalkanku begitu saja.

“Liam!” aku berteriak memanggilnya tapi tidak membuat dia berhenti, atau menoleh, atau kembali kepadaku. Aku hanya melihatnya yang semakin menjauh.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet