Chapter 26

Irresistible

Aku terbangun dari tidurku karena sinar matahari yang menyinari wajahku. Aku melihat mom membuka tirai kamarku. Mom mengatur tumpukan baju di lemari ku. Aku melihat jam yang menunjukkan pukul 12.23 siang. Aku terkejut dan terduduk di tempat tidurku.

"Mom, kau tidak membangunkanku? Ini sudah sangat siang."

Mom berjalan menuju tempat tidurku dan duduk bersamaku. "Aku mencoba, dear. Tetapi kau seperti sangat lelah ketika aku mencoba membangunkanmu beberapa kali. Kau libur hari ini kan?" Aku menganggukkan kepalaku. "Ada paket dari Vogue, aku taruh di atas mejamu. Segeralah mandi lalu makan siang." Mom mengelus pipiku dan pergi.

Aku turun dari tempat tidurku dan terdiam sejenak karena tiba-tiba aku merasa pusing. Aku menuju mejaku dan membuka amplop cokelat besar dengan logo Vogue di kanan atas. Pasti cetakan pertama majalah Vogue dengan wajahku pada covernya. Aku tersenyum sendiri melihatnya. Aku kembali duduk di atas tempat tidurku dan membaca majalah itu pada bagian artikel new comer models. Aku meletakkan majalah itu di samping bantalku setelah selesai membaca nya dan melihat buket bunga mawar putih di meja kecil tepat disebelah tempat tidurku. Aku mengambilnya dan kembali mencium bunga yang sudah terlihat tidak segar lagi. Aku beranjak dari tempat tidurku dam menaruh buket itu di tempat sampah lalu mandi.

Aku melihat Mom menyediakan makan siang untukku. Aku duduk di salah satu kursi makan.

"Mom... Sepertinya aku tidak lapar."

"Kau tidak makan apapun sejak kemarin sore. Bagaimana bisa kau tidak lapar?" Mom duduk di hadapanku. "Kau ada masalah?"

Aku menggelengkan kepalaku. "Sungguh aku tidak lapar."

"Bagaimana dengan Liam kemarin sore? Dia tidak seceria waktu datang saat dia meninggalkan rumah ini."

"Tidak, Ma. Semua baik-baik saja. Aku boleh ke rumah Kim?"

"Tidak sampai kau menghabiskan makanan di depanmu." Mom beranjak dari kursi dan pergi meninggalkanku sendirian di ruang makan.

Aku dengan tidak niat menusuk kentang mini yang ada di piringku dan mulai memaksa tubuhku untuk menerimanya. Masih separuh dan aku tidak sanggup. Aku kembali ke kamarku mengambil tas dan pergi ke rumah Kim.

Saat sampai di rumah Kim aku tidak melihat mobil Kim di garasi rumahnya tapi aku melihat mobil Harry. Aku mencoba untuk tetap turun dan mengetuk pintu rumah Kim. Pintu terbuka dan aku melihat Landon.

"Hey, Cam. Kim belum pulang dari kampusnya. Masuklah."

Aku berjalan masuk bersama Landon. "Kau tidak sekolah?"

"Aku baru saja pulang." Aku mengikuti Landon ke ruang keluarga dan melihat Harry disana. "Harry menjemputku karena Dad dan Kim tidak bisa menjemputku."

"Cam? Hai." Harry menyapaku saat melihatku datang bersama Landon. "Kau sudah sehat?" tanya Harry lalu melanjutkan bermain scrabble bersama Landon.

"Ya, aku rasa." Aku duduk di samping Landon. "Apa yang kau lakukan disini, Harry?"

Harry tertawa. "Sepertinya Landon sudah bilang padamu. Aku menjemputnya. Kau dan Liam baik-baik saja?"

"Eh?" Aku sangat tidak mengingkan pembicaraan tentang Liam terjadi antara aku dan Harry. "Ada apa dengan Liam? Semua baik-baik saja." Mungkin Harry tahu aku berbohong. Mungkin Harry sudah tahu tentang apa yang terjadi. Aku tidak tahu.

"Kau yakin? Liam berubah menjadi sosok yang tidak aku kenal beberapa hari ini. Aku tidak memaksamu untuk bercerita padaku. Tapi kalau ada yang bisa aku bantu untuk memperbaiki apa yang telah terjadi, aku pasti akan membantu. Liam sahabatku, Cam. Kami bertiga sungguh tidak mengerti apa yang terjadi padanya." Harry berkata sambil tetap menyusun huruf-huruf di papan scrabble.

"Harry, aku tidak tahu harus memulai dari mana." TIba-tiba aku yakin dengan kata-kata Harry yang dapat menbantuku.

"Sepertinya kalian mau membicarakan sesuatu yang penting dan hanya untuk dewasa. Aku lelah ingin tidur siang. Thanks, Harry." Landon meninggalkan kami di ruang keluarga.

"Jadi, apa yang terjadi?"

"Aku yang memulai semuanya, Harry. Aku merasa bodoh."

"Hey, tenang, Cam. Pelan-pelan saja ceritakanlah."

Aku tidak tahu mengapa Harry terlihat bijaksana tidak menyebalkan seperti biasanya. Aku mulai bercerita tentang apa yang terjadi dengan aku dan Stella. Pelan-pelan aku menceritakan setiap detailnya pada Harry. Sampai pada kejadian tadi malam dan kembali air mataku menetes. Harry mengambil tisu dari atas meja di ruangan dan memberikannya padaku.

"Thanks." Aku menghapus air mataku."Begitulah. Aku tidak tahu harus bagaimana menjelaskan pada Liam."

"Kalian hanya salah paham. Apa yang Liam ceritakan dan apa yang kau ceritakan..."

"Tunggu." Aku memotong perkataan Harry. "Kau bilang kau tidak tahu apa yang terjadi dengan Liam. Tapi kau baru saja bilang Liam menceritakannya padamu?"

Aku rasa Harry memang selalu menyebalkan. Rasa kesalku pada Harry mulai timbul lagi. Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka. Pasti Kim. Tidak lama aku melihat Kim muncul di ruang keluarga.

"Hey, dimana Landon?"

"Tidur siang katanya saat dia merasa aku dan Cam akan membahas sesuatu tentang Liam." Jawab Harry.

Kim tertawa lalu duduk di samping Harry. Bukan di sampingku. Aku tahu Kim memang mulai menyukainya. "Kau sudah merasa lebih baik, Cam?"

Aku menganggukkan kepalaku. "Apa kau tahu kalau Liam sudah bercerita pada Harry?"

Kim mengangkat satu alisnya pada Harry dan kembali memandangku. "Aku tidak tahu apa-apa. Jadi apa yang sudah aku lewatkan?"

"Aku menceritakan semuanya pada Harry. Dan ternyata Liam juga menceritakan semuanya pada Harry." Aku mencoba menjelaskan.

"Tunggu." Harry mencoba menghentikan pembicaraanku dengan Kim. "Kita harus membuat mereka bertemu."

"Cam dan Liam sudah sangat dewasa untuk mengajak saling bertemu tanpa harus kita bantu." Kata Kim.

"Kim benar. Dan yang ingin aku tanyakan sekarang, apa yang sudah Liam katakan padamu, Harry?"

Harry tertawa kecil. "Kau tidak perlu tahu, kalian hanya salah paham. Cobalah untuk membicarakannya tanpa emosi." Harry tersenyum kepadaku.

"Oh iya, apa kalian yang menyuruh Liam ke rumahku kemarin?"

"Aku hanya bilang pada yang lain kalau kau sakit, makanya kau tidak ikut. Tidak lama kemudian Liam pergi begitu saja tanpa memberi tahu kami. Saat dia kembali ke main hall dia bilang kalau baru saja menjengukmu, dengan ekspresi yang... aku tak tahu harus menamakannya apa." Kim menjelaskan.

Tiba-tiba handphone Harry berdering. Harry mengeluarkan handphonenya dari dalam kantong celananya.

"It's Liam." Harry pergi dari ruang keluarga untuk menjawab telepon yang katanya dari Liam itu.

"Kenapa dia harus menjauh dari kita untuk menjawabnya?" Tanyaku penasaran.

Kim mengangkat bahunya. "Entahlah."

Harry kembali ke ruangan bersama kami. Apa yang dibicarakan? Cepat sekali.

“Yuk!” kata Harry tiba-tiba. Kim mengerutkan keningnya pada Harry. Aku yakin Kim sama tidak mengertinya denganku mau kemana Harry mengajak kami. Harry tertawa. “Rumah Liam.”

“Ada apa?” tanyaku spontan.

“Aku tidak akan memberi tahu kalian. Kalian harus ikut bersamaku untuk mengetahuinya.”

Kim mengeluh. “Kau tau, aku tidak mungkin pergi. Ayahku tidak ada dirumah dan Landon akan sendirian jika aku pergi. Kau saja ikut bersama Harry, Cam.”

“Apa?” Aku sedikit terkejut mendengar kata-kata Kim. “Tidak, aku tidak pergi kalau kau tidak pergi Kim.”

“Kalian ini seperti membuat sulit saja. Niall sudah ada disana. Louis akan menjemput Jess. Kau ikut atau tidak, Cam?”

“Ikutlah, Cam. Kau pasti penasaran kan ada apa disana?”

“Tidak mungkin setelah apa yang sudah terjadi antara aku dan Liam.”

Tiba-tiba kami mendengar suara pintu rumah Kim berbunyi. Aku rasa ayah Kim datang.

“Apa itu ayahmu?” tanyaku. “Kau bisa ikut pergi bersama kami, Kim.”

“Ya, aku rasa.” Jawab Kim sambil beranjak dari tempat duduknya dan berjalan ke arah pintu depan.

“Kau harus ikut, Cam. Ini kesempatan yang bagus untuk memperjelas apa yang sebenarnya terjadi.” Kata Harry padaku saat Kim menjauh.

Aku hanya memutar bola mataku pada Harry. Tidak lama kemudian Kim kembali bersama ayahnya. Kami saling menyapa lalu ayah Kim berlalu meninggalkan kami bertiga kembali di ruang keluarga.

“Jadi?” Harry bertanya pada kami.

“Yuk.” Kata Kim lalu tersenyum kepadaku. Kami pun pergi ke rumah Liam naik mobil Harry.

Baru pertama kali ini aku datang ke rumah Liam. Harry membuka begitu saja pintu rumah Liam seperti dia yang memiliki rumah itu. Aku dan Kim mengikuti Harry masuk ke dalam rumah. Tiba-tiba Liam menyambut kami di lorong rumahnya.

“Hey!” Liam merangkul pundak Harry dan berjalan bersama. Mereka seperti membicarakan sesuatu sambil berjalan yang tidak dapat aku dengar. Aku dan Kim berjalan agak jauh di belakang mereka.

Aku melihat Jess sudah duduk di salah satu sofa. Jess tersenyum lebar saat melihat aku dan Kim datang. Jess beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri kami.

“Aku kira kalian tidak akan datang.”

Kami pun duduk bersama di satu sofa.

“Sebenarnya ada apa disini?” tanyaku pada Jess.

“Here.” Jess memberikanku sebuah lembaran kertas brosur yang berukuran A5 dengan gambar sebuah bangunan berwarna putih berbentuk seperti setengah lingkaran di pinggir pantai dengan tulisan ‘The Lighthouse Steephill Cove - Spectactular accomodation for up to 6 people’.

Aku hanya memandang kertas yang ada di tanganku itu. Yang lainnya mulai berkumpul di ruangan tempat kami duduk ini. Apa kami akan pergi ke tempat yang ada di kertas ini? Kami akan berlibur bersama kesana? Atau apa? Tapi hanya untuk 6 orang. Apa seharusnya aku tidak berada disini?

“Jadi, ayahku mendapatkan voucher untuk menginap di tempat ini. Tetapi dia tidak ingin memakainya jadi dia memberikannya padaku. Setelah aku membaca brosur ini, kalian lah hal pertama yang muncul di pikiranku. Pasti akan sangat seru untuk menghabiskan weekend bersama-sama di tempat baru. Bagaimana menurut kalian?” Liam mulai menjelaskan kepada kami. Aku sangat ingin menanyakan bagaimana dengan 6 orang yang tertulis di kertas ini. Tetapi menatapnya saja aku seperti tidak mau, begitupun juga dia.

“Ada yang pernah ke tempat ini sebelumnya?” tanya Niall dan kami semua menggelengkan kepala.

“Sekitar 4 jam kalau kita mengendarai mobil sendiri. Kita bisa menyebrang melalui Portsmouth.” Harry menjelaskan.

“Bagaimana dengan 6 orang disini? Kita ada 7 orang.” Akhirnya aku bertanya tanpa menatap Liam.

“Aku rasa itu tidak masalah. Master bedroom dengan king size bed. Kalian bertiga pasti cukup di satu tempat tidur. Apa aku benar?” jawab Harry.

Aku, Kim, dan Jess mengangguk bersamaan.

“Okay, jadi semua mau ikut?” tanya Liam.

“I’m in.” jawab Louis dengan semangat.

“I guess we’re all in.” kata Niall. “Mobil siapa yang akan kita pakai?”

Entah mengapa kami semua langsung melihat ke arah Harry saat Niall bertanya hal tersebut.

“Oh... Okay.” Jawab Harry pasrah lalu tersenyum kepada kami semua.

“Weekend ini? Atau kapan?” tanya Kim.

“Yes, this weekend.” Jawab Liam. “Kalau bisa kita berangkat Jumat pagi saja. Tidak usah masuk kelas dulu kalau yang ada kelas.” Liam tertawa dan kami semua pun ikut tertawa.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet